Home Blog Page 4

Program Nuklir Rahasia Iran Terungkap, Badan Energi Atom Internasional Akan Mengeluarkan Kecaman Keras

Aktivitas nuklir rahasia Iran kembali menarik perhatian dunia internasional. Menurut laporan terbaru dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA) yang diperoleh oleh Reuters, Iran diketahui telah melakukan eksperimen terkait senjata nuklir di tiga lokasi yang tidak diumumkan dan tidak melaporkannya secara jujur kepada PBB. Empat negara Barat sedang bersiap mendorong pengesahan resolusi kecaman terhadap Iran dalam rapat Dewan Gubernur IAEA yang akan digelar pada 9 Juni.

EtIndonesia. Menurut “Laporan Komprehensif” yang disusun oleh IAEA atas permintaan 35 negara anggota dewan, Iran diketahui telah lama melakukan eksperimen nuklir menggunakan bahan nuklir yang tidak dilaporkan di tiga lokasi rahasia: Lavisan-Shian, Varamin, dan Turquzabad. Di Lavisan-Shian, yang terletak di Teheran, bahkan dilaporkan bahwa setidaknya dua kali pada tahun 2003 digunakan cakram logam uranium untuk membuat sumber neutron – teknologi yang berkaitan erat dengan mekanisme peledakan senjata nuklir.

Temuan tersebut merupakan bagian dari program nuklir struktural rahasia Iran yang berlangsung sebelum awal tahun 2000-an. Laporan juga menekankan bahwa tingkat kerja sama Iran hingga kini masih dinilai “tidak memuaskan”.

Meskipun banyak temuan dalam laporan ini terkait dengan aktivitas dari puluhan tahun lalu dan sebagian telah diketahui sebelumnya, laporan terbaru IAEA menyimpulkan dengan lebih tegas. Laporan tersebut merangkum perkembangan dalam beberapa tahun terakhir dan menunjukkan bahwa aktivitas tersebut adalah operasi rahasia yang terorganisir, sebagian di antaranya berkaitan dengan pembuatan senjata nuklir.

Laporan IAEA lainnya yang dikirim ke negara-negara anggota pada Sabtu (31 Mei) mengungkap bahwa cadangan uranium Iran yang telah diperkaya hingga kemurnian 60% meningkat hampir setengahnya, mencapai 408,6 kilogram — mendekati tingkat senjata nuklir 90%, cukup untuk membuat sekitar 9 bom nuklir.

Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Jerman saat ini sedang mempersiapkan rancangan resolusi untuk dibawa dalam rapat Dewan Gubernur IAEA pada  Juni, yang akan secara resmi menyatakan bahwa Iran melanggar kewajiban non-proliferasi nuklir. Jika disahkan, ini akan menjadi pertama kalinya dalam hampir 20 tahun Iran secara resmi dinyatakan melanggar. Meskipun belum jelas apakah hal ini akan diteruskan ke Dewan Keamanan PBB, banyak pihak menilai hal ini dapat semakin memperumit negosiasi nuklir antara AS dan Iran yang sedang berlangsung.

Kantor Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dalam pernyataannya menyebutkan: “Laporan ini membuktikan bahwa Iran bertekad untuk menyelesaikan program senjata nuklirnya. Komunitas internasional harus segera bertindak.”

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Iran menanggapi dengan menuduh bahwa laporan IAEA tersebut “penuh muatan politis” dan memperingatkan bahwa jika Dewan Gubernur mengambil tindakan, Teheran akan memberikan “respon yang sesuai.” (Hui)

Laporan oleh jurnalis NTD Yi Xin dan Liu Fei

Penarikan Besar-Besaran Visa Mahasiswa Tiongkok, Trump: Mereka Akan Baik-Baik Saja

EtIndonesia. Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, pada  Rabu (28 Mei) mengumumkan bahwa demi menjaga keamanan nasional Amerika Serikat, pemerintah akan mulai secara aktif mencabut visa mahasiswa asal Tiongkok serta memperketat pemeriksaan aplikasi visa dari mahasiswa Tiongkok dan Hong Kong. Keputusan ini memicu reaksi luas.

Namun, Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada hari Jumat (30 Mei) menyatakan bahwa langkah pemerintah ini bertujuan untuk memahami kondisi setiap mahasiswa internasional.

Pada Jumat malam, Presiden Trump menyampaikan bahwa peningkatan pengawasan terhadap mahasiswa internasional, khususnya dari Tiongkok, bertujuan untuk mengetahui situasi masing-masing mahasiswa. Ia menekankan bahwa semua universitas akan diberlakukan sama, dan mengatakan bahwa para mahasiswa tersebut “akan baik-baik saja.”

Sebelumnya pada Jumat, Presiden Trump juga menyatakan bahwa ia menginginkan mahasiswa asing untuk belajar di universitas-universitas Amerika.

Presiden AS Donald Trump mengatakan:  “Mahasiswa? Kami ingin mahasiswa-mahasiswa yang hebat datang ke sini. Kami hanya tidak menginginkan mahasiswa yang membawa masalah. Kami ingin mahasiswa, saya ingin mahasiswa internasional. Saya rasa di Harvard, kalian tahu, persentase mahasiswa asing hampir 31%, itu angka yang sangat tinggi.”

Trump sebelumnya pernah menyatakan bahwa persentase mahasiswa asing di Universitas Harvard sebaiknya dibatasi hingga sekitar 15%. (Hui)

Laporan oleh jurnalis NTD Tang Li dan Zhang Ruiqi

Jembatan di Rusia Diduga Diledakkan hingga Runtuh ke Rel, Sebabkan Kereta Tergelincir: 7 Tewas dan  Puluhan Terluka

EtIndonesia. Dugaaan adanya “intervensi ilegal” terhadap sistem transportasi, sebuah jembatan jalan raya di wilayah barat Rusia yang berbatasan dengan Ukraina runtuh pada 31 Mei, menyebabkan kereta api di bawahnya tergelincir. Insiden ini mengakibatkan sedikitnya 7 orang tewas dan 69 orang lainnya terluka. Diketahui bahwa saat kejadian, terdapat 379 orang di dalam kereta tersebut.

Peristiwa itu terjadi pada pukul 22:44 waktu setempat, di antara dua stasiun – Pilshino dan Vygonichi – di wilayah Bryansk, Rusia barat. Lokasi ini berjarak sekitar 100 kilometer dari perbatasan Ukraina.

Penyelidikan awal menunjukkan bahwa terdengar suara ledakan sebelum jembatan runtuh. Anak perusahaan dari perusahaan kereta api BUMN Rusia, Moscow Railways, menyatakan di Telegram bahwa “operasi transportasi telah mengalami gangguan ilegal, yang menyebabkan runtuhnya jembatan jalan raya,” sehingga menyebabkan sebuah kereta tergelincir antara Klimovo dan Moskow. Mereka menambahkan bahwa kecelakaan ini tidak berdampak pada perjalanan kereta lainnya.

Gubernur wilayah Bryansk, Alexander Bogomaz, sebelumnya menulis di aplikasi pesan Telegram: “Sebanyak 7 orang tewas karena jembatan yang runtuh menghantam rel kereta. Selain itu, 30 orang luka-luka telah dibawa ke fasilitas medis di wilayah Bryansk, termasuk dua anak-anak.”

Saat ini belum ada informasi lebih lanjut mengenai penyebab runtuhnya jembatan maupun tingkat kerusakannya. 

Foto-foto yang dirilis otoritas Rusia secara daring menunjukkan bagian dari jembatan jalan raya yang ambruk, kendaraan yang rusak, serta penumpang yang meraba-raba dalam gelap berusaha membantu sesama keluar dari gerbong yang rusak. Petugas pemadam kebakaran tampak berusaha menyelamatkan penumpang yang terjebak.

Saluran Telegram Rusia “Baz” menyebutkan bahwa menurut informasi awal, jembatan tersebut diledakkan, namun belum disertai bukti. The Kyiv Independent belum dapat memverifikasi pernyataan otoritas Rusia tersebut, dan pihak Kyiv belum memberikan komentar apapun terkait insiden ini. (Hui)

Video: Keluarga Bebek Menghadiri Pernikahan dengan Cara yang Paling Manis

EtIndonesia. Pernikahan memang penuh kejutan, tetapi sepasang suami istri di sebuah tempat dekat Gedung Putih mendapatkan tamu tak terduga — dan menggemaskan — yang tak akan terlupakan.

Dalam sebuah video yang kini viral yang dibagikan oleh The Decatur House di Washington D.C., sekeluarga bebek mencuri perhatian saat mereka berjalan terhuyung-huyung menuju upacara pernikahan… tepat pada saat pasangan pengucapan janji pernikahan!

Saat kedua mempelai berdiri di altar, saling mengucapkan janji suci, parade bulu-bulu itu pun mulai berdatangan.

Bebek-bebek itu berbaris lurus di sepanjang lorong seperti profesional berpengalaman — lalu berhenti, seolah-olah memberikan restu dalam diam.

Para tamu tertawa, pasangan itu tersenyum tak percaya, dan seluruh momen itu terasa seperti kisah dongeng.(yn)

Sumber: sunnyskyz

Gletser Runtuh di Swiss Tenggelamkan Desa, 1 Orang Hilang, 300 Warga Dievakuasi

Baru-baru ini, jutaan meter kubik es, lumpur, dan batu runtuh dari pegunungan Alpen, menimpa sebuah desa kecil dan menenggelamkannya sepenuhnya. Longsoran tersebut membentuk danau bendungan alami (danau tertahan longsor) yang sempat mengancam lembah Alpen. Untungnya, sejak Jumat (30 Mei), air perlahan mulai surut.

EtIndonesia. Gambar satelit pada  Jumat 30 Mei 2025 menunjukkan bahwa Desa Bratsch, yang terletak di selatan Swiss pada ketinggian 1.500 meter, telah dihancurkan dan ditenggelamkan oleh lumpur, hanya atap-atap rumah yang terlihat.

Pada Rabu, gletser dari Gletser Birch di Swiss runtuh, menyebabkan kerusakan parah di Desa Bratsch. Bongkahan es besar dan awan puing batu meluncur deras dari lereng gunung.

Hingga  Kamis, gundukan puing selebar hampir 2 kilometer telah menyumbat aliran Sungai Lonza, membentuk danau sementara yang memicu kekhawatiran akan terjadinya banjir besar di Lembah Alpen.

Pihak berwenang Swiss menyatakan bahwa hingga Jumat sore, sebagian air sudah mulai meresap dan mengalir keluar melalui puing-puing, menunjukkan bahwa air kemungkinan telah menemukan jalan kembali ke sungai — untuk saat ini, krisis dapat dianggap mereda.


“Tindakan hati-hati dari warga dan otoritas di Lötschental sejauh ini hampir sepenuhnya berhasil menghindari korban jiwa,” kata Presiden Swiss, Karin Keller-Sutter.

Otoritas Swiss telah dengan sigap mengevakuasi 300 warga desa minggu lalu, sehingga menghindari korban massal. Namun, satu orang masih dinyatakan hilang — seorang penggembala berusia 64 tahun. Karena kondisi tanah yang sangat tidak stabil, tim penyelamat belum bisa memasuki zona bencana.

Presiden Swiss juga berjanji akan memberikan jaminan bantuan dan mendukung warga terdampak untuk membangun kembali kehidupan mereka. (Hui)

Laporan gabungan oleh jurnalis NTD Li Mei dan Tian Yuan

InDrive Terapkan Sistem Harga Adil yang Nyaman untuk Penumpang dan Pengemudi

0

Jakarta – Menghadirkan pendekatan berbeda dalam ekosistem transportasi online di Indonesia melalui model “Harga Adil”, inDrive memastikan penumpang dan pengemudi dapat menetapkan tarif secara langsung melalui negosiasi, tanpa campur tangan algoritma atau penentuan harga otomatis dari aplikasi.

 Berbeda dengan model konvensional yang menggunakan sistem dinamis berbasis permintaan dan penawaran, inDrive memberi kebebasan kepada pengguna untuk memilih pengemudi, kendaraan, dan tarif yang disepakati bersama. Pendekatan ini dirancang untuk menciptakan pengalaman yang lebih transparan dan adil bagi kedua belah pihak, tanpa bergantung pada jenis ponsel, daya baterai, atau parameter teknis lainnya.

Hingga Saat ini, inDrive merupakan aplikasi ride-hailing kedua yang paling banyak diunduh secara global dan menempati posisi keempat di kategori aplikasi perjalanan. inDrive membawa misi global untuk menentang ketidakadilan dan menciptakan dampak positif bagi satu miliar orang di seluruh dunia pada tahun 2030.

 Di Indonesia, sistem “Harga Adil” mulai menjadi alternatif yang menarik di tengah kekhawatiran publik terhadap lonjakan tarif mendadak (surge pricing) dan potongan komisi tinggi dari platform lain. Pendekatan ini memungkinkan pengemudi dan penumpang untuk berinteraksi lebih setara dan saling menghargai.

 Wahyu Ramadhan, Communication Manager inDrive Indonesia mengungkapkan, Sabtu (31/5) sistem penetapan harga yang dimiliki inDrive, “Kami menerapkan model penetapan harga peer-to-peer yang memungkinkan pengemudi dan penumpang bernegosiasi langsung. Ini menciptakan transparansi dan memastikan kedua belah pihak merasa dihargai. Dengan operasional yang efisien dan pemanfaatan teknologi yang cerdas, kami bisa tetap memberikan layanan yang terjangkau tanpa mengorbankan kualitas.”

 Keamanan menjadi sebagai aspek utama dalam setiap perjalanan. inDrive mengedepankan tanggung jawab tiga arah antara penumpang, pengemudi, dan platform. Dengan fitur keamanan dalam aplikasi serta sistem penilaian dua arah, inDrive berupaya menciptakan ekosistem transportasi yang aman dan terpercaya,

Rusia Gempar: 40 Bomber Nuklir Dihancurkan Ukraina Hanya dalam Semalam!

EtIndonesia. Jelang perundingan damai yang sangat dinanti di Istanbul, Turki, antara Ukraina dan Rusia, konflik kedua negara justru mencapai titik eskalasi baru yang menggegerkan dunia. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, mengonfirmasi bahwa delegasi negaranya telah menerima undangan Rusia untuk bernegosiasi di Turki. Namun, di saat yang sama, Ukraina melancarkan serangan drone paling dahsyat sepanjang sejarah perang modern ke jantung pertahanan udara Rusia—menghancurkan lebih dari 40 pesawat bomber strategis milik Kremlin, termasuk sejumlah pesawat berkemampuan nuklir.

“Operasi Jaring Laba-laba”: Serangan Drone Paling Spektakuler

Serangan yang dijuluki “Operasi Jaring Laba-laba” ini sudah dipersiapkan dengan sangat matang selama lebih dari 18 bulan oleh militer Ukraina dan jaringan intelijen rahasianya. Sumber-sumber independen serta akun pro-Rusia di media sosial mengonfirmasi, serangan ini tidak hanya menyasar pangkalan udara di sekitar zona perang Donbas, tetapi juga menghantam fasilitas strategis jauh di kedalaman Rusia—termasuk di wilayah Siberia yang selama ini dianggap “kebal” dari serangan langsung.

Berdasarkan laporan yang beredar, “Operasi Jaring Laba-laba” menggunakan taktik infiltrasi canggih: puluhan drone quadcopter kecil diselundupkan ke wilayah Rusia dengan cara dimasukkan ke dalam kontainer kargo biasa. Kontainer ini kemudian diangkut truk logistik sipil ke dekat pangkalan udara militer—tanpa sepengetahuan sopir. Pada waktu yang sudah ditentukan, penutup kontainer dibuka secara remote, dan kawanan drone itu langsung terbang serempak ke sasaran.

Detik-Detik Serangan: Rekaman Dramatis dari Medan

Video-video yang beredar di platform X (dulu Twitter) dan Telegram memperlihatkan momen dramatis ketika drone-drone Ukraina keluar dari kontainer, disambut tembakan membabi buta oleh tentara Rusia yang panik. Beberapa drone berhasil ditembak jatuh, namun sebagian besar menembus pertahanan dan menghantam pesawat di landasan, hanggar, bahkan fasilitas bahan bakar.

Salah satu rekaman memperlihatkan ledakan dahsyat yang menghancurkan pesawat di bandara militer, dengan api membumbung tinggi. Terdengar teriakan dan kepanikan dari tentara Rusia, menandakan betapa tak terduga dan mematikan serangan ini. Media-media pro-Kremlin mengakui bahwa sistem pertahanan udara mereka kecolongan akibat taktik kamuflase dan waktu serangan yang presisi.

Kerugian Strategis: Bomber Nuklir Rusia Lumpuh

Data awal yang dihimpun dari berbagai sumber memperkirakan sedikitnya 40 unit pesawat bomber jarak jauh milik Rusia hancur atau mengalami kerusakan berat. Di antara pesawat yang terkena serangan terdapat model Tu-22M3 dan Tu-95M—dua tipe pesawat pembom strategis yang menjadi tulang punggung armada udara Rusia, khususnya dalam misi serangan jarak jauh dan membawa senjata nuklir.

Pakar militer menegaskan bahwa kedua tipe bomber tersebut tidak lagi diproduksi massal di Rusia, sehingga setiap kerusakan atau kehancuran sangat sulit digantikan dalam waktu singkat.

“Ini adalah salah satu kerugian terbesar bagi kekuatan udara strategis Rusia sejak Perang Dunia II,” ujar seorang analis pertahanan dari Ukraina.

Pihak Ukraina sendiri merayakan keberhasilan ini sebagai tonggak sejarah baru dalam perang teknologi drone. 

Menurut pejabat senior militer Ukraina yang enggan disebutkan namanya mengatakan:  “Serangan ini membuktikan, tidak ada tempat yang benar-benar aman bagi mesin-mesin perang Rusia, bahkan di wilayah terdalam mereka sendiri.”

Respons Rusia: Minimalisasi Kerugian, Penangkapan Pelaku

Hingga hari perundingan di Istanbul, pihak Pemerintah Rusia memilih merespons serangan ini dengan narasi yang cenderung meremehkan. Kementerian Pertahanan Rusia menyebut kebakaran dan ledakan di pangkalan udara sudah berhasil dipadamkan, serta tidak ada korban jiwa dari kalangan militer maupun sipil. Selain itu, disebutkan beberapa pelaku “sabotase” telah berhasil ditangkap.

Namun, sejumlah analis menilai respons Rusia kali ini sangat hati-hati dan defensif. Banyak yang percaya, Kremlin berupaya keras menutupi besarnya kerugian guna menjaga moral pasukan dan citra militer di mata publik Rusia maupun dunia internasional.

Imbas Terhadap Negosiasi Damai

Serangan besar-besaran ini terjadi hanya beberapa hari sebelum negosiasi damai di Istanbul, sehingga menimbulkan tanda tanya besar terkait suasana dan hasil perundingan. Sementara pihak Ukraina menunjukkan kekuatan dan inovasi militernya, Rusia dihadapkan pada tekanan psikologis dan kerugian strategis yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Beberapa pengamat memprediksi, keberhasilan operasi drone Ukraina akan menjadi “kartu tawar” dalam negosiasi, menambah tekanan kepada Rusia untuk bersikap lebih realistis dalam agenda damai.

Penutup

Operasi spektakuler ini kembali menegaskan perubahan besar dalam strategi perang modern, di mana teknologi drone dan kecerdasan buatan telah menggeser peta kekuatan militer global. Dunia kini menunggu kelanjutan drama diplomasi di Istanbul, yang akan menjadi panggung penentu bagi masa depan perang Rusia-Ukraina.

Utusan Khusus Trump Dukung Putin? Keith Kellogg: Kekhawatiran Rusia soal Ekspansi NATO ke Timur adalah Hal yang Masuk Akal

EtIndonesia. Negosiasi antara Rusia dan Ukraina saat ini berada dalam kebuntuan. Tiga narasumber dari pihak Rusia yang mengetahui jalannya perundingan mengungkapkan bahwa Presiden Rusia, Vladimir Putin telah menetapkan sejumlah syarat untuk mengakhiri perang di Ukraina. Salah satunya adalah permintaan kepada para pemimpin Barat agar secara tertulis berkomitmen untuk menghentikan ekspansi NATO ke arah timur dan menjamin bahwa Ukraina akan tetap bersikap netral. Menanggapi hal ini, Keith Kellogg—utusan khusus Presiden AS, Donald Trump untuk urusan Ukraina—menyatakan bahwa kekhawatiran Rusia terhadap perluasan NATO adalah sesuatu yang wajar.

Kellogg: Kekhawatiran Rusia terhadap Ekspansi NATO ke Timur itu Masuk Akal

Keith Kellogg menyampaikan bahwa keberatan Rusia terhadap perluasan keanggotaan NATO memang masuk akal. Menurutnya, Amerika Serikat sendiri juga tidak menginginkan Ukraina bergabung ke dalam aliansi militer yang dipimpin oleh Washington itu.

Dalam wawancara dengan ABC News, ketika diminta tanggapannya mengenai tuntutan Rusia atas komitmen tertulis dari Barat untuk menghentikan ekspansi NATO, Kellogg menjawab: “Itu adalah kekhawatiran yang masuk akal.”

Dia menambahkan: “Kita sudah menyatakan bahwa dari perspektif kita, memasukkan Ukraina ke dalam NATO bukanlah sesuatu yang kita pertimbangkan saat ini—dan bukan hanya kita yang berpandangan seperti itu. Saya kira saya bisa menyebutkan setidaknya empat negara anggota NATO lainnya yang sependapat.”

Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa isu ini bukan hanya menyangkut Ukraina, tetapi juga melibatkan negara-negara seperti Georgia dan Moldova.

Namun Kellogg menekankan bahwa pada akhirnya, keputusan mengenai posisi Amerika Serikat terhadap ekspansi NATO akan diambil langsung oleh Donald Trump.

Putin Ajukan Syarat Gencatan Senjata: NATO Harus Berkomitmen Tertulis Hentikan Ekspansi

Putaran kedua perundingan langsung antara Rusia dan Ukraina dijadwalkan berlangsung pada 2 Juni di Istanbul, Turki. Diketahui, pihak Rusia telah menyerahkan sebuah memorandum kepada Ukraina yang secara garis besar memuat syarat-syarat penghentian konflik.

Keith Kellogg mengonfirmasi bahwa penasihat keamanan nasional dari Jerman, Prancis, dan Inggris akan bergabung dengan Amerika Serikat dalam proses diskusi mengenai memorandum tersebut.

Menurut laporan dari Reuters dan media internasional lainnya, tiga narasumber dari Rusia menyebut bahwa Putin melakukan pembicaraan lewat telepon selama dua jam dengan Donald Trump pekan lalu. Dalam pembicaraan itu, Putin menyatakan kesediaannya untuk menyusun sebuah memorandum bersama Ukraina guna menjadi kerangka dasar kesepakatan damai, termasuk penetapan jadwal gencatan senjata. Namun hingga kini, versi dokumen dari pihak Rusia masih dalam proses penyusunan dan belum diketahui kapan akan selesai.

Pihak Kiev dan beberapa negara Eropa mencurigai bahwa Rusia sengaja memperlambat proses ini demi memberi waktu tambahan bagi pasukan Rusia untuk memperluas cengkeraman militernya di Ukraina timur. Terlepas dari itu, perkembangan dalam dialog ini bisa berdampak besar terhadap arah konflik ke depan.

Seorang narasumber dari Rusia yang memahami dinamika internal Kremlin mengatakan: “Putin ingin perdamaian, tetapi bukan dengan mengorbankan semua hal.”

Tiga narasumber lainnya mengungkapkan bahwa Putin menuntut jaminan tertulis dari kekuatan-kekuatan besar Barat bahwa NATO tidak akan melakukan ekspansi ke arah timur, yang berarti secara resmi menutup pintu keanggotaan untuk Ukraina, Georgia, Moldova, dan bekas republik Uni Soviet lainnya.

Selain itu, Rusia juga mengajukan beberapa syarat lainnya, seperti:

·        Ukraina tetap bersikap netral;

·        Barat mencabut sebagian sanksi terhadap Rusia;

·        Aset-aset Rusia yang dibekukan di negara-negara Barat dikembalikan;

·        Hak-hak warga berbahasa Rusia di Ukraina dilindungi.

Salah satu sumber menegaskan, jika Putin menyadari bahwa perdamaian tidak bisa dicapai dengan syarat-syarat tersebut, dia akan memilih jalan militer. 

Pesannya ke Ukraina dan negara-negara Eropa: “Jika perdamaian tidak bisa dicapai sekarang, maka kedamaian di masa depan akan lebih menyakitkan.”

Kremlin tidak memberikan tanggapan resmi terhadap permintaan konfirmasi dari Reuters.

Putin: Akar Konflik Harus Diselesaikan – NATO adalah Pemicu

Putin dan para pejabat Rusia secara konsisten menyatakan bahwa setiap kesepakatan damai harus menyentuh “akar konflik”. Dalam hal ini, yang mereka maksud adalah ekspansi NATO dan dukungan Barat terhadap Ukraina.

Riwayat 5 Kali Ekspansi NATO ke Timur

·        24 Februari 2022, Putin menginstruksikan operasi militer skala besar ke Ukraina—serangan terbesar yang dilakukan Rusia sejak awal tahun 2000-an. Kolumnis politik AS Thomas L. Friedman menyebut, “Dalam perang ini, Amerika Serikat dan NATO bukanlah pihak yang sepenuhnya tidak bersalah.”

NATO, aliansi militer yang dibentuk pada tahun 1949 oleh AS dan negara-negara Eropa Barat, awalnya memiliki 12 anggota. Setelah runtuhnya Uni Soviet pada awal 1990-an, NATO tidak bubar, melainkan terus berkembang untuk mengisi kekosongan keamanan di Eropa Timur dan mulai menerima negara-negara bekas anggota Pakta Warsawa.

5 Gelombang Ekspansi NATO:

1. 1999 – Polandia, Hongaria, dan Ceko bergabung. (Gelombang 1)

2. 2004 – Slovakia, Slovenia, Rumania, Bulgaria, Lithuania, Latvia, dan Estonia bergabung. Ini merupakan ekspansi terbesar NATO. (Gelombang 2)

3. 2009 – Kroasia dan Albania masuk NATO. (Gelombang 3)

4. 2017 – Montenegro bergabung. (Gelombang 4)

5. 2020 – Makedonia Utara resmi menjadi anggota ke-30. (Gelombang 5)

Negara-negara seperti Ukraina, Bosnia-Herzegovina, serta Georgia juga memiliki keinginan untuk bergabung. Sikap ambigu NATO yang tidak menutup kemungkinan keanggotaan bagi mereka terus memicu kekhawatiran Moskow.

Pada akhir 2021, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Andrey Rudenko, menyatakan bahwa keanggotaan Georgia di NATO, ditambah dengan kemungkinan penempatan senjata ofensif di wilayah tersebut, akan melanggar “garis merah” Rusia.

Kesalahan Strategis Barat di Awal 1990-an?

Setelah Uni Soviet bubar, banyak pakar kebijakan luar negeri menyerukan agar Barat membentuk kerangka keamanan baru dan mendefinisikan ulang hubungannya dengan Rusia. Profesor Dan Plesch dari SOAS, Universitas London, mengatakan kepada Deutsche Welle bahwa pada tahun 1990–1991, telah terjadi serangkaian dialog tingkat tinggi antara Rusia dan Barat. “Namun, kami tidak pernah benar-benar berusaha untuk mengajak Rusia bergabung.”

Presiden pertama Rusia yang sangat pro-Barat, Boris Yeltsin, bahkan pernah menandatangani pernyataan pengendalian senjata dengan Presiden AS saat itu, Bill Clinton, pada tahun 1997. Dalam konferensi pers, Yeltsin menyatakan:  “Kami percaya bahwa ekspansi NATO adalah kesalahan besar, dan ini adalah kesalahan serius.”

Lebih jauh lagi, sebuah memorandum dari Departemen Luar Negeri AS pada 1990 menyebut: “Dalam kondisi saat ini, memberikan status keanggotaan NATO dan jaminan keamanan kepada negara-negara Eropa Timur bukanlah pilihan terbaik bagi NATO atau AS.”

Dalam dokumen itu juga dituliskan: “Dalam keadaan apa pun, kami tidak ingin membentuk aliansi anti-Soviet yang menempatkan perbatasan Uni Soviet sebagai garis depan, karena itu akan dilihat sangat negatif oleh pihak Soviet.”

Namun kini, setelah lebih dari tiga tahun perang, Kiev tetap menegaskan bahwa Ukraina harus menjadi anggota NATO—dan bahwa Rusia tidak berhak memiliki hak veto atas keputusan tersebut.(jhn/yn)

Trump Naikkan Tarif Impor Baja dan Aluminium Jadi 50%, Uni Eropa Beri Peringatan Keras

EtIndonesia. Presiden Amerika Serikat, Donald Trump secara resmi mengumumkan bahwa tarif impor untuk baja dan aluminium akan dinaikkan dari 25% menjadi 50%. Langkah ini langsung memicu ketegangan dengan Uni Eropa, yang menyatakan kekecewaan mendalam dan mengancam akan mengaktifkan kembali langkah-langkah pembalasan paling lambat 14 Juli, atau bahkan lebih awal jika diperlukan.

UE Kecam Kebijakan Trump: Timbulkan Ketidakpastian dan Ancaman Baru

Dalam pernyataan yang diberikan kepada Reuters dan NBC News pada Sabtu (31/5), juru bicara Komisi Eropa menyampaikan bahwa pihak Uni Eropa “sangat menyesalkan” keputusan Pemerintah AS untuk menggandakan tarif impor baja dan aluminium. Ia menekankan bahwa langkah tersebut akan:

·        Menambah ketidakpastian terhadap perekonomian global,

·        Meningkatkan biaya bagi konsumen dan pelaku usaha di kedua sisi Atlantik, dan

·        Melemahkan upaya diplomatik untuk menyelesaikan sengketa perdagangan melalui dialog.

Pihak Uni Eropa menjelaskan bahwa langkah pembalasan sebelumnya telah ditangguhkan sejak 14 April, dengan harapan membuka ruang negosiasi bersama Amerika Serikat. Namun, jika tidak ada kesepakatan tercapai, UE menyatakan siap untuk memberlakukan kembali langkah-langkah pembalasan tersebut.

“Komisi Eropa saat ini sedang merampungkan konsultasi akhir mengenai cakupan langkah balasan yang diperluas. Jika tidak tercapai solusi yang dapat diterima bersama, maka sanksi pembalasan yang ada—beserta perluasannya—akan otomatis diberlakukan pada 14 Juli, atau bahkan lebih awal tergantung situasi,” jelas juru bicara tersebut.

Pada hari Jumat (30/5), Trump mengumumkan pemberlakuan tarif impor baja dan aluminium pada rapat umum di U.S. Steel di Pennsylvania untuk melindungi industri dan pekerja Amerika. Dia mengatakan di tempat: “Kami akan menaikkan tarif baja dan aluminium hingga 50%. Kami tidak akan lagi menoleransi perdagangan yang tidak adil.” 

Dia juga menekankan bahwa dia mendukung kesepakatan Nippon Steel untuk mengakuisisi U.S. Steel dan berjanji bahwa kesepakatan itu tidak akan menyebabkan PHK atau alih daya bisnis, tetapi juga mengakui bahwa kesepakatan itu belum dirampungkan secara resmi.

Serikat Pekerja Baja Amerika Serikat (USW), sebuah federasi pekerja dari Kanada, Karibia, dan Amerika Serikat, mengkritik keputusan Trump untuk menaikkan tarif, menyebutnya sebagai “serangan langsung” terhadap industri dan pekerja Kanada. 

“Ribuan pekerjaan Kanada terancam, dan masyarakat yang bergantung pada industri baja dan aluminium terancam,” kata Direktur Nasional USW Kanada Marty Warren dalam sebuah pernyataan. “Kanada harus segera menanggapi dan tegas untuk membela pekerjanya.”

Trump mengatakan tarif baru akan berlaku pada 4 Juni.

Seorang juru bicara UE menambahkan bahwa UE siap mengambil tindakan balasan “termasuk terhadap kenaikan tarif terbaru oleh Amerika Serikat.” (jhn/yn)

Parlemen Ceko Sahkan RUU Pelarangan Propaganda Komunisme, Disamakan dengan Kejahatan Nazi

EtIndonesia. Parlemen Ceko (Dewan Perwakilan Rakyat) baru-baru ini mengadopsi amandemen Pasal 403 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, yang menetapkan bahwa dukungan dan propaganda terhadap gerakan komunisme akan dikenai hukuman pidana penjara selama satu hingga lima tahun.

Komunisme dan Nazisme: Dua Ideologi yang Sama-sama Menindas

Salah satu pengusul RUU ini, anggota parlemen dari Partai Persatuan Demokrat Kristen (KDU-ČSL), Šimon Heller, menyatakan bahwa komunisme dan nazisme memiliki banyak kesamaan, seperti kamp konsentrasi, pembunuhan massal, dan pemerintahan totaliter.

Šimon Heller mengatakan: “Kalau kita mengutuk nazisme karena kejahatannya, mengapa kita memperlakukan komunisme secara berbeda padahal sama-sama menindas?”

Dia menambahkan bahwa siapa pun yang hari ini masih mengaku sebagai seorang komunis, sesungguhnya sedang meremehkan atau bahkan menyangkal kejahatan komunisme, yang dalam pandangannya tak berbeda dari kejahatan Nazi.

Dukungan Luas di Parlemen

Dari 160 anggota parlemen yang hadir, sebanyak 86 orang memberikan suara dukungan, sementara tidak ada satu pun yang menolak.

Anggota parlemen dari Partai TOP09, Michal Zuna, dalam sesi debat menegaskan bahwa larangan terhadap propaganda komunisme bukan hanya “urusan menyelesaikan utang sejarah,” tetapi juga langkah pencegahan terhadap munculnya kembali ideologi komunisme yang mengerikan di masa depan.

Kritik Terhadap Narasi “Komunisme Itu Sebenarnya Baik”

Dalam konferensi pers setelah pemungutan suara, sejumlah narasumber mengkritik keras narasi populer yang mengatakan bahwa “komunisme pada dasarnya adalah ide yang baik, hanya saja telah disalahgunakan.”

Wakil Direktur Institut Penelitian Totalitarianisme, Kamil Nedvědický, menyatakan: “Sejak akar ideologinya, baik komunisme maupun Marxisme sudah mengandung satu elemen utama—kekerasan. Sejak masa Marx sendiri, ia dan para pengikutnya percaya bahwa tanpa kekerasan, revolusi atau perubahan tidak akan pernah terjadi.”

Masih Perlu Persetujuan Senat dan Presiden

Meski telah disahkan di Dewan Perwakilan, RUU ini masih harus disetujui oleh Senat dan ditandatangani oleh Presiden Ceko agar dapat diberlakukan sebagai hukum yang sah.

Tujuan Utama: Perlindungan Prinsip Negara Hukum Demokratis

Juru bicara Institut Penelitian Totalitarianisme, Kamila Nedvědická, menyampaikan kepada media The Epoch Times bahwa inisiatif ini bertujuan untuk mengoreksi ketimpangan dalam perlakuan hukum terhadap dua ideologi totaliter utama abad ke-20, yaitu Nazisme dan Komunisme.

“Kedua ideologi ini secara nyata bertujuan untuk menindas hak asasi manusia dan kebebasan fundamental. Oleh karena itu, hukum pidana Republik Ceko harus mencerminkan fakta ini secara eksplisit. Ini bukan soal ideologi, tapi soal melindungi nilai-nilai dasar negara demokratis yang menjunjung supremasi hukum,” katanya.

Dia menambahkan: “Kami mendukung agar propaganda komunisme—beserta simbol-simbolnya—dikenakan sanksi hukum setara dengan propaganda Nazisme. Keduanya adalah sistem totaliter yang telah menimbulkan penderitaan luar biasa bagi jutaan orang. Dalam negara hukum yang demokratis, tidak boleh ada standar ganda—satu dihukum, satu dibiarkan bebas.”

Isi Amandemen Pasal 403 KUHP: Sebelum dan Sesudah

Sebelum Amandemen:

Pasal 403 KUHP Ceko

Siapa pun yang mendirikan, mendukung, atau menyebarkan gerakan yang secara jelas bertujuan menekan hak asasi manusia dan kebebasan, atau menyebarkan kebencian berdasarkan ras, etnis, kebangsaan, agama, kelas sosial, atau kebencian terhadap kelompok tertentu, akan dikenai hukuman penjara 1 hingga 5 tahun.

Setelah Amandemen (yang diusulkan):

Pasal 403 (versi baru)

Siapa pun yang mendirikan, mendukung, atau menyebarkan gerakan komunis, Nazi, atau gerakan lain yang secara jelas bertujuan menekan hak asasi manusia dan kebebasan, atau menyebarkan kebencian berdasarkan ras, etnis, kebangsaan, agama, kelas sosial, atau kebencian terhadap kelompok tertentu, akan dikenai hukuman penjara 1 hingga 5 tahun.(jhn/yn)

Kesimpulan

Langkah tegas parlemen Ceko ini menandai pergeseran penting dalam sikap Eropa Tengah terhadap warisan komunisme, yang selama beberapa dekade sering kali diperlakukan lebih lunak dibandingkan ideologi fasis. Dengan menempatkan komunisme dan nazisme dalam kerangka hukum yang setara sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan, Ceko berupaya menutup celah hukum sekaligus mengirimkan pesan kuat tentang pentingnya menjaga nilai-nilai demokrasi dan hak asasi manusia di tengah arus populisme dan ekstremisme yang kembali mencuat di banyak negara.(jhn/yn)

Media Asing Ungkap Jerat Utang Inisiatif “Belt and Road” Tiongkok: Negara Berkembang Kian Tertekan Secara Ekonomi

EtIndonesia. Belt and Road Inisiatif (BRI) yang diluncurkan oleh Tiongkok telah berjalan lebih dari satu dekade. Baru-baru ini, Presiden Tiongkok, Xi Jinping menyatakan bahwa, “Menganggap pembangunan negara lain sebagai ancaman dan melihat ketergantungan ekonomi sebagai risiko tidak akan membuat suatu negara menjadi lebih baik atau berkembang lebih cepat.” Namun, sejumlah media internasional justru menilai bahwa Tiongkok belum benar-benar mewujudkan prinsip “keuntungan bersama dan saling menguntungkan” sebagaimana yang diklaim. Sebaliknya, mereka mengkritik Tiongkok karena telah menjebak banyak negara dengan ekonomi lemah dalam beban utang besar—disebut sebagai praktik “diplomasi perangkap utang”.

Proyek Bernilai Triliunan Dolar, Tapi Tidak Simetris

Menurut data yang dihimpun, total kontrak konstruksi dan investasi non-keuangan yang dilakukan Tiongkok dalam kerangka BRI telah melampaui 1,175 triliun dolar AS. Media asing mencatat bahwa hubungan dalam proyek BRI tidak bersifat setara atau simetris, melainkan sangat bergantung pada ekspor modal besar-besaran dari Tiongkok ke negara-negara penerima.

Sebuah analisis dari Lowy Institute, lembaga kajian strategis asal Australia, memperkirakan bahwa hingga tahun 2025, negara-negara berkembang akan menghadapi kewajiban pembayaran utang ke Tiongkok sebesar 35 miliar dolar AS. Yang mencemaskan, lebih dari 60% dari jumlah tersebut—sekitar 22 miliar dolar AS—ditanggung oleh 75 negara termiskin dan paling rentan di dunia. Kondisi ini dikhawatirkan akan semakin mempersempit anggaran penting seperti sektor kesehatan dan pendidikan di negara-negara tersebut.

Proyek “Kecil Namun Indah”: Strategi Baru, Tapi Tantangan Tetap Ada

Laporan The Indian Express menyebutkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, strategi BRI mulai bergeser dari proyek-proyek raksasa ke pendekatan yang lebih terkonsentrasi pada proyek “kecil namun indah” (small but beautiful). Pergeseran ini mencerminkan keprihatinan Beijing atas meningkatnya tekanan internasional, lambatnya progres di lapangan, serta naiknya risiko kredit dan pinjaman. Xi Jinping sendiri telah beberapa kali mengakui tantangan-tantangan tersebut dalam berbagai pernyataannya sejak tahun 2023.

Contoh Kasus: Pakistan dan Sri Lanka

 Pakistan: Investasi Besar, Hasil Minim

Pakistan merupakan salah satu negara yang utangnya paling banyak berasal dari Tiongkok. Dalam proyek unggulan BRI bernama Koridor Ekonomi Tiongkok-Pakistan (CPEC), Tiongkok menjanjikan total investasi sebesar 62 miliar dolar AS. Namun hingga kini, hanya sekitar 26,6 miliar dolar AS yang telah terealisasi.

Sayangnya, proyek ini belum mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi seperti yang diharapkan. Para pengamat menilai bahwa hambatan utama berasal dari ketidakstabilan politik, krisis energi, serta korupsi sistemik di dalam negeri Pakistan.

Sri Lanka: Proyek Mangkrak dan Krisis Utang

Kasus serupa terjadi di Sri Lanka, terutama terkait proyek pelabuhan Hambantota, yang saat ini dikelola oleh China Merchants Port Holdings. Meski secara strategis dianggap sebagai “pijakan Tiongkok” di Samudra Hindia, proyek inti berupa pembangunan kilang minyak yang direncanakan sejak 2019 belum menunjukkan perkembangan berarti.

Sri Lanka kini sedang mengalami krisis ekonomi yang parah, dan sekitar 10% dari total utang luar negerinya berasal dari Tiongkok. Akibat beban tersebut, proyek kilang minyak telah berulang kali dihentikan sejak 2020.

Investasi Tiongkok Terus Berlanjut Meski Dihantam Kritik

Walau menghadapi berbagai tantangan dan kritik internasional, investasi Tiongkok dalam kerangka BRI tetap berjalan. Kementerian Perdagangan Tiongkok mengumumkan bahwa pada kuartal pertama tahun 2024 saja, perusahaan-perusahaan Tiongkok telah mengucurkan investasi langsung non-keuangan senilai 63,63 miliar yuan ke negara-negara sepanjang jalur BRI—angka ini mencatat kenaikan tahunan sebesar 16,8%. Selain itu, nilai kontrak proyek pembangunan yang ditandatangani pada periode yang sama mencapai 338,27 miliar yuan.

Risiko Jangka Panjang bagi Negara Ekonomi Lemah

Meskipun sejumlah negara dengan struktur ekonomi yang lebih kuat mungkin masih bisa mendapatkan manfaat dari proyek BRI, laporan tersebut memperingatkan bahwa bagi negara-negara di kawasan Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Afrika, ketergantungan utang terhadap Tiongkok bisa membawa risiko jangka panjang yang serius.

Sebagian besar negara tersebut memiliki institusi internal yang lemah, sistem pemerintahan yang rentan, serta daya tahan fiskal yang terbatas, sehingga tidak mampu menyerap guncangan ekonomi besar jika proyek BRI tidak berjalan sesuai harapan.

Kesimpulan

Inisiatif Belt and Road yang digadang sebagai proyek kerja sama global justru semakin dicurigai sebagai alat ekspansi ekonomi dan geopolitik Beijing. Di balik slogan “saling menguntungkan”, tersembunyi pola ketergantungan finansial yang dalam jangka panjang bisa menjebak banyak negara berkembang dalam krisis utang dan keterikatan strategis. Dunia internasional kini terus menyoroti bukan hanya manfaat, tetapi juga dampak laten dari investasi besar-besaran Tiongkok, terutama terhadap kedaulatan ekonomi dan stabilitas sosial negara penerima.(jhn/yn)

Macron Peringatkan Beijing: Jika Korea Utara Terlibat di Ukraina, NATO Akan Terjun Lebih Dalam ke Asia

EtIndonesia. Pada 30 Mei, Presiden Prancis, Emmanuel Macron menyampaikan pidato dalam sebuah forum pertahanan di Singapura, di mana dia secara terbuka memperingatkan Beijing: jika Tiongkok tidak mengambil langkah-langkah nyata untuk mencegah Korea Utara terlibat dalam perang Rusia-Ukraina, maka NATO bisa saja meningkatkan kehadirannya di kawasan Asia.

Menurut laporan Politico, dalam pidatonya di forum Dialog Shangri-La ke-22, yang merupakan salah satu konferensi pertahanan terpenting di kawasan Indo-Pasifik, Macron menyebut secara langsung Pemerintah Tiongkok. 

Dia mengatakan: “Kehadiran Korea Utara di Ukraina merupakan masalah besar bagi kita semua. Jika Tiongkok tidak ingin NATO terlibat lebih dalam di Asia Tenggara, maka mereka harus menghentikan keterlibatan militer Korea Utara di tanah Eropa.”

Konferensi Pertahanan Terbesar di Asia

Dialog Shangri-La yang berlangsung selama tiga hari dari 30 Mei hingga 1 Juni, dikenal sebagai “forum pertahanan tingkat tinggi” di kawasan Indo-Pasifik. Lebih dari 550 perwakilan militer dan keamanan dari lebih dari 40 negara dan wilayah menghadiri forum ini.

Selain Macron yang menyampaikan pidato utama, Menteri Pertahanan Amerika Serikat Pete Hegseth dijadwalkan berbicara pada hari Sabtu. Namun, Menteri Pertahanan Tiongkok, Dong Jun, dilaporkan tidak hadir dalam forum ini.

Macron: Prancis Awalnya Menolak Ekspansi NATO ke Asia, Tapi…

Selama ini, Prancis dikenal menentang perluasan pengaruh NATO ke Asia, dan pada tahun 2023 bahkan memimpin upaya menghentikan pembukaan kantor penghubung NATO di Jepang. 

Dalam pidatonya, Macron menegaskan: “Saya dulunya menentang keterlibatan NATO di Asia karena saya tidak ingin Prancis terseret dalam konfrontasi strategis antar negara lain.”

Namun, dia juga memberikan peringatan halus: jika Beijing terus membiarkan Korea Utara ikut campur dalam perang di Ukraina, maka Prancis bisa saja meninjau kembali sikapnya terhadap kehadiran NATO di Asia.

Bukan Pertama Kali Macron Menegur Beijing

Ini bukan kali pertama Macron menyampaikan peringatan keras kepada Tiongkok. Pada 20 Februari, sebelum kunjungannya ke Washington, dia sempat menyerukan kepada Presiden Donald Trump agar tidak bersikap lemah terhadap Vladimir Putin. 

Menurut Macron: “Jika Ukraina jatuh ke tangan Rusia, maka itu akan mengirimkan sinyal kepada Tiongkok bahwa mereka juga punya hak untuk menginvasi Taiwan.”

Dia juga menegaskan bahwa bersikap lemah terhadap Putin hanya akan:

·        Membuat Ukraina tunduk pada kesepakatan yang buruk,

·        Merusak kredibilitas AS dalam menghadapi Tiongkok,

·        Melemahkan upaya pencegahan terhadap program nuklir Iran, dan

·        Menjadi kesalahan strategis besar dalam jangka panjang.

Korea Utara Dukung Rusia Secara Terbuka

Sejak awal tahun 2024, telah beredar laporan bahwa Korea Utara mengirimkan pasukan dan peralatan militer ke Rusia untuk mendukung invasi ke Ukraina. Pada April 2025, Moskow dan Pyongyang secara terbuka mengakui kerja sama mereka, dengan mengeluarkan pernyataan bersama yang menegaskan kehadiran pasukan Korea Utara di garis depan pertempuran melawan militer Ukraina.

Ancaman Nuklir dan Runtuhnya Tatanan Internasional

Dalam pidatonya, Macron juga memperingatkan dunia mengenai:

·        Ancaman proliferasi senjata nuklir, dan

·        Potensi runtuhnya tatanan internasional yang dibangun sejak berakhirnya Perang Dunia II.

Dia kembali menekankan posisi tradisional Prancis yang mendukung kedaulatan strategis dan kemerdekaan pengambilan keputusan di tengah konflik geopolitik antara kekuatan besar dunia.

“Kami, Prancis, akan terus membela prinsip kebebasan dan kedaulatan strategis. Bukan hanya untuk Eropa, tetapi juga untuk kawasan Indo-Pasifik,” ujar Macron.(jhn/yn)

Varian COVID Baru NB.1.8.1 Mulai Menyebar ke Seluruh Dunia: Apa yang Kita Ketahui Sejauh Ini

Pejabat di beberapa negara dekat Tiongkok menyatakan kekhawatiran terhadap varian ini

EtIndonesia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa varian virus penyebab COVID-19 yang disebut NB.1.8.1 menyebabkan peningkatan infeksi di seluruh dunia, seiring dengan pernyataan badan kesehatan Tiongkok bahwa varian ini menjadi varian yang paling dominan.

Varian baru ini telah diklasifikasikan sebagai “varian dalam pemantauan” oleh badan kesehatan PBB pekan lalu, dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat mengonfirmasi sejumlah kecil kasus telah terdeteksi di AS.

WHO Menyatakan Varian Baru Mulai Menyebar

WHO dalam pembaruan tanggal 28 Mei menyatakan bahwa varian ini menyebabkan peningkatan kasus di beberapa wilayah dunia dan saat ini menyebar di Asia Tenggara, kawasan Pasifik barat, dan Mediterania.

“Kenaikan terbaru telah diamati di empat negara dan wilayah sejauh ini: Kamboja, Tiongkok, Hong Kong … dan Singapura,” kata WHO.

Varian LP.8.1 saat ini menjadi varian dominan secara global, menurut WHO. Namun baik LP.8.1 maupun NB.1.8.1 tidak menunjukkan tanda-tanda akan menyebabkan “risiko kesehatan masyarakat yang meningkat” dibandingkan dengan varian lain yang beredar, menurut pernyataan badan kesehatan PBB tersebut.

BACA JUGA : Lonjakan Kasus Covid-19 di Thailand: 67.484 Kasus dalam 7 Hari

BACA JUGA : Aturan “Nol-COVID” Kembali Diterapkan ? Sekolah di Banyak Daerah di Tiongkok Dilaporkan Isolasi Siswa

Laporan dari Tiongkok

Dalam pembaruan terbaru, CDC Tiongkok menyatakan bahwa NB.1.8.1 merupakan mayoritas kasus di Tiongkok, sementara beberapa dokter di Tiongkok menyebutkan lewat media milik pemerintah bahwa salah satu gejala yang banyak dilaporkan adalah sakit tenggorokan yang sangat nyeri.

CDC Tiongkok telah dikritik selama bertahun-tahun karena dianggap tidak transparan dalam melaporkan angka kasus dan kematian selama pandemi COVID-19. Pemerintahan Trump dan beberapa pejabat intelijen AS menyatakan bahwa virus penyebab penyakit ini kemungkinan besar berasal dari laboratorium tingkat tinggi di Wuhan, Tiongkok, pada akhir 2019, sebelum Partai Komunis Tiongkok (PKT) mencoba menutup-nutupi dan meremehkan dampaknya.

Baca juga : Tiongkok Menghadapi Gelombang Baru COVID-19 dengan Gejala Sakit Tenggorokan Tajam dan Terasa Seperti Terbakar yang Dijuluki “Tenggorokan Silet”

Beberapa pakar luar negeri juga mempertanyakan keakuratan jumlah kematian dan kasus yang dilaporkan oleh rezim sejak awal pandemi pada awal 2020.

Dr. Jonathan Liu, profesor di Canadian College of Traditional Chinese Medicine dan direktur Klinik Kang Mei TCM, mengatakan bahwa data resmi pada Maret menunjukkan hanya tujuh orang meninggal dunia akibat COVID-19 pada bulan tersebut.

“Dengan tingkat penyebaran wabah normal, angka serendah itu tidak masuk akal,” kata Liu kepada The Epoch Times. “Kanada, dengan populasi yang jarang dan sanitasi yang baik, mencatat 1.915 kematian akibat COVID dari Agustus tahun lalu hingga Mei tahun ini—lebih dari 200 per bulan. Bagaimana mungkin Tiongkok, dengan kepadatan penduduk yang tinggi, hanya memiliki tujuh kematian per bulan?”

CDC Tiongkok juga “belum melaporkan tingkat kasus parah, tingkat rawat inap, atau tingkat kematian,” menurut Sean Lin, asisten profesor di Departemen Ilmu Biomedis Fei Tian College, mantan ahli mikrobiologi Angkatan Darat AS, dan kontributor The Epoch Times.

Negara-negara lain “tidak bisa mengetahui situasi sebenarnya” di Tiongkok karena upaya PKT untuk meremehkan kondisi nyata COVID-19 di dalam negeri, tambahnya.

Pembaruan terbaru WHO mencatat bahwa kasus varian baru meningkat di wilayah Pasifik Barat, yang mencakup Tiongkok.

Respon dari Pemerintah Negara Lain

Pejabat di Korea Selatan pada 30 Mei mengatakan bahwa pemerintah mereka sedang memantau dengan ketat kasus COVID-19 di Tiongkok dan Hong Kong, sementara Pusat Penanggulangan Bencana dan Keselamatan Nasional negara itu mengadakan pertemuan pada pagi hari mengenai situasi tersebut.

“Kasus COVID-19 meningkat di beberapa negara tetangga, termasuk Hong Kong, Tiongkok, dan Thailand, yang mengkhawatirkan,” kata Wakil Direktur Jenderal II Lee Han-kyung dari Kementerian Dalam Negeri dan Keamanan kepada JoongAng Daily. “Orang-orang berusia 65 tahun ke atas, serta penghuni fasilitas berisiko tinggi, harus segera divaksin untuk mencegah sakit parah dan kematian.”

Asosiasi Medis Korea juga menyatakan adanya “kekhawatiran” karena fluktuasi besar dalam suhu harian dan “peningkatan mobilitas penduduk akibat perjalanan domestik dan internasional.”

“Ada kekhawatiran besar akan kebangkitan COVID-19, dan dengan meningkatnya aktivitas di dalam ruangan akibat cuaca panas, risiko penyebaran infeksi pernapasan mungkin meningkat,” kata asosiasi itu kepada JoongAng Daily.

Di India, Menteri Kesehatan Delhi Pankaj Singh mengatakan kepada kantor berita PTI pada 26 Mei bahwa tidak perlu panik terhadap varian ini.

“Kami telah mengarahkan rumah sakit untuk bersiap dengan tempat tidur, oksigen, obat-obatan esensial, dan peralatan, sebagai bagian dari kesiapsiagaan standar,” katanya. “Tidak perlu khawatir. COVID akibat varian baru ini mirip dengan penyakit virus biasa. Pasien yang datang sejauh ini mengalami gejala ringan seperti demam, batuk, dan pilek.”

Pekan ini, pejabat di Taiwan mengeluarkan peringatan tentang COVID-19 dan menyatakan bahwa masyarakat di negara itu harus memakai masker dan mencuci tangan. Pejabat Taiwan sebelumnya pada bulan ini juga melaporkan adanya peningkatan kasus.

CDC AS : Jumlah Kasus Masih Rendah

Pejabat AS tampaknya meremehkan pentingnya varian baru ini, dengan menyatakan bahwa varian ini tidak lebih buruk dibandingkan dengan varian lain yang saat ini beredar.

Dalam pernyataannya kepada The Epoch Times, juru bicara CDC AS mengatakan bahwa lembaga kesehatan tersebut “sadar akan laporan kasus COVID-19 NB.1.8.1 di Tiongkok dan sedang menjalin kontak rutin dengan mitra internasional.”

Varian ini belum memenuhi ambang batas untuk dimasukkan ke dalam pelacak data COVID di situs CDC. “Kami memantau semua urutan SARS-CoV-2, dan jika jumlahnya meningkat secara proporsional, varian ini akan muncul di dasbor Data Tracker,” tambah juru bicara itu, sambil mencatat bahwa sejauh ini kurang dari 20 urutan varian tersebut telah ditemukan. (asr)

Sumber : Theepochtimes.com 

Kisah Seorang Nenek dan Penjual Kue: Sebuah Balasan Tak Terlihat oleh Mata

EtIndonesia. Di sebuah kota kecil, hiduplah seorang wanita tua yang setiap hari membuat kue tipis untuk keluarganya. Dia memiliki seorang anak laki-laki yang merantau jauh dan sudah lama tak ada kabar. Hatinya penuh rindu dan cemas. Namun, setiap pagi saat membuat kue, dia selalu menyisihkan satu lembar lebih banyak dan meletakkannya di depan pintu rumah, agar siapa pun yang membutuhkan bisa mengambilnya.

Hari demi hari berlalu, dan yang selalu datang mengambil kue itu adalah seorang kakek bungkuk. Anehnya, dia tidak pernah mengucapkan terima kasih. Sebaliknya, setiap kali mengambil kue itu, dia selalu bergumam lirih: “Perbuatan jahat akan kembali pada diri sendiri; perbuatan baik juga akan kembali pada diri sendiri.”

Kalimat itu diulanginya setiap hari, dan semakin sering wanita itu mendengarnya, semakin dia merasa kesal. 

Dalam hatinya dia bertanya-tanya: “Apa maksud kakek ini? Kenapa dia selalu menggumamkan kalimat itu? Bahkan mengucapkan ‘terima kasih’ pun tidak. Sungguh orang yang aneh!”

Sampai suatu hari, perasaan jengkel itu memuncak. Dia berpikir:“Aku harus menghentikan orang ini!”

Dengan dorongan emosi, dia meracuni selembar kue dan bersiap meletakkannya seperti biasa di depan pintu.

Namun, saat hendak mengulurkan tangan untuk menaruh kue beracun itu, tiba-tiba tangannya gemetar hebat. Hatinya bergejolak. 

Dia berkata dalam hati: “Apa yang sedang aku lakukan ini?” 

Dalam sekejap, dia sadar, lalu melemparkan kue itu ke dalam api dan membakarnya. Dia pun membuat kue yang baru, bersih dan tanpa niat jahat, lalu meletakkannya di luar seperti biasa.

Pagi itu, kakek bungkuk datang lagi, mengambil kue, dan seperti biasa, menggumamkan kalimat yang sama: “Perbuatan jahat akan kembali pada diri sendiri; perbuatan baik juga akan kembali pada diri sendiri.”

Yang tak dia ketahui, wanita itu baru saja melewati sebuah pertarungan batin antara kejahatan dan nurani.

Wanita itu memang selalu menyelipkan doa dalam tiap kue yang dia buat.

Setiap hari dia berharap: “Semoga anakku di perantauan tetap selamat dan segera kembali.” 

Namun, sudah berbulan-bulan berlalu tanpa kabar sedikit pun. Dia hidup dalam kecemasan dan penantian yang menyiksa.

Hingga suatu malam, terdengar ketukan di pintu.

Dia membukanya, dan terkejut melihat anak laki-lakinya berdiri di sana! Tubuhnya kurus, wajahnya pucat, dan pakaiannya compang-camping. Anak itu tampak begitu lemah, tetapi senyumnya begitu hangat.

Dengan suara lirih, si anak berkata: “Ibu… bisa sampai di rumah hari ini benar-benar keajaiban. Tidak jauh dari rumah, aku sempat pingsan karena kelaparan. Aku kira hidupku akan berakhir di situ. Tapi kemudian, seorang kakek bungkuk lewat. Aku memohon padanya untuk memberiku sedikit makanan, sekecil apa pun. Dia sangat baik… dia memberikan seluruh kue yang dia punya dan berkata: ‘Ini makananku hari ini, tapi kamu lebih membutuhkannya daripada aku.’”

Seketika, wajah sang ibu pucat pasi. Lututnya lemas, tubuhnya nyaris roboh, dan dia bersandar ke pintu untuk tetap berdiri.

Matanya membelalak saat menyadari satu hal mengerikan: Jika tadi pagi dia tidak membuang kue beracun itu ke dalam api, yang memakannya… mungkin saja adalah anaknya sendiri!

Di momen itulah, kalimat yang selama ini hanya terdengar seperti gumaman kosong dari si kakek bungkuk, kini menghantam jiwanya: “Perbuatan jahat akan kembali pada diri sendiri; perbuatan baik juga akan kembali pada diri sendiri.”

Makna Mendalam dari Balasan Tak Kasat Mata

Hidup di dunia ini, saat kita menyakiti orang lain, pada akhirnya kita akan menyakiti diri sendiri. Namun saat kita menolong orang lain, pada akhirnya kita juga sedang menyelamatkan diri kita sendiri.

Banyak hal dalam hidup ini mungkin tak bisa dijelaskan secara logika, tetapi hukum sebab-akibat senantiasa bekerja, meski mata kita tak melihatnya.

Satu niat baik, sekecil apa pun, bisa menjadi pelindung besar di waktu yang tak terduga.

Semoga kisah ini mengingatkan kita semua bahwa setiap perbuatan, sekecil apa pun, akan kembali kepada diri kita sendiri. (jhn/yn)