Tahun 2024 adalah peringatan 25 tahun petisi damai Falun Gong pada tanggal 25 April. Selama periode khusus ini, banyak anak telah tumbuh dewasa. Dalam kenangan Zhang Xiaoyue, ada pengalaman tak terlupakan dan wajah baik hati yang tidak bisa dihapus untuk waktu yang lama. Untuk memperingati hari istimewa tanggal 25 April, Film dan Televisi New Century
WOIPFG Menyerahkan Daftar Nama 80.000 Lebih Pejabat Tiongkok Penganiaya Falun Gong Kepada FBI
Atas permintaan FBI AS yang hendak memperoleh informasi tentang kejahatan pejabat Partai Komunis Tiongkok (PKT) terhadap Falun Gong, World Organization to Investigate the Persecution of Falun Gong (WOIPFG) atau Organisasi Dunia untuk Menyelidiki Penganiayaan Terhadap Falun Gong menyerahkan sebuah dokumen berisikan “daftar nama sebagian dari pejabat PKT yang terlibat dalam penganiayaan terhadap Falun Gong” kepada pihak FBI AS. Ada pun dalam daftar tersebut tercatat ada lebih dari 80,000 orang pejabat PKT dari semua tingkatan yang baik secara langsung mau pun tidak langsung telah melakukan penganiayaan terhadap Falun Gong. Wang Zhiyuan, Ketua WOIPFG mengatakan, bahwa setelah daftar tersebut dipublikasikan, hal itu akan berdampak besar terhadap sistem PKT. Bahkan mungkin sebagian dari pejabat PKT itu akan mulai menebus dosa-dosa atas perbuatan mereka dengan berhenti berbuat jahat kepada orang yang berkeyakinan dengan harapan nama mereka dapat dikeluarkan dari daftar tersebut
oleh Zhang Qin dan Yu Wei
Organisasi WOIPFG telah memberikan kepada FBI daftar 81.340 pejabat Partai Komunis Tiongkok yang memiliki catatan kriminal berupa pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Termasuk : 9.011 orang pejabat yang dicurigai berpartisipasi dalam pengambilan organ praktisi Falun Gong, 9.109 orang pejabat “Kantor 610”, 11.157 orang pejabat Komite Urusan Politik dan Hukum, dan 52.063 orang pejabat yang bertanggung jawab atas perencanaan dan pelaksanaan penganiayaan terhadap praktisi Falun Gong. Mereka ini berafiliasi dengan semua tingkat komite partai PKT, komite politik dan hukum, sistem “610”, militer, polisi bersenjata, polisi, kejaksaan, Kementerian Hukum, departemen, penjara, rumah sakit, pusat kesehatan dan sistem lainnya.
Falun Gong, juga dikenal sebagai Falun Dafa, adalah latihan spiritual yang mencakup meditasi yang pertama kali diperkenalkan ke publik di Tiongkok pada 1992 oleh Master Li Hongzhi. Latihan ini mengajarkan orang untuk hidup dengan tiga prinsip yaitu Sejati-Baik-Sabar.
Praktisi Falun Gong telah menghadapi penganiayaan di Tiongkok sejak 1999, tahun di mana pemimpin PKT saat itu, Jiang Zemin, memulai kampanye brutal untuk membasmi latihan tersebut. Sebelum dimulainya penganiayaan, latihan ini, yang juga dikenal sebagai Falun Dafa, sangat populer di negara tersebut, dengan sekitar 70 juta pengikut, menurut perkiraan resmi pada saat itu.
Jutaan praktisi Falun Gong telah ditahan di dalam penjara, kamp kerja paksa, dan fasilitas lainnya, dan ratusan ribu orang telah disiksa selama dipenjara, menurut Falun Dafa Information Center. Banyak yang dibunuh, beberapa di antaranya untuk memasok organ tubuh bagi industri transplantasi rezim komunis yang menguntungkan.
Pada 2019, China Tribunal, sebuah pengadilan rakyat independen di London, menyimpulkan bahwa PKT telah secara paksa mengambil organ tubuh dari para tahanan hati nurani selama bertahun-tahun “dalam skala yang cukup besar,” dengan para praktisi Falun Gong sebagai “sumber utama” organ tubuh manusia.
“Beberapa waktu lalu, Amerika Serikat juga melakukan dengar pendapat (terkait sanksi terhadap PKT). Beberapa insiden juga terjadi antara Tiongkok dengan Amerika Serikat. Banyak pejabat (AS) sudah mulai menyadari sikap jahat yang ditunjukkan oleh pejabat PKT dan merasakan ancamannya terhadap komunitas internasional. Mereka membutuhkan informasi tersebut karena mereka juga perlu memahami infiltrasi PKT ke Amerika Serikat dan negara-negara lainnya,” kata Ketua WOIPFG.
Wang Zhiyuan mengatakan bahwa dalam konteks ini, FBI menghubungi WOIPFG untuk memperoleh informasi tentang pejabat PKT yang memiliki catatan kriminal.
Dalam daftar tersebut, terdapat 22 orang penjahat utama PKT yang terlibat dalam pengambilan paksa organ dari tubuh hidup, mereka itu antara lain adalah Huang Jiefu, mantan Wakil Menteri Kesehatan Tiongkok, Zheng Shusen, Direktur Rumah Sakit Hangzhou Shulan, Shen Zhongyang, Direktur Pusat Transplantasi Organ dari Rumah Sakit Pusat Pertama Tianjin, Chen Xinguo, Wakil Direktur Institut Transplantasi Hati Rumah Sakit Umum Polisi Bersenjata Beijing, Wu Mengchao, Wakil Direktur Rumah Sakit Bedah Hepatobilier Oriental Universitas Kedokteran Militer Kedua, Shi Bingyi, Direktur dari Pusat Transplantasi Organ Rumah Sakit ke-309 Militer Komunis Tiongkok.
Wang Zhiyuan mengatakan bahwa publikasi dari daftar tersebut dapat menimbulkan guncangan besar dalam sistem PKT. WOIPFG mendapat banyak masukan, termasuk dari beberapa orang yang namanya masuk dalam daftar.
“Direktur sebuah ‘Kantor 610’ di sebuah kota pergi menemui praktisi Falun Gong setempat dan menyatakan keinginannya (untuk menebus dosa kesalahannya), dengan cara membebaskan semua praktisi Falun Gong yang ditahan secara ilegal di kamp kerja paksa sebelum Tahun Baru Imlek tahun itu. Ia juga menutup semua kelas cuci otak di wilayah hukumnya. Dengan demikian kami menghapus (nama) dia dari daftar tersebut,” ujar Wang Zhiyuan, Ketua WOIPFG.
Wang Zhiyuan juga mengatakan bahwa satu-satunya jalan keluar bagi pelaku kejahatan adalah berhenti melakukan kejahatan, mengungkap dan melaporkan kejahatan yang diketahui, dan melakukan penebusan dosa atas kejahatan yang pernah mereka lakukan.
“Disintegrasi PKT dan melakukan likuidasi menyeluruh atas kejahatan yang dilakukan PKT terhadap kemanusiaan merupakan gelombang sejarah, perkembangan sejarah yang tak terhindarkan, dan tidak ada pihak yang bisa menghentikannya,” katanya. (sin)
Film “Kenangan” Diluncurkan untuk Mengenang 25 April 1999 Saat Praktisi Falun Gong Mengajukan Petisi Damai di Beijing
NTD
Tahun 2024 adalah hari bersejarah yang mencatat peristiwa puluhan ribu orang praktisi Falun Gong Tiongkok mengajukan petisi damai kepada pemerintah pusat di Beijing pada 25 April 1999. Untuk memperingati hari bersejarah ini, New Century Film secara khusus memproduksi film berdurasi panjang – “Kenangan” yang akan tayangkan perdana di platform Ganjing World pada 1 Mei 2024 pukul 20:00 WIB.
Film tersebut mengisahkan kejadian seputar apa yang dialami jaksa wanita bernama Zhang Xiaoyue. Dalam ingatan jaksa Zhang, ia pernah mengalami peristiwa yang mengesankan dan berjumpa dengan seorang wanita berbaik hati yang membuatnya sulit untuk dilupakan. Namun setelah sekian tahun berlalu, di luar dugaan ia bertemu kembali dengan wajah baik budi yang masih teringat dalam benaknya, tetapi di luar dugaan wanita tersebut kini menjadi target yang harus ia adili …
Film berjudul “kenangan” tersebut berdurasi 74 menit. Tim produksi mengatakan bahwa karya ini kaya akan konten, mencerminkan realitas sosial, dan menggugah pikiran setiap penonton. Mereka berharap film ini dapat membawa kehangatan dan harapan bagi orang-orang yang masih memegang teguh keyakinannya meski menghadapi badai. Selain itu juga berharap dapat menginspirasi dan memperingatkan aparat penegak hukum yang berada dalam sistem Partai Komunis Tiongkok.
25 tahun yang silam, tepatnya 25 April 1999, puluhan ribu praktisi Falun Gong Tiongkok mengajukan petisi kepada pemerintah pusat di Beijing dengan cara yang damai, tertib sesuai hukum. Mereka meminta pihak berwenang untuk membebaskan sejumlah praktisi Falun Gong di Tianjing yang ditangkap karena memperjuangkan kebebasan beragama dan lingkungan latihan yang bebas dan legal. Kejadian itu dipuji sebagai “pengajuan petisi terbesar dalam sejarah Tiongkok”.
Oleh karena itu, peristiwa yang dapat dijadikan sebagai tonggak penegakan moralitas manusia ini difilmkan untuk memberikan penghormatan kepada para praktisi Falun Gong yang ikut berpartisipasi dalam pengajuan petisi damai saat itu, dan juga kepada mereka yang bekerja tanpa kenal lelah demi memajukan keadilan. (sin)
Ekspansi Militer Jepang Melampaui Batas-batas Konstitusi
Antonio Graceffo
Meskipun ada pembatasan konstitusional, Jepang telah memulai ekspansi militernya yang paling signifikan sejak Perang Dunia II, sebagai respon terhadap peningkatan agresi Partai Komunis Tiongkok (PKT).
Pada Desember, Perdana Menteri Fumio Kishida menyatakan bahwa Jepang telah mencapai “titik balik dalam sejarah,” dan menekankan perlunya Jepang menyesuaikan pendekatan keamanannya di tengah kondisi yang terus berkembang.
Strategi Keamanan Nasional Jepang (NSS) mengakui Tiongkok dan Korea Utara sebagai ancaman utama, menegaskan kembali kepatuhan Tokyo terhadap kebijakan “Satu Tiongkok” dan resolusi damai atas masalah Taiwan sembari menggarisbawahi meningkatnya agresi rezim Tiongkok dan kemungkinan meningkatnya kemungkinan Jepang untuk mempertahankan wilayahnya.
Dokumen tersebut menyoroti bahwa “Tiongkok tidak menyangkal kemungkinan penggunaan kekuatan militer” dan menggarisbawahi kehadiran militer rezim yang meningkat di sekitar Taiwan, termasuk peluncuran rudal di dekat Jepang. Dokumen ini lebih lanjut menekankan bahwa tindakan rezim Tiongkok di Selat Taiwan tidak hanya mengkhawatirkan bagi Jepang, tetapi juga bagi kawasan Indo-Pasifik yang lebih luas dan masyarakat internasional secara keseluruhan.
Kekhawatiran keamanan dan potensi pembatasan kebebasan navigasi di Selat Taiwan secara langsung memengaruhi tidak hanya negara-negara regional tetapi juga negara-negara seperti Australia, Inggris, dan Prancis, yang memiliki kepentingan di daerah tersebut. Dampak global tidak langsung juga signifikan, mengingat 44 persen kapal kontainer dunia melintasi Selat Taiwan.
Peran keamanan Jepang yang ditingkatkan melibatkan pendalaman hubungan dengan sekutu-sekutunya saat ini, dengan Pentagon yang mengukuhkan hubungan militer terkuat yang pernah ada antara Amerika Serikat dan Jepang, di samping peningkatan hubungan pertahanan Jepang dengan Filipina, termasuk penyediaan bantuan militer.
Selain itu, Tokyo juga menjalin aliansi pertahanan tripartit dengan Manila dan Washington, serta mempertimbangkan untuk berpartisipasi dalam AUKUS, yang terdiri dari Australia, Inggris, dan Amerika Serikat.
Kebijakan Kementerian Luar Negeri menggarisbawahi bahwa “Jepang akan berkontribusi secara lebih proaktif dalam mengamankan perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran masyarakat internasional sembari mencapai keamanannya sendiri serta perdamaian dan stabilitas di kawasan ini.”
Sejalan dengan tujuan ini, Tokyo meluncurkan rencana lima tahun senilai 320 miliar dolar AS untuk memodernisasi dan memperluas militer Jepang, yang menempatkan anggaran pertahanannya sebagai yang terbesar ketiga di dunia, setelah Amerika Serikat dan Tiongkok. Mantan Kepala Pasukan Bela Diri Jepang (JSDF) Laksamana Yoji Koda mengatakan bahwa rencana itu akan mengubah JSDF menjadi “pasukan efektif kelas dunia.”
Di antara akuisisi Jepang yang akan datang adalah rudal Tomahawk Amerika Serikat, yang dijadwalkan untuk digunakan bersama dengan rudal permukaan-ke-kapal Tipe 12 yang diproduksi di dalam negeri tahun depan.
Selain itu, Jepang akan memesan kapal induk baru tahun ini untuk mendukung pengerahan pesawat tempur F-35B Short Take-Off and Vertical Landing (STOVL) buatan A.S. buatan Lockheed Martin. Selain itu, angkatan udara Jepang juga akan membangun pangkalan baru di Pulau Mageshima.
Remiliterisasi Jepang telah mendapatkan persetujuan dari Amerika Serikat dan sekutunya, yang menganjurkan Tokyo untuk memikul porsi yang lebih besar dari beban keamanan regional dan berkontribusi secara lebih efektif terhadap upaya keamanan kolektif. Akan tetapi, di Jepang, proses pengerahan pasukan tetap menjadi topik perdebatan konstitusional.
Sebagai komponen penyelesaian perdamaian, kekuatan Sekutu, yang dipelopori oleh Amerika Serikat, memberlakukan pembatasan ketat pada kekuatan militer Jepang melalui Perjanjian San Francisco dan Konstitusi Jepang, terutama Pasal 9, yang menolak penggunaan perang untuk menyelesaikan perselisihan internasional dan melarang Jepang untuk menggunakan kekuatan militer konvensional. Dalam batasan ini, Jepang hanya diberi wewenang untuk mempertahankan pasukan bela diri, JSDF, dengan kemampuan terbatas yang difokuskan hanya pada pertahanan. Selain itu, Jepang dilarang memiliki aset militer ofensif tertentu, termasuk rudal jarak jauh, kapal induk, dan partisipasi dalam aliansi militer ofensif.
Akan tetapi, selama bertahun-tahun, batasan konstitusional Jepang secara bertahap ditafsirkan ulang, yang mengarah pada perluasan fungsi dan kapasitas JSDF secara bertahap. Dalam beberapa dekade terakhir, para pemimpin Jepang terkemuka telah menganjurkan remiliterisasi.
Mendiang Shinzo Abe, yang menjabat sebagai perdana menteri Jepang dari tahun 2012 hingga 2020, memperjuangkan penguatan kemampuan pertahanan diri Jepang dan peningkatan keterlibatan dalam keamanan regional. Dia mendorong amandemen konstitusi pasifis Jepang untuk memperjelas status hukum Pasukan Bela Diri dan memungkinkan kebijakan keamanan yang lebih proaktif. Pada tahun 2015, beliau memberlakukan undang-undang yang memperluas jangkauan kegiatan yang dapat diikuti oleh JSDF.
Antonio Graceffo, PhD, adalah seorang analis ekonomi Tiongkok yang telah menghabiskan lebih dari 20 tahun di Asia. Graceffo adalah lulusan Universitas Olahraga Shanghai, meraih gelar MBA Tiongkok dari Universitas Shanghai Jiaotong, dan saat ini mempelajari pertahanan nasional di Universitas Militer Amerika. Dia adalah penulis “Beyond the Belt and Road: China’s Global Economic Expansion” (2019).
Prospek Keuangan Tiongkok Kembali Mendapatkan Penurunan Peringkat
Milton Ezrati
Lembaga pemeringkat kredit internasional, Fitch mengkhawatirkan kondisi keuangan Tiongkok. Awal bulan ini, ketika menegaskan kembali peringkat A+ yang masih tinggi untuk Tiongkok, lembaga pemeringkat kredit ini menurunkan apa yang mereka sebut sebagai “prospek” negara tersebut. Dalam hal ini, Fitch mengikuti lembaga pemeringkat lainnya, Moody’s, yang melakukan hal yang sama pada Desember lalu.
Sudah bisa ditebak, kementerian keuangan Beijing keberatan, menegaskan bahwa ekonomi dan keuangan Tiongkok berada dalam kondisi yang baik dan cenderung membaik. Semua ini seharusnya tidak mengejutkan para pemirsa kolom ini, yang selama 18-24 bulan terakhir telah mencatat dan menjelaskan berbagai tantangan ekonomi dan keuangan Tiongkok yang berat. Jika ada, Fitch dan Moody’s tidak melangkah lebih jauh.
Dalam pengumumannya, Fitch menyoroti banyak masalah ekonomi dan keuangan Tiongkok. Yang paling menonjol dalam daftar itu, tentu saja, adalah krisis properti di negara ini dan bagaimana hal itu telah menekan penjualan dan aktivitas di bagian yang dulunya dominan dalam perekonomian Tiongkok. Dengan menekan nilai real estat, keruntuhan ini telah memangkas kekayaan rumah tangga dan karenanya menahan belanja konsumen. Dalam semua hal ini, krisis dan dampaknya telah merusak potensi pertumbuhan Tiongkok secara keseluruhan.
Namun, secara lebih umum, kegagalan para pengembang properti – dengan membebani banyak orang dengan utang yang meragukan – telah merusak kepercayaan dalam komunitas keuangan Tiongkok. Tidak ada satu pihak pun yang dapat memastikan kesehatan keuangan pihak lain, dan ketidakpercayaan ini telah melumpuhkan kemampuan keuangan Tiongkok untuk mendukung pertumbuhan di masa depan. Fitch lebih lanjut menyalahkan Beijing karena menunggu bertahun-tahun untuk bertindak atas masalah penting ini.
Ketika membahas gambaran ekonomi yang umum dan menyedihkan ini, Fitch secara jelas berfokus pada kesehatan keuangan pemerintah. Lembaga ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah menghadapi kesulitan utang yang besar. Bahkan sebelum keruntuhan properti mulai terjadi pada tahun 2021, pemerintah daerah menanggung beban utang yang besar karena Beijing memiliki praktik yang membuat mereka menggunakan apa yang disebut “obligasi tujuan khusus” untuk membiayai proyek-proyek infrastruktur besar.
Bahkan ketika pemerintah daerah berjuang dengan beban utang ini, efek dari keruntuhan properti telah membuat mereka kehilangan sumber pendapatan utama, sehingga semakin sulit bagi mereka untuk membayar utang mereka.
Fitch memperkirakan bahwa pemerintah daerah ini memiliki beban utang yang mendekati setara dengan $11 triliun. Meskipun tidak ada cara untuk memverifikasi angka ini, perlu dicatat bahwa beberapa pemerintah daerah telah mengalami begitu banyak kesulitan dalam membayar utang mereka sehingga mereka harus mengurangi layanan publik.
Beijing baru saja mulai menyesuaikan diri dengan kenyataan ini. Agar tidak membebani pemerintah daerah yang sedang kesulitan, Beijing telah memutuskan untuk menerbitkan utangnya sendiri untuk membiayai pengeluaran infrastruktur terbarunya, mungkin untuk menstimulasi ekonomi yang sedang goyah.
Tiongkok akan menerbitkan sekitar 1 triliun yuan (sekitar $139 miliar) dalam bentuk obligasi untuk belanja infrastruktur. Pemerintah berencana untuk menggunakan apa yang disebutnya sebagai “jatuh tempo yang sangat panjang.”
Keputusan ini menunjukkan dua hal, dan keduanya tidak menggembirakan. Pertama, Beijing tidak mengharapkan hasil yang cepat dari pembelanjaannya. Kedua, dengan memperhatikan masalah anggarannya sendiri, pihak berwenang ingin menunda pembayaran selama mungkin.
Posisi ini bukanlah sebuah kejutan. Meskipun Beijing secara resmi telah menetapkan kesenjangan anggarannya tahun ini sebesar 3% dari produk domestik bruto (PDB) Tiongkok, Fitch mengatakan bahwa angka di atas 7% lebih mungkin terjadi. Terlebih lagi, hutang pemerintah pusat diperkirakan akan meningkat dari sekitar 56,1% dari PDB tahun lalu menjadi lebih dari 61% tahun ini.
Dengan cara apa pun data ini disajikan dan hampir terlepas dari sumbernya, ini bukanlah gambaran keuangan yang bagus. Dan seperti yang telah didokumentasikan oleh kolom ini, kemungkinan besar juga tidak akan membaik dalam waktu dekat, terutama mengingat lemahnya respons Beijing terhadap krisis properti dan penolakan terhadap perdagangan Tiongkok di Amerika Serikat, Eropa, Jepang, dan sebagian besar negara berkembang.
Memang, tampaknya hanya kebaikan – atau, lebih mungkin, politik – yang membuat Fitch dan Moody’s tetap berkonsentrasi pada prospek dan tidak menurunkan peringkat Tiongkok yang sudah ada. Bagaimanapun, permasalahan Tiongkok semakin hari semakin dikenali. (asr)
Milton Ezrati adalah editor kontributor di The National Interest, afiliasi dari Pusat Studi Sumber Daya Manusia di Universitas Buffalo (SUNY), dan kepala ekonom untuk Vested, sebuah perusahaan komunikasi yang berbasis di New York. Sebelum bergabung dengan Vested, dia menjabat sebagai kepala strategi pasar dan ekonom untuk Lord, Abbett & Co. Dia juga sering menulis untuk City Journal dan menulis blog secara teratur untuk Forbes. Buku terbarunya adalah Thirty Tomorrows: The Next Three Decades of Globalization, Demographics, and How We Will Live.”
Api Olimpiade Sedang Dibawa dari Yunani Menuju Marseille dengan Kapal Layar Berusia Seabad
Lentera api untuk Olimpiade Musim Panas 2024 yang akan diselenggarakan di Paris telah meninggalkan Yunani dengan kapal layar abad ke-19 menuju Kota Marseille pada Sabtu (27 April)
oleh Xu Zhe dan Jiang Diya
Sabtu (27 April), kapal “Belem” meninggalkan pelabuhan Piraeus di pinggiran Kota Athena dan berlayar melalui Laut Mediterania untuk tiba di kota pelabuhan Marseille 12 hari kemudian.
“Kami semua gembira. Ini adalah kapal yang dibangun pada tahun 1896, sama dengan Olimpiade (modern) pertama diselenggarakan. Dalam 10 hari ke depan, para penggemar olah raga akan tiba di Marseille untuk melakukan penyambutan. Di sini juga nantinya akan menjadi tempat kompetisi kapal layar berlangsung selama Olimpiade,” ujar Tony Estanguet, Ketua Panitia Olimpiade Paris.
Api Olimpiade Musim Panas 2024 dinyalakan pada 16 April di Olympia, Yunani selatan. Pertandingan Olimpiade kuno diadakan di sini selama lebih dari 1.000 tahun, mulai dari sekitar tahun 776 SM hingga 393 M.
Step aboard with the Olympic flame! 🔥⚓
— The Olympic Games (@Olympics) April 29, 2024
Come behind the scenes on the Belem, the historic French ship carrying the Olympic flame from Greece 🇬🇷 to France 🇫🇷.#OlympicTorchRelay | #Paris2024 | @Paris2024 pic.twitter.com/oYokk9LEpj
Para pembawa obor melakukan perjalanan sejauh 5.000 kilometer (3.100 mil) melintasi Yunani dari stadion kuno di Olympia, termasuk singgah semalam di kota kuno Acropolis.
Pada Jumat, api Olimpiade secara resmi diserahkan kepada Prancis, negara tuan rumah, dalam sebuah upacara yang diadakan di Athens Arena, tempat Olimpiade modern pertama pada tahun 1896.
Nyala api Olimpiade tersebut kemudian diamankan dalam lentera dan bermalam di Kedutaan Besar Prancis di Athena sebelum dibawa dengan perahu “Belem” menuju Marseille, Prancis, di mana 10.000 pembawa obor nantinya akan membawanya menuju 64 wilayah di Prancis.
Olimpiade Musim Panas 2024 akan diadakan di Prancis mulai 26 Juli hingga 11 Agustus 2024. (sin)
Tanpa Segan-Segan Blinken Mengeluarkan Kartu Truf dalam Pertemuannya dengan Pemimpin Tiongkok
Pada Jumat (26 April) Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengakhiri kunjungannya di Tiongkok dan kembali ke Amerika Serikat. Dalam kunjungannya, Blinken menyampaikan keprihatinannya atas banyak persoalan dalam menghadapi perbedaan antara Amerika Serikat dan Tiongkok sehingga menarik perhatian dunia luar
oleh Yi Jing
Pada Jumat, Menteri Luar Negeri AS Blinken menaiki tangga pesawat untuk mengakhiri kunjungan tiga harinya di Tiongkok.
Dalam kunjungan tersebut, Amerika Serikat menyampaikan pandangannya mengenai isu-isu seperti situasi di Laut Tiongkok Selatan dan Selat Taiwan, pemberantasan perdagangan narkoba fentanyl, konflik antara Rusia – Ukraina, pelanggaran hak asasi manusia yang masih terus dilakukan oleh Partai Komunis Tiongkok, hubungan ekonomi dan perdagangan, serta isu militer.
Menteri Luar Negeri AS Blinken mengatakan : “Dalam pertemuan hari ini, dirinya membahas perilaku berbahaya Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan, termasuk menghalangi operasi rutin Filipina dalam pemeliharaan maritimnya di dekat Second Thomas Shoal”.
Pada konferensi pers sebelum meninggalkan Tiongkok, Blinken menekankan masalah pentingnya untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di Laut Tiongkok Selatan dan Selat Taiwan, ketika menyebutkan kekhawatiran Amerika Serikat terhadap perilaku Partai Komunis Tiongkok.
Blinken juga mengungkapkan bahwa drinya juga prihatin dengan konsekuensi praktik perdagangan Tiongkok yang tidak adil dan dampak dari kelebihan kapasitas industri Tiongkok terhadap pasar global dan AS”.
Blinken menekankan bahwa panel surya, kendaraan listrik, baterai, dan produk Tiongkok lainnya yang mendominasi pasar global dengan cara dumping telah menghancurkan persaingan yang sehat dan menempatkan perusahaan internasional dalam risiko.
Selain itu, Blinken mengakui bahwa Tiongkok adalah pemasok peralatan mekanis terbesar bagi Rusia dan sekali lagi memperingatkan Tiongkok untuk berhenti mendukung industri pertahanan Rusia, jika tidak, Amerika Serikat akan mengambil tindakan.
Blinken mengatakan : “Rusia tidak dapat mempertahankan serangannya di Ukraina tanpa dukungan dari Partai Komunis Tiongkok”.
Selain itu, dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan Gedung Putih pada hari itu disebutkan bahwa, Blinken juga mendesak Partai Komunis Tiongkok untuk membebaskan warga negara Amerika Serikat yang ditahan atau dilarang meninggalkan negara tersebut. Pada saat yang sama, Blinken juga menyatakan keprihatinan dan kekhawatirannya terhadap terkikisnya kebebasan dan demokrasi di Hongkong, pelanggaran hak asasi manusia di Xinjiang dan Tibet, serta penindasan transnasional terhadap para pembangkang.
Kunjungan berturut-turut Janet Yellen dan Antony Blinken ke Tiongkok merupakan kelanjutan dari dimulainya kembali dialog tingkat tinggi antara Amerika Serikat dengan Tiongkok di San Francisco pada November tahun lalu.
Namun, ada analisis yang menyebutkan, bahwa seiring dengan meningkatnya ketegangan geopolitik, dan semakin runcingnya persaingan AS – Tiongkok ini, Amerika Serikat selain memberikan peringatan kepada Partai Komunis Tiongkok, tetapi juga mengeluarkan kartu truf yang mampu melumpuhkan kekuatan PKT, seperti “bom nuklir di bidang finansial” serta meningkatkan tarif impor komoditas Tiongkok. Lalu, bagaimana Partai Komunis Tiongkok menanggapi hal ini, mari kita nantikan perkembangannya. (sin)
Wanita Melompat dari Lt. 5 Terekam CCTV Gedung Perbelanjaan di Guangzhou, Menimpa Wanita Lainnya
Informasi ini tidak menginspirasi untuk melakukan tindakan bunuh diri atau tindakan yang membahayakan diri sendiri. Bagi Anda memiliki kecenderungan tindakan tersebut bicaralah dengan orang terdekat anda/kunjungi psikiater atau klinik kesehatan mental
NTD
Berita tentang seorang wanita melompat dari lantai 5 gedung perbelanjaan dan menimpa seorang wanita lainnya yang sedang berjalan di lantai dasar berada di tempat teratas daftar pencarian populer media pada 28 April 2024.
Rekaman cctv gedung menunjukkan, bahwa insiden itu terjadi pada Sabtu (27 April) pukul 16:27 di mana seorang wanita yang mengenakan baju atasan merah dengan celana pendek berwarna gelap, membawa tas di bahu kanannya berjalan perlahan menuju pagar pengaman lantai dalam gedung di sebuah pusat perbelanjaan di Guangzhou, lalu melihat ke arah lantai dasar, tak lama kemudian, setelah meletakkan tasnya di sebelah toko, wanita tersebut mengambil sebuah bangku milik toko yang rupanya ingin digunakan untuk naik ke railing pagar dan meloncat, tetapi usaha pertamanya gagal sehingga kakinya turun kembali ke lantai. Setelah usaha untuk kedua kalinya berhasil membuat badannya berdiri di atas railing, sambil berteriak keras ia langsung melompat. Bersama dengan suara jatuhnya badan wanita tersebut terdengar pula suara teriakan dan gaduh di lantai dasar.
Rekaman kemudian menunjukkan wanita itu tergeletak di lantai bawah berdekatan dengan seorang wanita lainnya yang berpakaian hitam. Saksi mata mengatakan bahwa wanita berpakaian hitam itu tergeletak akibat tertimpa badan wanita yang melompat dari atas.
Menanggapi insiden ini, staf gedung perbelanjaan dalam menjawab pertanyaan reporter media Tiongkok mengatakan, bahwa pihak berwenang sudah menangani masalah tersebut, sehingga dirinya tidak bersedia mengungkapkan detail kejadiannya. Tetapi ia menyampaikan bahwa gedung tidak ditutup, operasi perbelanjaan tetap berjalan seperti biasa.
Setelah insiden tersebut, wanita yang tertimpa “petaka” tersebut mengatakan bahwa dirinya hanya mengalami gegar otak ringan dan sedikit luka kulit, yang diakui sebagai berkah dari kemalangan.
Dia mengungkapkan bahwa pada hari itu dia hendak pulang usai berbelanja di gedung perbelanjaan Hansha Huanyu, Guangzhou. Tiba-tiba tubuh seorang wanita yang melompat dari lantai 5 untuk bunuh diri menimpa dirinya yang sedang berjalan di lantai dasar gedung. Seketika itu dirinya tidak sadarkan diri. Ketika siuman, dia baru merasakan sakit sekali sehingga tidak bisa bergerak.
Dia mengatakan : “Pada saat itu, saya tidak tahu apa yang terjadi, tidak ingat apa-apa, saya tidak tahu di mana saya berada atau mengapa saya jatuh ke tanah. Wanita yang bunuh diri itu tergeletak di samping saya. Saya tidak tahu siapa dia. Saya merasa seperti berada dalam mimpi, juga terasa sepertinya saya sudah mati. Saya tidak menyadari apa yang telah terjadi sampai saya masuk ke dalam mobil ambulans, dan saya mendengar dari staf medis yang mengatakan bahwa saya tertimpa badan orang lain yang jatuh”.
Untungnya, tidak terjadi patah tulang, kecuali luka di bagian kulit. Meskipun dirinya didiagnosis mengalami gegar otak ringan, dan jelas mengalami trauma mental.
Netizen di Tiongkok memberikan berbagai komentar, antara lain : “Ini benar-benar kejadian tidak terduga”, “Orang berjalan kaki saja menghadapi bahaya”, “Kasihan, ambil jalan pintas karena tidak menemui jalan keluarnya. Hidup hanya sekali. Malang juga si pejalan kaki”, “Ketidakadilan yang di luar toleransi memaksa orang menempuh jalan pintas”, “Pengusaha gedung yang tidak bersalah, juga kebagian getahnya” ….
Sebuah postingan dengan nama “Luo Luo Shen Kan” di situs Baidu yang mengutip informasi dari seorang yang mengetahui permasalahan memberitakan, bahwa wanita tersebut terpaksa mengambil jalan pintas karena rumah yang baru dibeli tidak kunjung diselesaikan pembangunannya oleh pengembang, alias terbengkalai sampai saat ini, tetapi utang bank yang harus dilunasi mencapai 4 juta yuan, hal tersebut membuatnya stress berat. Karena itu ia memilih mengakhiri hidup. (sin)
Perang Dagang Baru, Kunjungan Yellen Ultimatum Terakhir
Pinnacle View
Beberapa waktu lalu kunjungan Menkeu AS Janet Yellen ke Tiongkok berakhir, Menlu Rusia Sergey Lavrov sudah tiba di Beijing, kemudian menyusul Menlu AS juga berkunjung ke Beijing. Ibukota Beijing yang terlihat begitu hiruk pikuk itu telah terbukti merupakan pusat dari berbagai konflik besar internasional saat ini.
Yellen meminta Tiongkok agar tidak mengekspor kelebihan kapasitas produksinya yang berlebih, apakah ini karena alasan ekonomi? Atau karena alasan keamanan nasional? Konflik AS-Tiongkok sepertinya tidak terelakkan lagi, lalu apa rencana jangka pendek dan jangka panjang AS terhadap strategi PKT?
Perang Dingin Baru Dimulai? Kunjungan Yellen ke Tiongkok Hendak Blokir Dumping
Produser televisi independen bernama Li Jun mengatakan kepada “Pinnacle View”, kali ini Yellen berkunjung ke Tiongkok, fokus pada masalah kelebihan produksi dan praktek dumping dengan harga murah. Topik ini sangat layak dicermati semua pihak pada saat ini, karena setelah bergabung dengan WTO, seluruh ekspor PKT ke luar negeri dilakukan dengan kebijakan dumping, mulai dari produk sehari-hari sampai besi baja dan semua produk fotovoltaik di-dumping dengan harga murah di seluruh dunia, sehingga menimbulkan dampak yang sangat besar bagi industri di seluruh dunia. Termasuk produk internet Huawei, semua orang merasa produk Huawei adalah produk teknologi tinggi, tapi sebenarnya harganya lebih murah 30% sampai 40% dibandingkan kompetitornya. Jadi kebijakan ini sudah bukan baru terjadi satu dua hari saja.
Mengapa harus membahas masalah ini? Ini mungkin menyangkut pertimbangan strategis AS, bahwa sekarang PKT masih menggunakan kebijakan dumping semacam ini untuk menghabiskan kelebihan produksinya, AS harus mencegahnya, tidak bisa membiarkannya terus begini, karena berdampak sangat besar terhadap rantai industri seluruh dunia.
Di samping itu Yellen juga memperingatkan PKT karena telah membantu Rusia, tadinya AS hanya mengatakan PKT tidak boleh memberikan bantuan senjata kepada Rusia. Kali ini Yellen mengubahnya, dengan mengatakan tidak boleh memberikan dukungan materi dalam bentuk apapun, jika tidak maka akibatnya akan sangat serius.
Sebenarnya belakangan ini mulai dari Biden, Blinken dan militer AS telah membicarakan soal PKT yang telah membantu Rusia membangun basis produksi militernya. Perkataan ini sudah sangat serius, karena jika PKT membantu Rusia membangun industri militernya, maka situasi seluruh perang Rusia-Ukraina akan mengalami perubahan yang sangat besar.
Zelensky belum lama ini mengatakan, jika sekarang Rusia terus menyerang, maka tahun ini ia mungkin akan mundur bertahan secara perlahan, karena amunisi artilerinya tidak banyak lagi. Maka besar kemungkinan Rusia akan melakukan serangan musim panas, tahun lalu Ukraina yang melakukan serangan musim panas, tahun ini kemungkinan Rusia yang akan melakukannya, karena dengan kapasitas produksi Rusia seperti itu, amunisi artilerinya sangat banyak. Jadi dengan kondisi ini, situasi Rusia-Ukraina akan mengalami perubahan besar, dan akan berdampak besar pula bagi Eropa.
Jadi sekarang Li Jun mulai memahami, mengapa waktu itu Macron mengatakan NATO harus ikut berperang. Karena sekarang PKT, Iran, Korut, dan Rusia telah membentuk aliansi militer yang kuat, Rusia berperang, yang mendukungnya adalah semua negara itu. Sekarang Ukraina bukan berperang melawan Rusia, melainkan berperang melawan beberapa negara, tentu saja Rusia juga bukan berperang dengan Ukraina, tapi berperang melawan NATO, jadi disini telah terbentuk semacam perang antara dua kubu. Bagaimana kondisi ini akan berkembang di kemudian hari, pidato Biden sangat tepat mendeskripsikannya, mengatakan perang ini akan berdampak jangka panjang bagi keamanan Eropa, jika Ukraina tidak mampu bertahan, maka dampaknya akan sangat besar bagi Eropa. Jadi walaupun Yellen adalah seorang pemeluk panda, tapi perkataannya terhadap PKT atas masalah Rusia kali ini cukup keras.
PKT Kembangkan Ekonomi Bukan Untuk Rakyat, Dumping Berdampak Keamanan Global
Pemimpin redaksi Epoch Times yakni Guo Jun mengatakan, mengapa Tiongkok cenderung melakukan dumping menjual barang dengan harga super murah untuk menguasai pasar, masalah ini harus dibahas dari sisi politik. Kita tahu, inti beroperasinya masyarakat kapitalisme adalah kapital, dan tujuan dari kapital adalah laba, jadi pada umumnya perusahaan di Barat sasarannya adalah memperoleh laba. Tapi berbeda halnya dengan paham sosialisme, sasaran partai komunis bukan laba, melainkan kekuasaan pengendalian. Tujuan terpenting di dalam BUMN di Tiongkok bukan berapa banyak keuntungan yang dapat diraihnya, melainkan seberapa besar skala perusahaannya itu. Semakin besar skalanya, maka semakin tinggi pula standar perusahaan, dan level para manajer perusahaan itu pun akan semakin tinggi, jadi para eksekutif di BUMN semuanya memiliki jabatan setara pejabat pemerintah, misalnya setingkat wakil Menteri dan lain sebagainya. Jadi karakteristik dasar perusahaan negara sosialisme inilah yang menentukan perilaku semua perusahaan di Tiongkok, sasaran terbesar suatu perusahaan adalah terus memperbesar skalanya, dan sasaran ini jauh melampaui tujuan mengejar keuntungan. Kecenderungan semacam ini juga berlaku pada perusahaan swasta, di Tiongkok, semakin besar perusahaan swasta maka akan semakin aman perusahaan tersebut, oleh karena itu kita kerap mendengar adanya istilah di kalangan warga Tiongkok “sangking besarnya sampai tidak mungkin bangkrut”, ini juga merupakan ungkapan dari Xu Jiayin (Hui Ka Yan) yang sangat terkenal itu, sebesar itulah skala Evergrande Group miliknya sampai tak mungkin bangkrut, begitulah prinsipnya.
Jadi pada masyarakat kapitalisme jika suatu perusahaan berjalan dengan baik, maka sang pemilik usaha akan mendapatkan keuntungan, setelah banyak keuntungan maka akan menambah gaji karyawan, walhasil ini akan memperbesar konsumsi masyarakat, dan semua orang hidup sejahtera. Sedangkan kondisi di Tiongkok adalah, jika suatu perusahaan berjalan baik, investasi akan ditambahkan untuk memperbesar skala perusahaan, pemilik bisnis setelah memperoleh keuntungan tidak akan memberikan kenaikan gaji, sehingga konsumsi masyarakat dengan sendirinya tidak akan meningkat, yang meningkat hanyalah kebutuhan akan sumber daya dan modal. Jadi konsumsi domestic di Tiongkok hanya mencakup 37% saja dari PDB, sedangkan pada mayoritas negara di Barat mencapai sekitar 70% dari PDB. Kunjungan Yellen ke Tiongkok kali ini, dia memberikan resep bagi warga Tiongkok, mengatakan bahwa Tiongkok harus meningkatkan pasar konsumsi domestiknya, yang dikatakan oleh Yellen ini adalah kesungguhan dari hati nuraninya, hanya saja ini merupakan logika Amerika, bukan logika PKT.
Cara PKT adalah dengan memberikan subsidi pemerintah, sehingga ekspor Tiongkok melonjak drastis, karena mengandalkan subsidi pemerintah. Misalnya potongan pajak ekspor, jika produk diekspor maka pemerintah akan mengembalikan pajak pertambahan nilainya atau PPN, bagian ini mencakup setidaknya 17% dari nilai penjualan. Mayoritas keuntungan perusahaan Tiongkok dari ekspor adalah kurang dari 5%, maka pengembalian pajak sebesar 17% itu adalah godaan yang teramat besar.
Jadi, dumping dengan harga murah sudah menjadi strategi bisnis perusahaan Tiongkok, walaupun menjual rugi, mereka masih akan memperoleh 17% subsidi itu. Bicara soal produk energi baru, kondisi ini bahkan lebih parah lagi, PKT memberikan subsidi mulai dari sumber awalnya, misalnya di bidang panel energi surya PKT memberikan subsidi sejak mulai berinvestasi, lalu kredit usaha diberikan lagi kemudahan, dan ekspor juga diberikan pengembalian pajak, tuntutan lingkungan hidup pun dilonggarkan, bahkan pemerintah mendukung perusahaan untuk memeras tenaga kerja, akibatnya perusahaan pada industri ini pun bermunculan, membentuk kapasitas produksi yang sangat besar dan kompetisi dalam hal harga jual, dan pemenang terakhir yang unggul dalam persaingan harga tersebut akan memberikan harga yang sedemikian murahnya sampai menakutkan semua orang, benar-benar lebih murah daripada harga sayur.
Guo Jun mengatakan, setelah tahun 2000 Tiongkok bergabung dengan WTO, banyak perusahaan AS dan Eropa telah gulung tikar, misalnya pada industri baja besi, tekstil, pelayanan, dan lain-lain telah banyak yang ditutup. Hanya dari industri besi baja saja AS telah kehilangan 2 juta lapangan kerja, semuanya sudah pindah ke Tiongkok. Selama satu dekade terakhir industri panel energi surya Eropa dan AS pada dasarnya sudah runtuh, di Eropa semua bangkrut tak bersisa, di AS sendiri 90% sudah bangkrut. Dan sekarang tiba giliran mobil listrik, ini akan berdampak teramat besar bagi industri otomotif di Eropa dan AS. Begitu juga industri farmasi, industri farmasi di AS sangat maju, tapi obat-obatan dasar dan bahan baku obat semua diproduksi di Tiongkok. Masalah ini sudah pernah dibahas di AS beberapa tahun lalu, khususnya selama masa pandemi lalu, karena industri ini menyangkut masalah keamanan nasional, jika PKT melarang ekspor bahan baku antibiotik, maka habislah AS.
Konflik AS-PKT Tak Terhindarkan, Kapan AS Akan Berperang?
Guo Jun mengatakan, konflik dalam hubungan AS dengan PKT adalah pasti, salah satu sifat asli paham sosialis adalah nasionalisme, atau dengan ungkapan lain adalah merkantilisme, yaitu konfrontasi dalam bidang ekonomi dengan negara asing dengan kekuatan negara dan kekuasaan pemerintah, tujuannya adalah saling bertikai, saling konfrontasi. Tidak seperti masyarakat demokrasi, dimana tujuan negara adalah meningkatkan kualitas hidup warganya.
Seorang Wakil Ketua Partai Komunis Yugoslavia yakni Milovan Djilas, yang kemudian gagal dalam perebutan kekuasaan lalu dipenjara, dia menulis sebuah buku yang sangat terkenal berjudul “The New Class”. Dalam buku itu disebutkan sejumlah karakteristik rezim komunis, salah satunya adalah semua rezim komunis Leninisme, tujuan ekonominya pada dasarnya adalah industrialisasi, tujuan akhirnya adalah kompetisi negara, memperoleh kemenangan melalui persaingan antar negara, lalu mendorong lagi gerakan paham komunis.
Kita bisa melihat yang dilakukan oleh PKT persis seperti yang dikatakan Djilas, lewat dukungan negara skala perusahaan diperbesar untuk bersaing di bidang ekonomi, lalu menghancurkan industri negara lain untuk meruntuhkan negara tersebut, kemudian memanfaatkan pengaruh ekonomi ini untuk memperluas ekspansi ideologi paham komunisnya. Sebenarnya PKT telah menjalankan jalur pengembangan seperti ini, selama ini kita bisa melihat memang inilah yang dilakukan PKT.
Buku “The New Class” karya Djilas sebenarnya sangat terkenal di negara Barat, kaum elit AS sekarang juga semakin mengerti, jadi semua kebijakan dan tindakan yang mereka keluarkan sekarang, adalah mempersiapkan perlawanan negaranya, saya melihat ini adalah kebijakan nasional jangka panjang AS, dan jalur ini akan sangat sulit diubah.
Wang Juntao mengatakan, kalangan akademis strategis AS sebenarnya terbagi menjadi kaum Hawkish serta kaum Dovish. Kaum Dovish selalu beranggapan, dalam politik internasional, jika sejumlah hal dapat diatasi dengan baik dan tidak seperti Chamberlain yang menyerah begitu saja, sebenarnya PDII bisa dihindari. Strategi mereka adalah: menetapkan suatu plafon, misalnya teknologi tinggi tidak boleh dikembangkan di Tiongkok; lalu menetapkan suatu dasar, sekarang tidak boleh mengobarkan perang, baik di Taiwan maupun di Laut Selatan, tidak boleh ada perang, tidak boleh provokasi; lalu ruang di tengah ini diolah sedemikian rupa, sebisa mungkin berdamai, ada kalanya perlu tarik ulur. Kaum Hawkish juga berpikiran sama, walaupun pada akhirnya AS harus bertikai dengan PKT, tapi sekarang belum saatnya, karena sekarang Israel masih berperang, Ukraina masih berperang, AS tidak memiliki banyak anggaran, tidak mempersiapkan cukup banyak senjata, setiap hari Biden dipusingkan dengan urusan mencari dana untuk membiayai perang.
Wang Juntao mengatakan, ia merasa Biden memikirkan sangat jelas akan masa depan, di atas ada plafon, perbedaan teknologi antara AS dengan PKT akan semakin besar; di bawah ada garis batas, konflik AS-PKT tidak akan segera meletus. Dengan demikian seiring dengan adanya senjata generasi baru AS, dengan adanya senjata drone, keunggulan militer terhadap PKT akan semakin besar, jadi Biden merasa waktu dan kondisi akan berpihak padanya.
Ada satu kunci utama, AS pernah berperang di PDI dan PDII, setiap kali selalu diserang lebih dulu oleh lawan, sehingga AS mempunyai alasan kuat untuk terjun ke medan perang, jadi dirasa kali ini mungkin AS juga akan membiarkan PKT menentukan waktu konfrontasi. Jika PKT mulai bertikai, maka AS mempunyai alasan kuat untuk berperang, berperang secara menyeluruh, setelah perang usai maka Tiongkok akan diubah, berubah menjadi seperti Jerman dan Jepang. Ada satu kemungkinan lain, yakni terjadi revolusi demokrasi di Tiongkok, yang pada akhirnya akan membuat seluruh dunia menjadi damai di masa mendatang, karena tidak akan ada perang antara negara demokrasi, ini adalah hukum pasti dari pengalaman politik internasional saat ini. (lin)