Surabaya – Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat atau IOH) kembali menunjukkan komitmennya dalam mendukung pengembangan talenta muda Indonesia melalui gelaran INSPIRE Career Week 2025 di Auditorium Ternate – Airlangga Sharia & Enterpreneurship Education Center (ASEEC) Tower Universitas Airlangga (UNAIR). Acara bertema “Gear Up: Your Future Starts Now!” ini dihadiri lebih dari 600 mahasiswa dari berbagai fakultas dan jurusan.
INSPIRE (Indosat Ooredoo Hutchison Apprenticeship Experience) Career Week hadir sebagai wadah edukatif dan inspiratif yang membekali generasi muda dengan wawasan, keterampilan, serta motivasi untuk memasuki dunia kerja yang semakin terdigitalisasi.
Seminar ini menghadirkan Lisa Qonita, SVP Head of People & Culture Indosat Ooredoo Hutchison, yang membagikan panduan praktis dan strategi menghadapi tantangan karier di era digital.“Di tengah perkembangan teknologi yang pesat, penting bagi generasi muda untuk memiliki skillset yang relevan dan mentalitas yang adaptif. Seminar ini kami hadirkan untuk membantu mahasiswa mempersiapkan diri sejak dini agar mampu meraih cita-cita mereka,”ujar Lisa.
Mengutip data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari 2024, terdapat sekitar 3,6 juta Gen Z usia 15–24 tahun yang menganggur, atau sekitar 50% dari total pengangguran terbuka nasional. Fakta ini menunjukkan pentingnya inisiatif nyata untuk menjembatani kesenjangan antara dunia pendidikan dan kebutuhan industri.
Fahd Yudhanegoro, EVP Head of Circle Java Indosat Ooredoo Hutchison menyampaikan, “Kami percaya bahwa kewirausahaan menjadi salah satu solusi untuk menekan angka pengangguran. Melalui bootcamp ini, kami ingin menumbuhkan jiwa entrepreneur sekaligus membekali mahasiswa dengan keterampilan yang dibutuhkan di era teknologi.”
Sebagai bagian dari rangkaian acara, Indosat juga memperkenalkan Inspire Program (Indosat Ooredoo Hutchison Apprenticeship Experience) Circle Java, yaitu program magang eksklusif untuk mahasiswa semester 4–6 di wilayah Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara. Program ini membuka kesempatan bagi peserta untuk terlibat langsung dalam proyek nyata di Indosat selama 3–6 bulan, lengkap dengan workshop pengembangan diri, mentoring profesional, dan remunerasi yang kompetitif.
Prof. Dr. Elly Munadziroh, drg., M.S. – Direktur DPKKA (Direktorat Pengembangan Karir, Inkubasi, Kewirausahaan, dan Alumni) UNAIR menyampaikan apresiasinya terhadap kerja sama ini, “Kami menyambut baik inisiatif Indosat dalam mendukung mahasiswa UNAIR. Kegiatan seminar, bootcamp, hingga program magang seperti Inspire sangat relevan untuk mempersiapkan mahasiswa menghadapi dunia kerja dan industri masa depan.”
Dengan INSPIRE Career Week 2025, Indosat berharap dapat terus menjadi bagian dari perjalanan transformasi generasi muda Indonesia menuju masa depan yang lebih siap, tangguh, dan penuh peluang.
EtIndonesia. Situasi politik di Tiongkok belakangan ini tengah menjadi sorotan dunia. Spekulasi dan rumor berkembang liar, terutama menyangkut nasib Sekretaris Jenderal Partai Komunis Tiongkok, Xi Jinping, serta stabilitas kepemimpinan di pusat kekuasaan Partai, Zhongnanhai.
Rapat Politbiro Tidak Digelar: Sebuah Kejadian Langka
Pada bulan Mei, untuk pertama kalinya dalam sejarah kepemimpinan Xi Jinping, rapat bulanan Politbiro Pusat Partai Komunis Tiongkok tidak digelar. Biasanya, rapat ini selalu dilaksanakan pada akhir bulan, dan merupakan forum terpenting untuk menentukan arah kebijakan nasional, membahas isu-isu strategis, hingga melakukan konsolidasi politik internal Partai. Keputusan, arahan, dan pernyataan yang keluar dari rapat Politbiro selalu menjadi acuan utama bagi seluruh struktur pemerintahan dan partai di seluruh Tiongkok.
Absennya rapat bulanan ini jelas menimbulkan pertanyaan besar. Pengamat politik kawakan, Chen Pokong, dalam siaran langsungnya menegaskan bahwa kejadian ini sangat tidak lazim, bahkan tergolong sebagai sinyal adanya guncangan besar di lingkaran elite kekuasaan Tiongkok.
Xi Jinping “Menghilang” dari Publik Setelah Kunjungan ke Henan
Yang menambah kecurigaan, sejak melakukan kunjungan kerja ke Provinsi Henan beberapa waktu lalu, Xi Jinping tidak pernah lagi muncul di hadapan publik. Tidak ada berita kegiatan resmi, tidak ada penayangan video kunjungan kerja, bahkan media-media pemerintah pun mendadak bungkam mengenai aktivitas sang pemimpin. Padahal, dalam sistem politik Tiongkok, kehadiran Xi Jinping selalu diekspos secara masif dan menjadi penanda stabilitas rezim.
Chen Pokong menilai, hilangnya Xi Jinping secara mendadak dari pemberitaan publik merupakan salah satu indikator penting adanya “sesuatu” yang terjadi di balik tembok tebal Zhongnanhai.
Dua Skenario Utama: Sakit Keras atau Dikudeta?
Menurut analisis Chen Pokong, jika Xi Jinping tidak mampu memimpin rapat Politbiro, ada dua kemungkinan besar yang terjadi. Pertama, Xi Jinping benar-benar sakit keras dan tidak mampu menjalankan tugasnya sebagai pemimpin Partai sekaligus negara. Kedua, seperti rumor yang semakin santer beredar, Xi Jinping sedang berada dalam tahanan rumah, diduga di Kota Luoyang, Henan.
Chen juga menyampaikan bahwa kemungkinan Xi Jinping “dikurung” oleh faksi internal Partai bukanlah hal mustahil. Dalam sejarah Partai Komunis Tiongkok, persaingan dan intrik di tingkat elite kerap berakhir dengan penyingkiran paksa para pemimpin puncak, baik lewat mekanisme politik maupun operasi-operasi rahasia.
Analisis: Potensi Perlawanan Balik dari Xi Jinping
Chen Pokong tidak menutup kemungkinan bahwa jika memang benar Xi Jinping sedang “dikurung” atau diasingkan, dia bisa saja berupaya melakukan perlawanan balik. Selama satu dekade terakhir, Xi dikenal sebagai pemimpin yang sangat kuat, sentralistis, dan mampu mengendalikan hampir seluruh institusi utama negara, mulai dari militer, aparat keamanan, hingga media massa. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa rival-rival politik di dalam Partai mulai merasa terancam dan mengambil langkah dramatis untuk mengakhiri kekuasaannya.
Dalam dinamika Partai Komunis Tiongkok, segala sesuatu bisa berubah dalam sekejap. Intrik, manuver, dan bahkan kudeta senyap kerap menjadi bagian dari sejarah panjang Partai.
Implikasi Global: Bagaimana Nasib Selat Taiwan?
Menghilangnya Xi Jinping dan absennya rapat Politbiro Pusat segera menimbulkan pertanyaan di ranah internasional, terutama terkait stabilitas kawasan Asia Timur. Selama ini, di bawah kepemimpinan Xi, ketegangan di Selat Taiwan semakin meningkat. Banyak analis memprediksi, jika terjadi pergantian kekuasaan mendadak di Tiongkok, kemungkinan besar prioritas utama pemerintah sementara (atau transisi) adalah memulihkan stabilitas internal terlebih dahulu, sehingga potensi konflik militer di Selat Taiwan untuk sementara waktu bisa mereda.
Namun, sebagian lain berpendapat, ketidakpastian di Beijing justru bisa memicu tindakan nekat dari kelompok garis keras di militer atau faksi “hawkish” yang ingin mempertahankan stabilitas dengan menunjukkan kekuatan ke luar negeri.
Reaksi Publik dan Dunia: Spekulasi Terus Bergulir
Di tengah absennya kejelasan, diskusi publik pun marak di berbagai platform media sosial, baik di dalam negeri Tiongkok (meski diawasi ketat), maupun di diaspora Tionghoa di luar negeri. Pertanyaan utama yang bergema di kalangan analis dan masyarakat umum adalah: Apakah benar Xi Jinping telah kehilangan kekuasaan? Apakah ini pertanda awal dari perubahan rezim di Tiongkok? Dan, jika benar terjadi pergantian, seperti apa dampaknya bagi stabilitas kawasan, terutama di Selat Taiwan?
Penutup: Titik Balik dalam Sejarah Tiongkok?
Hingga kini, belum ada klarifikasi resmi dari Pemerintah Tiongkok mengenai keberadaan maupun kondisi Xi Jinping. Media pemerintah dan lembaga resmi memilih diam seribu bahasa, sementara isu-isu liar terus berkembang tanpa kendali. Apa pun kenyataannya, situasi ini telah memunculkan satu pertanyaan besar yang tak bisa diabaikan: Apakah Tiongkok tengah berada di ambang perubahan besar dalam kepemimpinan?
Situasi di Beijing saat ini mengingatkan pada masa-masa penuh ketidakpastian dalam sejarah Tiongkok modern. Dunia pun menanti, dengan penuh kecemasan dan antisipasi, ke mana arah angin perubahan akan berembus.
“Para dokter garis depan yang menjawab telepon sangat cemas, mereka mengatakan semua persediaan sudah habis,” kata ahli saraf Huang Chen-ya.
ETIndonesia. Sudah lebih dari 35 tahun berlalu, namun hal itu tidak menghentikan Huang Chen-ya yang kini berusia 85 tahun untuk mengingat betapa dalamnya cinta warga Hong Kong terhadap Tiongkok.
Sebagai mantan legislator Hong Kong dan ahli saraf, Huang merupakan tokoh penting dalam komunitas medis kota tersebut pada tahun 1989.
Hal pertama yang ia lakukan ketika berita tentang Pembantaian Lapangan Tiananmen pada 4 Juni 1989 merebak adalah menghubungi rumah sakit-rumah sakit besar di Beijing.
“Sebagai seorang dokter, hal yang paling saya khawatirkan adalah apakah saya bisa melakukan sesuatu untuk membantu orang-orang yang terbunuh atau terluka,” katanya dalam sebuah aksi peringatan 36 tahun tragedi tersebut yang digelar di Ashfield, Sydney, pada 1 Juni.
Tank-tank berjaga di sebuah jalan di Beijing dua hari setelah penindasan terhadap protes pro-demokrasi di Lapangan Tiananmen. (Foto oleh David Turnley/Getty Images)
“Saya menelepon setiap pusat bantuan darurat besar, dan para dokter garis depan yang menjawab semuanya sangat cemas, mereka mengatakan semua persediaan telah habis…,” kata Huang. “Semua rumah sakit darurat besar di Beijing—setiap dokter garis depan yang saya ajak bicara—memberikan jawaban yang sama.”
Ia sedang mempersiapkan bantuan medis darurat untuk dikirimkan lewat udara dari Hong Kong ke Beijing, tetapi pengiriman itu memerlukan persetujuan dari pimpinan rumah sakit.
Lapangan Tiananmen saat peristiwa 4 Juni 1989 (sumber: internet)
“Ketika kami menghubungi pihak yang lebih tinggi, setiap direktur langsung mengubah nada bicara mereka dan mengatakan bahwa masalah ini tidak separah yang diberitakan, bahwa Beijing bisa menanganinya sendiri dan tidak memerlukan bantuan dari luar,” katanya.
“Pembantaian Lapangan Tiananmen bukan hanya tragedi bagi rakyat Tiongkok, bukan hanya bagi etnis Tionghoa, bukan hanya bagi Asia—tetapi merupakan aib dan trauma bersama bagi seluruh umat manusia,” tambahnya.
Lilin-lilin dalam acara doa bersama dengan cahaya lilin untuk mengenang para korban pembantaian Lapangan Tiananmen tahun 1989 di Washington pada 2 Juni 2023.
Foto: Madalina Vasiliu/The Epoch Times
Peristiwa pembantaian itu menjadi titik balik besar bagi Tiongkok maupun Australia.
Bagi rakyat Tiongkok, harapan akan demokrasi padam seketika, sementara bagi Australia, 42.000 warga Tiongkok—termasuk mahasiswa, dokter, akademisi, dan seniman—diberi status tinggal tetap, menjadi bagian dari keberagaman yang terus berkembang dalam masyarakat Australia.
Begadang Semalaman dalam Kesedihan
Li Yuanhua, yang saat itu adalah dosen di Universitas Normal Ibu Kota Beijing, mengatakan bahwa ia pulang ke rumah karena takut untuk keluar.
“Saya sangat sedih setelah sampai di rumah,” katanya.
Li menunggu di rumah sementara suara tembakan terdengar sepanjang malam seperti petasan pada malam tahun baru.
Ia tidak tidur malam itu, dan menyadari bahwa para mahasiswa di Lapangan Tiananmen kemungkinan besar telah tertimpa musibah.
“Saya mengambil bangku kecil dan duduk di depan pintu rumah, menangis diam-diam,” kenangnya.
Rangkaian bunga di depan patung “Dewi Demokrasi” yang memperingati Pembantaian Lapangan Tiananmen di Gereja Ashfield Uniting, Sydney, Australia, pada 1 Juni 2025.
Foto: Cindy Li/The Epoch Times
Mahasiswa Mengetahui Kebenaran Setelah ke Luar Negeri
Wiki Chan, seorang mahasiswa program doktoral, adalah salah satu dari banyak mahasiswa Tiongkok yang baru mengetahui secara utuh sejarah kelam Partai Komunis Tiongkok (PKT) setelah berada di luar negeri.
“Saya pikir kita tetap perlu mengingat sejarah—baik sisi baik maupun buruknya harus dibuka agar orang bisa memahaminya,” ujarnya kepada The Epoch Times dalam pameran foto di Universitas Sydney pada 30 Mei, untuk memperingati peristiwa 4 Juni.
“Sejarah tetaplah sejarah. Anda boleh memiliki pendapat subjektif sendiri, tetapi menyembunyikan bagian buruk adalah sesuatu yang salah—itu sangat jahat. Terutama jika menyangkut penindasan terhadap suara-suara yang menyerukan hak asasi manusia dan kebebasan. Itu justru menunjukkan bahwa rezim tersebut sebenarnya tidak percaya diri,” katanya.
Sebuah spanduk dipajang dalam pameran foto pembantaian Lapangan Tiananmen yang diselenggarakan di Universitas Sydney pada 30 Mei 2025.
Foto: Cindy Li/The Epoch Times
Partai Buruh Didorong untuk Menyadari Sifat PKT
Li, yang kini menjadi warga negara Australia, mengatakan bahwa keputusan Perdana Menteri dari Partai Buruh saat itu, Bob Hawke, untuk memberikan izin tinggal permanen kepada 42.000 mahasiswa Tiongkok merupakan keputusan yang tepat sebagai respons terhadap tragedi Tiananmen.
“Ia memahami sifat destruktif dari rezim komunis ini—bahayanya, kekejamannya terhadap rakyatnya sendiri… Dari hati nuraninya, ia mengambil keputusan dari posisinya yang, jika kita lihat sekarang, merupakan tindakan yang benar-benar mulia dan berani.”
Mantan Perdana Menteri Australia dari Partai Buruh, Bob Hawke, di Brisbane pada 16 Agustus 2010.
Foto: William West/AFP/Getty Images
“Saya pikir pemerintah Partai Buruh saat ini seharusnya lebih cermat melihat apa saja yang telah dilakukan PKT sepanjang sejarah. Anda tidak bisa begitu saja percaya pada apa yang dikatakan PKT.”
Li merujuk pada penghalangan yang dilakukan PKT ketika Perdana Menteri Scott Morrison menyerukan penyelidikan independen terhadap asal-usul COVID-19 pada tahun 2020.
Sebagai respons atas seruan tersebut, PKT memberlakukan pembatasan perdagangan dan tarif pada ekspor Australia seperti daging sapi, barley, dan batu bara—yang secara luas dianggap sebagai bentuk balas dendam ekonomi.
“Partai komunis, pada kenyataannya, tidak melakukan dialog normal dengan Anda. Ia hanya tahu bagaimana memaksa Anda tunduk, membully Anda, dan ingin Anda berlutut… Tidak ada konsep kesetaraan sama sekali,” ujar Li.
Mantan profesor ini juga menyinggung penolakan PKT terhadap status otonomi Hong Kong, dengan menyebut Deklarasi Bersama Tiongkok-Inggris sebagai “dokumen sejarah” yang “sudah tidak memiliki arti praktis.”
Deklarasi tersebut, yang ditandatangani pada 1984 oleh Inggris dan PKT, menetapkan syarat-syarat pengakhiran kekuasaan Inggris atas Hong Kong setelah lebih dari 150 tahun, dan menjamin hak serta kebebasan kota tersebut di bawah kerangka “satu negara, dua sistem.”
“Saya rasa dari sudut pandang Australia, jika Anda hanya melihatnya dari sisi ekonomi—sebagai ekonomi terbesar kedua di dunia dan mitra dagang terbesar kita—Anda tidak akan pernah benar-benar memahaminya,” ujar Li.
“Kita juga harus melihatnya dari perspektif kemanusiaan, dan tidak menganggapnya sebagai pemerintah biasa atau partai politik biasa. Karena bukan itu kenyataannya; itu adalah iblis yang menyamar sebagai entitas normal.” (asr)
EtIndonesia. Konflik antara Rusia dan Ukraina baru-baru ini meningkat tajam. Ukraina bukan hanya melancarkan upaya pembunuhan terhadap Presiden Vladimir Putin, tetapi juga pada 1 Juni menyerang beberapa pangkalan udara strategis di wilayah Rusia melalui serangan drone terkoordinasi yang dikenal dengan sandi Operasi Jaring Laba-laba. Meskipun kedua negara sempat menggelar putaran kedua perundingan damai di Turki pada 1 Juni, baik Putin maupun Presiden AS, Donald Trump belum memberikan pernyataan apa pun terkait serangan yang oleh banyak pihak disebut sebagai “Peristiwa Pearl Harbor versi Rusia.” Keheningan ini justru menimbulkan kekhawatiran global: mungkinkah langkah menuju Perang Dunia III kian mendekat?
Konflik Rusia-Ukraina Masuki Fase Baru
Memasuki bulan Juni, wilayah Rusia mengalami serangkaian serangan serentak—mulai dari wilayah Arktik di Oblast Murmansk, wilayah Siberia Irkutsk, hingga ke ujung timur di Amur. Dalam serangan besar ini, setidaknya lima wilayah dan sejumlah pangkalan militer diserang secara bersamaan, dan dikabarkan sekitar 34% pesawat pembom strategis nuklir Rusia hancur. Ini merupakan pukulan telak terhadap kemampuan serangan nuklir jarak jauh Rusia.
Sebagai respons, pada 2 Juni, Rusia melancarkan aksi balasan pertamanya. Militer Rusia menjatuhkan bom udara berat FAB-3000 ke sebuah pos komando militer Ukraina di Oblast Sumy, Ukraina Timur Laut. Seluruh fasilitas tersebut rata dengan tanah dalam hitungan detik, menyebabkan korban besar di jajaran komando Ukraina. Serangan ini disebut-sebut sebagai pukulan pembuka dalam balasan militer Rusia.
Namun, balasan lebih besar tampaknya belum dimulai.
Mengapa Ukraina Memilih Waktu Ini untuk Menyerang?
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy menyebut serangan ini sebagai serangan jarak jauh paling signifikan sejak pecahnya perang. Dia bahkan memuji keberhasilannya sebagai sebuah “prestasi gemilang.”
Yang mengejutkan adalah metode penyerangan yang tidak lazim: drone-drone tersebut bukan diluncurkan dari wilayah Ukraina, melainkan diselundupkan ke wilayah Rusia dengan cara dibungkus dalam kotak kayu, diangkut menggunakan truk, lalu diluncurkan dari dalam wilayah Rusia sendiri—sebuah pendekatan yang menyerupai taktik kuda Troya.
Menurut laporan media AS, Axios, serangan ini adalah bagian dari rencana Operasi Jaring Laba-laba yang telah disusun selama satu setengah tahun dan dikoordinasikan oleh Badan Keamanan Ukraina (SBU). Drone diluncurkan dari titik-titik rahasia di dalam Rusia untuk menyerang hanggar pesawat pembom dan fasilitas bahan bakar yang telah ditentukan dengan presisi tinggi.
Menariknya, menurut perjanjian New START (Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis Baru), Rusia diwajibkan menempatkan pesawat pembom strategis seperti Tu-95 dan Tu-160 di lokasi terbuka yang dapat dimonitor satelit guna mendukung transparansi nuklir antara Rusia dan Amerika Serikat. Ironisnya, mekanisme transparansi ini justru dimanfaatkan Ukraina sebagai celah untuk menyerang—mengguncang kestabilan sistem kontrol senjata nuklir dunia.
Serangan Beruntun Ukraina: “Pemenggalan Kepala Putin” dan Serangan ke Fasilitas Nuklir
Sebelum Operasi Jaring Laba-laba, Ukraina juga telah berusaha membunuh Putin dengan drone saat ia melakukan kunjungan ke wilayah Kursk. Meskipun upaya ini gagal, hal tersebut memicu serangan udara besar-besaran Rusia terhadap Kyiv sebagai bentuk pembalasan.
Putin sendiri sebelumnya pernah menyatakan bahwa dia tidak akan mencoba membunuh Zelenskyy dan akan menghindari serangan personal terhadap pemimpin lawan. Namun, tindakan Ukraina justru menunjukkan arah sebaliknya—menargetkan langsung tokoh utama dan fasilitas nuklir Rusia.
Eskalasi seperti ini secara langsung meningkatkan risiko konflik global, bahkan memperbesar kemungkinan pecahnya Perang Dunia Ketiga, yang kini mulai menghantui NATO, Eropa, dan komunitas internasional.
Meledak atau Menahan Diri? Diamnya Putin dan Trump Justru Menakutkan
Penggunaan bom udara FAB-3000 oleh Rusia pada 2 Juni adalah sinyal dimulainya pembalasan. Namun yang paling menyita perhatian adalah sikap diam Vladimir Putin hingga saat ini. Diam ini justru lebih menakutkan: apakah ini pertanda bahwa Putin sedang merencanakan pembalasan skala besar, atau justru menunjukkan kebingungan strategi?
Rusia kini berada di persimpangan yang genting:
1. Jika pembalasan terlalu lemah: Rusia akan dianggap lemah, dan Ukraina bisa semakin berani menyerang lebih dalam ke wilayah Rusia.
2. Jika pembalasan terlalu keras: Maka proses perundingan damai akan langsung runtuh, dan AS serta NATO bisa meningkatkan bantuan militer ke Ukraina. Satu-satunya peluang perdamaian yang tersisa bisa lenyap sepenuhnya.
Seorang blogger militer Rusia di Telegram menggambarkan kondisi ini dengan tajam: “Ini adalah Pearl Harbor-nya Rusia. Tapi apakah kita bisa merespons seperti yang dilakukan Amerika?”
Sementara itu, pihak Donald Trump belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait serangan drone Ukraina ini.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak hanya Putin yang memilih diam, tetapi Trump juga mengambil langkah serupa. Sebelumnya, Trump pernah menyatakan keinginannya untuk menjadi mediator perdamaian. Namun, dengan eskalasi serangan dari pihak Ukraina, peluang perdamaian yang dia gadang-gadang kini berada di ujung tanduk. Muncul pula pertanyaan serius: apakah ada kekuatan di belakang Zelenskyy yang sengaja mendorong perang agar semakin membesar dan merusak peluang diplomasi?
Dunia di Persimpangan: Apa Langkah Berikutnya Para Negara Adidaya?
Uni Eropa menyatakan “keprihatinan serius” atas peningkatan strategi militer Ukraina. Namun, masih belum jelas apakah negara-negara besar akan tetap bersatu, ataukah justru akan terpecah ketika risiko nuklir dan skala pembalasan semakin meningkat.
Sementara itu, evolusi perang drone juga tengah mengubah wajah peperangan modern. Washington Post menulis bahwa aksi ini membuat para jenderal militer di seluruh dunia “tak bisa tidur nyenyak.” Jika Ukraina bisa menyusupkan drone ke jantung wilayah Rusia, mungkinkah Tiongkok melakukan hal serupa ke pangkalan militer AS atau Jepang? Apakah Korea Utara akan mencoba strategi yang sama terhadap Korea Selatan?
Max Boot, peneliti senior di Council on Foreign Relations, menyatakan bahwa serangan ini mungkin belum mengubah peta pertempuran secara keseluruhan, namun dapat menjadi titik balik sejarah: “Seperti Pearl Harbor menandai berakhirnya era kapal perang dan lahirnya era kapal induk, mungkin ini adalah awal era peperangan drone.”
Badai Akan Datang? Siapa yang Akan Menentukan Arah Damai atau Perang
Dalam hitungan hari saja, Ukraina telah melancarkan dua serangan mengejutkan—upaya pembunuhan terhadap Putin dan serangan besar ke basis nuklir Rusia. Ini membuat risiko perang meningkat secara drastis.
Yang paling mencemaskan, baik Vladimir Putin maupun Donald Trump tetap memilih diam.
Ini bukanlah ledakan perang yang tiba-tiba, ini adalah keheningan sebelum badai.
Apakah badai besar benar-benar akan datang? (jhn/yn)
EtIndonesia. Banyak orang gemar minum kopi, tetapi tidak sedikit pula yang menyimpan berbagai pertanyaan tentangnya:
Kenapa saya malah mengantuk setelah minum kopi?
Kenapa jantung saya berdebar setelahnya?
Apakah kopi instan itu sehat?
Apa yang harus dilakukan jika sudah kecanduan kopi?
Agar bisa menikmati kopi tanpa takut salah paham, simak lima fakta berikut yang akan membantu Anda keluar dari mitos dan kesalahkaprahan seputar kopi.
1. Efek Menyegarkan Kopi Berbeda-beda? Itu Tergantung Genetik
Kafein memang dikenal sebagai zat stimulan yang dapat merangsang sistem saraf pusat dan membantu kita tetap terjaga. Namun, efeknya bisa sangat berbeda pada tiap orang. Hal ini disebabkan oleh perbedaan genetik—terutama gen seperti CYP1A2 dan PDSS2 yang berperan dalam metabolisme kafein.
Bagi mereka yang memiliki versi aktif dari gen ini, kafein akan lebih cepat dimetabolisme dan dibuang dari tubuh. Akibatnya, meskipun sudah minum kopi, mereka tetap merasa mengantuk karena efeknya tidak bertahan lama.
Sebaliknya, bagi mereka yang gen metabolisme kafeinnya kurang aktif, bahkan sedikit kafein pun bisa bertahan lama dalam tubuh. Orang-orang ini bisa saja minum kopi di pagi hari dan masih merasakan efeknya hingga malam hari.
Hal yang sama juga berlaku untuk minuman lain yang mengandung kafein seperti teh, teh susu, dan minuman energi—efeknya tetap sangat individual.
2. Jantung Berdebar Setelah Minum Kopi? Itu Wajar
Sebagian orang mengalami jantung berdebar, mual, atau pusing setelah minum kopi. Ini dikenal sebagai intoleransi terhadap kafein, dan sebenarnya merupakan reaksi yang normal.
Biasanya, ini terjadi pada individu yang sensitif terhadap kafein atau yang metabolisme kafeinnya lebih lambat. Tapi ini bukan berarti Anda harus benar-benar berhenti minum kopi. Yang perlu dilakukan adalah menyesuaikan frekuensi dan jumlah kopi yang dikonsumsi agar sesuai dengan toleransi tubuh Anda.
3. Sering Buang Air Setelah Minum Kopi? Karena Kafein Bersifat Diuretik
Banyak orang mengalami peningkatan frekuensi buang air kecil setelah minum kopi. Ini karena kafein adalah diuretik alami, yang mendorong tubuh membuang cairan lebih cepat.
Jadi, jika Anda ingin minum kopi sebelum ujian atau acara penting untuk tetap fokus, pastikan Anda tidak minum terlalu banyak air bersamaan agar tidak bolak-balik ke toilet.
Selain itu, sekitar 29% orang juga merasakan dorongan buang air besar setelah minum kopi, bahkan sampai diare ringan. Meski penyebab pastinya belum sepenuhnya dipahami—karena kopi tanpa kafein (decaf) juga bisa menyebabkan efek serupa—beberapa studi menunjukkan kopi bisa membantu memperlancar pencernaan. Jadi, jika Anda sering susah buang air besar, bisa jadi Anda termasuk yang mendapat “bonus efek” dari kopi.
4. Kopi Tidak Menyebabkan Kanker, Justru Bisa Menurunkan Risikonya
Anggapan bahwa kopi bisa menyebabkan kanker adalah mitos yang sangat luas beredar, namun tidak berdasar.
Pada tahun 2016, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara tegas menyatakan bahwa kopi tidak termasuk bahan yang bersifat karsinogenik (penyebab kanker). Setahun kemudian, laporan dari World Cancer Research Fund International juga menegaskan bahwa tidak ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa konsumsi kopi meningkatkan risiko kanker.
Sebaliknya, sejumlah penelitian justru menunjukkan bahwa kopi dapat menurunkan risiko beberapa jenis kanker, seperti kanker hati, kanker payudara, dan kanker endometrium (lapisan dalam rahim). Namun, penting untuk dicatat: jangan minum kopi yang terlalu panas, karena suhu ekstremlah yang bisa merusak jaringan dan memicu risiko kanker esofagus.
5. Minum Kopi Bisa Menimbulkan Ketergantungan Ringan, Tapi Tidak Berbahaya
Jika Anda terbiasa mengonsumsi kopi setiap hari, tubuh bisa mengalami ketergantungan ringan terhadap kafein. Bila tiba-tiba berhenti, Anda mungkin akan merasakan gejala putus kafein seperti sakit kepala, kelelahan, rasa cemas, atau sulit berkonsentrasi.
Namun tenang saja—gejala ini hanya bersifat sementara dan biasanya akan hilang dalam beberapa hari. Tidak seperti zat adiktif berbahaya lainnya, kafein tidak menimbulkan efek kecanduan jangka panjang yang merusak tubuh atau mental.
Kesimpulan: Kopi Tidak Perlu Ditakuti, Asal Tahu Batasnya
Kopi, seperti banyak hal lain dalam hidup, bisa menjadi sahabat yang bermanfaat jika kita tahu cara menyikapinya dengan bijak. Jangan langsung percaya pada kabar miring, dan kenali bagaimana tubuh Anda bereaksi terhadapnya. Dengan begitu, Anda bisa tetap menikmati secangkir kopi tanpa rasa waswas—bahkan mungkin menemukan manfaat kesehatannya!(jhn/yn)
Pada 2 Juni 2025, sebuah tornado raksasa muncul di Kota Changshan, Provinsi Jilin. Tornado ini memiliki daya rusak yang luar biasa. Seorang saksi mata yang mengemudi melewati lokasi kejadian dari jarak dekat berseru ketakutan: “Terlalu mengerikan, ini pertama kalinya saya melihat hal seperti ini!”
EtIndonesia. Seorang warganet membagikan video yang merekam saat dirinya sedang mengemudi di jalan Kota Changshan. Saat itu hujan turun dari langit yang mendung, dan tiba-tiba terlihat tornado raksasa tak jauh dari jalan.
Langit tampak gelap gulita. Sebuah kolom besar membentang dari tanah hingga ke awan hitam. Tornado berputar sangat cepat di permukaan tanah, membentuk pusaran besar, dengan banyak ranting dan benda-benda beterbangan di dalamnya—pemandangan yang sangat menyeramkan.
Seorang perempuan di dalam mobil berkata: “Ya ampun, kita seharusnya tidak terus maju.” Dia terus berkata dengan panik: “Astaga, mengerikan sekali! Ini tornado, jangan terus maju, berhenti saja!”
Namun, si pengemudi pria terus melaju ke arah tornado, meski perempuan tersebut berkali-kali memintanya untuk berhenti.
Dalam video terlihat tornado berputar sangat dekat dengan mobil. Sang perempuan menjerit: “Mengerikan sekali!”
Kemudian tornado bergerak ke area ladang, dan perempuan itu berkata: “Lihat, seperti pusaran air… Seram banget, baru kali ini aku melihatnya.”
Tornado berlangsung cukup lama dan daya rusaknya sangat kuat. Seorang pria yang merekam video sambil mengemudi mengatakan: “Masih berputar juga… jarang banget lihat yang kayak begini. Cuacanya benar-benar menyeramkan, aku harus cepat pergi sebelum tersapu angin.”
Dalam video lain, terlihat lokasi yang dilalui tornado porak-poranda: atap-atap rumah warga beterbangan, pepohonan tumbang dan menghalangi jalan, serta banyak ladang rusak parah.
“Wah, ini parah banget,” keluh seorang warganet yang merekam video.
Saat ini, belum ada informasi pasti mengenai korban jiwa akibat tornado ini. Setelah kejadian, seorang petugas dari pemerintahan Kota Changshan mengatakan bahwa tornado berlangsung kurang dari satu jam, dan kerugian yang ditimbulkan tidak besar. Situasi kerusakan masih dalam tahap pendataan, dan informasi lebih lanjut akan disampaikan oleh otoritas resmi.
Namun, pernyataan ini memicu keraguan dari banyak warganet.
Ada yang berkomentar: “Katanya nggak parah? Coba dia sendiri yang tanam tanaman di situ, pasti tahu rasanya.”
Yang lain berkata: “Kemarin waktu pulang ke rumah, aku juga kena. Di jalan tol, mobilku sampai ikut melayang.”
Ada juga yang berbagi pengalaman pribadi: “Rumahku pernah kena juga. Atapnya hilang semua. Waktu itu kakek dan nenekku masih hidup.” (Hui)
EtIndonesia. Konon, saat menciptakan manusia, para dewa memberikan setiap makhluk hidup sepasang mata biasa, serta satu “mata ketiga” yang tersembunyi di antara kedua alis—tepat di dalam batok kepala. Dua mata biasa melihat dunia nyata, sementara mata ketiga—dikenal sebagai Tianmu—bisa melihat hal-hal yang tak tampak oleh mata manusia.
Mata ketiga ini diberikan agar manusia tak tersesat mengejar ketenaran dan kekayaan, karena dia memungkinkan pemiliknya melihat kebenaran yang melampaui dunia fisik dan memberikan peringatan saat manusia akan berbuat salah demi kepentingan pribadi. Dengan kata lain, setiap orang sejatinya lahir dengan kemampuan spiritual ini.
Namun, seiring berjalannya waktu dan berulang kali terlahir kembali, manusia menumpuk “materi hitam” atau karma buruk akibat perbuatan salah mereka. Lama-kelamaan, kemampuan spiritual ini pun memudar. Hanya mereka yang tidak banyak melakukan kesalahan atau memiliki jiwa yang bersih sejak lahir, yang masih memiliki mata ketiga yang terbuka sebagian atau sepenuhnya—sehingga mereka dapat melihat hal-hal yang tak kasat mata.
Kisah seperti ini tak hanya terdengar di satu wilayah—fenomena mata ketiga atau penglihatan batin telah dilaporkan di banyak tempat di dunia.
Tragedi Seorang Gadis Bermata Ketiga di Zaman Meiji, Jepang
Pada era Meiji di Jepang, kisah nyata tentang seorang gadis bernama Mifune Chizuko menjadi sorotan publik. Gadis ini akhirnya harus menanggung takdir yang tragis karena memiliki kemampuan melihat dunia yang tak terlihat.
Mifune Chizuko lahir pada 17 Juli 1886 di Prefektur Kumamoto, Jepang, dalam keluarga seorang tabib. Di usia muda, dia menikah dengan seorang perwira muda Angkatan Darat Kekaisaran Jepang. Namun tak lama setelah menikah, sang suami dikirim ke medan perang. Chizuko pun tinggal bersama mertua.
Suatu hari, sang ayah mertua kehilangan 50 yen dari dompetnya. Setelah merenung sejenak, Chizuko memberitahu bahwa uang itu tersimpan di salah satu laci. Mereka pun mencari di tempat yang dia sebut, dan benar—uang itu ditemukan.
Akan tetapi, bukannya berterima kasih, ibu mertuanya justru curiga bahwa Chizuko adalah pencurinya, karena seolah terlalu tahu tempat persembunyian uang. Dia lalu menghubungi putranya yang berada di medan perang, dan hasilnya: Chizuko diceraikan.
Ketenaran yang Berujung Duka
Setelah bercerai, Chizuko kembali ke rumah orangtuanya dan bekerja membantu ayahnya di toko obat tradisional. Berkat kemampuan batinnya—mata ketiga yang terbuka—Chizuko mampu mendiagnosis penyakit pasien dengan sangat akurat. Bisnis keluarga pun semakin berkembang pesat.
Kakak iparnya, Kiyohara Takeo, kemudian mengajarinya teknik hipnosis dan pernapasan dalam untuk lebih mengembangkan potensinya. Di bawah pengaruh hipnosis, kemampuan Chizuko semakin tajam—dia bahkan bisa melihat keberadaan dunia lain dengan jelas.
Suatu hari, seorang pengusaha tambang kaya meminta bantuan Chizuko untuk mencari lokasi batu bara. Setelah menempuh perjalanan selama empat jam bersama tim penambang, Chizuko menunjukkan lokasi yang diprediksi. Hasilnya mencengangkan: area itu ternyata benar-benar kaya akan batu bara.Dia pun diberi imbalan dalam jumlah fantastis.
Berita ini mengejutkan Jepang. Media nasional memberitakannya secara luas, dan Chizuko pun mendadak terkenal. Namun, kejadian ini juga menimbulkan masalah dalam keluarganya. Kakak iparnya merasa dirinya layak mendapat bagian besar dari uang itu karena telah “melatih” Chizuko. Terjadilah konflik internal, pertengkaran yang membuat Chizuko semakin tertekan secara emosional.
Ketika Sains Menolak Kenyataan
Pada tahun 1910, dr. Yamakawa Kenjiro—mantan rektor Universitas Kekaisaran Tokyo—mengundang Chizuko ke ibu kota untuk mengadakan eksperimen ilmiah guna membuktikan kemampuan luar biasanya. Nama Chizuko saat itu sudah tersebar ke seluruh Jepang. Banyak orang datang padanya, meminta bantuan untuk menemukan barang hilang, memprediksi keberuntungan, dan sebagainya.
Uji coba dilakukan sebanyak dua kali. Dalam suasana yang hening, Chizuko menenangkan diri, lalu dengan tepat menuliskan isi dari kertas yang disegel rapat dalam tabung logam. Para ilmuwan Jepang menyaksikan sendiri keakuratannya.
Namun, meskipun mereka melihat dengan mata kepala sendiri kemampuan luar biasa Chizuko, sebagian besar ilmuwan yang berhaluan materialistik tetap menolak untuk mengakui kebenarannya. Karena takut kehilangan kredibilitas dan tak mampu menjelaskan fenomena itu secara ilmiah, mereka akhirnya menyatakan bahwa kemampuan Chizuko adalah kebohongan. Media nasional lalu menurunkan berita sesuai dengan pernyataan para ilmuwan: “kemampuan Chizuko palsu.”
Penderitaan yang Tak Terbendung
Setelah eksperimen itu, Chizuko kembali ke kampung halamannya. Tapi reputasinya telah hancur. Media telah menyebarkan stigma, dan masyarakat mulai mencemoohnya. Dia dicap sebagai penipu, dibicarakan ke sana ke mari, dicibir oleh orang-orang yang dulu mengaguminya.
Dalam tekanan sosial yang luar biasa berat, ditambah kekecewaan dari keluarga dan pengkhianatan dunia ilmiah yang tidak adil, Chizuko akhirnya tidak mampu menanggung beban itu lebih lama.
Pada 18 Januari 1911, di usia baru 24 tahun, Chizuko Mifune bunuh diri dengan menenggak racun, mengakhiri hidup yang penuh kesakitan dan ketidakadilan.
Refleksi: Ketika Dunia Menolak yang Tak Terlihat
Kisah Chizuko adalah potret nyata betapa dunia sering kali menolak hal-hal yang tak dapat dijelaskan secara logika. Padahal, mungkin yang dibutuhkan hanyalah hati yang terbuka dan keberanian untuk menerima kenyataan bahwa tak semua kebenaran bisa diukur dengan rumus dan angka.
Mata ketiga, atau kemampuan spiritual, bukanlah kutukan. Namun dalam dunia yang terlalu kaku dan skeptis, keistimewaan bisa berubah menjadi beban.
Dan dalam kasus Mifune Chizuko, beban itu terlalu berat untuk ditanggung seorang gadis muda.(jhn/yn)
EtIndonesia. Pada 1 Juni, dua media internasional ternama—CNN dan BBC—dilaporkan menyebarkan sebuah berita yang kini menuai kontroversi: mereka mengklaim bahwa titik distribusi bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza diserang oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF), mengakibatkan tewasnya puluhan warga sipil Palestina.
Namun, tak lama kemudian, IDF mengeluarkan pernyataan resmi yang membantah tuduhan tersebut, dan balik menuduh Hamas telah menyebarkan informasi palsu ke media internasional.
Hamas Menuduh, Media Barat Memberitakan—Tanpa Verifikasi
Hamas menuduh bahwa IDF menyerang lokasi distribusi bantuan dari Gaza Humanitarian Foundation (GHF), yang disebut menyebabkan kematian lebih dari 30 warga sipil Palestina. Tuduhan tersebut segera dilansir secara luas oleh berbagai media Barat, termasuk CNN dan BBC.
Namun dalam investigasi awalnya, IDF membantah keras semua tuduhan tersebut.
Dalam sebuah pernyataan resmi, IDF menyatakan:“Dalam beberapa jam terakhir, beredar sejumlah besar berita palsu, termasuk tuduhan serius terhadap IDF yang disebut menembaki warga Gaza di dekat lokasi distribusi bantuan kemanusiaan. Hasil penyelidikan awal menunjukkan, IDF tidak melepaskan tembakan saat ada warga sipil berada di dekat ataupun di lokasi distribusi. Laporan tersebut tidak benar.”
IDF juga menjelaskan bahwa mereka tengah bekerja sama dengan organisasi sipil Amerika dan lembaga bantuan internasional untuk memastikan distribusi bantuan langsung kepada warga Gaza, tanpa melalui Hamas. Mereka menuduh Hamas secara aktif mencoba mengganggu dan merampas distribusi bantuan makanan, demi mempertahankan kontrol kekuasaannya atas Gaza.
Naftali Bennett: Media Barat Gagal Verifikasi, Terjebak Propaganda Hamas
Mantan Perdana Menteri Israel, Naftali Bennett, mengkritik tajam pemberitaan media Barat, termasuk CNN dan BBC. Dia menuduh mereka melansir informasi dari Hamas tanpa melakukan verifikasi yang layak, dan justru memberi legitimasi pada propaganda kelompok teroris.
Bennett juga menyebut bahwa Gaza Humanitarian Foundation—sebuah organisasi yang didukung oleh pemerintahan Donald Trump—sengaja menghindari kerja sama dengan PBB, karena bantuan PBB sering kali dicuri oleh Hamas. Dia menuduh bahwa lembaga-lembaga PBB di Gaza telah disusupi oleh Hamas dan para pendukungnya.
Menurut Bennett, misi GHF adalah memberikan bantuan langsung kepada rakyat Palestina, tanpa harus menunggu kesepakatan pembebasan sandera oleh Hamas. Sementara itu, Israel dapat terus menjalankan operasi militer untuk melenyapkan Hamas dari Gaza.
IDF Rilis Bukti: Hamas Serang Warga yang Ambil Bantuan
Untuk memperkuat bantahan mereka, militer Israel merilis rekaman drone yang menunjukkan kelompok bersenjata bertopeng di wilayah selatan Khan Younis, menembaki dan melempari batu kepada warga sipil Gaza yang berusaha mengambil bantuan makanan.
Dalam pernyataan resminya, IDF menyatakan:“Pagi ini, drone IDF merekam adegan di mana kelompok bersenjata bertopeng menembaki dan melempari batu kepada warga Gaza yang mencoba mengambil bantuan kemanusiaan yang telah dirampas sebelumnya. Hamas adalah organisasi teroris brutal, dan kini membiarkan rakyat Gaza kelaparan. Mereka melakukan segala cara untuk menghalangi distribusi makanan dan merusak operasi kemanusiaan.”
Laporan Internal: “Hari Paling Tenang”, Tapi Media Justru Sebar Hoaks
Seorang narasumber internal dari Gaza Humanitarian Foundation mengatakan bahwa hari di mana serangan tersebut dilaporkan terjadi—1 Juni—adalah justru hari paling tenang selama 6 hari operasi bantuan berlangsung.
Dia menyatakan kekecewaannya terhadap media Barat, terutama karena mereka menyebarkan laporan yang tidak terverifikasi, dan menyebut berita itu sebagai “rekayasa yang mengecewakan”.
GHF: 4,8 Juta Makanan Dibagikan Tanpa Korban
Sumber yang sama menambahkan bahwa selama enam hari operasi, GHF telah membagikan 4,8 juta porsi makanan kepada warga Gaza. Dia juga menuduh PBB dan Hamas telah menyebarkan disinformasi untuk mendiskreditkan misi bantuan yang didukung AS tersebut.
“PBB seharusnya bekerja sama dengan kami,” tegasnya. “Sejak kami mulai beroperasi, tidak ada satu pun warga sipil yang terluka.”
Kasus Al-Ahli Hospital Jadi Pengingat
Kasus ini kembali mengingatkan pada insiden Rumah Sakit Al-Ahli pada Oktober 2023, di mana Hamas mengklaim 500 orang tewas akibat serangan Israel. Klaim tersebut dilaporkan secara luas oleh media Barat tanpa verifikasi.
Namun, penyelidikan lanjutan membuktikan bahwa rumah sakit tersebut bukan diserang oleh Israel, melainkan dihantam roket milik kelompok militan Palestina yang salah sasaran, dan hanya mengenai area parkir. Jumlah korban pun jauh lebih sedikit dari klaim awal Hamas.
IDF: Hamas Sengaja Ciptakan Kelaparan dan Kekacauan
IDF menutup pernyataannya dengan imbauan keras kepada media internasional untuk lebih berhati-hati terhadap informasi yang disebarkan oleh Hamas.
“Hamas adalah organisasi teroris. Mereka rela membiarkan warga Gaza kelaparan dan dalam bahaya demi mempertahankan kendali kekuasaan, serta merusak misi kemanusiaan yang sah,” tegas pihak militer.(jhn/yn)
Pada 1 Juni 2025 pukul 21.30 waktu setempat, terjadi peristiwa longsor di lokasi penggalian jamur ulat (Cordyceps) di Desa Muta, Kabupaten Dingqing, Prefektur Changdu, Tibet. Hingga kini, peristiwa ini telah menyebabkan sedikitnya 3 orang tewas dan 7 orang lainnya dilaporkan hilang.
EtIndonesia. Laporan media Tiongkok menyebutkan, berdasarkan informasi dari Komando Penanggulangan Darurat Bencana Longsor di Desa Muta, hingga pukul 17.00 pada 2 Juni, terjadi longsor yang menyebabkan 3 orang meninggal dunia, 7 orang hilang, dan 2 orang lainnya mengalami luka-luka.
Lokasi kejadian merupakan tempat tinggal sementara para petani dan penggembala yang sedang menggali jamur ulat, terletak di dasar lembah Qiaxiong, Desa Yangta, Kecamatan Muta, Kabupaten Dingqing. Di area ini, sinyal jaringan seluler tidak stabil dan kondisi jalan sangat sulit dilalui.
Hasil penyelidikan awal di lokasi menunjukkan bahwa volume longsoran mencapai sekitar 200.000 meter kubik. Pemantauan juga menemukan adanya risiko longsor susulan. (Hui)
EtIndonesia. Menteri Pertahanan Philipina, Gilberto Teodoro, kembali menjadi sorotan tajam setelah menyebut seorang jurnalis dari media Pemerintah Tiongkok CCTV sebagai “agen kedutaan” dalam sebuah sesi konfrontatif di sela-sela forum Dialog Shangri-La yang digelar di Singapura.
Sebelumnya, pada sesi diskusi di forum tersebut, Teodoro sempat mengkritik keras perwakilan dari delegasi militer Tiongkok karena menurutnya telah “menyamarkan propaganda politik menjadi bentuk pertanyaan.”
Jurnalis CCTV Dicecar Saat Bertanya Soal Konflik Laut Cina Selatan
Insiden terbaru terjadi pada 1 Juni, ketika seorang reporter perempuan dari CCTV, dalam tayangan video yang diunggah oleh akun media baru milik CCTV “Yuyuan Tantian”, menghadang Teodoro di luar ruang sidang dan melempar pertanyaan yang menyinggung hubungan militer Philipina-AS dan dugaan keterlibatan mereka dalam konflik Laut China Selatan, khususnya dalam mendukung kelompok yang disebut “Aliansi Ayungin” (Atin Ito).
Namun, pertanyaan tersebut langsung dipotong tajam oleh Teodoro, yang menjawab: “Bukankah Anda agen dari kedutaan?”
Video tersebut kemudian ditayangkan dengan narasi oleh “Yuyuan Tantian” yang mengklaim bahwa sikap Teodoro menunjukkan bahwa pihak Philipina sudah “kehilangan kendali”. Mereka juga menuduh sang reporter hanya “bertanya” dan bahwa respons Teodoro menunjukkan bahwa dia “terpancing secara emosional”.
Perwakilan Militer Tiongkok Menekan, Teodoro Balik Menyerang
Selama sesi diskusi kelompok dalam forum tersebut, delegasi dari Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok (PLA), termasuk Zhang Chi, melontarkan pertanyaan kepada Teodoro tentang apakah peningkatan pembangunan pangkalan militer AS di Philipina bisa memicu konflik seperti perang Rusia-Ukraina, yang disebut sebagai bentuk perang proxy.
Perwakilan lainnya, Qi Dapeng, mempertanyakan mengapa Philipina tidak bisa menyelesaikan perselisihan Laut China Selatan secara “lebih damai”, seperti yang dilakukan oleh Vietnam dan Malaysia.
Namun, Teodoro memberikan balasan tajam dan menyindir:“Delegasi Tiongkok menyamar propaganda sebagai pertanyaan.”
Dia juga menegaskan bahwa tidak ada satu pun negara di dunia yang mendukung klaim sembilan garis putus-putus Tiongkok atas Laut China Selatan. Bahkan, lanjutnya, sedikitnya 50 negara telah mendukung Philipina dalam mengecam tindakan agresif Tiongkok di kawasan tersebut.
CCTV Pernah Gunakan Retorika Agresif di Taiwan, Kini Hadapi Balasan Diplomatik
Sebagai informasi, akun “Yuyuan Tantian” yang digunakan CCTV untuk menyebarkan propaganda daring, sebelumnya pada bulan April pernah memberitakan latihan militer Tiongkok di sekitar Taiwan. Dalam laporan tersebut, mereka memperkenalkan patroli kapal penjaga pantai Tiongkok yang mengelilingi Taiwan, bahkan membandingkan rutenya dengan senjata mitologis “Hun Tian Ling” milik Nezha, dan menyatakan misi itu sebagai “memenggal iblis dan membersihkan kejahatan”.
Ketegasan Teodoro Menggambarkan Ketegangan Regional yang Kian Memanas
Sikap Teodoro yang tegas, terbuka, dan tanpa kompromi ini menunjukkan penolakan Philipina terhadap taktik diplomasi agresif Beijing dan menandai meningkatnya ketegangan geopolitik di kawasan Asia Tenggara. Penolakan keras terhadap propaganda terselubung Tiongkok oleh pejabat tinggi Philipina juga menandai pergeseran sikap negara tersebut yang semakin menjauh dari pengaruh Beijing dan semakin dekat dengan mitra baratnya, terutama Amerika Serikat. (jhn/yn)
Jakarta (3/6) – Investigator Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) resmi menyelesaikan proses investigasi atas dugaan persekongkolan tender dalam megaproyek Pipa Gas Cirebon–Semarang Tahap 2 (CISEM 2) senilai hampir Rp3 triliun. Perkara ini kini siap memasuki tahap persidangan, menyusul temuan kuat adanya pelanggaran Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 tentang larangan persekongkolan atau kolusi dalam proses tender.
Proyek CISEM 2 yang berada di bawah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) adalah bagian dari Proyek Strategis Nasional yang berperan penting dalam distribusi gas untuk mendukung kawasan industri Jawa Tengah. Proyek ini sepenuhnya dibiayai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) melalui skema kontrak tahun jamak (multi-years contract) yang berlangsung dari tahun 2024 hingga 2026. Namun, di balik urgensi proyek ini, KPPU mencium aroma kolusi yang diduga melibatkan pemain besar dan panitia tender sendiri.
Tender diumumkan pada 23 April 2024 dengan ruang lingkup pekerjaan yang luas, mulai dari desain rinci, pengadaan material, hingga konstruksi dan instalasi pipa gas sepanjang +245 km. Tender akhirnya dimenangkan oleh konsorsium KSO PT Timas Suplindo dan PT Pratiwi Putri Sulung. Namun investigasi KPPU atas kasus yang berasal dari laporan masyarakat tersebut, menunjukkan persekongkolan horizontal antar perusahaan, sekaligus vertikal dengan kelompok kerja pemilihan dari Kementerian ESDM.
Menyikapi hal tersebut, Investigator KPPU menetapkan 5 (lima) pihak sebagai Terlapor: PT Timas Suplindo, PT Pratiwi Putri Sulung, PT PP (Persero), PT Nindya Karya, dan Kelompok Kerja Pemilihan Kementerian ESDM 7. Dengan sekurangnya dua alat bukti sah, KPPU menyatakan bahwa terdapat indikasi kuat terjadinya pelanggaran hukum persaingan usaha. Selanjutnya, perkara akan dibawa ke persidangan untuk pemeriksaan oleh Majelis Komisi.
Kasus ini tidak hanya menyangkut kerugian negara dari sisi efisiensi anggaran, namun juga berisiko menggerus kepercayaan investor terhadap tata kelola proyek-proyek strategis nasional. Sektor energi atau minyak dan gas juga dikenal sebagai salah satu sektor dengan tingkat persaingan atau nilai Indeks Persaingan Usaha yang terendah selama lima tahun terakhir. Ketua KPPU menekankan pentingnya sektor ini diperbaiki. “Proyek PSN di sektor ini harus jadi contoh integritas, bukan justru sarang kolusi baru,” ungkap Ketua KPPU, M. Fanshurullah Asa.
KPPU menegaskan komitmennya untuk menindak tegas praktik curang dalam pengadaan barang dan jasa negara. Persidangan dijadwalkan berlangsung dalam waktu dekat, dan publik diharapkan mencermati jalannya proses sebagai bagian dari pengawasan demokratis terhadap proyek infrastruktur vital.
Jakarta – Jumlah investor saham Indonesia sudah melampaui 7 juta pada Senin (26/5), tepatnya
7.001.268 single investor identification (SID). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai pertumbuhan ini mencerminkan optimisme positif terhadap prospek perekonomian Indonesia sehingga membuat minat masyarakat terhadap investasi di pasar modal dalam negeri masih tetap tinggi, bahkan di tengah dinamika ekonomi global. Pencapaian tersebut tidak lepas dari dukungan penuh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Self-Regulatory Organization (SRO) dan anak usahanya, serta sinergi sekaligus kolaborasi berbagai pemangku kepentingan dalam melaksanakan koordinasi penguatan dan pelaksanaan berbagai program edukasi pasar modal yang inovatif.
Pada 31 Desember 2024 investor saham Indonesia tercatat sebanyak 6.381.444 SID. Jumlah tersebut terus bertambah sebanyak 619.824 SID sampai dengan 26 Mei 2025. Pertumbuhan ini terjadi meski Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat mengalami perubahan dari 7.079,905 pada penutupan perdagangan akhir tahun 2024 menjadi 5.967,988 pada 9 April 2025, yang kemudian kembali menguat ke posisi 7.175,819 per 28 Mei 2025.
Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik mengatakan bahwa peningkatan jumlah investor saham juga terjadi di tengah ketidakpastian ekonomi global yang dipicu oleh kebijakan tarif impor Amerika Serikat sepanjang awal tahun 2025. “Menariknya, meskipun kebijakan tarif impor mulai diberlakukan, minat masyarakat untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia tetap tinggi. Tercermin dari penambahan lebih dari 38 ribu investor saham selama periode 27 Maret hingga 8 April 2025,” jelas Jeffrey. Sebagai informasi, penambahan sebanyak 38.676 investor saham terjadi selama periode libur panjang Idul Fitri ketika jumlah investor meningkat dari 6.705.452 SID pada 27 Maret 2025 menjadi 6.744.128 SID pada 8 April 2025.
BEI menyadari bahwa pertumbuhan jumlah investor harus diimbangi dengan penguatan infrastruktur informasi dan edukasi pasar modal. Aplikasi IDX Mobile yang telah diunduh lebih dari 287 ribu pengguna, dan media sosial resmi BEI menjadi beberapa kanal utama untuk memberikan akses informasi sekaligus edukasi yang cepat serta mudah kepada masyarakat. BEI juga memperluas jaringan Galeri Investasi BEI yang kini mendekati 1.000 lokasi, serta didukung oleh lebih dari 6.000 Duta Pasar Modal yang menjadi ujung tombak edukasi di berbagai daerah di Indonesia.
Hingga jelang pertengahan tahun 2025, BEI telah melaksanakan berbagai program yang dijalankan melalui Area dan Kantor Perwakilan di seluruh Indonesia, baik secara daring maupun luring kegiatan edukasi seperti Sekolah Pasar Modal (SPM) dari level 1 hingga level 3, webinar, seminar, dan workshop yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat, serta melibatkan pelaku industri, perusahaan efek, asosiasi, akademisi, komunitas, dan media sebagai bagian penting dari strategi literasi pasar modal.
BEI juga senantiasa berupaya untuk memperkuat basis investor pasar modal, tidak hanya untuk meningkatkan partisipasi investor ritel, namun juga melalui komunikasi berkelanjutan kepada investor institusi. Direktur Utama BEI Iman Rachman menambahkan, “BEI juga berorientasi pada peningkatan partisipasi investor institusi dengan terus menjalin keterlibatan aktif bersama investor institusi domestik guna mendorong peran mereka dalam aktivitas transaksi pasar. Inisiatif strategis ini mencerminkan komitmen kuat BEI untuk membangun pasar modal yang transparan, dinamis, dan inklusif di masa depan”. Dengan kuatnya basis investor, peran pasar modal Indonesia semakin signifikan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
EtIndonesia. Seorang wanita lumpuh di Tiongkok yang jatuh cinta dan menikahi seorang “dokter” yang ditemuinya selama rehabilitasi menjadi putus asa setelah dia menghilang dengan pinjaman lebih dari tiga juta yuan (sekitar Rp 6,7 miliar).
Li Shangxuan, 31 tahun, dari Provinsi Hebei di Tiongkok utara, berbagi kehidupannya sebagai seorang ibu tunggal dengan 220.000 pengikut di sebuah platform video pendek yang populer.
Keluarga Li dulunya berkecukupan, dengan orangtuanya bekerja di bisnis.
Lumpuh dari pinggang ke bawah dalam sebuah kecelakaan mobil tahun 2013, dia telah menggunakan kursi roda sejak saat itu.
Selama rehabilitasinya, Li bertemu dengan seorang pria, bermarga Ding, di media sosial yang mengaku sebagai seorang ahli bedah.
Ding mengatakan dia telah belajar kedokteran dan pernah magang di sebuah rumah sakit.
Dia mengejarnya dengan intens, dan mereka dengan cepat jatuh cinta.
Li hamil, dan Ding menjanjikannya akses ke perawatan medis yang lebih baik, dengan mengatakan bahwa dia meninggalkan rumah sakit untuk memulai bisnis.
Li dan orangtuanya percaya bahwa Ding dapat diandalkan dan peduli.
“Ketika dia melamar, dia membuatku merasa istimewa. Kupikir hidupku akhirnya berubah,” kata Li.
Dua bulan setelah pernikahan mereka, Ding ditahan oleh polisi atas tuduhan pemerkosaan tetapi berhasil dibebaskan setelah meminjam uang dari Li.
Selama kehamilannya yang sudah lanjut, Ding terus meminta uang kepadanya, dengan alasan bahwa uang itu untuk bisnisnya. Ketika Li menolak, Ding akan mengusirnya dari rumah.
Li mengatakan bahwa Ding menekannya untuk mengambil pinjaman tiga juta yuan dan sering mendorong serta menghinanya saat dia hamil.
Mereka bercerai sehari setelah bayi itu lahir, dan Ding menyerahkan hak asuh.
“Aku menyadari bahwa anakku dan aku hanyalah pion baginya,” kata Li.
Tak lama kemudian, Ding pergi dan memutuskan semua kontak.
Li membesarkan putra mereka sendirian, dengan mengatakan bahwa anak laki-laki itu tidak pernah bertemu ayahnya atau merasakan kasih sayang seorang ayah.
Kemudian, dia mengetahui Ding telah dipecat dari magangnya di rumah sakit karena pelecehan seksual dan menyelesaikan masalah tersebut dengan uang.
“Dia tidak pernah memiliki lisensi medis dan bahkan tidak lulus dari universitas,” imbuh Li.
Dia juga mengungkapkan bahwa bisnis Ding palsu dan dia memiliki utang lebih dari tiga juta yuan.
Pada tanggal 22 Mei, Li mempublikasikan kisahnya di media sosial, dengan harapan dapat menekan mantan suaminya untuk maju.
Dia juga mendesak wanita lain dengan pengalaman serupa untuk berbicara.
“Tidak ada yang namanya orang yang sempurna. Berhati-hatilah dengan kepura-puraan dalam hubungan,” katanya.
“Jika Anda pernah mengalami hal seperti ini, jangan takut. Bela diri Anda dan anak Anda.”
Li sekarang dapat berdiri tetapi tidak dapat berjalan dan masih bergantung pada kursi roda.
Dia mendukung putranya dengan melakukan streaming langsung dan menjual makanan serta barang-barang rumah tangga.
Dalam sebuah video baru-baru ini, dia mengatakan bahwa gugatannya terhadap Ding atas pinjaman tersebut akan disidangkan pada bulan Juni.
Fu Jian, seorang pengacara dari Firma Hukum Henan Zejin, mengatakan kepada Xiaoxiang Morning Post bahwa jika Ding berbohong tentang tujuan pinjaman, Li dapat mengajukan tuntutan penipuan dan menuntut pembayaran penuh berikut bunga.
Fu menyarankan agar Li juga mengambil tindakan hukum terhadap Ding atas kekerasan dalam rumah tangga dan penelantaran.
Kisah Li telah menjadi viral di media sosial daratan, dengan unggahan terkait yang mencapai lebih dari 35 juta tampilan.(yn)