Kim Jong-un Berkunjung ke Rusia untuk Menemui Putin, Kim Akan Naik Kereta Khusus
Pada Senin (11/9), Rusia dan Korea Utara sama-sama mengonfirmasikan bahwa Kim Jong-un berencana mengunjungi Rusia untuk menemui Presiden Putin. Mengenai hal ini Amerika Serikat memperingatkan, bahwa jika Korea Utara memasok senjata ke Rusia untuk menyerang Ukraina, maka ia akan menanggung akibatnya
oleh Li Mei dan Tian Yuan
Kremlin pada Senin 11 September,mengatakan Kim Jong-un telah menerima undangan Putin untuk mengunjungi Rusia.
Kedua kepala negara tersebut mungkin akan bertemu di kota Vladivostok yang terletak di timur Rusia pada Selasa atau Rabu.
Para pejabat Korea Selatan mengatakan Kim Jong-un mungkin berangkat langsung menuju Rusia tanpa melewati Tiongkok dengan naik kereta khusus pada hari Minggu sore. Diperkirakan rombongan Kim Jong-un tiba di Vladivostok pada hari Senin malam atau paling lambat Selasa.
Masyarakat Rusia mengatakan bahwa Korea Utara memiliki kemiripan dengan Rusia.
Warga Rusia bernama Yelena mengatakan : “Korea Utara adalah negara yang terisolasi. Mungkin mereka akan berteman dengan kami, tapi kecil kemungkinannya untuk berteman dengan Amerika Serikat”.
Korea Utara adalah salah satu dari sedikit negara yang secara terbuka mendukung Rusia setelah menginvasi Ukraina tahun lalu.
Putin pekan lalu berjanji bahwa ia berencana memperluas hubungan bilateral antara kedua negara secara komprehensif.
Terakhir kali Kim Jong-un pergi ke luar negeri adalah pada tahun 2019, yang juga merupakan pertemuan pertamanya dengan Vladimir Putin di Vladivostok.
Kabarnya, kedua kepala negara akan membahas soal kerja sama militer dan bahkan mungkin mencapai kesepakatan pasokan senjata.
Amerika Serikat mengatakan bahwa, meskipun Pyongyang dan Kremlin berulang kali membantah soal pasokan senjata, tetapi Korea Utara sebenarnya sedang memajukan perundingan untuk menyediakan lebih banyak senjata kepada Rusia.
Gedung Putih terus memperingatkan Korea Utara bahwa ia akan menanggung akibatnya jika memasok senjata ke Rusia untuk digunakan dalam perang Ukraina.(sin)
MenKopUKM Teten Masduki Tolak TikTok Jalankan Bisnis Media Sosial Dan E-Commerce Secara Bersamaan
ETIndonesia- Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki menolak platform media sosial asal Tiongkok, TikTok menjalankan bisnis media sosial dan e-commerce secara bersamaan di Indonesia, seiring dengan penolakan serupa yang telah dilakukan oleh dua negara lain sebelumnya yakni Amerika Serikat dan India.
“India dan Amerika Serikat berani menolak dan melarang TikTok menjalankan bisnis media sosial dan e-commerce secara bersamaan. Sementara, di Indonesia TikTok bisa menjalankan bisnis keduanya secara bersamaan,” kata Menteri Teten dalam siaran pers resmi KemenKopUKM.
Dalam Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR RI (4/9), Menteri Teten menambahkan TikTok boleh saja berjualan tapi tidak bisa disatukan dengan media sosial.
“Dari riset, dari survei kita tahu orang belanja online itu dinavigasi, dipengaruhi perbincangan di media sosial. Belum lagi sistem pembayaran, logistiknya mereka pegang semua. Ini namanya monopoli,” ucap Menteri Teten.
Selain perlunya mengatur tentang pemisahan bisnis media sosial dan e-commerce, Teten juga mengatakan jika pemerintah perlu mengatur tentang cross border commerce agar UMKM dalam negeri bisa bersaing di pasar digital Indonesia.
“Ritel dari luar negeri tidak boleh lagi menjual produknya langsung ke konsumen. Mereka harus masuk lewat mekanisme impor biasa terlebih dahulu, setelah itu baru boleh menjual barangnya di pasar digital Indonesia. Kalau mereka langsung menjual produknya ke konsumen, UMKM Indonesia pasti tidak bisa bersaing karena UMKM kita harus mengurus izin edar, SNI, sertifikasi halal, dan lain sebagainya,” kata Menteri Teten.
Pemerintah juga perlu melarang platform digital untuk menjual produk sendiri atau produk yang berasal dari afiliasinya. Dengan begitu, pemilik platform digital tidak akan mempermainkan algoritma yang dimilikinya untuk menghadirkan praktik bisnis yang adil.
Menteri Teten mengatakan, pemerintah juga harus melarang aktivitas impor untuk produk yang sudah bisa diproduksi di dalam negeri. Pemerintah juga perlu mengatur tentang harga barang yang bisa diimpor ke Indonesia. Menurut dia, hanya barang yang harganya berada di atas 100 dolar AS yang nantinya diperkenankan masuk ke Indonesia.
“Pemerintah juga perlu melarang barang yang belum diproduksi di dalam negeri meski harganya berada di bawah 100 dolar AS. Tujuannya adalah agar barang-barang tersebut bisa diproduksi oleh UMKM tanah air,” ujar Menteri Teten. (asr)
“Dia Berjalan Menghampiri Saya”, Biden Mengungkapkan Percakapannya dengan Li Qiang di KTT G20
oleh Xia Yu
Pada Minggu (10 September), KTT G20 India berakhir. Presiden AS Biden mengungkapkan bahwa dirinya sempat melakukan pembicaraan dengan Perdana Menteri Tiongkok Li Qiang di sela KTT tersebut. Pertemuan ini merupakan pertemuan tingkat tertinggi yang dilakukan kedua belah pihak dalam 10 bulan sejak pertemuan Biden dengan Xi Jinping pada KTT G20 di Indonesia tahun lalu.
Presiden Tiongkok Xi Jinping tidak hadir dalam KTT G20, dan pihak berwenang Beijing tidak menjelaskan alasan ketidakhadiran Xi Jinping, kecuali mengutus Li Qiang menggantikan Xi Jinping di KTT G20.
Biden mengonfirmasi pertemuan dengan Li Qiang kepada wartawan pada konferensi pers di Hanoi. “Tim saya, staf saya masih bertemu dengan utusan dari Presiden Xi dan kabinetnya”. “Hari ini, di India saya telah bertemu dengan orang nomor 2 di Tiongkok”.
“Tidak berarti akan ada krisis jika saya tidak berbicara dengan dia (Xi) secara langsung”, kata Biden, “tetapi akan lebih baik jika saya berbicara dan dapat bertemu lagi dengannya dalam waktu dekat.”
Berbicara tentang isi pertemuan dengan Li Qiang, Biden mengatakan : “Kami berbicara soal stabilitas”, dan (situasi) global di belahan selatan, dan pertemuan itu tidak konfrontatif sama sekali. Biden menambahkan bahwa mereka membicarakan masalah untuk memastikan agar negara-negara berkembang mampu melaksanakan perubahan.
Biden tidak mengungkapkan format pertemuan tersebut, namun dia mengatakan : “Dia (Li Qiang) berjalan menghampiri saya”. Namun Gedung Putih mengatakan pada hari Minggu bahwa Biden telah bertemu dengan seorang pemimpin Tiongkok di pertemuan puncak tersebut.
Menjelang pertemuan puncak, penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan kepada wartawan bahwa Gedung Putih “saat ini tidak memiliki rencana bagi presiden untuk berhubungan dengan perdana menteri Tiongkok”.
Berbicara pada konferensi pers di Vietnam, Biden memuji perekonomian AS sebagai yang “terkuat” di dunia. Dia mengatakan kepada wartawan bahwa pertumbuhan ekonomi Tiongkok melambat karena melemahnya ekonomi global dan kebijakan Tiongkok, namun dia tidak merinci kebijakan apa.
Biden menyebut situasi ekonomi Tiongkok sebagai sebuah “krisis” dan menyinggung adanya masalah dalam industri real estate dan tingginya pengangguran kaum muda.
Ketika berbicara tentang Xi Jinping dia mengatakan : “Ini bukan kritik, tetapi hasil sebuah pengamatan”.
Tetapi Biden tidak menjelaskan lebih lanjut. “Dia sedang sibuk luar biasa sekarang,” katanya.
“Dia (Xi) menghadapi tingginya pengangguran kaum muda yang sulit diatasi. Salah satu kebijakan ekonomi utama yang dia canangkan sekarang tampaknya mengalami kegagalan”, kata Biden.
Biden mengatakan : “Saya tidak ingin mengekang (pertumbuhan ekonomi Tiongkok). Saya ingin melihat Tiongkok berhasil secara ekonomi, namun saya lebih menghendaki dapat melihat mereka berhasil berdasarkan norma-norma internasional”.
Biden juga mengatakan bahwa masalah ekonomi Tiongkok telah melemahkan kemampuan PKT untuk menyerang Taiwan. “Saya tidak berpikir dalam situasi demikian Tiongkok (PKT) akan menginvasi Taiwan”. “Bahkan, sebaliknya, (PKT) mungkin tidak lagi memiliki kemampuan (invasi) seperti sebelumnya”.
Biden menekankan bahwa Amerika Serikat adalah negara besar di Pasifik yang tidak berniat menarik pasukannya dari wilayah tersebut. Dia juga mengatakan bahwa langkah untuk membatasi penggunaan iPhone Apple oleh pegawai negeri yang diusung pemerintah Tiongkok baru-baru ini merupakan upaya untuk “mengubah beberapa aturan permainan perdagangan”.
“Saya dengan tulus berharap PKT bersedia memperbaiki hal ini”, katanya. (sin)
Alasan di Balik Perombakan Jajaran Pemimpin Angkatan Roket PLA Tiongkok
oleh Cheng Jing
Hampir seluruh pemimpin atas di Angkatan Roket Tentara Pembebasan Tiongkok (PLA) diganti oleh Xi Jinping. Ada pun alasan yang beredar luas dikatakan menyangkut kasus korupsi, membocorkan rahasia, merancang kudeta, pembunuhan dan sebagainya. Namun media “Epoch Times” dari sumber terpercaya memperoleh informasi yang tak jauh dari : Xi Jinping sangat percaya pada ramalan dan sangat takut dengan kematian.
Dalam ramalan ada gambar seorang yang dengan busur di tangan yang sedang memanah seorang yang tampaknya adalah raja, dia yakin itu berhubungan dengan roket, maka dia merombak pimpinan angkatan roket dan menangkap mereka. Inilah alasan utamanya. Belakangan ini Xi Jinping semakin sering menghilang dari mata publik lantaran demi memperkuat pencegahan, meskipun terpaksa mengabaikan dampaknya di masyarakat internasional. Kemudian ditambah lagi dengan upaya pembersihan yang dilakukan terhadap angkatan koket, Itu semua tidak terlepas dari kuatnya Xi Jinping meyakini nubuat yang bakal menimpa dirinya.
Perombakan total para pemimpin Angkatan Roket
Sumber mengungkapkan bahwa Xi Jinping memiliki seorang pembimbing supranatural yang berada di sekelilingnya. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan seperti yang digambarkan dalam ramalan, maka Xi mengambil banyak tindakan pencegahan, terlepas dari apakah tidak merusak citra dirinya di mata masyarakat internasional. Contohnya seperti melakukan perombakan di jajaran pemimpin angkatan roket kali ini, memiliki kaitan yang erat dengan ramalan.
Pada 31 Juli tahun ini, Xi Jinping baru menunjuk komandan baru dan komisaris politik baru Angkatan Roket PLA yang secara tidak langsung membenarkan dugaan “hilangnya” selama beberapa bulan mantan komandan Angkatan Roket Jenderal Li Yuchao, dan komisaris politik Jenderal Xu Zhongbo itu adalah karena dilengserkan oleh Xi Jinping.
Begitu pula dengan Wei Fenghe, mantan Menteri Pertahanan Tiongkok yang telah “hilang” selama beberapa bulan, tidak terlihat lagi sejak digantikan saat reorganisasi Dewan Negara pada Maret tahun ini. Wei Fenghe menjabat sebagai Komandan Angkatan Roket pertama dari tahun 2015 hingga 2017.
Media Hongkong “South China Morning Post” di awal bulan Juli tahun ini telah mengungkapkan, bahwa Li Yuchao telah ditahan oleh badan antikorupsi militer untuk menjalani interogasi. Begitu pula “nasib” yang menimpa wakil komandan Liu Guangbin dan mantan wakil komandan Zhang Zhenzhong.
Selain itu, mantan wakil komandan Angkatan Roket lainnya, Wu Guohua dicurigai meninggal dunia karena bunuh diri. Sebuah berita kematian yang ditandatangani oleh “Kantor Pemakaman Kamerad Wu Guohua” dan diterbitkan pada 25 Juli menyebutkan, bahwa Wu Guohua meninggal di Beijing pada 4 Juli dalam usia 66 tahun. Media “The Paper” mengonfirmasi berita tersebut pada 27 Juli tetapi segera menghapusnya. Zhang Xiaoyang, atasan lama Wu Guohua, dalam sebuah pesannya mengungkapkan bahwa Wu Guohua meninggal karena gantung diri.
Angkatan Roket PLA yang didirikan, diberi nama dan dikendalikan oleh Xi Jinping pada akhir tahun 2015 memiliki kekuasaan untuk mengendalikan rudal nuklir dan kekuatan pencegah lainnya. Xi berharap dapat memanfaatkan angkatan strategis ini untuk mengejutkan dunia, bersaing dengan Amerika Serikat, dan mewujudkan “Impian negara yang besar dengan militer yang kuat” yang ia canangkan. Jadi para petinggi angkatan roket berada di bawah tekanan yang sangat besar.
Sangat tidak biasa jika petinggi Angkatan Roket PLA dirombak total oleh Xi Jinping. Selain itu, pada periode yang sama, Menteri Luar Negeri Qin Gang diberhentikan dari jabatan setelah sempat beberapa lama menghilang. Kematian mantan kepala Biro Keamanan Pusat Wang Shaojun tidak diumumkan secara resmi sampai tiga bulan setelah kematiannya. Analis bingung karena beredar rumor masalah korupsi, kebocoran, kudeta, dan pembunuhan. Namun informasi terpercaya yang diperoleh “Epoch Times” menyebutkan bahwa alasan utama di balik itu semua adalah karena Xi Jinping yakin terhadap kesesuaian antara profetik dengan kenyataan.
Xi Jinping dan Angkatan Roket PLA akan “bernasib” seperti yang dilukiskan dalam nubuat ?
Sejak berkuasa Xi Jinping selalu menekankan “keamanan” dan sering menghilang tanpa sebab, ini semua terkait dengan kekhawatirannya terhadap keselamatan dirinya, ketakutan terhadap kudeta dan pembunuhan. Xi Jinping suka meniru Mao Zedong dalam banyak hal, dan keduanya juga punya keyakinan yang sama. Di depan publik mereka mengaku sebagai pengikut Marxisme – Leninisme yang tidak percaya adalah Tuhan, namun jauh dalam lubuk hati mereka yang memiliki pemahaman dan ketakutan yang besar terhadap budaya tradisional Tiongkok yang percaya adanya Pencipta Alam Semesta.
Sumber mengatakan kepada “Epoch Times” bahwa Xi Jinping sangat khawatir dengan beberapa ramalan Tiongkok kuno tentang kudeta dan pembunuhan yang akan menimpa dirinya, dan dia akan mati saat masih menjabat.
Gambar terakhir dalam buku esoterik rakyat berjudul “Tie ban tu” terdapat lukisan yang merupakan ramalan nasib PKT. Gambarannya sangat sederhana, yakni di langit antara 2 puncak gunung terlihat ada 4 ekor burung berbulu hitam yang sedang terbang, tetapi ada seekor burung yang berbulu putih terlihat jatuh dan mati sampai darahnya berceceran di bukit gunung sebelah kanan.

Komentator urusan internasional Tang Hao mengatakan kepada New Tang Dynasty TV : “Bulu dalam bahasa Mandarin adalah (羽, baca yu), putih (白, baca bai), bulu putih adalah (白羽, baca bai yu) yang sama dengan tulisan (習, baca xi) yang merupakan marga Xi Jinping. Seperti yang kita ketahui bahwa Xi Jinping disebut sebagai pemimpin generasi kelima Partai Komunis Tiongkok, yang pendahulunya adalah Mao Zedong, Deng Xiaoping, Jiang Zemin dan Hu Jintao. Apakah 4 ekor burung berbulu hitam dalam “Tie ban tu” itu merupakan gambaran dari keempat orang pemimpin partai terdahulu, sedangkan burung kelima berbulu putih yang mati di bukit gunung itu adalah gambaran dari pemimpin generasi kelima Xi Jinping ?”
Tang Qing, seorang komentator berita kepada “Epoch Times” menjelaskan bahwa dalam gambar “Tie ban tu” itu memperlihatkan bahwa hanya 4 ekor burung berbulu hitam yang dapat terbang melewati kedua puncak gunung, sedangkan burung berbulu putih itu menemui ajal di bukit gunung mungkin karena terkena anak panah. Kedua gambar dalam buku ramalan “Tui bei tu” tentang pemanah dan kudeta sebenarnya memberitakan hal yang sama, dan keduanya merefleksikan apa yang dialami Xi Jinping saat ini.
Tang Qing mengatakan bahwa penerus Mao Zedong, Lin Biao dan Prigozhin, pemimpin angkatan bersenjata pribadi Putin, semuanya menemui ajal karena pesawat yang mereka tumpangi itu jatuh oleh serangan rudal. Sedangkan pemegang kendali “anak panah” atau “rudal” ini adalah angkatan roket. Jadi begitu ada hal terjadi dalam tubuh angkatan roket, akan dibesar-besarkan oleh Xi yang ketakutan karena ramalan. Seperti angkatan roket terlibat dalam upaya kudeta, konspirasi anti-Xi dengan para tetua PKT, dan upaya pembunuhan terhadap Xi Jinping ini adalah rumor yang beredar. Ditambah lagi dengan Xi Jinping yang begitu percaya pada ramalan Tiongkok kuno. Jadi jika Xi Jinping lebih memilih untuk merombak pimpinan tertinggi angkatan roket, itu tidak sulit untuk kita pahami.
Nubuat yang berkaitan dengan busur dan anak panah muncul pada gambar ke-46 dari buku ramalan terkenal “Tui Bei Tu”. “Puisi”-nya berbunyi : “Ada seorang prajurit yang membawa alat pemanah, hanya mengatakan bahwa dirinya adalah seorang berkepala putih. Di pintu sebelah timur tersembunyi pedang emas, prajurit pemberani masuk istana kekaisaran melalui pintu belakang”.

Tang Qing percaya bahwa dalam budaya tradisional Tiongkok, sangat sulit untuk mengubah nasib orang yang selalu melakukan perbuatan yang bertentangan dengan keinginan alam, kecuali terhadap orang-orang yang memiliki kebajikan yang besar, berbuat baik atau berkultivasi. Tetapi hal ini mungkin sulit dilakukan oleh Xi Jinping.
Tang Hao mengatakan : “Jika Xi Jinping ingin membalikkan situasi krisis dan kesulitan yang dihadapinya saat ini, serta menghindari pembunuhan atau kudeta seperti yang diramalkan, maka menurut pendapat saya, hanya ada satu cara, yaitu dengan membubarkan Partai Komunis Tiongkok dan menjadikan Tiongkok sebagai negara yang bebas dan demokratis, untuk mendapatkan simpati rakyat Tiongkok serta memenangkan pengakuan dan bantuan komunitas internasional. Bahkan, gambar no. 53 dalam “Tui bei tu” juga telah mengingatkannya : “Ikuti perintah Langit, jadilah pemimpin yang baik”. Jika ia bersedia menyerahkan nasib Partai Komunis Tiongkok dan tidak menghambat kehendak Langit, maka ia akan menjadi pemimpin baik, yang mampu membuat damai dan aman bagi rakyat seantero. (sin)
Situasi Banjir di Tiongkok Selatan Kritis, Xi Jinping Menyerukan “Keamanan” pada Pertemuan di Timur Laut Tiongkok
oleh Luo Tingting/Zhu Xinrui
Baru-baru ini, banjir terjadi di banyak tempat di Tiongkok selatan, situasi banjir sangat kritis.Namun demikian, Xi Jinping pergi ke Heilongjiang di Tiongkok Timur Laut untuk memeriksa situasi bencana. Dia menyebutkan “keamanan” berkali-kali pada simposium yang digelar di Harbin, Xi juga mengatakan bahwa Tiongkok Timur Laut memiliki misi untuk menjaga “lima keamanan utama” Tiongkok yang menarik perhatian.
Pertunjukan Xi Jinping di Tiongkok Timur Laut Memicu Cemoohan
Kantor Berita Partai Komunis Tiongkok, Xinhua melaporkan bahwa pada 7 September sore, Xi Jinping mengunjungi Kota Shangzhi dan Kota Harbin untuk memeriksa situasi bencana dan berkata, “Saya prihatin dengan tempat-tempat yang dilanda bencana.”
Heilongjiang mengalami banjir besar yang disebabkan oleh debit banjir pada Agustus. Xi Jinping datang untuk memeriksa bencana tersebut sebulan setelah banjir surut, sehingga memicu perdebatan sengit. Beberapa netizen mencemoohnya di media sosial luar negeri
Terlebih lagi, ketika Xi Jinping menginspeksi Heilongjiang, Guangdong dan Fujian dilanda hujan lebat dan banjir akibat Topan Haikui. Pelepasan banjir dari waduk Shenzhen menyebabkan banjir besar di kota tersebut. Stasiun Kereta Api Shenzhen juga kebanjiran dan ratusan penumpang terdampar. Xi Jinping tidak pergi ke selatan untuk memeriksa banjir, tetapi pergi ke timur laut di mana banjir telah surut untuk memeriksa bencana, ini dianggap sebagai pertunjukan belaka.
Hu Ping, editor kehormatan publikasi politik luar negeri Beijing Spring, mengatakan kepada Radio Free Asia bahwa Xi Jinping bertingkah ketika dia menginspeksi lokasi bencana. Setiap kali dia pergi ke suatu tempat, dia menciptakan pertempuran besar dan tidak boleh ada orang yang berada bermil-mil jauhnya.Ada begitu banyak orang berpakaian preman dan penjaga keamanan, dan yang disebut orang yang berada disekelilingnya adalah orang bayaran.
“Di daerah bencana yang benar-benar serius, di mana nyawa dan kematian masyarakat dipertaruhkan, tidak mungkin memberikan adegan palsu seperti pemotretan palsu, jadi dia tidak berani pergi. Sekarang dia pergi ke Heilongjiang. Bencananya jelas sudah tidak serius. Pekerjaan keamanan lebih baik, jadi dia pergi untuk berpura-pura untuk pertunjukan.” Kata Hu Ping.
Tang Jingyuan, komentator isu terkini yang tinggal di Amerika Serikat, berkata : “Xi Jinping telah berperilaku sangat aneh sejak dia menjabat, terutama setelah Kongres Nasional ke-19. Ada bencana alam yang sedang terjadi dan dia perlu memeriksanya. Bahkan jika dia pergi , dia akan menunggu sampai kejadian itu berlalu sebelum pergi. Seperti dua pertunjukan pertama. Ada banjir di Zhengzhou dua tahun yang lalu, yang menyebabkan banyak korban jiwa, tetapi dia pergi ke Tibet, merupakan contoh yang sangat tipikal.”
Tang Jingyuan percaya bahwa Xi Jinping terutama mengkhawatirkan masalah keamanan dan kekacauan serta keluhan publik di daerah bencana akan menghalangi keamanan politik dan keselamatan pribadinya.
Apakah Xi Jinping Mengkhawatirkan Keadaan Militer?
Selain itu, Xi Jinping juga meninjau Universitas Teknik Harbin, yang sebelumnya dikenal sebagai Industri Militer Harbin di Heilongjiang. Sekolah ini merupakan bagian dari sistem militer. Tang Jingyuan mengatakan dalam “Foresight Review” bahwa ini menunjukkan bahwa Xi Jinping masih belum percaya diri dengan militer.
Baru-baru ini, markas besar Pasukan Roket, unit andalan PKT, hampir seluruhnya diganti. Wei Fenghe, komandan pertama Pasukan Roket dan mantan Menteri Pertahanan juga dikabarkan sedang diselidiki.
Pada 31 Agustus, ketika menanggapi keberadaan Wei Fenghe, juru bicara Kementerian Pertahanan Nasional Partai Komunis Tiongkok tidak menjawab secara langsung. Sebaliknya, dia berkata, “Kami akan menyelidiki setiap kasus dan menindak setiap pejabat yang korup” dan “tidak ada toleransi terhadap korupsi.” Banyak ahli percaya bahwa ini hampir membenarkan rumor bahwa Wei Fenghe “dalam masalah”.
Mengikuti Wei Fenghe, Menteri Pertahanan saat ini Li Shangbo tidak muncul di depan publik selama beberapa hari. Ia dikabarkan mungkin juga akan diselidiki.
Zhang Tianliang, seorang komentator politik yang berbasis di Amerika Serikat, mengatakan dalam “Dawn Hour” pada 8 September bahwa siapakah itu Wei Fenghe atau Li Shangfu, pembersihan mereka bukanlah pertanda baik bagi Xi Jinping.
“Dikarenakan pembersihan sebelumnya adalah lawan politik, itu berarti melawan lawan politik. Tapi sekarang Xi Jinping benar-benar mengarahkan pedangnya ke dalam, membersihkan jenderal yang dia promosikan, yang sama saja dengan berperang melawan jenderalnya sendiri.” Pada saat yang sama, hal ini juga menunjukkan bahwa kendali Xi Jinping terhadap militer tidak sekuat yang kita bayangkan, yang merupakan tanda bahwa fondasi kekuasaan Xi Jinping sedang terguncang,” ujarnya.
Pada 4 September, Harian Tentara Pembebasan Partai Komunis Tiongkok menerbitkan sebuah artikel berjudul “Kencangkan” Katup Pengaman “Lebih Ketat dan Kencang”, mengutip pernyataan Xi Jinping yang mengatakan bahwa “kita harus mementingkan pencegahan masalah keamanan besar dan memastikan keselamatan dan stabilitas pasukan.
Di akhir artikel tersebut juga menekankan perlunya “menyelesaikan konflik secara efektif pada sumbernya, menghilangkan bahaya tersembunyi pada akhirnya, dan memastikan tingkat persatuan, keamanan, dan stabilitas pasukan yang tinggi.”
Yao Cheng, mantan letnan kolonel dan staf Komando Angkatan Laut Partai Komunis Tiongkok, mengatakan kepada The Epoch Times pada 8 September bahwa Xi Jinping tidak yakin dengan militer. Ini adalah fakta.
“Xi Jinping sangat mengkhawatirkan masalah keamanan. Selain itu, ada begitu banyak kasus politik di tubuh militer selama periode ini, dan mereka tidak setia kepada Xi Jinping serta melanggar hukum. Oleh karena itu, surat kabar militer menerbitkan artikel-artikel ini terutama untuk menekankan keamanan politik,” katanya. (Hui)
Infeksi Ketiga Bergejala COVID Merebak di Tiongkok! Gejalanya Parah, Rumah Sakit Penuh Serta Kematian Melonjak
Wang Yanqiao
Baru-baru ini, kasus infeksi ketiga bergejala COVID terjadi di banyak tempat di Tiongkok. Pasien memiliki gejala yang parah, rumah sakit penuh dan jumlah kematian meningkat tajam.
Seorang warga Heilongjiang berkata : “Infeksi ketiga sangat mudah menyebabkan infeksi pneumonia. Gelombang virus ini berlangsung lama, dan saya terinfeksi pada Juli. Saya menderita sakit tenggorokan, badan pegal-pegal, batuk sepanjang malam dan tidak bisa tidur sama sekali. Rekan saya baru positif pada September. Dia batuk beberapa hari terakhir. Dia pergi ke rumah sakit untuk memeriksa apakah dia terinfeksi pneumonia. Ada banyak orang seperti ini di rumah sakit. Bahkan, orang tua dan anak-anak lebih rentan tertular. Bukankah sekolah dimulai sekarang? putri saya baru saja masuk taman kanak-kanak dan banyak anak-anak mulai meminta izin libur satu per satu.”
Sementara itu, seorang warga Jilin berkata : “infeksi ketiga ini membunuh separuh kehidupan saya. Kemudian seluruh keadaan dimulai dengan rasa sakit yang parah di kepala dan saya ingin menabrak dinding. Ketika saya terinfeksi pertama kali, seluruh tubuh saya sakit dan ketika saya terinfeksi yang keduanya, saya merasa baik-baik saja. Saat terjadi infeksi ketiga, rasanya lebih sakit daripada saat yang kedua. Seluruh tulang sakit dan tidak bisa berjalan. Gejala dari infeksi ketiga adalah tenggorokan baik-baik saja, tapi merasa tak bertenaga, tidak bisa bernapas dan sangat menyakitkan. Rasa sakit yang luar biasa di sekujur tubuh.”
Baru-baru ini, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok merilis situasi infeksi COVID di Tiongkok pada Agustus 2023. Lembaga itu melaporkan total 532 kasus baru yang parah dan 43 kematian. Dilaporkan rata-rata harian jumlah pasien klinik demam berfluktuasi sekitar 125.000 orang. Tingkat positif COVID yang melaporkan kasus serupa influenza secara bertahap meningkat. Dikarenakan, Partai Komunis Tiongkok selalu menyembunyikan kebenaran, situasi sebenarnya tidak diketahui.
Li Gang, dokter yang merawat di Departemen Pernafasan Rumah Sakit Tersier di Anhui berkata: “Mulai bulan Agustus, tingkat positif COVID yang mirip influenza di negara kita telah meningkat secara bertahap, dari 14,4% pada awal Agustus menjadi 19,6% pada akhir Agustus. Ini berarti COVID sedang menyebar di kalangan masyarakat. Ada gelombang kecil popularitas lainnya.”
Shi Bowen seorang dokter jaga di Departemen Bedah Umum Pertama, Rumah Sakit Umum FAW Provinsi Jilin berkata: “Hari ini adalah hari keempat. Saya benar-benar merasa sangat tak berdaya. Semalam, istri saya juga positif. Infeksi kedua itu persis sama. Pertama saya yang positif, tiga atau empat hari kemudian istri saya yang positif. Meskipun saya meninggalkan keluarga saya dan langsung pindah setelah gejalanya muncul, itu tidak berguna. Penyakitnya masih sangat menular. Penyakitnya yang cepat menular dan begitu satu orang tertular, kemungkinan besar seluruh keluarga akan tertular. Beberapa orang di sekitar saya sudah terinfeksi yang ketiga dan keempat, bahkan ada yang terinfeksi berulang-ulang.”
Pada 8 September, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok merilis situasi pemantauan kasus cacar monyet pada Agustus. Sebanyak 501 kasus cacar monyet baru yang dikonfirmasi dilaporkan pada Agustus, termasuk 95 kasus di Guangdong, 77 kasus di Zhejiang, 54 kasus di Beijing, dan 32 kasus di Shanghai. Laporan tersebut menyatakan bahwa virus cacar monyet telah melanda 25 provinsi (daerah otonom dan kotamadya) di Tiongkok, dimana 98,9% adalah laki-laki dan 5 adalah perempuan. Dikarena Partai Komunis Tiongkok selalu menyembunyikan fakta kebenaran di baliknya, situasi sebenarnya tak diketahui secara pasti. (Hui)