Home Blog Page 94

Perang Tarif AS-Tiongkok Meningkat, Analis: Rezim Beijing Terkepung dari Segala Arah

EtIndonesia. Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Rabu (2/4/2025) mengumumkan penerapan tarif timbal balik terhadap seluruh dunia. Di antaranya, barang-barang impor dari Tiongkok dikenai tarif tambahan sebesar 34%. Lembaga otoritatif menyatakan bahwa putaran tarif baru dari AS ini akan berdampak lebih besar terhadap ekonomi Partai Komunis Tiongkok (PKT) dibandingkan perang dagang pada 2018–2019.”

“Ya, kemudian, Tiongkok (di bawah Partai Komunis Tiongkok) juga mengumumkan tarif balasan sebesar 34% terhadap seluruh produk impor buatan AS. Analis memperkirakan hal ini akan memicu eskalasi tarif dan sangat mungkin membuat Tiongkok menggali kuburnya sendiri,” ujar laporan Li Lan. 

Kebijakan tarif timbal balik Trump pada 2 April mengenakan tarif antara 10% hingga 49% terhadap semua barang impor ke AS. Skala dan cakupannya yang luas mengejutkan dunia.


“Ini berarti, melalui tarif baru ini, Presiden Trump mengirim pesan jelas kepada perusahaan dalam dan luar negeri: Era globalisasi telah berakhir. Dalam proses ini, negara-negara di dunia akan mencoba membentuk kembali hubungan mereka dengan AS. Negara yang mendekat ke AS akan mendapat pengurangan atau penghapusan tarif. Sedangkan negara yang melawan, akan mendapat pukulan lebih keras,” kata Qin Peng, komentator politik dan analis senior ekonomi-politik. 

Dalam putaran tarif baru ini, AS menaikkan tarif 34% terhadap produk Tiongkok, ditambah dengan 20% tarif sebelumnya, sehingga total tarif sejak Trump kembali ke Gedung Putih sudah  mencapai 54% terhadap barang Tiongkok.

Sebagai tanggapan, rezim PKT mengumumkan pada Kamis bahwa mulai 10 April, semua barang impor asal AS akan dikenai tambahan tarif 34% dari tarif yang berlaku saat ini. Selain itu, Kementerian Perdagangan PKT dan beberapa lembaga lain mengumumkan akan memasukkan 16 entitas AS ke dalam daftar kontrol ekspor, serta akan memberlakukan pembatasan ekspor terhadap tujuh jenis logam tanah jarang menengah hingga berat.


“AS telah menempatkan Tiongkok (PKT) sebagai pesaing utama masa depan, sebagai musuh potensial nomor satu. Karena itu, apapun yang dilakukan PKT, AS tidak akan melepaskannya. Inilah kondisi mental PKT saat ini. Maka, mereka ingin menunjukkan posisi mereka sekarang dan menyiapkan pijakan untuk negosiasi di masa depan,” kata Li Hengqing, ekonom dari Institut Riset Informasi dan Strategi Washington.

Kebijakan tarif timbal balik AS kali ini juga menargetkan negara-negara ketiga seperti Vietnam, yang diduga digunakan PKT untuk menghindari tarif melalui reekspor.


“Tekanan terhadap perusahaan-perusahaan Tiongkok sangat besar saat ini, karena banyak dari mereka berorientasi ekspor. Sekarang mereka tidak bisa bertahan lagi, menghadapi tekanan hidup yang luar biasa besar. Ini adalah ujian yang sangat berat,” tambah Li Hengqing. 

Beberapa lembaga pasar, termasuk Morgan Stanley dan Nomura, memperkirakan bahwa putaran tarif baru AS ini akan memberikan dampak terhadap ekonomi Tiongkok yang lebih besar dibandingkan perang dagang 2018–2019.


“PKT sebenarnya tidak punya banyak opsi. Strategi sirkulasi dalam negeri mereka tidak bisa berjalan karena mereka tidak bersedia melepaskan kepentingan sendiri. Artinya, PKT sekarang menghadapi tekanan dari empat arah: tarif, teknologi, keuangan, dan geopolitik. Jika mereka tidak segera menyesuaikan strategi terhadap AS, mereka akan menjadi pihak yang paling rugi dalam restrukturisasi ekonomi global ini,” Qin Peng menyimpulkan. 

Sumber : NTDTV.com

Perisai Anti-Sanksi Tiongkok : Melindungi Perdagangan atau Memperdalam Masalah Ekonomi?

Antonio Graceffo, Ph.D

Pemimpin Partai Komunis Tiongkok (PKT), Xi Jinping, tengah mengubah Undang-undang domestik dan memperkuat kendali negara untuk melawan perang dagang AS–Tiongkok—sebuah strategi yang berisiko mengusir investasi asing dan semakin memperlambat pemulihan ekonomi Tiongkok yang sudah rapuh

Beijing mengumumkan pada 24 Maret bahwa Perdana Menteri Li Qiang  menandatangani perintah yang memperkuat langkah balasan Tiongkok terhadap sanksi asing, dengan memberlakukan peraturan baru di bawah Undang-Undang Anti-Sanksi Asing. Aturan yang langsung berlaku ini memberi wewenang kepada Beijing untuk mencantumkan dan menghukum entitas yang melakukan “tindakan diskriminatif”, melalui pembekuan aset, penyitaan hak kekayaan intelektual (HKI), penolakan masuk, dan pelarangan perdagangan di berbagai sektor seperti pendidikan, sains, dan layanan hukum.

Bersamaan dengan revisi Undang-Undang Rahasia Negara yang mulai berlaku pada 1 Mei 2024—dan kini mencakup definisi samar tentang “rahasia kerja”—langkah-langkah ini memperkuat senjata hukum PKT dalam menghadapi perang dagang AS–Tiongkok, yang kembali memanas akibat ancaman tarif 20 persen dari Presiden AS Donald Trump.

Perubahan hukum ini menandai pergeseran dari keterbukaan menuju keamanan, didorong oleh strategi “sirkulasi ganda” Xi yang diluncurkan pada 2020. Strategi ini menekankan kemandirian domestik sambil tetap terlibat secara selektif dalam perdagangan global. Ini juga merupakan bagian dari agenda yang lebih luas untuk menghidupkan kembali ekonomi Tiongkok yang melambat sekaligus memperketat kendali PKT atas negara.

Undang-Undang Anti-Sanksi Asing, yang awalnya disahkan pada 2021, menargetkan sanksi asing seperti pembatasan AS terhadap kapas Xinjiang atau ekspor teknologi, dengan memungkinkan Tiongkok menyita HKI dan aset lain dari entitas yang mematuhi sanksi tersebut. Ini adalah alat balasan untuk melindungi kepentingan PKT dan menghukum perusahaan asing, terutama karena larangan teknologi AS—termasuk pembatasan semikonduktor—semakin meningkat di bawah kebijakan ekspor era Biden.

Peraturan tahun 2025 memperluas alat ini, memungkinkan larangan perdagangan sektoral yang bisa sangat merugikan perusahaan multinasional. Sementara itu, Undang-Undang Rahasia Negara yang diperluas kini mengklasifikasikan “rahasia kerja” dan data terkait keamanan nasional sebagai rahasia negara, dengan hukuman berat atas pengungkapan yang dianggap merugikan kepentingan negara. Ini membatasi transparansi, mencerminkan ketegangan dari Undang-Undang Anti-Mata-Mata 2023, yang memblokir akses asing ke teknologi penting dan data ekonomi seperti rantai pasokan atau keuangan.

Secara ekonomi, Beijing menyajikan hukum ini sebagai perlindungan terhadap inovasi dan stabilitas modal. Wewenang penyitaan HKI dalam Undang-Undang Anti-Sanksi Asing bertujuan mencegah perusahaan asing memanfaatkan sanksi untuk melemahkan kemajuan Tiongkok—seperti desain chip atau algoritma kecerdasan buatan—agar tetap menjadi aset domestik.

Demikian pula, Undang-Undang Rahasia Negara melindungi inovasi seperti semikonduktor dengan menjaga agar tetap berada di dalam Tiongkok, mendukung tujuan Xi akan kemandirian. Langkah-langkah ini juga membatasi pelarian modal: ancaman pembekuan aset mencegah entitas Tiongkok memindahkan uang atau teknologi ke luar negeri untuk menghindari sanksi, sementara pembatasan data mencegah ekstraksi informasi sensitif oleh pihak asing.

Pada 8 Maret, Kejaksaan Agung Rakyat Tertinggi PKT mempresentasikan Laporan Kerja 2025 di Kongres Rakyat Nasional ke-14, badan legislatif yang dikendalikan PKT, menyoroti fokus Beijing yang semakin besar terhadap penegakan HKI. Laporan itu mengungkap bahwa 21.000 orang telah dituntut atas kejahatan terkait HKI sepanjang 2024.

Meski diklaim sebagai upaya melindungi HKI, strategi penegakan ini semakin menjadi alat untuk menjaga kendali PKT atas sektor-sektor sensitif. Penindakan domestik—ditambah dengan undang-undang luas seperti Undang-Undang Anti-Sanksi Asing—menciptakan lingkungan hukum yang dipenuhi unsur keamanan, mengisolasi rezim dari pengawasan luar.

Perubahan ini meningkatkan risiko bagi perusahaan asing di Tiongkok, yang kini tunduk pada standar hukum yang tidak transparan dan penegakan yang bermotif politik. Misalnya, sebuah perusahaan teknologi bisa kehilangan hak patennya karena mematuhi sanksi AS, sementara produsen mungkin menghadapi audit “rahasia kerja” yang invasif. Peraturan sengketa HKI yang baru—disorot oleh The National Law Review—juga memperberat beban kepatuhan dan meningkatkan kemungkinan penyitaan HKI.

Kondisi ini secara langsung menggagalkan upaya terbaru untuk menarik investasi asing. Di Forum Pembangunan Tiongkok, Perdana Menteri Li mengajak para CEO global dan mempromosikan pentingnya Tiongkok—namun kenyataan di lapangan menunjukkan hal sebaliknya. Foreign Direct Investment (FDI)  atau Investasi langsung asing sudah anjlok 99 persen dalam tiga tahun terakhir, dan pemulihan tampak tidak mungkin dengan semakin kuatnya kontrol otoriter.

Arah isolasionis ini tak hanya menghambat inovasi dan integrasi global, tetapi juga mengancam program konsumsi domestik senilai $41 miliar milik Xi. Dengan ekonomi yang sudah rapuh karena ketidakstabilan pasar properti, hilangnya modal asing dan berkurangnya penciptaan lapangan kerja bisa membahayakan miliaran dolar ekspor AS dan semakin menunda pemulihan jangka panjang Tiongkok.

PKT semakin mempersenjatai hukum HKI dan kerahasiaan sebagai alat balasan atas isolasi akibat tarif era Trump dan sanksi G7, menyatukan aspek ekonomi dan keamanan dalam posisi yang menyerupai benteng. Undang-Undang Anti-Sanksi Asing 2021 melawan larangan teknologi AS dengan memberi wewenang penyitaan HKI dari entitas yang mematuhi sanksi Barat, sementara perluasan Undang-Undang Rahasia Negara 2024 melindungi Beijing dari tekanan eksternal dengan secara luas mendefinisikan “rahasia kerja” dan menghukum kesalahan penanganan data—mengenai semua perusahaan, baik domestik maupun asing.

Pesan dari PKT sangat jelas: patuhi sanksi, hilangkan HKI-mu, bagikan informasi sensitif, dan bersiap untuk diawasi. Namun, serangan balik hukum ini sarat dengan ironi. Xi, yang berulang kali mengecam Trump atas tarif dan pembatasan dagang, menyatakan di KTT APEC 2024 di Lima bahwa “Unilateralisme dan proteksionisme tanpa kendali, serta ekonomi dunia yang semakin terfragmentasi, mengancam untuk membalikkan tren globalisasi ekonomi.”

PKT mungkin percaya bahwa pembatasan yang lebih ketat akan memaksa AS untuk bernegosiasi, dan memberi Tiongkok akses pasar AS yang lebih baik. Namun lebih mungkin, undang-undang ini justru akan mengusir investasi asing, semakin merusak ekspor Tiongkok, dan memperdalam isolasi, memperlambat ekonomi Tiongkok lebih jauh.


Pandangan yang diungkapkan dalam artikel ini merupakan opini penulis dan tidak serta merta mencerminkan pandangan The Epoch Times.

Antonio Graceffo, Ph.D., adalah analis ekonomi Tiongkok yang  menghabiskan lebih dari 20 tahun di Asia. Ia lulusan Shanghai University of Sport, memiliki gelar MBA dari Shanghai Jiaotong University, dan mempelajari keamanan nasional di American Military University.

Ke Mana Barang-barang Tiongkok Senilai Rp 6.400 Triliun akan Pergi Setelah Tarif Trump?

Setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan tarif tambahan terhadap Tiongkok, muncul pertanyaan baru: ke mana perginya barang-barang ekspor Tiongkok senilai 400 miliar dolar AS atau setara Rp 6.400 Triliun yang tadinya masuk ke pasar Amerika Serikat?

EtIndonesia.  Menurut laporan The Wall Street Journal pada Jumat (4 April), para ekonom memperingatkan bahwa tarif tinggi dari AS bisa menyebabkan sebagian besar barang-barang ekspor Tiongkok yang sebelumnya dijual ke Amerika Serikat dialihkan ke pasar global, memperburuk apa yang disebut sebagai “guncangan Tiongkok”. Hal inilah yang dikhawatirkan dan diantisipasi oleh banyak negara.

Pengumuman tarif baru dari Amerika Serikat terhadap hampir semua negara pada Rabu (2 April) telah membuat banyak negara geram, namun pada saat yang sama mereka juga tidak ingin barang-barang murah dari Tiongkok membanjiri pasar mereka sendiri.

Para ekonom meyakini bahwa ketika negara-negara lain mulai mengambil langkah balasan dan membentengi pasar mereka, perang dagang bisa dengan cepat meluas dan melibatkan lebih banyak negara.

AS Mengimpor Barang Tiongkok Senilai USD 440 Miliar per Tahun

Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, dalam wawancaranya pada Jumat menyatakan bahwa tanpa pasar Amerika, ekonomi Tiongkok tidak akan bisa bertahan.

“Saya rasa tarif yang diberlakukan Presiden Trump akan menghancurkan model bisnis mereka,” kata Bessent. “Mereka butuh pasar kita.”

Menurut data dari Biro Sensus AS, pada tahun 2024 Amerika Serikat mengimpor sekitar USD 440 miliar barang dari Tiongkok.

Data dari PBB dan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) menunjukkan bahwa pada 2023:

  • 20% produk baja yang diimpor AS berasal dari Tiongkok.
  • Lebih dari 25% produk elektronik impor berasal dari Tiongkok.
  • 33% alas kaki berasal dari Tiongkok.
  • 75% mainan berasal dari Tiongkok.
  • 91% payung yang diimpor AS juga berasal dari Tiongkok.

Tidak ada satu negara pun yang mampu atau mau menggantikan Amerika Serikat sebagai pasar untuk barang-barang tersebut, apalagi jika harus mengorbankan industri dan lapangan kerja dalam negeri demi menerima barang murah dari Tiongkok.

BACA JUGA : 7 Hal yang Perlu Diketahui dari Penerapan Tarif Imbal Balik Trump, Indonesia Dikenai 32 Persen dan Tiongkok Tertinggi

BACA JUGA : Alasan Trump Mengenakan Tarif Imbal Balik dari  Impor Sejumlah Negara Termasuk Negara ASEAN

Bessent juga memperingatkan bahwa Tiongkok kini sedang mengalami deflasi, resesi, dan stagnasi ekonomi, dan mereka sedang mencoba menyelamatkan diri melalui ekspor. Namun, model bisnis ini tak bisa mereka hentikan begitu saja.

Ketika AS mengurangi impor dari Tiongkok, barang-barang Tiongkok yang tidak terserap harus mencari pasar baru. Lonjakan ekspor Tiongkok telah menimbulkan ketegangan dengan negara-negara ekonomi utama dunia. Jika barang-barang yang sebelumnya dijual ke AS dialihkan ke negara lain, konflik perdagangan bisa makin meningkat.

Menurut penelitian Profesor Ekonomi Universitas Peking, Lu Feng, pada 2024 terdapat 198 gugatan dagang terhadap Tiongkok yang diajukan ke WTO—dua kali lipat dari tahun sebelumnya dan mencakup hampir setengah dari seluruh sengketa yang diajukan ke WTO.

Negara-negara seperti Brasil, India, Meksiko, Indonesia, Argentina, Inggris, dan Chili kini ikut dalam barisan negara-negara Barat untuk melakukan penyelidikan anti-dumping terhadap berbagai barang impor dari Tiongkok.

BACA JUGA : Perisai Anti-Sanksi Tiongkok : Melindungi Perdagangan atau Memperdalam Masalah Ekonomi?

BACA JUGA : Perang Tarif AS-Tiongkok Meningkat, Analis: Rezim Beijing Terkepung dari Segala Arah

Tiongkok Menguasai 31% Manufaktur Dunia — Seberapa Jauh Bisa Diekspor Lagi?

Dengan Tiongkok kini menguasai 31% sektor manufaktur global, muncul pertanyaan besar di era proteksionisme ini: masih seberapa banyak lagi Tiongkok bisa mengekspor ke dunia?

Beijing Berupaya Membalas, Trump: “Langkah yang Salah”

Para ekonom memperkirakan, dengan skala tarif Trump yang di luar dugaan, pemerintah Partai Komunis Tiongkok (PKT) mungkin harus mencari lebih banyak cara untuk menstabilkan ekonomi.

Kepala Ekonom Tiongkok di Citigroup, Xiangrong Yu, menyatakan bahwa tanpa langkah-langkah stimulus tambahan, tarif baru dari AS bisa mengurangi pertumbuhan ekonomi Tiongkok 0,5 hingga 1 poin persentase pada tahun 2025.

Pada 4 April, PKT menggugat AS di WTO atas tarif baru tersebut, menuntut penghapusan langkah-langkah sepihak dari Washington. Di hari yang sama, Beijing juga mengumumkan tarif balasan sebesar 34% terhadap barang-barang AS.

Menanggapi hal ini, Presiden Trump mengatakan bahwa Beijing telah membuat langkah yang keliru, dan memperingatkan bahwa akibatnya akan berat bagi Tiongkok.

The Wall Street Journal sebelumnya melaporkan bahwa Presiden Xi Jinping belajar dari perang dagang sebelumnya bahwa jika Tiongkok membalas dengan tarif yang setara, justru Tiongkok yang akan lebih rugi karena nilai impor Tiongkok dari AS jauh lebih kecil dibandingkan nilai impor AS dari Tiongkok.

Sumber : Epochtimes.com

Isak Tangis Mahasiswi Tiongkok : Saya Tidak Bisa Bertahan Hidup Bekerja tanpa Membayar Biaya Hidup

0

EtIndonesia. Baru-baru ini, seorang mahasiswi lulusan hukum di Tiongkok mengunggah video yang memperlihatkan dirinya menangis sambil mengeluhkan kondisi kerjanya. Ia mengatakan bahwa gajinya hanya RMB.2.500 per bulan (Rp 5,5 juta).  Namun potongan untuk asuransi sosial mencapai RMB.1.800. Setelah dipotong, ia hanya menerima sekitar RMb.700 yuan—artinya, upah hariannya hanya sekitar RMB.30 . 

Setelah memperhitungkan biaya hidup sehari-hari, ia justru harus mengeluarkan uang untuk bisa bekerja. Dalam keadaan tertekan, ia berkata: “Saya sudah tidak bisa hidup seperti ini,” dan keluhannya pun menuai simpati dari banyak netizen.

“Saya baru pulang kerja. Bos saya bilang, asuransi sosial saya harus dipotong dari gaji. Gaji saya awalnya RMB.2.500 , tapi setelah dipotong RMB.1.800 untuk asuransi, sisa hanya RMB.700 . Setiap hari saya hanya dapat sekitar RMB.30-an .” Demikian dalam video yang beredar pada 3 April 2025. 

Ia menjelaskan bahwa ia tetap harus membayar asuransi sosial karena itu adalah syarat wajib untuk mendapatkan sertifikat magang sebagai pengacara.

“Kalau kamu tidak membayar asuransi sosial, kamu tidak bisa menjadi pengacara magang. Kalau tidak magang, kamu tidak bisa menjadi pengacara profesional.”

Ia lanjut berkata: “Saya harus naik metro seharga RMB.6 sekali jalan, jadi RMB.12 per hari hanya untuk transportasi. Saya juga harus makan. Artinya setiap hari saya harus tambah uang untuk bisa bekerja.”

Ia juga mengeluhkan bahwa sebagai lulusan hukum, untuk bisa bekerja di bagian legal sebuah perusahaan harus punya pengalaman. Sementara untuk jadi pegawai negeri atau hakim/jaksa, saingannya sangat besar dan umumnya harus lulusan pascasarjana.

“Kalau kamu kerja di firma hukum seperti saya, kamu bahkan tidak bisa bayar asuransi sosial sendiri, dan tidak bisa mendaftarkan sertifikat.”

Sambil menangis ia berkata: “Mahasiswa hukum sekarang benar-benar menyedihkan. Saya masih bisa hidup karena pernah kerja sebagai guru les dan juga dibantu uang dari kakek nenek. Kalau tidak ada itu, saya tidak bisa hidup. Saya benar-benar tidak punya uang, dan setiap hari saya harus tambah uang untuk bekerja.”

Keluhan ini menuai empati luas dari netizen di Tiongkok. Beberapa komentar dari mereka:

  • “Apa yang kamu alami, kami juga pernah mengalaminya. Bertahanlah, kalau tidak kuat lebih baik cepat-cepat ganti jalur.”
  • “Nak, jangan menangis. Nanti juga kamu terbiasa. Siapa sih yang bukan sapi dan kuda zaman sekarang?”
  • “Jangan ambil jurusan hukum atau keuangan kalau kamu tidak punya dukungan finansial dari keluarga.”
  • “Mahasiswa kedokteran malah lebih parah nasibnya.”
  • “Ini benar-benar kejam. Bagaimana anak-anak muda ini bisa bertahan hidup setelah lulus?”

Kondisi Lapangan Kerja di Tiongkok Memburuk

Dalam beberapa tahun terakhir, ekonomi Tiongkok terus menurun dan lapangan kerja menjadi semakin sulit. Jutaan lulusan perguruan tinggi tidak bisa menemukan pekerjaan yang sesuai, dan akhirnya memilih untuk ‘berbaring’ atau menyerah begitu saja.

Pada 30 Oktober 2024, seorang lulusan hukum lainnya juga mengunggah video. Ia mengatakan bahwa ia mendapat tawaran kerja di firma hukum dengan gaji hanya 1.200 yuan, dan masih harus keluar uang untuk bisa bekerja. Bahkan, pekerjaan dengan kondisi seperti itu pun sangat sulit untuk didapat.

Ada juga mahasiswi yang mengaku bahwa di kampusnya, jurusan hukum punya tingkat penyerapan kerja paling rendah.

Banyak mahasiswa hukum terpaksa pindah jalur agar bisa bertahan hidup:

  • “Jangan bahas lagi. Saya lulusan transfer S1 hukum, tapi setelah lulus langsung kerja jadi teknisi.”
  • “Lulusan 2024 kerja di pabrik sebagai R&D, sekarang sudah resign dan menganggur di rumah.”

oleh Luo Tingting /Wen Hui – Disadur dari New Tang Dynasty

Ledakan Besar di Shijiazhuang, Hebei, Tiongkok  — Diduga Mobil Putih Bermuatan Bahan Peledak Tabrak Mal

0

Video yang beredar menunjukkan terjadinya ledakan besar di pusat perbelanjaan Yidong Shopping Center di Kota Shijiazhuang, Provinsi Hebei, Tiongkok. Warganet menyebutkan adanya korban luka dan tewas. Diduga pelaku melakukan aksi “balas dendam terhadap masyarakat” dengan mengendarai mobil sedan putih yang membawa bahan peledak dan menabrakkan diri ke mal tersebut.

EtIndonesia.  Pada 3 April 2025, banyak video beredar di media sosial Tiongkok yang menunjukkan terjadinya ledakan dahsyat di sekitar kawasan Sky Garden, Shijiazhuang. Ada yang menyebut ledakan terjadi langsung di Sky Garden, sementara yang lain mengatakan lokasinya di pusat perbelanjaan Yidong yang berdekatan.

Dalam salah satu video, terdengar sirene meraung di jalanan, dan asap tebal akibat ledakan membumbung di antara gedung-gedung tinggi. Seorang petugas keamanan terdengar berteriak melalui walkie-talkie: “Di bawah tanah, di bawah tanah!”

Video lain memperlihatkan beberapa mobil pemadam kebakaran terparkir di depan gedung besar bertanda “Yidong Shopping Center”, dan ambulans yang lalu lalang mengevakuasi korban luka. Kaca jendela di dekat area parkir hancur berkeping-keping akibat ledakan.

Pemerintah PKT Belum Umumkan Informasi Resmi

Hingga saat ini, pemerintah Partai Komunis Tiongkok (PKT) belum mengeluarkan pernyataan resmi, diduga untuk menjaga stabilitas sosial (dalam istilah pemerintah disebut “weiwen”). Namun berbagai informasi telah beredar di kalangan warga:

  • Ada yang mengatakan seorang pemilik properti meledakkan kantor pengelola gedung sebagai aksi balas dendam.
  • Ada juga yang menyebut mobil putih tersebut membawa bahan mudah terbakar dan meledak di basement.
  • Sumber lain mengatakan bahwa mobil tersebut penuh dengan kembang api dan detonator, lalu sengaja ditabrakkan ke dalam mal.

Video Mobil Putih Diduga Dihapus dari Internet

Video yang menampilkan mobil putih tersebut diduga sudah disensor atau dihapus dari internet, namun masih ada tangkapan layar yang beredar. Dalam salah satu gambar, tampak sebuah mobil sedan putih berada di dalam lobi mal, tepat di depan toko sepatu bermerek “Camel”. Pintu mobil terbuka, namun tidak terlihat penumpang di dalamnya. Gambar lain menunjukkan seorang petugas keamanan sedang memeriksa mobil tersebut.

Tangkapan layar selanjutnya menunjukkan toko “Camel” tersebut hancur total akibat ledakan, dengan puing-puing berserakan di seluruh area.

Menurut informasi publik, merek Camel dimiliki oleh Guangdong Camel Apparel Co., Ltd., yang dikenal dengan produk sepatu kulit pria kelas atas. Alamat toko Camel di Yidong Shopping Center sesuai dengan lokasi dalam tangkapan layar: Lantai 1, No. 386, Jalan Zhayingnan, Distrik Yuhua, Kota Shijiazhuang.

Ledakan Ganda dan Dugaan Aksi Balas Dendam

Seorang warga lokal mengatakan bahwa terjadi dua ledakan berurutan, yang langsung membuat kerumunan orang panik dan berlarian keluar dari gedung. Namun, belum jelas apakah itu dua ledakan di lokasi yang sama atau dua lokasi berbeda yang meledak secara bersamaan.

Di platform Douyin (TikTok versi Tiongkok), beberapa komentar warga lokal menyatakan bahwa ini adalah aksi balas dendam terhadap masyarakat. Salah satu komentar menyebutkan bahwa ada 11 korban tewas dan luka-luka dalam kejadian tersebut.

Komentar lain menyebutkan, “Terakhir kali kejadian seperti ini terjadi adalah tahun 2001.”

Kilas Balik Ledakan Shijiazhuang 2001

Menurut data publik, pada 16 Maret 2001, seorang pria bernama Jin Ruchao melakukan aksi balas dendam terhadap masyarakat dengan meledakkan beberapa gedung tempat tinggal di Kota Shijiazhuang. Ia menempatkan bahan peledak sebelumnya dan meledakkannya dari jarak jauh. Pemerintah PKT menyebutnya sebagai “Insiden Ledakan Besar 3.16 Shijiazhuang”, yang menewaskan 108 orang dan melukai 38 lainnya. 

Sumber : NTDTV.com 

Amerika Membalas: Trump Luncurkan ‘Tarif Resiprokal’

Philip Wegmann

Richard Nixon mengakhiri Standar Emas, Bill Clinton meratifikasi NAFTA (North American Free Trade Agreement), dan Donald Trump—tak kalah ambisius dalam tujuannya—pada 2 April 2025 mengumumkan serangkaian tarif balasan besar-besaran yang dirancang untuk menata ulang sistem perdagangan global yang dibentuk pasca Perang Dunia Kedua.

Presiden memulai dengan melukiskan gambaran kehancuran Amerika di Rose Garden dan mengulang tema utama dalam satu dekade karier politiknya. Ia mengatakan bahwa negara telah “dijarah, dirampok, diperkosa, dan dijungkirbalikkan” oleh para mitra dagang, baik lawan maupun sekutu. “Wajib pajak telah dicurangi selama lebih dari 50 tahun,” katanya kepada kerumunan di Gedung Putih yang mencakup anggota kabinet dan serikat pekerja yang mengenakan helm proyek. “Tapi itu tidak akan terjadi lagi.”

Lalu, disajikanlah grafik berwarna, sebagai taruhan bahwa tarif ini akan membawa hasil—dan pada akhirnya menjadi Legacy masa jabatan keduanya.

Pemerintahan Trump akan memberlakukan tarif sebesar 10 persen untuk semua impor secara umum, namun tarif individu yang lebih tinggi akan dikenakan kepada negara-negara yang dianggap sangat tidak adil dalam praktik perdagangannya terhadap Amerika Serikat. Sebelumnya, ia sudah menjanjikan bahwa “Imbal balik” atau resiprokal adalah istilah yang digunakan secara harfiah. 

“Berapa pun mereka kenakan ke kita,” kata Trump pada Februari mengenai kebijakan perdagangan yang akan datang, “kita akan kenakan hal yang sama ke mereka.” Sebelum acara dimulai, seorang pejabat senior Gedung Putih menjelaskan perhitungan baru ini kepada wartawan, “Karena presiden baik hati terhadap dunia, kita hanya mengenakan setengahnya.”

Trump mengungkap tarif baru ini—dihitung bukan hanya berdasarkan tarif yang dikenakan negara lain atas barang AS, tetapi juga manipulasi mata uang dan hambatan perdagangan lainnya—dalam grafik biru, putih, dan kuning yang menyebabkan pasar saham Wall Street anjlok.

Tidak ada yang luput, baik lawan maupun sekutu. Karena Tiongkok mengenakan tarif sebesar 67 persen, maka AS akan mengenakan “tarif timbal balik yang didiskon” sebesar 34 persen, menurut jadwal baru yang dipegang presiden. Demikian pula, karena Uni Eropa mengenakan tarif 39 persen, pemerintahnya akan mengenakan tarif 20 persen. Pemerintah merilis daftar lengkap tarif saat Trump menandatangani perintah eksekutif berdasarkan International Emergency Economic Powers Act tahun 1977.

“Defisit perdagangan kronis tidak lagi hanya menjadi masalah ekonomi,” kata Trump. “Ini adalah keadaan darurat nasional yang mengancam keamanan dan cara hidup kita.” Mengenai tarif individu, ia menambahkan, “Sungguh mencengangkan seberapa tinggi angka yang harus dikenakan untuk menghentikan kecurangan.”

Secara umum, para ekonom berpendapat bahwa tarif pada dasarnya adalah pajak, karena produsen akan meneruskan biaya tersebut ke konsumen. “Tarif Trump akan menyebabkan harga naik dan jumlah barang yang tersedia di AS berkurang. Semakin tinggi dan luas tarifnya, semakin besar pengurangan barang dan semakin besar kenaikan harga,” kata Norbert Michel dari CATO Institute, yang memperkirakan kemungkinan inflasi, sebuah masalah yang katanya “sangat sulit untuk diatasi oleh The Fed.”

Pandangan ini secara umum dipegang oleh pemerintahan dari George H.W. Bush hingga Barack Obama. Namun Trump menolak ortodoksi itu dan memilih mengikuti instingnya sendiri.

Meskipun kebijakan perdagangan ini luas, namun seharusnya tidak mengejutkan bagi siapa pun yang telah mendengarkan dan memahami janji-janji Trump—bukan hanya sejak ia masuk politik, tetapi sepanjang kariernya. 

“Mereka datang ke sini, mereka jual mobil, VCR mereka, dan mereka menghancurkan perusahaan-perusahaan kita,” kata Trump muda mengenai defisit perdagangan yang saat itu dijalankan AS dengan Kuwait dan Jepang dalam penampilannya di acara Oprah Winfrey tahun 1988. “Mereka sedang menghabisi negara kita.” Gedung Putih kembali menampilkan dan membagikan klip tersebut pada  Rabu. “Presiden Trump telah menyuarakan hal ini selama puluhan tahun,” tulis Wakil Presiden J.D. Vance di X.

Republikan di Gedung Putih saat ini sangat berbeda dari para pemimpin Partai Republik sebelumnya yang jauh lebih bersahabat dengan Wall Street. Menteri Keuangan Scott Bessent menjadi berita utama ketika ia mengatakan kepada investor bahwa “akses terhadap barang murah bukanlah esensi dari Mimpi Amerika,” begitu pula dengan Menteri Perdagangan Howard Lutnick ketika ia mengatakan bahwa naik turunnya pasar saham “setengah persen dalam sehari bukanlah faktor utama dari hasil kita.” Sebaliknya, fokus mereka adalah pada “berkembangnya” industri Amerika.

Meski terasa seperti perubahan suasana, sentimen ini tidak sepenuhnya asing di kalangan konservatif. Trump adalah yang pertama menerapkan kebijakan proteksionis dalam skala sebesar ini, namun para pendukungnya bersikeras bahwa dia hanya menggali dari sumur yang telah lama ada.

“Bagi saya, negara datang sebelum ekonomi; dan ekonomi ada untuk rakyat. Saya percaya pada pasar bebas, tetapi saya tidak menyembahnya. Dalam hierarki yang benar, pasar harus diarahkan untuk melayani manusia—bukan sebaliknya,” tulis Pat Buchanan, komentator sayap kanan, mantan penasihat presiden, dan mantan calon presiden, pada tahun 1998.

Senator Eric Schmitt bisa saja mengutip Buchanan  Rabu ketika senator dari Missouri dan sekutu dekat Trump itu mengatakan, “Amerika bukan zona ekonomi. Ini bukan pusat perbelanjaan dengan bandara. Ini adalah sebuah negara. Ini adalah rakyat. Ini adalah rumah kita.”

Trump telah lama menyuarakan argumen seperti itu, dan ia mendapat poin konsistensi dari para pendukungnya. Pertanyaannya adalah apakah kebijakan perdagangannya dapat menghadirkan ekonomi yang melesat seperti yang dijanjikan dalam kampanyenya. Sebelum pengumuman, seorang pejabat Gedung Putih menggambarkan tarif timbal balik sebagai “aturan emas untuk era emas baru.” Wall Street mungkin menganggapnya sebagai resep menuju resesi.

Analis di Goldman Sachs menaikkan peluang terjadinya perlambatan ekonomi dari 20 persen dalam proyeksi sebelumnya menjadi lebih dari sepertiga, yakni 35 persen, menjelang pengumuman tersebut, mengutip dampak tarif terhadap belanja konsumen dan pasar keuangan. Trump mengatakan bahwa para peragu tidak dapat dipercaya: “Mereka salah soal NAFTA. Mereka salah soal Tiongkok. Mereka salah soal Kemitraan Trans-Pasifik.” Bahkan, “setiap prediksi tentang perdagangan selama 30 tahun terakhir” yang dibuat oleh sekelompok “globalis” yang tidak disebutkan namanya, menurutnya, “telah terbukti salah.”

Presiden bersumpah bahwa kebijakan perdagangan baru ini akan membawa kembali lapangan kerja, menjadikan “Amerika makmur kembali,” dan Gedung Putih menyebut acara ini sebagai “Hari Pembebasan,” mengundang tamu kehormatan yang mencakup para pekerja kerah biru dan anggota Kongres.

Ini adalah, tanpa diragukan, perubahan kebijakan perdagangan paling signifikan dalam beberapa dekade, jika tidak lebih. Apakah Amerika akan jatuh ke dalam resesi atau bangkit menuju era keemasan seperti yang dijanjikan, tarif ini akan menjadi Legacynya. Selain seorang pekerja otomotif dari Detroit, presiden berdiri sendirian di panggung Gedung Putih.

“Ini akan menjadi momen besar,” prediksi presiden. “Saya pikir kalian akan mengingat hari ini. Kita akan berurusan dengan negara yang benar-benar merdeka. Kita akan punya bangsa yang sangat bebas dan indah. Ini akan menjadi Hari Pembebasan di Amerika, dan mudah-mudahan, suatu hari nanti kalian akan melihat ke belakang dan berkata, kalian tahu, dia benar.”

Dari RealClearWire

Pandangan yang diungkapkan dalam artikel ini adalah opini penulis dan tidak serta-merta mencerminkan pandangan The Epoch Times.

Philip Wegmann adalah koresponden Gedung Putih untuk Real Clear Politics. Sebelumnya ia menulis untuk The Washington Examiner dan telah melakukan peliputan investigatif terkait korupsi kongres dan penyimpangan institusional.

Tarif Universal 10 Persen Trump Mulai Efektif Berlaku

Tarif dasar ini akan memengaruhi sekitar $3 triliun barang impor

EtIndonesia. Bagian pertama dari agenda tarif besar-besaran Presiden Amerika Serikat Donald Trump mulai berlaku pada pukul 00 :01 pada  5 April 2025. Tarif universal dasar sebesar 10 persen kini berlaku untuk semua impor, tanpa memandang asal negara, naik dari tarif rata-rata saat ini sekitar 2,5 persen.

Kebijakan Gedung Putih ini akan berdampak pada barang impor Amerika Serikat senilai $3 triliun setiap tahunnya.

Trump mengungkapkan rincian rencana tarifnya saat acara “Make America Wealthy Again” di Rose Garden Gedung Putih pada 2 April, dengan janji untuk membalikkan defisit perdagangan yang telah berlangsung selama puluhan tahun serta praktik perdagangan global yang dianggap tidak adil.

“Selama beberapa dekade, negara kita telah dijarah dan dirampok oleh negara-negara di dekat maupun jauh, baik kawan maupun lawan,” ujar Trump dalam pidatonya di hadapan para pekerja otomotif, pengrajin, petani, buruh baja, dan anggota kabinetnya.

 “Mereka menyaksikan dengan sedih ketika para pemimpin asing mencuri pekerjaan kita, para penipu asing mengacak-acak pabrik kita, dan para penghisap asing merobek impian indah Amerika kita.”

Trump menggunakan Undang-Undang Kekuatan Ekonomi Darurat Internasional tahun 1977, yang memberikan wewenang kepada presiden untuk memberlakukan pembatasan perdagangan terhadap negara asing. Undang-undang ini, yang upaya pencabutannya oleh Demokrat di Senat gagal dalam pemungutan suara simbolik minggu ini, sebagian besar digunakan untuk memberlakukan tarif.

Bagian kedua dari kebijakan ini meliputi tarif timbal balik yang lebih tinggi terhadap negara-negara yang memiliki defisit perdagangan yang konsisten dengan AS, serta penerapan hambatan perdagangan moneter dan non-moneter yang lebih ketat. Tarif impor ini dapat mencapai 50 persen, dan diberlakukan pada beberapa negara, termasuk Vietnam (46 persen), Tiongkok (34 persen), Taiwan (32 persen), India (26 persen), dan Jepang (24 persen).

“Negara kita dan para pembayar pajaknya telah dirugikan selama lebih dari 50 tahun, tetapi hal itu tidak akan terjadi lagi,” kata Trump.

Beberapa barang tertentu seperti mobil, aluminium, dan baja akan dikecualikan dari rezim tarif baru ini karena sudah dikenai tarif berdasarkan Pasal 232.

Kementerian Keuangan Tiongkok mengonfirmasi bahwa mereka akan memberlakukan tarif balasan sebesar 34 persen terhadap barang-barang AS yang masuk ke ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut, mulai 10 April.

“Tiongkok mendesak Amerika Serikat untuk segera membatalkan langkah tarif sepihaknya dan menyelesaikan perbedaan perdagangan melalui konsultasi yang setara, saling menghormati, dan saling menguntungkan,” ujar kementerian tersebut dalam sebuah pernyataan.

Menanggapi tarif balasan dari Beijing, Trump menulis di Truth Social bahwa rezim Tiongkok “panik” dan melakukan “hal yang tidak mampu mereka tanggung.” Negara-negara lain, termasuk Uni Eropa dan Kanada, juga berjanji akan mengambil tindakan balasan.

Dua negara yang secara mencolok tidak termasuk dalam daftar tarif baru ini adalah Kanada dan Meksiko. Tetangga Amerika di Amerika Utara ini masih akan menghadapi rezim tarif 25 persen yang sebelumnya telah diberlakukan, berkaitan dengan isu perdagangan narkoba ilegal dan imigrasi gelap.

Menurut The Tax Foundation, rata-rata tarif atas seluruh barang impor bisa naik menjadi 16,5 persen, yang merupakan tingkat tertinggi sejak tahun 1937. Ekonom Goldman Sachs memperkirakan tarif efektif akan mencapai 18,3 persen, sedikit lebih tinggi dari proyeksi awal.

“Negosiasi dengan mitra dagang akan menghasilkan tarif ‘timbal balik’ yang sedikit lebih rendah dari yang diumumkan minggu ini,” tulis para ekonom Goldman dalam catatan kepada The Epoch Times.

 “Namun, prospek eskalasi akibat tarif balasan dan kemungkinan tinggi adanya tarif sektoral tambahan menunjukkan bahwa tarif efektif AS bisa naik lebih dari 15 persen seperti yang sebelumnya kami perkirakan.”

Sementara Trump telah merealisasikan kebijakan tarif besar—yang sebelumnya ia singgung pada Februari—Gedung Putih memberi sinyal bahwa akan ada lagi tarif baru yang diberlakukan. Pejabat senior administrasi mengatakan bahwa Trump siap memberlakukan tarif terhadap kayu, farmasi, dan semikonduktor.

Pejabat dari Badan Perdagangan dan Pembangunan PBB (UNCTAD) baru-baru ini menyatakan bahwa tarif AS akan paling merugikan kelompok rentan dan masyarakat miskin.

 “Perdagangan tidak boleh menjadi sumber ketidakstabilan baru. Perdagangan seharusnya mendorong pembangunan dan pertumbuhan global,” kata Sekretaris Jenderal UNCTAD Rebeca Grynspan, seraya menambahkan bahwa iklim global saat ini memerlukan kerja sama, “bukan eskalasi.”


Wall Street Gelisah

Sejak pengumuman tarif dari presiden, pasar keuangan mengalami gejolak, dengan salah satu indeks memasuki wilayah pasar bearish.

Dow Jones Industrial Average turun lebih dari 2.200 poin pada akhir minggu perdagangan yang penuh gejolak. S&P 500 dan Nasdaq Composite masing-masing turun hampir 6 persen pada sesi perdagangan 4 April. Indeks Russell 2000, yang terdiri dari saham-saham berkapitalisasi kecil, anjlok lebih dari 4 persen dan resmi masuk ke pasar bearish—istilah untuk penurunan harga lebih dari 20 persen dari titik tertinggi baru-baru ini.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS juga turun karena investor mencari perlindungan dalam aset aman. Imbal hasil obligasi 10-tahun turun menjadi 4 persen, terendah sejak Oktober.

“Pemberlakuan tarif baru oleh Presiden Trump telah meningkatkan ketidakpastian di pasar global, secara tajam memengaruhi sektor dan perusahaan yang sangat bergantung pada perdagangan internasional dan rantai pasok kompleks,” kata Matt Burdett, kepala ekuitas di Thornburg Investment Management, dalam catatan kepada The Epoch Times.  Menurutnya, ini kemungkinan hanyalah awal dari negosiasi yang lebih luas, bukan akhir dari kebijakan yang definitif.

Saat berbicara kepada wartawan di Air Force One pada 3 April, Trump menyatakan bahwa tarif telah menempatkan Amerika Serikat di posisi tawar yang kuat.

 “Tarif memberi kita kekuatan besar untuk bernegosiasi. Setiap negara sudah menelepon kita,” ujar Trump.

 “Kalau mereka bilang akan memberi kita sesuatu yang luar biasa, selama itu bagus buat kita, ya kita setuju.”

Menurut Trump, ia telah berbicara dengan To Lam, Sekretaris Jenderal Partai Komunis Vietnam. Dalam unggahan di Truth Social, Trump mengatakan bahwa pemerintah Vietnam ingin menurunkan tarif terhadap barang-barang AS menjadi nol jika mereka bisa mencapai kesepakatan dengan Amerika Serikat.

Trump juga menyatakan bahwa korporasi besar Amerika tidak khawatir soal tarif. 

 “Bisnis besar tidak khawatir dengan tarif, karena mereka tahu tarif ini akan tetap ada, tapi mereka fokus pada kesepakatan besar nan indah yang akan mendorong ekonomi kita. Sangat penting. Sedang berlangsung sekarang!” katanya dalam unggahan di Truth Social pada 4 April.

Sumber : Theepochtimes.com

Tarif AS Memicu Negosiasi saat Vietnam Berjanji Akan Menurunkan Tarif ke Nol

Pemerintahan Trump memberlakukan tarif sebesar 46 persen terhadap barang-barang asal Vietnam minggu ini.

EtIndonesia. Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada  Jumat 3 April 2025 mengisyaratkan bahwa negosiasi telah dimulai terkait berbagai tarif yang diumumkan minggu ini, dengan menyatakan bahwa setidaknya satu negara akan menurunkan tarif atas impor dari AS menjadi “nol.”

“Saya baru saja melakukan panggilan yang sangat produktif dengan To Lam, Sekretaris Jenderal Partai Komunis Vietnam, yang mengatakan kepada saya bahwa Vietnam ingin menurunkan tarif mereka menjadi NOL jika mereka bisa mencapai kesepakatan dengan AS. Saya mengucapkan terima kasih atas nama negara kami dan mengatakan saya menantikan pertemuan dalam waktu dekat,” tulis Trump dalam sebuah unggahan di platform media sosial Truth Social pada  Jumat.

Kantor Wakil Perdana Menteri Vietnam, Ho Duc Phoc, dalam sebuah pernyataan pada  Jumat mengatakan bahwa Vietnam akan terus mendorong peningkatan pembelian dari Amerika Serikat dan akan mengadakan pertemuan untuk membahas bagaimana menangani tarif baru dari AS.

Negara tersebut juga “mengusulkan agar pihak AS menunda sementara penerapan tarif timbal balik terhadap barang-barang Vietnam selama 1–3 bulan guna bernegosiasi, dalam semangat menjunjung keadilan dan manfaat bersama,” demikian bunyi pernyataan itu, menurut terjemahan dalam bahasa Inggris.

Pemerintah Vietnam juga meminta agar pelaku usaha Vietnam yang mengekspor ke AS tetap mempertahankan harga produk mereka sambil menunggu negosiasi bilateral antara AS dan Vietnam. Para pelaku usaha disarankan untuk menggunakan “solusi yang tepat dan efektif” demi mempertahankan status quo, menurut pernyataan tersebut.

Terkait komentar Trump di Truth Social, pejabat Vietnam belum memberikan tanggapan resmi. The Epoch Times telah menghubungi Kementerian Luar Negeri Vietnam untuk memberikan komentar.

Minggu ini, Trump memberlakukan tarif sebesar 46 persen terhadap impor dari Vietnam, sementara negara-negara Asia Tenggara lainnya menghadapi tarif antara 32 persen hingga 49 persen. Sebagai perbandingan, tarif terhadap Uni Eropa sebesar 20 persen, Jepang 24 persen, dan India 27 persen.

Tetangga Vietnam di utara, yaitu Tiongkok, menghadapi tarif sebesar 54 persen untuk beberapa barang. Pada  Jumat, rezim Tiongkok mengumumkan akan memberlakukan tarif balasan sebesar 34 persen terhadap impor dari AS.

Trump berbicara kepada wartawan di pesawat kepresidenan Air Force One pada Kamis dan menyatakan bahwa ia terbuka untuk bernegosiasi dengan negara-negara terkait tarif yang baru diumumkan. Ia mengatakan bahwa tarif baru ini “memberi kita kekuatan besar untuk bernegosiasi.”

“Semua negara telah menghubungi kami,” kata Trump, merujuk pada respons internasional terhadap tarif tersebut, seraya menambahkan bahwa tarif baru itu menempatkan Amerika Serikat “di kursi pengemudi.”

Saat ditanya apakah ia terbuka untuk membuat kesepakatan, Trump menjawab, “Tergantung. Jika seseorang mengatakan bahwa mereka akan memberi kita sesuatu yang luar biasa, selama mereka memberi kita sesuatu, itu bagus,” sambil menyiratkan adanya pertukaran dalam kesepakatan.

Presiden juga menyinggung TikTok sebagai contoh.

“Tiongkok mungkin akan berkata, ‘Kami akan menyetujui kesepakatan, tapi apakah kalian bisa melakukan sesuatu terkait tarif?’” ujar Trump kepada wartawan.

Pada  Kamis, penasihat perdagangan Gedung Putih, Peter Navarro, mengatakan kepada Fox News bahwa tarif besar-besaran yang diumumkan pada  Rabu “bukan untuk negosiasi” melainkan “merupakan keadaan darurat nasional terkait defisit perdagangan kronis dan besar yang disebabkan oleh tarif dan hambatan non-tarif yang tinggi.”

Hambatan non-tarif tersebut termasuk manipulasi mata uang, distorsi pajak PPN, subsidi ekspor, praktik dumping, pemalsuan, pembajakan, serta pencurian kekayaan intelektual, kata Navarro.

Defisit perdagangan yang terjadi akibat hal tersebut pada akhirnya “mengambil pekerjaan kita, mengambil pabrik kita,” dan “mengakibatkan transfer kekayaan besar-besaran ke tangan asing yang membahayakan basis manufaktur dan industri pertahanan kita,” ujar Navarro.

Putra kedua Trump, Eric Trump, menyarankan bahwa negara-negara yang ingin bernegosiasi dengan Trump terkait tarif sebaiknya segera melakukannya.

“Saya tidak ingin menjadi negara terakhir yang mencoba bernegosiasi soal perdagangan dengan [Trump]. Negara pertama yang bernegosiasi akan menang… yang terakhir pasti akan kalah. Saya sudah melihat film ini sepanjang hidup saya,” tulisnya pada 3 April di platform media sosial X.

Di tengah berita tarif tersebut, Indeks Dow Jones Industrial mengalami penurunan sekitar 1.600 poin pada  Kamis. Hingga Jumat siang, indeks tersebut turun lebih dari 1.200 poin.

Sumber : Theepochtimes.com

Trump: Tiongkok Panik  Balas dengan Tarif Retaliasi

 ‘Kebijakan saya tidak akan pernah berubah,’ tulis Trump di media sosial

EtIndonesia. Presiden Amerika Serikat Donald Trump membalas tindakan rezim Tiongkok setelah Beijing memberlakukan tarif balasan.

“Tiongkok mengambil langkah yang salah, mereka panik—hal yang paling tidak bisa mereka lakukan,” kata Trump dalam unggahan di platform media sosial Truth Social.

Ia kemudian menegaskan bahwa kebijakannya tidak akan berubah.

 “Kepada banyak investor yang datang ke Amerika Serikat dan menanamkan uang dalam jumlah besar, kebijakan saya tidak akan pernah berubah. Ini adalah waktu yang tepat untuk menjadi kaya, lebih kaya dari sebelumnya!” tulis Trump.

Trump juga memuji laporan ketenagakerjaan pada Maret, yang menunjukkan 228.000 pekerjaan baru—lebih tinggi dari perkiraan.

 Presiden mengaitkan data ketenagakerjaan yang kuat itu dengan kebijakannya, yang menurutnya “sudah mulai bekerja,” dan mengimbau publik untuk “tetap kuat; kita tidak boleh kalah!”

Gedung Putih memberlakukan tarif timbal balik sebesar 34 persen terhadap Tiongkok, sehingga total tarif yang dikenakan menjadi 54 persen.

 Sebagai tanggapan, Kementerian Keuangan Tiongkok mengumumkan akan memberlakukan tarif sebesar 34 persen terhadap semua barang impor asal AS mulai 10 April.

 Beijing juga menambahkan 16 perusahaan AS ke dalam daftar kontrol ekspor dan berjanji akan memberlakukan kontrol ekspor terhadap beberapa jenis mineral tanah jarang.

 Selain itu, 11 perusahaan AS dimasukkan ke dalam “daftar entitas tidak dapat dipercaya,” dengan tuduhan bahwa mereka melanggar aturan pasar dan kewajiban kontrak.

Kementerian Keuangan Tiongkok mendesak Amerika Serikat untuk membatalkan kebijakan tarifnya dan menyelesaikan perbedaan perdagangan melalui konsultasi.

 Pejabat Tiongkok menindaklanjuti ancaman sebelumnya dengan mengajukan keluhan resmi ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) terhadap tarif AS, dengan menyatakan bahwa bea impor terbaru dari pemerintah AS melanggar aturan organisasi internasional tersebut.

Trump memberi sinyal bahwa ia bersedia bernegosiasi dengan mitra dagang AS terkait tarif.
“Itu tergantung, jika ada yang berkata akan memberikan kita sesuatu yang luar biasa, selama mereka memberi kita sesuatu yang baik,” kata Trump kepada para wartawan yang bepergian bersamanya ke Florida.

Semakin banyak negara, seperti Kanada dan Uni Eropa, telah berjanji akan membalas tarif dasar 10 persen dan tarif timbal balik yang lebih tinggi dari Trump.

Perkembangan terbaru dalam saga perdagangan AS–Tiongkok ini terjadi saat pasar keuangan global terguncang oleh serangkaian pengumuman tarif oleh AS terhadap barang-barang asing.

Tarif balasan ini akan berdampak pada hubungan dagang AS-Tiongkok  yang nilainya hampir mencapai $600 miliar, menurut data 2024 dari Kantor Perwakilan Dagang AS.

Sejak pengumuman tarif oleh presiden dalam acara “Make America Wealthy Again” pada 2 April, pasar saham AS anjlok, dengan indeks Dow Jones jatuh hampir 7 persen dalam minggu ini dan mendekati wilayah koreksi sebesar 10 persen.

Pasar Asia juga terpukul, dengan Indeks Hang Seng merosot lebih dari 350 poin dan Nikkei 225 terjun hampir 1.000 poin.

 Indeks Komposit Shanghai relatif stabil, hanya turun 0,24 persen.

Sumber : Theepochtimes.com

Polisi Menangkap Pencuri ‘Buang Air Besar dan Lari’ yang Terkenal di India

EtIndonesia. Polisi di New Delhi, India, akhirnya berhasil menangkap seorang pencuri yang sulit ditangkap yang selalu buang air besar di celananya saat dalam bahaya untuk menjauhkan orang saat dia melarikan diri.

Tahukah Anda bagaimana aktor yang hebat bisa menangis sesuai perintah? Nah, ternyata beberapa orang memiliki tingkat kendali yang sama terhadap usus mereka, yang memungkinkan mereka buang air besar kapan saja.

Deepak, seorang pencuri telepon berusia 27 tahun dari Delhi, India, adalah salah satu orang tersebut, dan dia menggunakan bakatnya yang tidak biasa untuk menghindari penegak hukum setiap kali mereka hampir menangkapnya.

Menurut juru bicara polisi Delhi, Deepak menghindari penangkapan beberapa kali dengan buang air besar di celananya untuk menciptakan bau busuk yang sangat busuk sehingga polisi merasa jijik sehingga memberi pencuri cukup waktu untuk melarikan diri.

Trik kotor itu sangat efektif sehingga polisi bahkan menyebutnya ‘buang air besar dan lari’. Teror Deepak yang dipicu oleh buang air besar akhirnya berakhir ketika polisi yang dilengkapi dengan masker dan sarung tangan menangkapnya.

“Tim mengejarnya dan menjepitnya,” kata seorang polisi dengan bangga kepada News 18. “Seperti yang diduga, Deepak mengerahkan ‘rencana kotor’ yang terkenal itu, tetapi para petugas, yang dilengkapi dengan sarung tangan dan masker, menggagalkan upaya terakhirnya dan menahannya.”
Deepak terlihat oleh patroli polisi di dekat Taman Eidgah, dan mengetahui teknik ‘buang air besar dan lari’-nya, mereka bersiap untuk memastikan mereka dapat menahan bau kotorannya.

Setelah penangkapan bersejarah itu, sebuah kasus didaftarkan terhadap Deepak berdasarkan Undang-Undang Senjata di Kantor Polisi Sadar Bazar, dan dia mengakui beberapa pencurian ponsel dan kejahatan terkait pisau di daerah tersebut.

Polisi mengatakan bahwa dia memiliki sejarah kriminal yang panjang dengan lebih dari setengah lusin kasus terhadapnya di seluruh Delhi, tetapi mekanisme pembelaannya yang tidak biasa membantunya menghindari penangkapan untuk waktu yang lama.

Kami tahu ini terdengar seperti sesuatu yang Anda harapkan, tetapi tampaknya ini adalah berita nyata tentang kekuatan super seorang pria yang buruk…(yn)

Sumber: odditycentral

Pria Terus Diusir dari Apartemen Sewaan Gara-gara Anak Kerbau Peliharaan

EtIndonesia. Seorang pria di Tiongkok telah diusir dari apartemen sewaan dua kali tahun ini karena hewan peliharaannya yang tidak biasa – seekor anak kerbau hitam yang jinak.

Chen, seorang pensiunan petinju berusia 30 tahun yang saat ini bekerja sebagai pelatih kebugaran dan tinju paruh waktu dari Foshan, Provinsi Guangdong, Tiongkok, telah menjadi selebriti dalam semalam karena hewan peliharaannya yang tidak biasa.

Pada bulan Januari lalu, Chen membeli seekor anak kerbau untuk dirinya sendiri sebagai hewan peliharaan. Dia berencana untuk memelihara anjing, tetapi semakin dia memikirkannya, semakin masuk akal jika anak sapi itu menjadi miliknya.

Dia mengklaim bahwa hewan itu adalah pengingat terus-menerus bahwa dia harus bekerja keras untuk mencapai tujuan hidupnya, tetapi pada saat yang sama, dia harus berhati-hati agar tidak menjadi pekerja keras.

Setiap orang punya pilihannya sendiri, tetapi pilihan Chen yang tidak biasa untuk memelihara hewan peliharaan telah membuatnya bermasalah dengan setidaknya dua tuan tanah, tetapi dia menolak untuk menyerah pada Bull Demon King’ dan saat ini sedang mencari tempat lain untuk disewa.

Foto dan video viral di media sosial Tiongkok menunjukkan mantan petinju berusia 30 tahun itu membersihkan dan memberi makan anak kerbau berusia empat bulan, mendandaninya, dan mengajaknya jalan-jalan.

Namun, beberapa pengguna mengkritik Chen dengan mengatakan bahwa dia hanya memanfaatkan hewan itu untuk menarik perhatian. Dia membalas kritikan itu dengan mengatakan bahwa dia benar-benar mencintai hewan peliharaannya dan berpendapat bahwa tidak ada orang waras yang akan diusir dua kali jika mereka tidak terikat secara emosional dengan hewan peliharaan mereka.

Saat ditanya apakah hewan itu berisik, Chen mengatakan bahwa Bull Demon King memiliki kepribadian yang sangat lembut dan tenang, dan dia hanya menjadi gelisah saat merasa lapar. Ia mengakui bahwa bagian tersulit dari hidup bersama anak kerbau hitam di kota adalah harus membersihkan kotorannya. Namun, dia tetap berusaha, membersihkan dan mendisinfeksi tempat itu sesering mungkin.

Meskipun baru-baru ini dia diusir dari apartemen sewaan untuk kedua kalinya hanya dalam waktu tiga bulan, Chen mengklaim bahwa dia tidak berniat menyerah pada Bull Demon King.

“Jika Anda mencintainya, Anda akan menoleransi segala hal tentangnya,” katanya.

Yang menarik, Chen bukanlah orang pertama di Tiongkok yang mencoba beternak sapi di apartemen. (yn)

Sumber: odditycentral

Kelompok Kriminal Menggunakan Penipuan “Peta Harta Karun Palsu” yang Rumit untuk Menipu Puluhan Korban

EtIndonesia. Polisi Turki baru-baru ini menangkap jaringan penipu yang memanfaatkan keinginan orang untuk cepat kaya dengan menjual peta harta karun palsu dan mengenakan biaya tambahan untuk membantu mereka menjual harta “tak ternilai” tersebut.

Sebagai bagian dari operasi rumit yang dilakukan di 9 provinsi di Turki, puluhan penipu bekerja sama untuk menipu korban yang tidak sadar lebih dari 50 juta lira Turki (sekitar Rp 22 triliun) menggunakan peta harta karun palsu.

Para tersangka dilaporkan melakukan perjalanan ke daerah pedesaan di negara itu, menunjukkan peta harta karun yang digambar tangan pada selembar kertas yang dibuat-buat kepada penduduk desa yang ingin menjadi kaya dalam semalam.

Peta-peta tersebut sangat terperinci dan menampilkan lokasi-lokasi terdekat yang dikenal oleh para korban, tidak seperti para penipu, yang mengaku datang dari jauh. Karena mereka mengalami kesulitan menavigasi daerah tersebut untuk mencapai harta karun tersebut, mereka menawarkan untuk menjual peta mereka dengan biaya tertentu. Namun, ini hanya setengah dari penipuan mereka yang diakui cerdik.

Menjual peta harta karun palsu adalah cara penipu untuk memikat korbannya. Mengetahui bahwa mereka akan menggali di lokasi yang ditandai pada peta harta karun yang rumit namun palsu, para penipu kemudian akan menghubungi korban mereka lagi untuk menanyakan bagaimana perburuan harta karun tersebut berlangsung. Para korban yang gembira akan membanggakan penemuan patung dan koin emas, dan para penipu menawarkan untuk menghubungkan mereka dengan seorang pendeta yang dapat memverifikasi keaslian artefak tersebut.

Pendeta yang mengaku itu hanyalah penipu lain yang, setelah melihat hasil temuan selama panggilan video, akan menentukan nilainya sebagai “tak ternilai”. Namun, ada kendala. Menjual harta karun di Turki berisiko karena memiliki nilai budaya dan dapat disita oleh negara, tetapi pendeta tersebut mengaku memiliki kontak di luar negeri yang bersedia membayar mahal untuk relik kuno, terutama yang terbuat dari emas. Seperti yang Anda duga, pendeta tersebut meminta komisi untuk memfasilitasi transaksi tersebut. (yn)

Sumber: odditycentral

Kata Studi: Satu Strategi Sederhana untuk Menurunkan Berat Badan Lebih Baik daripada Diet Harian

EtIndonesia. Jika berbicara tentang diet untuk menurunkan berat badan, banyaknya pilihan bisa sangat banyak. Sebuah studi baru menunjukkan bahwa pendekatan sederhana dapat memberikan dampak yang lebih besar daripada menghitung kalori secara terus-menerus: rutinitas puasa intermiten 4:3.

Jadwal puasa intermiten 4:3 melibatkan pembatasan asupan kalori selama tiga hari setiap minggu dan makan seperti biasa selama empat hari sisanya.

Para peneliti di AS menemukan bahwa pendekatan ini menghasilkan penurunan berat badan rata-rata sebesar 7,6 persen selama setahun, dibandingkan dengan hanya 5 persen dengan diet pembatasan kalori harian tradisional.

Itu bukan perbedaan yang besar, tetapi hal itu menunjukkan bahwa setidaknya bagi sebagian orang, berbagai pembatasan diet mungkin lebih efektif – dan lebih mudah dipatuhi – daripada mempertahankan batas kalori harian.

“Bagi saya, itu lebih baik,” kata ahli endokrinologi Victoria Catenacci, dari Universitas Colorado.

Tim tersebut melibatkan 165 peserta yang kelebihan berat badan atau obesitas, berusia antara 18 dan 60 tahun, melalui puasa intermiten (IMF) 4:3 atau diet pembatasan kalori harian (DRC) selama 12 bulan, sambil juga merekomendasikan peningkatan aktivitas.

Kelompok IMF diminta untuk menerapkan pembatasan asupan kalori sebesar 80 persen pada tiga dari tujuh hari, tanpa pembatasan pada empat hari lainnya (meskipun makan sehat tetap dianjurkan). Agar sesuai dengan batasan secara keseluruhan, kelompok DRC diminta untuk mengurangi asupan kalori harian mereka sebesar 34 persen setiap hari.

Penurunan berat badan bervariasi pada kedua kelompok, tetapi kelompok IMF mengalami penurunan rata-rata 7,7 kg, dibandingkan dengan 4,8 kg untuk kelompok DRC. Perbaikan kecil pada penanda kesehatan seperti tekanan darah juga terlihat di kedua kelompok.

“Pesan yang lebih penting bagi saya adalah bahwa ini adalah strategi diet yang merupakan alternatif berbasis bukti, terutama bagi orang-orang yang telah mencoba DCR dan merasa kesulitan,” kata Catenacci.

Penelitian ini disertai beberapa peringatan. Peserta melaporkan sendiri asupan makanan dan energi mereka, dan sementara kelompok IMF hanya mencatat hari-hari puasa mereka, ada kemungkinan mereka juga membatasi asupan kalori pada hari-hari tidak berpuasa.

Para peneliti berpikir kelompok IMF mungkin lebih baik dalam menjalankan diet mereka, yang mungkin memengaruhi hasilnya – tetapi itu bisa dilihat sebagai hal yang positif, karena program penurunan berat badan lebih efektif jika lebih mudah diikuti.

Terlepas dari nuansa ini, puasa intermiten merupakan kemenangan dalam hal ini. Banyak penelitian telah dipublikasikan tentang IMF dalam beberapa tahun terakhir, dengan potensi manfaat dan kemungkinan kekurangan yang disorot, tetapi yang kita tahu pasti adalah bahwa obesitas meningkat – dan kita memerlukan pendekatan yang lebih efektif dan personal untuk mengatasinya.

“Saat ini, program komprehensif khusus yang berfokus pada IMF 4:3 tidak ada sejauh pengetahuan kami,” jelas epidemiologis aktivitas fisik Danielle Ostendorf, dari Universitas Colorado.

“Jadi, saya ingin merancang cara untuk menerapkannya di klinik dan program komunitas yang dapat diakses oleh masyarakat dan menjadikannya sesuatu yang terjangkau bagi mereka.”

Penelitian ini telah dipublikasikan dalam Annals of Internal Medicine.(yn)

Sumber: sciencealert

Transaksi Pelabuhan Panama Tambah Ketegangan, Analis: PKT Tetap Kalah

EtIndonesia. Perusahaan milik Li Ka-shing kembali menghadapi ketidakpastian dalam rencana penjualan pelabuhan di Panama. Awalnya, pada Rabu (2/4), mereka dijadwalkan menandatangani perjanjian akhir dengan perusahaan investasi Amerika, BlackRock, namun karena campur tangan dari PKT, kesepakatan itu gagal dilaksanakan tepat waktu. Perkembangan transaksi ini menjadi sorotan luas. Para ahli menilai, terlepas dari apakah transaksi ini berhasil atau tidak, PKT tetap akan menjadi pihak yang kalah.

Transaksi pelabuhan Panama melibatkan perusahaan Cheung Kong Hutchison Holdings Limited milik Li Ka-shing dan konsorsium yang dipimpin oleh BlackRock dari Amerika Serikat. Kedua pihak semestinya menandatangani dokumen final pada 2 April. Namun, tekanan dan intervensi dari pihak Tiongkok membuat kesepakatan ini gagal dicapai sesuai jadwal.

DAVY J. Wong, ekonom asal AS, menjelaskan: “Panama adalah negara pertama di Amerika Latin yang sukses dijangkau oleh inisiatif Belt and Road Tiongkok, sekaligus negara pertama yang memutus hubungan dengan Taiwan dan berpihak ke Beijing. Ini menjadi titik penting dan simbolis. Jika pelabuhan dijual ke pihak AS, maka AS akan merebut kembali pengaruhnya di Amerika Latin, dan posisi PKT yang selama ini berusaha membangun pengaruh di kawasan itu akan tergoyahkan.”

Setelah kembali ke Gedung Putih, Trump menyatakan keinginannya untuk mengambil alih kembali kendali atas Terusan Panama, karena wilayah itu memiliki nilai strategis dan ekonomi yang sangat tinggi, dan kini telah dipengaruhi oleh PKT. Oleh karena itu, dia menyambut baik rencana transaksi antara Cheung Kong Hutchison dan BlackRock.

Untuk menggagalkan transaksi ini, PKT melancarkan kampanye opini melalui media. Surat kabar pro-Beijing di Hong Kong, Ta Kung Pao, menerbitkan serangkaian artikel yang mengkritik perusahaan Li Ka-shing. Bahkan, Kantor Urusan Hong Kong dan Makau milik Beijing turut membagikan artikel-artikel tersebut guna memberi tekanan.

Pada 28 Maret, pejabat dari Biro Anti-Monopoli Kedua Administrasi Pengawasan Pasar Tiongkok mengumumkan bahwa mereka akan melakukan pemeriksaan hukum atas transaksi ini. Para analis meyakini bahwa langkah ini akan semakin meruntuhkan kepercayaan internasional terhadap Tiongkok di pasar modal global.

DAVY J. Wong menambahkan: “Intervensi keras Beijing terhadap kebebasan transaksi Li Ka-shing menunjukkan bahwa Tiongkok menganut sistem ‘negara mengendalikan bisnis swasta’ dan ‘partai memimpin segalanya’. Hal ini membuat banyak investor global semakin khawatir terhadap risiko berinvestasi di Tiongkok. Citra pasar Tiongkok di mata investor asing akan memburuk, dan posisi Hong Kong sebagai wilayah penyangga investasi Tiongkok juga ikut melemah.”

Reuters mengutip sumber internal yang menyebutkan bahwa transaksi belum dibatalkan, namun hingga saat ini Cheung Kong Hutchison belum memberikan pernyataan resmi. Masa depan kesepakatan ini masih belum pasti, dan dunia internasional terus memantau perkembangannya. Banyak pengamat percaya bahwa baik jadi maupun tidak jadi, PKT tetap kalah.

Zhang Tianliang, pembawa acara program “Tianliang Time”, berkomentar:  “Saya yakin PKT sadar bahwa jika mereka bertindak seperti perampok dan memaksa Li Ka-shing untuk tidak menjual pelabuhan, dampaknya bagi mereka akan sangat besar. Ini bukan hanya soal citra internasional yang buruk, tapi juga fakta bahwa di balik Li Ka-shing berdiri sosok Trump. Jika Li Ka-shing batal menjual, Trump pasti sangat marah, dan konsekuensinya akan berat.”

Opini publik menilai, jika Li Ka-shing tidak bisa bebas menjual aset pelabuhannya, maka artinya dia juga tidak bebas mengelola pelabuhan tersebut, yang justru membenarkan kekhawatiran Trump bahwa pengaruh PKT di wilayah itu terlalu kuat.

Yoon Suk-yeol Dimakzulkan: Merasa Menyesal Tak Memenuhi Harapan Rakyat Korea Selatan

Menurut laporan Yonhap News Agency, pada 4 April  pukul 11:22 waktu setempat, Mahkamah Konstitusi Korea Selatan mengumumkan putusan atas kasus pemakzulan Presiden Yoon Suk-yeol dan memutuskan untuk mencopotnya dari jabatan. Dengan demikian, Yoon Suk-yeol menjadi presiden kedua dalam sejarah konstitusional Korea Selatan yang dimakzulkan.

EtIndonesia. Yoon Suk-yeol sebelumnya menyampaikan pernyataan singkat melalui tim pengacaranya, mengatakan bahwa ia merasa terhormat dapat mengabdi untuk Korea selama ini. Ia mengucapkan terima kasih kepada semua yang telah mendukung dan menyemangatinya, seraya menyampaikan penyesalan dan permintaan maaf karena tidak dapat memenuhi harapan rakyat.

Pelaksana Ketua Mahkamah Konstitusi, Moon Hyung-bae, menyatakan bahwa semua dari delapan hakim yang ikut serta dalam pemungutan suara sepakat untuk mencopot Yoon dari jabatannya.

Putusan ini diumumkan 38 hari setelah sidang terakhir pada 25 Februari lalu.

Dengan keputusan tersebut, Yoon Suk-yeol langsung diberhentikan dari jabatannya, dan Korea Selatan harus menggelar pemilihan presiden dalam waktu 60 hari.

Diperkirakan akan ada gelombang besar pendukung dan penentang pemakzulan yang turun ke jalan. Lebih dari 14.000 personel polisi anti huru-hara dikerahkan di seluruh Seoul. Beberapa sekolah dan toko di sekitar Mahkamah Konstitusi ditutup demi alasan keamanan.

Menurut Yonhap, Mahkamah Konstitusi hanya menyediakan 20 kursi bagi publik untuk menyaksikan langsung sidang putusan, namun menerima 96.370 pendaftaran—dengan rasio persaingan mencapai 4818,5 banding 1.

Badan Kepolisian Nasional Korea menetapkan status siaga tertinggi “Tingkat A” , yang berarti seluruh personel harus siap digerakkan. Cuti personel dibatasi, dan semua pejabat serta staf komando harus berjaga dan menjaga jalur komunikasi tetap terbuka.

Yoon Suk-yeol mengumumkan penerapan darurat militer pada 3 Desember tahun lalu. Pada 14 Desember, parlemen menyetujui mosi pemakzulan. Setelah itu, proses di Mahkamah Konstitusi berlangsung selama 111 hari hingga akhirnya putusan dijatuhkan.

Karena potensi kericuhan, Yoon tidak hadir di Mahkamah Konstitusi dan memilih menyaksikan sidang putusan melalui siaran langsung di kediaman resminya di Hannam-dong.

Jika pemakzulan disetujui, Yoon langsung diberhentikan dan harus mengosongkan kediamannya. Jika ditolak, ia akan langsung kembali menjabat dan kembali ke kantor presiden.

Menurut media Korea, pada 2017, mantan Presiden Park Geun-hye yang dimakzulkan karena skandal dengan sahabat dekatnya, memiliki rasio persaingan kursi pengunjung sebesar 796:1. Sementara itu, pada tahun 2004, saat pemakzulan mantan Presiden Roh Moo-hyun ditolak, rasio persaingan hanya 20:1. (Hui)

Sumber : NTDTV.com