Negara Paling Kuat di Kawasan Asia Pasifik Masih Diduduki Amerika Serikat

oleh Qin Yufei

Peringkat terbaru yang dikeluarkan oleh lembaga think tank Australia menunjukkan bahwa Amerika Serikat tetap berada di urutan pertama dalam pengukuran negara kuat di kawasan Asia Pasifik.

Laporan CNN menyebutkan bahwa berdasarkan Indeks Kekuatan Asia yang dirilis oleh Lowy Institute di Sydney yang menempatkan 25 negara di kawasan Asia Pasifik dan menilai berdasarkan pengaruh mereka.

Faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh Lowy Institute untuk penilaian termasuk hubungan ekonomi, militer, dan diplomatik masing-masing negara, serta ‘tren di masa depan’ mereka, atau kekuatan yang dapat mereka capai hingga tahun 2030.

Lowy Institute menentukan peringkat tersebut berdasar penilaian terhadap kemampuan militer, pengaruh budaya, pengaruh diplomatik, sumber daya ekonomi, hubungan ekonomi, ketahanan dan tren di masa depan, kedelapan unsur yang dilaporkan melalui jaringan Departemen Pertahanan masing-masing negara.

Menurut direktur proyek Herve Lemahieu bahwa Amerika Serikat masih memiliki kelebihan dibandingkan dengan Tiongkok dalam hal pengaruh budaya dan kemitraan militer.

Herve Lemahieu mengatakan, Amerika Serikat masih menempati posisi pemimpin di kawasan Asia, dan Tiongkok masih kalah jauh dari Amerika Serikat dalam hal kualitas dan kedalaman aliansi.

Amerika Serikat memiliki hubungan militer yang erat dengan Australia, Jepang, dan Korea Selatan, dan satu-satunya aliansi jangka panjang dari Tiongkok komunis adalah Korea Utara. Tapi Pyongyang telah terbukti sebagai negara yang paling tidak dapat diandalkan, bahkan untuk Tiongkok sendiri juga demikian.

Namun, Tiongkok terus mencoba untuk mempersempit kesenjangan dengan Amerika Serikat di kawasan Asia-Pasifik, termasuk menginvestasikan ratusan miliar dolar di pembangunan pelabuhan dan kereta api melalui Inisiatif Satu Sabuk Satu Jalan (OBOR).

Negara yang menduduki peringkat paling bawah adalah Korea Utara. “Meskipun negara itu memiliki rudal antarbenua, ia masih merupakan negara yang paling rapuh, kemampuan dalam  bidang lainnya juga rendah” kata Herve Lemahieu. (Sinatra/asr)