EpochTimesId – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump bertemu dengan Presiden Uzbekistan, Shavkat Mirziyoyev di Gedung Putih pada 17 Mei 2018. Pertemuan ini menandai era baru dalam hubungan Amerika dengan Uzbekistan yang terus mencoba untuk menjauh dari warisan otoriternya.
Kedua pemimpin membahas masalah keamanan di Asia Tengah, termasuk stabilitas di Afghanistan. Mereka mengutuk ekstremisme dan terorisme internasional, dan setuju untuk bekerja sama lebih banyak melawan ancaman-ancaman ini.
Selama pertemuan, Trump mengangkat isu kebebasan pers dan hak asasi manusia, khususnya promosi kebebasan beragama di Uzbekistan.
Trump memuji upaya Mirziyoyev untuk memperbaiki situasi hak asasi manusia di negara tersebut. Seperti diantaranya pembebasan tahanan aliran kepercayaan, mengurangi kerja paksa, dan penghapusan pekerja anak yang sistematis.
Menurut para kritikus, Mirziyoyev telah mengambil beberapa langkah ke arah yang benar sejak menjadi presiden pada akhir tahun 2016. Tetapi negara ini masih memiliki jalan panjang menuju perbaikan yang berarti dalam catatan hak asasi manusianya.
Presiden otoriter Uzbekistan yang telah lama berkuasa, Islam Karimov meninggal pada September 2016 setelah memimpin negara itu selama hampir 27 tahun. Mantan Perdana Menteri, Shavkat Mirziyoyev menjadi presiden sementara setelah kematian Karimov dan beberapa bulan kemudian dia memenangkan pemilihan presiden yang dikontrol ketat.
“Dia orang yang sangat dihormati di negaranya dan di seluruh dunia,” kata Trump. “Kami telah bekerja sangat erat dalam berbagai hal, termasuk perdagangan. Mereka benar-benar melakukan investasi di sini. Kami melakukan investasi di sana.”
Uzbekistan menandatangani lebih dari 20 transaksi bisnis utama dengan perusahaan AS. Jumlah total kontrak ini bernilai hampir 5 miliar dolar AS, menurut Gedung Putih. (Emel Akan/The Epoch Times/waa)