Spanyol melaporkan lebih dari 23.000 kasus baru selama akhir pekan, turun dari puncaknya
Fernando Simon, kepala darurat kesehatan Spanyol, mengatakan pada konferensi pers pada hari Senin 31 Agustus 2020, bahwa Spanyol telah mendaftarkan lebih dari 23.000 kasus COVID-19 baru sejak Jumat, menunjukkan nilai puncak telah turun dari 21 Agustus lalu.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Spanyol, sebanyak 2.489 kasus baru dikonfirmasi dalam 24 jam terakhir, sehingga jumlah kasus menjadi 462.858.
Pada 21 Agustus, jumlah infeksi harian mendekati 10.000, puncak tertinggi sejak puncak epidemi pada akhir Maret. Data yang diperbarui secara retrospektif dari Kementerian Kesehatan Spanyol menunjukkan bahwa jumlah kematian per hari pekan lalu, telah turun menjadi sekitar 9.000 – 8.000 kematian.
Dalam dua minggu terakhir, hampir 97.000 kasus telah dilaporkan, di mana Madrid dan Basque adalah wilayah yang paling terkena dampaknya.
Simon mengatakan, tingkat hunian rumah sakit di Madrid sekitar 16% dan terus meningkat, sedangkan rata-rata hunian secara nasional adalah 6%.
Dia tetap menekankan bahwa situasi di negara itu jauh lebih baik daripada saat puncak epidemi pertama. Saat itu, dinas kesehatan terancam kewalahan dan unit perawatan intensif penuh.
Menurut data Kementerian Luar Negeri Spanyol, bahwa sebelumnya 5 orang meninggal dunia dalam satu hari, sehingga total korban meninggal dunia di Spanyol menjadi 29.094.
Tidak ada laporan kematian di Swedia selama lebih dari seminggu
Menurut data Badan Kesehatan Umum Swedia, Swedia belum melaporkan adanya kematian akibat Covid-19 selama lebih dari seminggu. Menurut data yang diperbarui oleh Badan Kesehatan Umum Swedia Senin lalu, kematian terakhir yang tercatat akibat virus PKT adalah pada 23 Agustus 2020.
Dalam 24 jam terakhir, negara tersebut telah melaporkan 43 kasus baru.
Swedia dianggap menerapkan cara yang tidak biasa dalam menangani pandemi karena pendekatannya yang tampak longgar, yang hanya memberlakukan batasan ringan pada kehidupan sehari-hari dibandingkan dengan negara-negara Eropa lainnya.
Negara tersebut telah melaporkan sebanyak 5.808 kematian akibat virus Partai Komunis Tiongkok, setara dengan 576,38 kematian per juta orang.
Data pada platform “Data World” Universitas Oxford menunjukkan bahwa angka ini lebih tinggi daripada Amerika Serikat (553,07), tetapi jumlah kematian yang rendah juga lebih tinggi dari negara-negara Eropa lainnya, seperti Spanyol (620,49), Inggris (611,3) atau Italia (586,77) ).
Jumlah kematian per satu juta penduduk di negara ini jauh lebih tinggi dibandingkan beberapa negara tetangganya dengan kepadatan penduduk yang lebih rendah, yaitu Denmark (107,73), Finlandia (60,46), Norwegia (48,7) atau Estonia (48,25).
Menurut data yang dirilis oleh Departemen Kesehatan Florida, melaporkan 1885 kasus Covid-19 baru pada hari Senin 31 Agustus , tingkat infeksi satu hari terendah sejak 15 Juni.
Pada 15 Juni, negara bagian itu mencatat 1.758 kasus virus Komunis Tiongkok.
Menurut data dari Florida Department of Health, sejauh ini terdapat 623.471 kasus Covid-19 di Florida dan 11.187 kematian.
Pemimpin suku pribumi Brasil, Raoni Metuktire terinfeksi
Institut Raoni mengatakan pada hari Senin bahwa pemimpin adat Brasil Raoni Metuktire dirawat di rumah sakit dengan gejala pneumonia. Ia dinyatakan positif terkena virus Komunis Tiongkok.
Lembaga tersebut mengatakan bahwa pemimpin etnis Kayapó yang berusia hampir 90 tahun itu tidak mengalami demam dan bernapas dengan normal.
Raoni sebelumnya bertemu dengan beberapa pemimpin Eropa dan mengutuk seruan Presiden Brasil Jair Bolsonaro untuk pembangunan ekonomi tanah adat di hutan hujan Amazon. Bolsonaro mengatakan bahwa pembangunan ekonomi di tanah adat hutan hujan Amazon adalah kunci bagi penduduk setempat dan kemakmuran ekonomi negara.
Menurut data yang dirilis oleh Association of Indigenous Peoples of Brazil, sekitar 30.000 penduduk asli terinfeksi dan lebih dari 700 orang telah meninggal dunia sejak pecahnya pandemi. Pada 4 Agustus, keputusan Mahkamah Agung memaksa pemerintah untuk mengusulkan rencana dalam waktu 60 hari untuk membuat penghalang sanitasi guna melindungi masyarakat adat dari COVID-19.
Sebulan lalu, Raoni dirawat di rumah sakit selama 10 hari karena diare dan dehidrasi di rumahnya di Xingú, negara bagian Mato Grosso. Raoni juga menderita hipotensi, anemia, dan harus dua kali transfusi darah.