Jerman Ubah Strategi Indo-Pasifik Akhiri Bulan Madu Diplomatik dengan Komunis Tiongkok

oleh Zhang Ting

Setelah bertahun-tahun membentuk strategi Asia yang berpusat di daratan Tiongkok, Jerman tiba-tiba menghentikan strategi tersebut dan beralih fokus pada penguatan hubungan kemitraan dengan Jepang, Korea Selatan dan negara-negara demokratis untuk mempromosikan supremasi hukum. Media Jepang menyebut langkah Jerman ini setara dengan mengakhiri bulan madu diplomatik antara Jerman dengan komunis Tiongkok.

Jerman mulai mengubah strateginya terhadap komunis Tiongkok. Menurut ‘Nikkei Asian Review’, perubahan strategi ini menunjukkan bahwa seluruh Eropa menjadi lebih waspada terhadap ketergantungan ekonomi dengan komunis Tiongkok, yang mana terus melanggar hak asasi manusia.

“Kita ingin berpartisipasi dalam membentuk tatanan global masa depan, oleh karena itu akan berfokus pada strategi yang disusun berdasarkan pada aturan dan kerja sama internasional, bukan pada hukum negara yang kuat”, kata Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas pekan lalu. Ia juga menyampaikan bahwa :  Inilah alasan kita memperkuat kerja sama dengan negara-negara yang memiliki nilai-nilai demokrasi dan kebebasan yang sama”.

Kebijakan pro-Tiongkok Merkel diboikot, Jerman beralih fokus pada strategi Indo-Pasifik

Jerman menerapkan pedoman kebijakan baru yang mencakup kawasan Indo-Pasifik pada 1 September, menekankan pentingnya supremasi hukum dan mempromosikan pasar terbuka di kawasan tersebut. Strategi ini sejalan dengan kebijakan yang diambil oleh Prancis, Jepang, Australia, dan negara-negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara atau ASEAN.

Jerman yang sebelumnya tidak memiliki strategi langsung di kawasan Indo-Pasifik, saat ini merilis dokumen semacam itu, niatnya telah menimbulkan perhatian dan diskusi publik yang luas. Beberapa media Jerman percaya, bahwa Jerman berharap di kemudian hari dapat mengurangi ketergantungannya pada komunis Tiongkok, tentunya dengan memperkuat kerja sama dengan negara lain di kawasan Indo-Pasifik.

Daratan Tiongkok selalu menjadi fokus diplomatik Berlin di Asia, dan Kanselir Jerman Angela Merkel hampir setiap tahun berkunjung ke daratan Tiongkok. Dan, pasar komunis Tiongkok menyumbang 50% dari perdagangan Jerman dengan kawasan Indo-Pasifik.

Namun sejauh ini, Jerman belum bisa membuka pasar Tiongkok seperti yang diharapkan. Pemerintah Tiongkok memaksa perusahaan Jerman yang beroperasi di daratan Tiongkok untuk menyerahkan teknologi. Untuk mengatasi masalah ini, Uni Eropa berharap dapat mencapai perjanjian investasi dengan Beijing. Namun, negosiasi terkait tersendat-sendat. Ini memperburuk kekhawatiran Uni Eropa tentang ketergantungan ekonominya pada pemerintah Tiongkok.

Pada saat yang sama, penegakan Undang-Undang Keamanan Nasional versi Hongkong dan penganiayaan komunis Tiongkok terhadap etnis Uighur, dengan mendirikan kamp konsentrasi telah meningkatkan kecaman dari komunitas internasional. Hal ini menimbulkan adanya peningkatan penolakan rakyat Jerman terhadap kebijakan pro-Tiongkok yang diusung Angela Merkel.

Strategi Indo-Pasifik Jerman mengambil pendekatan yang lebih keras terhadap komunis Tiongkok, termasuk mengkritik proyek infrastruktur One Belt One Road. Dikarena kan memungkinkan negara-negara yang berpartisipasi dalam proyek tersebut terbeban hutang yang sangat besar.

Perusahaan Jerman yang berbisnis dari daratan Tiongkok, juga khawatir dalam mengembangkan bisnis, melindungi hak kekayaan intelektual mereka. Khususnya, akuisisi produsen robot Jerman ‘Kuka’ oleh raksasa peralatan rumah tangga Tiongkok ‘Midea’ pada tahun 2016 telah membunyikan alarm di kalangan otoritas Jerman. Mereka khawatir bahwa pengetahuan teknis yang berharga milik ‘Kuka,’ akan diambil oleh komunis Tiongkok dengan akuisisi ini.

Hanya dalam 2 tahun sejak akuisisi ‘Kuka’, manajemen ‘Midea’ telah meningkatkan kontrolnya terhadap ‘Kuka’. Menurut orang dalam perusahaan, ‘Midea’ bermaksud untuk memperluas hak suaranya. Selain itu ‘Midea’ juga menggantikan CEO Jerman Till Reuter.

Awalnya, ‘Midea’ mengumumkan akan mengirimkan 2 orang eksekutif untuk ditempatkan di jajaran dewan direksi. Kemudian 6 orang dari dewan direksi ‘Kuka’, 4 orang di antaranya adalah orang dari pihak ‘Midea’. Akibat seringnya mengubah strategi perusahaan, menyebabkan hilangnya banyak karyawan lama ‘Kuka’ yang berprestasi.

Akuisisi ‘Kuka’ oleh ‘Midea’ telah membuat Jerman semakin sadar akan kebutuhan untuk memperkuat peninjauan sebelum mengizinkan akuisisi perusahaan Jerman oleh pihak asing.

Kerja sama Jerman – Prancis Menentukan Strategi Indo-Pasifik Seluruh Eropa

Meskipun daratan Tiongkok merupakan pasar penting bagi pembuat mobil seperti Volkswagen, Daimler dan BMW, tetapi Eropa secara keseluruhan tampaknya sedang melakukan penilaian kembali terhadap hubungannya dengan komunis Tiongkok. Uni Eropa pada tahun 2019 menyebut komunis Tiongkok sebagai pesaing strategis. Patrick Koellner dari German Institute for Global and Area Studies mengatakan, bahwa Uni Eropa telah menggeser strategi terhadap Beijing sebelumnya menuju yang lebih bijaksana.

Josep Borrell, Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa pada 15 Mei 2020, telah menerbitkan di beberapa surat kabar Eropa artikel yang menuduh komunis Tiongkok menggunakan perbedaan pendapat diantara 27 negara anggota Uni Eropa untuk memenuhi keuntungan pribadinya. Dia mendesak negara-negara anggota untuk bersatu.

Josep Borrell dalam artikelnya menyebutkan bahwa seiring dengan ekspansi globalnya komunis Tiongkok, hubungan Eropa – Tiongkok terus mengalami perubahan. Dan sekarang, pandemi komunis Tiongkok sedang mempengaruhi perubahan tersebut.

“Secara keseluruhan, Uni Eropa sudah mulai bersikap lebih realistis dan percaya diri. Pada saat yang sama, Uni Eropa juga telah memperkuat kerja sama dengan mitra utama Asia lainnya, terutama Jepang, Korea Selatan, India dan lainnya.

Jerman dan Prancis berencana untuk merumuskan strategi Indo-Pasifik yang diterapkan di Uni Eropa. Tujuan Berlin adalah meningkatkan pengaruh Jerman dalam masalah ini dengan mendapatkan dukungan dari seluruh negara anggota Uni Eropa.

Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi baru-baru ini berkunjung ke Eropa, Efek dari perjalanan ini ternyata tidak efektif atau malah sebaliknya. Hal ini mencerminkan adanya keretakan hubungan antara Eropa dengan komunis Tiongkok yang semakin melebar.

Wang Yi awalnya ingin mencoba untuk menarik lebih dekat hubungan komunis Tiongkok dengan negara-negara Eropa, dalam situasi hubungan dengan Amerika Serikat yang kian merenggang. Namun, upayanya itu tidak berhasil, akibat sikap “Serigala Perang” yang tidak tersembunyikan. Mengeluarkan kata-kata kasar yang mengancam ketua parlemen Ceko yang berkunjung ke Taiwan, membuat dongkol Jerman, Prancis dan negara lainnya.

Selama kunjungannya di Jerman, Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas memperingatkan Wang Yi dengan mengatakan, bahwa ancaman dan intimidasi tidak memiliki tempat di Benua Eropa. Heiko Maas secara terbuka mengungkapkan sikap pemerintah Jerman terhadap masalah Hongkong, etnis Uighur di daratan Tiongkok dan Taiwan. 

Maas menegaskan kembali sikap Uni Eropa dan berharap komunis Tiongkok bersedia mencabut kembali Undang-Undang Keamanan Nasional versi Hongkong. Ia menyarankan agar utusan Perserikatan Bangsa-Bangsa diizinkan masuk ke Xinjiang untuk mengatur misi investigasi independen guna menyelidiki masalah Xinjiang. (sin)

Keterangan Gambar : Foto menunjukkan pertemuan Kanselir Jerman Merkel dan Perdana Menteri Komunis Tiongkok Li Keqiang di Beijing pada 6 September 2019. (Foto oleh Roman PILIPEY / POOL / AFP)

Video Rekomendasi :

https://www.youtube.com/watch?v=J0tZBbOk1oc