oleh Xu Jian
Varian baru Covid-19 yang ditemukan di Afrika telah menyebar ke banyak negara, apa saja gejala yang dialami pasien yang terinfeksi varian tersebut?
Media Inggris ‘Sky News’ melaporkan pada Jumat (3/12/2021) bahwa Sheri Fanaroff, seorang dokter di Gauteng, daerah di Afrika Selatan yang varian Omicron-nya merajalela, mengatakan : “Sejauh ini, gejala infeksi yang kami lihat masih tergolong sangat ringan. Saya belum menemukan ada pasien yang sakit parah karenanya”. “Saat ini, gejala yang dialami pasien adalah muncul sakit tenggorokan, demam, batuk, nyeri tubuh.”
Dokter lainnya di Kota Johannesburg, Afrika Selatan, Bhadrashil Modi mengatakan : “Gejala khas yang dialami orang-orang yang terinfeksi Omicron adalah sakit kepala yang parah, nyeri tubuh yang parah, sakit tenggorokan, mungkin pilek, batuk,, serta serangan yang sangat tiba-tiba … Pasien dengan jelas mengetahui perkiraan waktu munculnya gejala”.
Modi juga mengatakan kepada media : “Dalam sehari, Anda sudah akan merasa tidak enak badan, seperti terkena flu yang sangat parah, (gejala nyerinya) nyaris sama seperti ketika Anda terlindas truk. Rasa sakit seperti itu hampir tidak berbeda dengan rasa nyeri yang ditimbulkan dari gelombang epidemi sebelumnya”.
Menurut laporan Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS), gejala khas dari pasien yang terinfeksi virus SARS-CoV2 termasuk batuk yang terus-menerus, demam, dan tanda-tanda lain seperti tidak bisa mencium bau dan lainnya secara tiba-tiba. Namun, Dr. Angelique Coetzee, Presiden Asosiasi Medis Afrika Selatan menegaskan bahwa ada tiga gejala baru yang ditimbulkan karena terinfeksi varian Omicron : Kelelahan, Nyeri tubuh, dan sakit kepala.
Agence France-Presse melaporkan bahwa Dr. Angelique Coetzee telah mengamati 30 orang pasien yang terinfeksi varian Omicron di klinik rawat jalan, dan tampak terdapat perbedaan gejala yang signifikan dengan mereka yang terinfeksi virus Delta. Pasien Omicron sering mengalami kelelahan ekstrim, nyeri otot dan batuk ringan. Gejala lainnya termasuk detak jantung yang lebih cepat, serak dan batuk kering. Hanya beberapa orang yang mengalami demam ringan, tetapi banyak pasien yang tidak mengalami gangguan pada indera perasa atau penciuman.
Dibandingkan dengan varian lainnya, gejala yang ditimbulkan oleh varian Omicron ini tampaknya lebih ringan, tetapi orang muda, terutama yang berusia di bawah 40 tahun yang terinfeksi justru meningkat.
Ahli epidemiologi klinis Jerman Karl Lauterbach bahkan menyatakan bahwa gejala ringan Omicron dapat mengindikasikan bahwa epidemi global akan berakhir lebih awal.
Pada Jumat (3/12) Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa dari data kasus Omicron yang dilaporkan di berbagai negara, baru-baru ini menunjukkan, tidak ditemukan adanya kasus parah atau kematian. Meskipun data awal telah menunjukkan Omicron lebih menular daripada Delta.
Epidemiolog yang bertanggung jawab terhadap WHO, Maria Van Kerkhove mengatakan, masih terlalu dini untuk membahas tingkat keparahan dari gejala yang ditimbulkan oleh Omicron. Sedangkan varian Delta masih tetap yang merajalela dan mengkhawatirkan dunia saat ini. (sin)