Perang 6G Antara AS-RRT, Sulit Bagi Beijing untuk Menang

Wang He

Antara PKT (Partai Komunis Tiongkok) dengan AS (Amerika Serikat) sedang berkobar perang besar 5G, juga sudah dimulai perang 6G. Hal ini bisa disimpulkan dari 3 peristiwa yang terjadi pada bulan Agustus ini. Pertama, pada 2 Agustus lalu, Kementerian Pertahanan AS menyatakan pihaknya tengah mendukung sebuah proyek yang fokus pada pengembangan teknologi 6G, sekaligus mendorong modernisasi komunikasi dan konektivitas di ruang lingkup ketiga angkatan bersenjatanya. Kedua, pada 9 Agustus lalu, Presiden Biden menandatangani “Chips and Science Act”, yang meliputi anggaran sebesar USD 4,2 Milyar (62,4 triliun rupiah, kurs per 28/08) untuk mendanai inisiatif tindakan pertahanan dan pasar broadband Amerika, sebagai upaya mendorong produksi peralatan 5G buatan non-Tiongkok. Ketiga, antara 10 hingga 12 Agustus lalu, Konvensi 5G Dunia (World 5G Convention) 2022 digelar di Harbin, Tiongkok, PKT memanfaatkan momentum ini untuk mempromosikan produk 5G buatannya pada para klien.

Mengapa perang 5G dan 6G sepertinya dilakukan hampir berbarengan? Karena sistem 5G dengan 6G memiliki fungsi yang saling terpadu. Jika dikatakan, dari sistem 1G ke sistem 2G diwujudkan komunikasi bergerak (seperti menelepon dari ponsel), lalu dari 3G meningkat ke 4G bersamaan dengan komunikasi bergerak juga telah diwujudkan pengiriman data (akses internet dengan ponsel), maka pada sistem 5G dan 6G ini telah dari pasar konsumsi informasi yang berorientasi manusia berkembang ke internet untuk segala (internet of things, red.) dan juga aplikasi industri, tujuannya adalah menghubungkan segalanya atau hubungan cerdas. Oleh sebab itu, baik AS maupun PKT sedang menata secara luas jaringan 5G dan 6G (kalangan industri ini menilai sekitar tahun 2030 dunia akan menyongsong era 6G).

PKT Membesar-Besarkan Keunggulan 5G dan 6G-nya

Seperti diketahui, Korea Selatan, AS, Inggris, Swiss dan Tiongkok telah berebut memasuki aplikasi 5G untuk komersil sejak 2019 lalu. Sedangkan sejak 9 Maret 2018, Menteri Industri dan Teknologi Informasi yakni Miao Wei menyatakan bahwa RRT telah mulai mengembangkan 6G. Pada Juni 2019, Kementerian Industri dan Teknologi Informasi mengawali dengan membentuk tim promosi IMT-2030 (6G). 

Tim promosi merilis buku putih berjudul “6G Vision and Candidate Technologies”, yang menyombongkan keunggulan PKT di jaringan 5G telah berkembang hingga ke jaringan 6G. Di tahun yang sama Ren Zhengfei CEO Huawei, menerima wawancara dengan The Economist, ia mengatakan riset 6G oleh Huawei juga telah memimpin di dunia. Dan pada 6 November 2020, Beijing meluncurkan satelit ujicoba 6G yang pertama di dunia.

Walaupun mengatakan “memimpin lari di depan” dalam bidang 5G dan 6G, namun pernyataan PKT tersebut tidak sesuai realita. Sebagai contoh, rute teknis 5G PKT memilih Sub-6Ghz sedangkan dalam membangun 5G, arah pembangunan Amerika merupakan “mm Wave” (Milimeter Wave) berfrekuensi tinggi (gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang tingkat milimeter, biasanya yang dimaksud adalah rentang frekuensi antara 30-300GHz, dan mm Wave 5G memiliki sumber frekuensi yang sangat kaya). Dibandingkan dengan rentang frekuensi Sub-6GHz, mm Wave memiliki kecepatan transmisi lebih cepat, kapasitas lebih besar, dan juga rendah latency (waktu yang dibutuhkan paket data mencapai tujuannya, red.) (namun jarak transmisi lebih pendek, BTS (base transceiver station) yang dibutuhkannya mencapai puluhan kali lipat dibandingkan 4G). Ada yang mengatakan, jika 4G diumpamakan sebagai jalan raya, maka 5G adalah jalan bebas hambatan, sedangkan mm wave setara dengan jalan tol super lebar antar provinsi dengan delapan jalur. Antara AS dan PKT siapa unggul dan siapa lemah langsung bisa dilihat. (Yang dimaksud oleh PKT bahwa jaringan 5G-nya telah lebih unggul adalah: Sekarang jumlah BTS 5G yang digunakan di seluruh Tiongkok telah mencapai lebih dari 1,85 juta unit, jumlah pengguna ponsel 5G telah mencapai 455 juta orang, angka ini telah mencapai lebih dari 60% dari total penggunaan di seluruh dunia. Jadi PKT menggunakan “cakupan yang luas” untuk menutupi ketinggalan teknologinya. Paten atau hak cipta juga hanya bicara soal jumlah, tidak pernah membahas kualitasnya.)

Februari tahun ini, di internet beredar rekaman perbincangan suatu pertemuan pribadi antara seorang akademisi dari Harvard Scholar yakni Huang Wansheng, yang mengandung pengungkapan yang sangat mengejutkan, di antaranya termasuk bagaimana jaringan 5G PKT jauh tertinggal dibandingkan AS. Ia mengatakan aplikasi 5G yang sesungguhnya adalah pengendalian otomatis jarak jauh, walaupun Huawei telah mencurahkan banyak daya dan upaya mengembangkan 5G, tapi dalam hal pengendalian otomatis jarak jauh pada dasarnya adalah nol.

Kalangan industri menilai “gelombang mm wave 5G akan mengeluarkan seluruh potensi 5G, mendatangkan pengalaman puncak kecepatan ekstrem 5G, untuk mewujudkan seluruh janji 5G sejak awal, mewujudkan seluruh visi awal 5G.” Dan, gelombang mm wave juga merupakan jalur yang mutlak harus ditempuh dari 5G menuju ke jaringan 6G, yang memiliki visi komersil yang sangat baik. Saat ini mm wave telah dikomersilkan di seluruh dunia, dan memiliki rantai industri yang telah mapan, mampu menghadapi tingkat konsumen, tingkat perusahaan, dan tingkat industri, menyediakan cakupan hot spot dalam maupun luar ruangan dengan kapasitas yang tinggi dan waktu tunda (latency) yang rendah.

PKT sendiri juga memahami hal ini. Maka pada Mobile World Congress Shanghai 2021 terdapat area pameran yang secara khusus dipasangkan gelombang milimeter, lebih awal “memberi bocoran” potensi yang tak terbatas jaringan gelombang milimeter 5G. Saat ini AS, Jepang, dan beberapa negara telah mengeluarkan jaringan gelombang milimeter; tapi rantai industri gelombang mm di Tiongkok masih belum matang, pondasi untuk teknologi inti dan perangkat frekuensi tingginya relatif lemah, dalam hal standar, perlengkapan, uji coba dan lain-lain masih harus dikembangkan secara menyeluruh.

6G Adalah Tanah Tinggi Teknologi Baru Yang Pasti Diperebutkan AS-RRT

Walaupun 5G dan 6G adalah berkesinambungan, namun secara teknis keduanya memiliki perbedaan yang fundamental. Contohnya, rentang frekuensi 5G terutama terpusat di antara 2515GHz hingga 4900GHz, dan di masa mendatang 6G akan menggunakan Terahertz (THz), dengan rentang frekuensi antara 100GHz sampai 10 THz, sekitar 1000 kali lipat dari Gigahertz (GHz). Dibandingkan 5G, dalam banyak indikator yang krusial jaringan 6G mempunyai peningkatan puluhan bahkan ratusan kali lipat, yang akan memberikan terobosan inovasi yang menjungkir-balikkan paradigma pengalaman penggunaannya, contohnya “Integrated Sensing and Communications (ISAC) (bersamaan dengan menyediakan kemampuan komunikasi, jaringan komunikasi juga mampu memberikan kemampuan persepsi, tidak perlu lensa kamera, sensor dan lain-lain, cukup dengan sinyal jaringan komunikasi, maka akan dapat mewujudkan pengenalan tindakan (act recognition), pendeteksian kecepatan, pengukuran jarak, pengukuran sudut dan lain sebagainya), integrasi jaringan komputer (yakni memasang lebih banyak hub komputasi asli, mewujudkan terjangkau oleh sinyal, maka kemampuan komputasi dan kecerdasan akan tercapai).

Bagi revolusi industri yang keempat ini, waktu tunda yang teramat rendah di 6G, koneksi yang super besar, keunggulan broadband yang sangat besar, adalah jalan yang wajib ditempuh untuk mewujudkan produksi cerdas generasi baru dan membangun pabrik cerdas. Dilihat dari perkembangan ekonomi, 6G adalah kaki pondasi di era ekonomi digital, untuk mempunyai hak suara di era ekonomi digital, maka harus menguasai teknologi inti 6G. dari sudut pandang politik, 6G memiliki pengaruh yang sangat mendalam, sangat penting di masa mendatang.

Sementara bagi PKT, 6G masih memiliki dua penggunaan yang unik: Pertama, pengawasan dinamis secara nasional, seluruh Tiongkok dijadikan penjara terbuka raksasa; kedua, mengembangkan sistem persenjataan perang nirawak, mendorong revolusi militer (pengaruhnya mungkin akan melebihi terciptanya senjata nuklir), untuk menjadi hegemoni. Sama seperti 5G, jaringan 6G juga merupakan konten penting dalam inisiatif “Integrasi Militer-Sipil” dan juga “Belt Road Initiative”, untuk mewujudkan ambisi global PKT.

Oleh sebab itu, jaringan 6G pasti akan menjadi tanah tinggi teknologi yang akan diperebutkan oleh AS dan PKT, merupakan “titik kekuatan baru” bagi AS untuk menghadang PKT.

Kesimpulan

Jika PKT menguasai dominasi di bidang 6G dan jaringan komunikasi, maka PKT “akan meraih kemenangan politik, ekonomi, dan militer. Melihat dari sudut pandang ini, maka masyarakat AS dan internasional tidak akan ada jalan mundur lagi.

Akan tetapi, tiga faktor berikut ini akan menentukan dalam perang 6G ini PKT akan mengalami berbagai kendala. Pertama, teknologi komunikasi bergerak beberapa generasi lalu, PKT bisa mendapatkannya dengan cara legal maupun ilegal dari negara lain; tapi akan halnya 6G, PKT telah dikucilkan oleh Barat, ini adalah satu hal yang sangat berbeda dalam riset 6G. Kedua, pasokan chip sudah digencet. Ketiga, kini AS, Eropa, dan Jepang sudah dalam kewaspadaan tingkat tinggi, tingkat kesulitan untuk membajak orang berbakat akan jauh lebih sulit, kecurangan PKT dalam penelitian ilmiah dan pendidikan akan terungkap semuanya, akan kekurangan orang berbakat dan lingkungan berbagi dengan dunia internasional. Secara keseluruhan, ambisi 6G PKT akan sulit terwujud. (sud/whs)