Li Qiang Terpaksa Memungut Kembali “Ekonomi Emperan” Usungan Li Keqiang Meski Kantongi Rencana Perbaikan Ekonomi

NTD

Kebijakan pencegahan epidemi ekstrem pemerintah Tiongkok telah merusak perekonomian Tiongkok dan menyebabkan depresi di semua bidang industri. Setelah Li Qiang, diangkat menjadi Perdana Menteri menggantikan Li Keqiang, ia terus menyerukan agar modal asing masuk Tiongkok dan investasi perusahaan swasta kembali tumbuh demi menyelamatkan perekonomian nasional. Tetapi dunia luar telah memperhatikan bahwa “ekonomi emperan” yang pernah diusung oleh Li Keqiang sebelum ia dilengserkan telah secara diam-diam muncul kembali di banyak tempat di Tiongkok.

Media Taiwan Central News Agency melaporkan pada 25 April, bahwa beberapa pedagang kaki lima sporadis muncul di Jalan Lingkar Kedua Beijing baru-baru ini. Mereka mungkin muncul di bagian luar dari pusat perbelanjaan besar atau di gang-gang kecil di sebelah gang selebriti internet ternama. Biasanya, mereka menjajakan dagangannya seperti aksesoris, mainan sederhana di atas karton serat bergelombang berukuran kira-kira 50×50. Tampak bahwa penjualnya adalah “orang susah”.

Laporan tersebut menyebutkan bahwa “ekonomi emperan” mulai muncul di Kota Beijing 3 tahun setelah epidemi. Tetapi otoritas melarang pedagang k-5 muncul di dalam kota Beijing, kecuali di lingkungan pinggiran kota. Dan waktunya pun dibatasi hanya dari hari Jumat sampai Minggu dari pukul 16:00 hingga 23:00.

Misalnya, seperti yang akan dituturkan oleh warga pria Beijing bernama (samaran) Liu Qiuwen, usia 33 tahun yang berprofesi sebagai guru bahasa Inggris sebelum terjadinya epidemi. Dia mengatakan bahwa karena wabah, kelas secara tatap muka ditiadakan, namun setelah kelas secara tatap muka diperbolehkan, keluar “kebijakan terkait” (“pengurangan ganda” di sektor pendidikan tambahan), sehingga kesempatan kerja pun kembali sirna.

Epidemi yang berkecamuk selama 3 tahun telah mengubah karirnya secara drastis, sekarang Liu Qiuwen adalah pedagang emperan di dalam lokasi pasar malam Kota Tongzhou. Dia memiliki tiga lokasi yang masing-masing menjual nasi sayap ayam, takoyaki dan burger hot dog ala Tiongkok. Karena itu dia kesibukannya sampai jam 1 dini hari.

Menurut laporan tersebut, fenomena serupa tidak hanya muncul di Beijing, tetapi juga muncul di Distrik Qingpu dan Distrik Minhang Shanghai, Bahkan Kota Hangzhou pun ikut melonggarkan pembatasan terhadap pedagang K-5. Semua ini mencerminkan keinginan masyarakat untuk mengaktifkan ekonomi, mencari uang demi kehidupan mereka.

Kebijakan pencegahan epidemi yang ekstrem selama 3 tahun telah merusak ekonomi Tiongkok. Sejumlah besar bisnis ambruk dan orang-orang berada dalam kesulitan untuk bertahan hidup. Dunia luar telah memperhatikan bahwa “ekonomi emperan” diam-diam telah mulai kembali muncul di banyak tempat di Tiongkok.

Pada Januari tahun ini, otoritas Beijing menerbitkan aturan mainnya bagi pedagang emperan. Pada 20 Februari, “Petunjuk Kegiatan Usaha Para Pedagang Emperan” dikeluarkan oleh otoritas Shanghai sebagai pemandu. Pada bulan September tahun lalu, Shanghai merevisi “Peraturan Kota Shanghai tentang Administrasi Penampilan Kota dan Sanitasi Lingkungan”, yang isinya tidak lagi mewajibkan larangan penuh bagi pedagang emperan.

Pada 13 Maret, Hangzhou secara resmi mengumumkan bahwa Satuan Polisi Pamong Praja Kota Hangzhou telah melonggarkan persyaratan persetujuan dalam rangka mendukung kegiatan budaya dan penjualan barang dagangan dengan menempati luar gedung (alias menjajakan barang dagangan di emperan) pada 52 distrik bisnis pintar, jalan komersial yang khas, area percontohan untuk klaster ekonomi malam hari, dan beberapa distrik yang ditetapkan pemda.

Cara ini sebenarnya sama dengan “ekonomi emperan” yang diusulkan oleh Li Keqiang sebelum ia lengser, tujuannya tak lain adalah untuk mengurangi gelombang pengangguran yang terus meningkat.

Dalam Dua Sesi Partai Komunis Tiongkok yang diadakan pada bulan Mei 2020, Perdana Menteri Tiongkok saat itu Li Keqiang, telah mengusulkan “ekonomi emperan” untuk mengurangi tekanan akibat melambatnya pertumbuhan ekonomi. Tak lama setelah itu, “demam emperan” dengan cepat muncul di banyak kota di Tiongkok. Tetapi beberapa hari kemudian, nada propaganda resmi tiba-tiba berubah, Di mana “ekonomi emperan” Li Keqiang mendapat kritikan keras dari pemerintah pusat. Fenomena ini memicu spekulasi publik bahwa hal ini terkait dengan “konflik Xi (Jinping) dengan Li (Keqiang)”.

Setelah menjabat tahun ini, Perdana Menteri Tiongkok Li Qiang sangat ingin menyelamatkan ekonomi, sampai ia sering berpartisipasi dalam acara publik terkait ekonomi untuk menarik investor asing dan perusahaan swasta dengan janji keterbukaan pasar yang lebih besar, dan lain sebagainya.

BBC sebelumnya melaporkan bahwa Li Qiang menghadapi tiga masalah besar yang harus diatasi. Pertama adalah membangun kembali kepercayaan perusahaan swasta. Kedua adalah menarik investasi asing. Ketiga adalah membantu Tiongkok mengatasi apa yang disebut “perangkap pendapatan menengah”.

Menurut data yang dikeluarkan oleh Biro Statistik Nasional Tiongkok pada 15 Maret,bahwa  tingkat pengangguran para pekerja berusia 16 hingga 24 tahun yang disurvei di Tiongkok sudah mencapai hampir 4 kali lipat tingkat pengangguran pekerja berusia 25 hingga 59 tahun. Sementara itu, ekonomi Tiongkok masih terus menurun pada tahun 2023. Pajak penghasilan pribadi dari bulan Januari hingga Februari yang dilaporkan pihak berwenang telah menunjukkan penurunan sebesar 4% year-on-year. Hal ini mencerminkan bahwa jumlah pengangguran masih meningkat.

Seorang pria bermarga Bai yang saat ini bekerja di sebuah firma hukum di Beijing mengatakan kepada reporter Epoch Times, bahwa karena penurunan ekonomi saat ini dan lingkungan kerja yang buruk secara keseluruhan, sulit bagi lulusan pascasarjana untuk mendapatkan pekerjaan. Jadi gambaran makronya adalah para pemuda ini sekarang sedang “Tang Ping” (sebuah tren yang menunjukkan pupusnya harapan seseorang akibat kebijakan pemerintah yang kurang peduli terhadap rakyat sehingga tidak terdorong untuk bekerja keras).” (sin)