EtIndonesia. Presiden Belarus, Alexander Lukashenko baru-baru ini terbang ke Moskow untuk melakukan pertemuan tatap muka satu lawan satu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Setelah pertemuan tersebut, keduanya mengadakan rapat tingkat tinggi dan menandatangani beberapa perjanjian penting yang memiliki dampak besar bagi Belarus.
Fokus utama pertemuan ini adalah memperdalam integrasi antara Rusia dan Belarus dalam kerangka Negara Persatuan (Union State), yang semakin menimbulkan kekhawatiran di dunia internasional bahwa Belarus secara perlahan kehilangan kedaulatannya dan tengah “dianeksasi secara diam-diam” oleh Rusia.
Perjanjian Baru: Rusia Semakin Mengendalikan Belarus
Setelah pembicaraan selesai, Rusia dan Belarus menandatangani serta bertukar beberapa dokumen penting, termasuk:
1. Pertukaran protokol ratifikasi “Perjanjian Keamanan Negara Persatuan Rusia-Belarus”, yang semakin mengukuhkan kendali militer Rusia atas Belarus. Dengan perjanjian ini, Belarus hampir tidak memiliki kedaulatan militer sendiri, karena keputusan strategisnya kini berada di tangan Kremlin.
2. Protokol amandemen “Kesepakatan Hak Setara bagi Warga Negara Rusia dan Belarus”, yang memungkinkan warga negara Rusia untuk berpartisipasi dalam pemilu lokal di Belarus, bahkan memungkinkan mereka untuk menduduki jabatan di pemerintahan. Ini secara langsung meningkatkan pengaruh Rusia dalam sistem politik Belarus.
3. Perjanjian “Perlindungan Warga Negara dari Proses Hukum Asing”, yang memastikan bahwa warga Rusia dan Belarus akan mendapatkan perlindungan hukum dari ancaman sanksi Barat dan tekanan peradilan internasional.
Semua perjanjian ini semakin menyatukan sistem politik, militer, dan hukum Belarus dengan Rusia, yang memicu kekhawatiran global bahwa Belarus sedang berada di jalur kehilangan kedaulatannya sepenuhnya.
Integrasi Militer: Belarus Menjadi Bagian dari Strategi Pertahanan Rusia
Dalam bidang militer, Belarus sudah lama berada di bawah pengaruh Rusia. Saat ini, Rusia telah menempatkan senjata nuklir taktis di wilayah Belarus. Dengan adanya perjanjian terbaru, kerja sama pertahanan antar kedua negara semakin dalam.
Putin menekankan bahwa kehadiran militer Rusia di Belarus bertujuan untuk melindungi perbatasan barat Negara Persatuan, yang menunjukkan bahwa Belarus semakin menjadi bagian dari strategi pertahanan Rusia terhadap NATO.
Lebih lanjut, pada 9 Mei mendatang, pasukan Belarus akan berpartisipasi dalam parade militer di Lapangan Merah Moskow, menandai tingginya tingkat integrasi militer kedua negara. Bahkan, sedang dirancang konsep “ruang pertahanan terpadu”, yang jika diterapkan, maka tentara Belarus akan sepenuhnya berada di bawah komando Rusia, menjadikannya sebagai bagian dari militer Rusia.
Ekonomi Belarus Semakin Tergantung pada Rusia
Ekonomi Belarus telah lama bergantung pada bantuan dari Rusia, dan situasi ini semakin nyata dengan meningkatnya perdagangan bilateral yang kini mencapai lebih dari 50 miliar dolar AS, dengan 90% transaksinya dilakukan menggunakan rubel Rusia.
Selain itu, Rusia telah menginvestasikan 45 miliar dolar AS di Belarus, terutama dalam sektor otomotif, manufaktur mesin, energi, dan mikroelektronika.
Energi juga menjadi faktor utama integrasi ekonomi, di mana Rusia telah:
- Menyediakan minyak dan gas dengan harga diskon besar untuk Belarus.
- Menyelesaikan pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir di Belarus, yang kini memenuhi 40% kebutuhan listrik Belarus.
Dengan semakin dalamnya ketergantungan ekonomi Belarus terhadap Rusia, ada kekhawatiran bahwa Moskow akan memaksa Belarus sepenuhnya mengadopsi rubel Rusia, yang berarti kehilangan kedaulatan moneter Belarus secara permanen.
Pengaruh Politik Rusia dalam Pemerintahan Belarus
Salah satu poin paling kontroversial dalam perjanjian terbaru ini adalah izinnya bagi warga Rusia untuk berpartisipasi dalam pemilu lokal Belarus serta menduduki jabatan pemerintahan.
Langkah ini menghapus garis pemisah antara Belarus dan Rusia dalam sistem politik, dan berpotensi membuka pintu bagi infiltrasi Rusia dalam struktur pemerintahan Belarus.
Ke depan, jumlah pejabat asal Rusia dalam pemerintahan Belarus kemungkinan akan meningkat, yang berarti keputusan kebijakan Belarus akan semakin berada di bawah pengaruh langsung Kremlin.
Langkah ini semakin memperjelas bahwa Belarus bukan lagi negara yang sepenuhnya independen, melainkan hanya satu provinsi dari Federasi Rusia.
Reaksi Barat: Sanksi Baru dan Peringatan terhadap Lukashenko
Negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat dan Uni Eropa, semakin memperhatikan integrasi cepat Rusia dan Belarus, dan telah memperluas sanksi terhadap rezim Lukashenko.
Namun, Presiden Belarus Lukashenko menunjukkan sikap keras kepala, bahkan menantang Barat dengan menyatakan bahwa:
- Perusahaan Barat yang ingin kembali beroperasi di Belarus harus menerima aturan baru yang ditetapkan oleh Rusia dan Belarus.
- Tekanan Barat tidak akan membuat Belarus berubah haluan.
Putin dan “Aneksasi Diam-diam” Belarus
Meski dunia masih fokus pada perang Rusia-Ukraina, perkembangan di Belarus menunjukkan bahwa Putin mungkin telah memenangkan perang lain tanpa perlawanan.
Belarus kini semakin dikendalikan oleh Rusia dalam aspek politik, militer, ekonomi, dan hukum, yang berarti negara ini perlahan kehilangan kedaulatannya dan berada di jalur menjadi salah satu bagian dari Federasi Rusia.
Apakah ini akan menjadi “Aneksasi Tanpa Perang” ala Putin?
Atau Belarus benar-benar masih memiliki kesempatan untuk tetap berdaulat?
Dunia kini tengah menunggu jawabannya.(jhn/yn)