Pinnacle View
Beberapa hari lalu, KTT BRI “Belt Road Initiative, red.) baru saja berakhir di Beijing, walaupun dalam KTT kali ini Xi Jinping dengan skala tinggi telah menghamburkan banyak dana, tetapi hasil yang dicapainya telah jauh menyusut. Namun yang paling disoroti oleh pihak luar adalah perundingan tertutup antara Xi dengan Putin selama KTT berlangsung, keduanya menyatakan akan bersama-sama membangun tatanan global yang baru.
Semua orang mengetahui bahwa ujung tombak dari membangun bersama tatanan dunia yang baru itu diarahkan pada AS dan Barat, dan ini bertentangan dengan pernyataan Xi Jinping sebelumnya yang mengatakan ada seribu alasan memperbaiki hubungan dengan AS. Lalu perubahan apakah yang akan terjadi dalam pertandingan antar dua negara besar itu? Di manakah hot spot konflik global itu akan meletus?
Poros Jahat Terbentuk, Xi dan Putin Rencanakan Tatanan Baru
Pemimpin redaksi The Epoch Times yakni Guo Jun berkata kepada “Pinnacle View”, pada Maret lalu menjelang kembalinya Xi Jinping usai kunjungannya ke Rusia, sementara Putin mengantarnya keluar ruangan, Xi masih menoleh lagi dan berkata, mari kita hadapi bersama perubahan bersama yang belum pernah dialami dunia selama ratusan tahun ini.
Dalam KTT BRI kali ini, Guo merasa, mereka akan melanjutkan perbincangan tentang perubahan besar tersebut. Keberadaan tatanan baru ini tentu saja dibandingkan dengan tatanan lama. Lalu apakah yang dimaksud dengan tatanan lama itu? Yakni tatanan Barat dengan AS sebagai pemimpin pasca PD-II dan setelah perang dingin usai. Jadi menurut Guo, perbincangan Xi Jinping dengan Putin kali ini adalah bagaimana menyingkirkan AS dan Eropa, dengan metode apakah, dengan trik apakah, dan lain sebagainya.
Guo Jun mengatakan, tempo hari dua minggu usai kunjungan Putin ke Tiongkok selama Olimpiade Musim Dingin Februari 2022, Rusia mulai menyerang Ukraina. Bulan lalu RRT mengirimkan pesawat secara khusus ke Suriah menjemput Presiden Al-Assad untuk menghadiri ASEAN Games di Hangzhou, dan ia pun sempat bertatap muka dengan Xi, lalu dua minggu setelah Assad kembali ke Suriah, Hamas mendadak menyerang Israel, ini pasti bukan suatu kebetulan. Pada hajatan BRI kali ini Xi dan Putin kembali berunding secara tertutup selama tiga jam, apakah yang akan terjadi dua minggu kemudian? Tiga negara besar otokratis telah membentuk poros kekuatan melawan AS dan Eropa, Rusia sudah beraksi dengan menyerang Ukraina, Iran juga telah beraksi dengan serangan proxi ke Israel, apakah berikutnya Beijing juga ikut menyusul?
Ahli hukum Tiongkok yang berdiam di Australia yakni Yuan Hongbing menyatakan kepada “Pinnacle View”, sebelum KTT BRI (Belt Road Initiative) ketiga kali ini Putin telah memberikan sebuah mahkota yang murah meriah kepada Xi Jinping, yaitu menyebut Xi Jinping sebagai pemimpin dunia yang telah diakui. Untuk bisa memahami apa sebenarnya makna dari apa yang disebut tatanan dunia yang baru, yang dimaksudkan oleh Xi Jinping, pertama-tama kita harus memiliki pemahaman yang fundamental terhadap isi hati pemimpin yang satu ini. Saya pernah beberapa kali mengatakan, Xi Jinping adalah sebuah boneka politik yang telah terbius oleh kutukan roh Karl Marx dan juga Mao Zedong, dan di dalam hatinya, tatanan baru yang dikejarnya adalah menyandera 1,4 milyar jiwa rakyat RRT dengan dalih membangkitkan kembali kebudayaan Tiongkok, lantas disanderakan di atas kereta perang komunisme internasional yang hendak dibangkitkannya itu.
Sasaran konkrit Xi Jinping adalah menciptakan perubahan besar yang belum pernah terjadi selama ratusan tahun, dan menggantikan AS dengan tirani PKT, menjadi pembuat undang-undang internasional dan pencipta tatanan internasional baru, inilah keseluruhan skenario strategis intinya, inilah tatanan baru yang hendak dicapai olehnya. “BRI” hanya semacam bentuk ekonomi dalam strategi ekspansi komunisme saja, lewat program BRI di Asia Tenggara, Amerika Selatan, Afrika, dan selatan Samudera Pasifik bahkan Eropa, Xi Jinping melakukan ekspansi ekonomi, politik, dan budaya, serta dalam sepuluh tahun terakhir ini, pada dasarnya Xi Jinping telah membentuk kekuatan poros dengan tirani PKT sebagai inti, Rusia dan Iran sebagai perdana menteri, Korea Utara sebagai terorisme internasional, Kamboja, Pakistan dan negara-negara pengemis lainnya sebagai antek PKT, inilah strategi besar yang dimaksud Xi Jinping. Pada KTT BRI kali ini dunia menyaksikan, karena ekonomi PKT kini telah terjun bebas, energi ekonomi dalam KTT kali ini jelas menyusut drastis, bahkan anjlok ibarat terjun bebas. Tapi di sisi lain kita juga melihat, lewat KTT kali ini aliansi kejahatan yang tidak berbatas antara tirani PKT dan Rusia itu, telah terbntuk menjadi semakin kuat.
AS dan Eropa Lawan PKT, Selat Taiwan Menentukan Takdir Dunia
Di “Pinnacle View” Guo Jun menyatakan, sebenarnya pada 1992, Samuel Philips Huntington dari Harvard University telah mempublikasikan sebuah buku yang berjudul “The Clash of Civilizations”. Ia mengatakan, perang dingin merupakan pertentangan dua ideologi, yakni demokrasi kebebasan Barat berhadapan dengan komunisme. Konflik pasca perang dingin adalah konflik peradaban.
Teori Huntington ini membangkitkan banyak sambutan, sekaligus juga menuai banyak kritik bahkan kecaman, termasuk sikap dari kaum sayap kiri Barat yang mengecam dirinya, karena globalisasi dan desa global bertujuan untuk menghapus perbedaan budaya dan peradaban, semua orang adalah satu keluarga. Sementara Huntington berpendapat, RRT pasti akan membentuk aliansi dengan dunia Islam untuk melawan Barat, jika Rusia melangkah menuju otokrasi, maka aliansi RRT dan Rusia juga akan terbentuk.
Pernyataan Huntington ini telah menuai banyak kecaman keras, karena banyak orang menilai PKT sudah bukan lagi komunisme, dan sudah menjadi negara modern, membaca buku yang sama, film yang sama, juga menggunakan internet, dan menggunakan ponsel Apple, jadi sudah tidak ada lagi kesenjangan budaya, tentu saja berarti tidak ada lagi konflik peradaban, kalaupun ada konflik, itu hanya konflik antar kepentingan negara saja.
Namun hari ini kita melihat, kejadian saat ini pada dasarnya sejalan dengan ramalan Huntington. AS bukannya tidak menyadari masalah ini, pemimpin senat dari Partai Republik Addison M. McConnell beberapa hari lalu secara lugas telah mengatakan, Tiongkok, Rusia, dan Iran telah membentuk poros kejahatan. Ia bahkan mengatakan, bagi banyak tempat, dunia kita hari ini jauh lebih serius daripada ancaman yang kita hadapi dalam seumur hidupnya.
Jelas para elite politik di seluruh dunia, termasuk Rusia, PKT, Iran, dan para elite politik AS dan dunia Barat, juga telah menyadari masalah ini, dua kubu telah terbentuk, dan batas di antaranya adalah peradaban yang berbeda, sistem politik yang berbeda, dan nilai universal yang berbeda.
Di “Pinnacle View” Yuan Hongbing menjelaskan, konflik ini di mata saya adalah peristiwa yang pasti akan terjadi, adalah semacam takdir manusia yang sulit dilepaskan. Karena diktator Xi Jinping ini telah menguasai energi ekonomi dan badan ekonomi kedua terbesar dunia itu, telah menyandera nasib 1,4 milyar jiwa dataran Asia Timur itu sebagai budak politiknya, menguasai seluruh sumber daya dan kondisi alam di dataran Asia Timur yang luas itu, di saat bersamaan Xi Jinping juga sedang mempersiapkan terwujudnya militerisme. Kita telah melihat dari sudut pandang strategi besar Xi Jinping hendak mendorong ekspansi global totalitarian komunisme, ia mempunyai satu titik terobosan yaitu mengobarkan perang Selat Taiwan, dan menjadikan halaman depan rumahnya sebagai ajang perang untuk melakukan satu kali duel millenium melawan AS. Ini adalah langkah mematikan yang pasti akan ditempuh oleh Xi Jinping, inilah satu skenario strateginya yang fundamental.
Dilatar-belakangi dengan skenario strategi fundamental ini, dialog Xi Jinping dan Putin kali ini terfokus dalam hal mengulas bagaimana cara menggantikan AS dari sudut pandang strategis, agar Rusia dan tirani PKT dapat menjadi legislator undang-undang internasional. Maka itu konten konkritnya saya yakini ada beberapa hal sebagai berikut:
Pertama, terus membahas dan mendalami bagaimana tirani PKT memasok persenjataan bagi Rusia melalui Korut, agar Rusia tak terkalahkan dalam perang Rusia-Ukraina, seharusnya inilah masalah paling mendesak yang mereka pikirkan. Kedua, bagaimana mempererat hubungan perekonomian antara Rusia dengan RRT, untuk menghadapi sanksi ekonomi dunia internasional terhadap Rusia. Ketiga, bagaimana memanfaatkan serangan mendadak Hamas terhadap Israel, untuk memaksa AS menjadi pasif di Timur Tengah, bagaimana mempererat hubungan Beijing dengan kekuatan Suriah, Iran, termasuk teroris Hamas. Selain itu, mereka pasti membahas poin penting lain yakni begitu RRT melancarkan perang di Selat Taiwan, bagaimana menjamin Rusia akan menjadi pendukung yang bisa diandalkan dalam hal pemasokan minyak bumi dan gas alam bagi RRT selama perang berlangsung.
Yuan Hongbing selanjutnya mengatakan, keseluruhan situasi internasional sekarang sebenarnya telah mencapai tahap yang paling berbahaya, suatu perang milenial akan segera meletus, tapi dalam duel abad ke-21 ini, saya yakin tidak akan terjadi di kawasan Timur Tengah, ada orang mengatakan konflik Hamas-Israel kali ini akan menyulut meletusnya perang dunia ketiga. Saya tidak sependapat dengan pandangan tersebut, karena baik Hamas, maupun energi nasional Israel, tak akan cukup untuk menimbulkan dampak terhadap takdir seluruh umat manusia. Perang Rusia-Ukraina juga tidak akan menimbulkan pengaruh ini, karena PDB Rusia saat ini hampir setara dengan satu provinsi Guangdong saja, jadi energi ekonominya telah membatasi pengaruhnya secara global. Saat ini, satu-satunya yang dapat menimbulkan bencana perang dahsyat bagi umat manusia, hanyalah tirani PKT.
Terhadap hasil dari perang ini, menurut saya dunia bebas pasti akan menang, alasannya tidak hanya semacam keyakinan politik, namun saya melihat kekaisaran komunis Xi Jinping hanya hiasan mewah di permukaan saja, masalah terbesar yang dihadapi Xi Jinping sekarang adalah, puluhan ribu pejabat di sekitarnya pada dasarnya semua adalah orang bermuka dua, yang tidak memiliki kesetiaan absolut terhadap Xi, bahkan cenderung mutlak tidak setia.
Kejadian yang baru saja berlalu yakni, Menlu Qin Gang dan Menhan Li Shangfu, juga Menteri Sains dan Teknologi, serta Menteri Keuangan yang baru saja dipromosikan langsung oleh Xi Jinping sendiri juga dianggap sebagai orang kepercayaannya, tapi telah disingkirkannya sendiri, ini berarti kemegahan tirani PKT sekarang sudah seperti bangunan rapuh yang telah digerogoti rayap, satu guncangan besar saja akan membuatnya runtuh dalam sesaat. Sedangkan besar kemungkinan sumbu pemicu kehancuran PKT adalah Xi Jinping sendiri, hari dimana Xi Jinping mengobarkan perang Selat Taiwan, juga akan menjadi dimulainya hitungan mundur terjadinya kiamat bagi mereka. (sud/whs)