NTD
Kelompok bersenjata Hamas pada Senin (6/5) menyatakan bahwa mereka telah menyetujui gencatan senjata tiga tahap dan perjanjian pertukaran tawanan, tetapi para pejabat Israel mengatakan bahwa persyaratan perjanjian tersebut telah “diperlunak” dan tidak dapat diterima oleh Israel. Pada saat yang sama, kabinet perang Israel menyetujui kelanjutan operasi militer di kota Rafah di Gaza selatan untuk memaksa pembebasan sandera Israel dan untuk mencapai tujuan perang Israel lainnya.
Central News Agency (CNA) melaporkan bahwa ketika perang antara Israel dan Hamas berlanjut selama hampir tujuh bulan, Hamas mengumumkan sebelumnya bahwa pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh telah menginformasikan kepada perdana menteri Qatar dan kepala intelijen Mesir bahwa Hamas telah menerima tawaran gencatan senjata dari kedua negara.
Khalil al-Hayya, seorang pejabat Hamas, mengatakan kepada media bahwa perjanjian tersebut mencakup rencana penarikan mundur Israel secara menyeluruh dari Jalur Gaza, kembalinya warga Palestina yang mengungsi akibat perang Israel-Hamas ke rumah-rumah mereka, serta pertukaran sandera dan tawanan, di antara tujuan-tujuan lainnya.
Menurut rincian yang dirilis sejauh ini oleh pejabat Hamas dan seorang pejabat yang diberi pengarahan tentang perundingan tersebut, kesepakatan yang disetujui Hamas adalah sebagai berikut:
Tahap 1
Gencatan senjata selama 42 hari antara kedua belah pihak menghasilkan pembebasan 33 sandera Israel oleh Hamas, pertukaran sejumlah tahanan Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel, penarikan sejumlah pasukan Israel dari Gaza, dan pergerakan bebas warga Palestina dari selatan ke utara Gaza.
Tahap 2
Gencatan senjata selama 42 hari lebih lanjut antara kedua belah pihak akan berfokus pada pencapaian kesepakatan untuk memulihkan “periode ketenangan yang berkelanjutan” di Gaza, sebuah istilah yang menurut seorang pejabat yang diberi briefing singkat tentang perundingan tersebut telah disetujui oleh Hamas dan Israel sehingga tidak akan ada lagi diskusi lebih lanjut tentang “gencatan senjata permanen”. Selain itu, sebagian besar tentara Israel akan ditarik sepenuhnya dari Gaza, sementara Hamas akan membebaskan beberapa tentara cadangan dan tentara Israel dan menukar tahanan Palestina.
Tahap 3
Kedua belah pihak akan mengembalikan jasad korban tewas dan memulai rekonstruksi sesuai dengan rencana Qatar, Mesir, dan PBB yang diawasi, sekaligus mengakhiri blokade total Jalur Gaza.
AS yang bertindak sebagai mediator bersama dengan Qatar dan Mesir, telah mengevaluasi respon Hamas dan mendiskusikannya dengan para sekutunya di Timur Tengah.
Setelah mendengar bahwa Hamas telah menyetujui gencatan senjata dengan Israel, kerumunan orang menari dan bersorak-sorai di jalanan Rafah pada 6 Mei, menangis gembira, dan beberapa bahkan melepaskan tembakan ke udara.
Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan dalam sebuah pernyataan pada 6 Mei : “Kabinet masa perang dengan suara bulat memutuskan bahwa Israel harus terus beroperasi di Rafah dan memberikan tekanan militer kepada Hamas. Pada saat yang sama, meskipun tawaran gencatan senjata (yang diterima) oleh Hamas masih jauh dari persyaratan penting Israel, Israel akan mengirim delegasi kerja ke negara-negara mediasi untuk menguras semua kemungkinan untuk mencapai kesepakatan dengan persyaratan yang dapat diterima oleh Israel,” demikian bunyi pernyataan tersebut.
BBC News melaporkan bahwa Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah mengumumkan bahwa mereka saat ini sedang melakukan “serangan yang ditargetkan” terhadap sejumlah target Hamas di bagian timur kota Rafah. (hui)