oleh Chen Ting
Pejabat intelijen Pentagon memperingatkan bahwa Tiongkok telah mengembangkan sebuah jaringan satelit militer yang mungkin digunakan untuk melacak dan mengintai gerakan militer AS yang membantu pertahanan Taiwan saat terjadi konflik di Selat Taiwan.
Mayor Jenderal Gregory J.Gagnon, Wakil Kepala Operasi Luar Angkasa untuk Intelijen dari Angkatan Luar Angkasa Amerika Serikat, dalam konferensi di Institut Studi Dirgantara Mitchell (Mitchell Institute for Aerospace Studies) pada Kamis (2 Mei) menyampaikan peringatan, bahwa rezim Partai Komunis Tiongkok telah mengembangkan sebuah program satelit militer yang cukup kompleks.
Dibandingkan dengan Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok, militer AS telah lama memiliki keunggulan utama, yakni dapat menyerang sasaran bergerak dalam jarak yang sangat jauh. Namun, jaringan satelit militer yang dibangun oleh militer Tiongkok mungkin bisa mengejar kemampuan militer AS tersebut.
Gregory J.Gagnon mengatakan, Tiongkok telah meluncurkan lebih dari 400 satelit dalam dua tahun terakhir, lebih dari setengahnya dirancang untuk melacak objek di Bumi.
“Ini untuk memberikan panduan dan peringatan kepada para pelaut, penerbang dan anggota marinir yang jika diperintahkan, maka mereka dapat bergerak ke barat untuk mempertahankan kebebasan,” kata Cagnon.
Ia memperingatkan : “Sekarang mereka mungkin berada di zona perkembangan senjata yang cukup pesat.”
Cagnon mengatakan bahwa satelit penginderaan jauh ini khusus digunakan untuk survei dan pengintaian, dan jumlahnya yang besar membuatnya tahan terhadap serangan. Apalagi tujuan utamanya adalah untuk digunakan dalam perang.
Dia mengatakan bahwa arsitektur itu bukan dirancang untuk efisiensi dan efektivitas biaya, namun arsitektur yang dirancang khusus untuk keperluan perang dan bertahan dalam peperangan”.
“Melakukan pengintaian dan pengawasan dari titik tertinggi tentunya untuk memperoleh informasi guna memudahkan militer untuk mengambil keputusan saat melakukan penyerangan”, tambahnya.
Dalam beberapa tahun terakhir, Partai Komunis Tiongkok terus menginvestasikan sejumlah besar dana dalam upaya memperkuat kemampuan luar angkasa militernya. Cagnon mengatakan bahwa sejak pembentukan Angkatan Luar Angkasa Tentara Pembebasan Rakyat pada tahun 2015, aset mereka di orbitnya telah meningkat sebesar 550%.
Beberapa pakar militer berpendapat bahwa jika terjadi perang antara negara-negara besar, medan perangnya mungkin ada di luar angkasa guna terlebih dahulu menghancurkan sistem satelit yang diandalkan oleh tentara musuh untuk berkomunikasi.
Beberapa ahli juga memperingatkan, bahwa PKT tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan bulan sebagai platform serangan.
Pentagon memperingatkan bahwa Amerika Serikat harus meningkatkan upayanya untuk menanggapi ambisi Partai Komunis Tiongkok di bidang luar angkasa.
“Kita sedang berada pada momen kritis dalam sejarah”, kata Troy Meink, Wakil Direktur National Reconnaissance Office (NRO) dalam sebuah seminar bulan lalu.
“Untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade, kepemimpinan Amerika Serikat dalam bidang teknologi luar angkasa telah mendapat tantangan”, tambah Troy Meink. “Pesaing kita secara aktif mencari cara untuk mengancam kemampuan kita, itu adalah hal yang bisa kita lihat setiap harinya,” ujarnya.
Kantor Pengintaian Nasional (NRO) Amerika Serikat akan meluncurkan sistem satelit pencitraan generasi terbarunya pada 19 Mei. Ini akan menjadi peluncuran pertama satelit multi-arsitektur baru NRO (arsitektur proliferasi).
Kantor NRO menyebutkan bahwa tujuan peluncuran dari pihaknya adalah untuk melipatgandakan jumlah pesawat ruang angkasa di orbit, dan dengan teknologi baru yang dibawa pada satelit, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pengumpulan intelijen sebanyak 10 kali lipat lebih besar dari yang ada saat ini. (sin)