EtIndonesia. Baru-baru ini, dokumen yang ditemukan pada jenazah seorang tentara Korea Utara di Kursk memberikan wawasan berharga tentang pengalaman tempur tentara Korea Utara dalam perang modern.
Menurut laporan, barang-barang milik tentara Korea Utara tersebut mencakup beberapa dokumen penting yang memuat rangkuman pengalaman tempur Brigade ke-94 Korea Utara, catatan komunikasi dengan komando Rusia, dan rincian tugas harian mereka. Salah satu dokumen yang paling menonjol adalah “Pengalaman dan Pelajaran Tempur Brigade ke-94”, yang secara rinci mencatat pengalaman dan kesimpulan yang diperoleh tentara Korea Utara dalam kerja sama mereka dengan tentara Rusia. Selain itu, catatan pertemuan dengan komando Pasukan Lintas Udara Rusia mengungkapkan komunikasi erat dalam strategi perang antara kedua pasukan.
Tentara Korea Utara menunjukkan semangat juang yang tinggi dalam pertempuran. Dokumen tersebut menekankan bahwa meskipun menghadapi musuh yang dilengkapi dengan perlengkapan canggih, keyakinan yang teguh dapat membantu mengatasi kekurangan dalam perlengkapan dan meraih kemenangan. Dalam kerja sama dengan Pasukan Lintas Udara Rusia, tentara Korea Utara menunjukkan kemampuan untuk mempertahankan daya tempur mereka meskipun berada di bawah ancaman tembakan artileri musuh dan serangan drone.
Dalam dokumen tersebut disebutkan bahwa meskipun musuh menggunakan drone bunuh diri dan serangan artileri berat untuk menghantam posisi mereka, tentara Korea Utara tetap menunjukkan semangat tempur yang luar biasa dan berhasil merebut kembali beberapa posisi strategis dengan taktik yang fleksibel. Semangat pengorbanan diri yang ditunjukkan oleh pasukan Korea Utara dianggap sangat cocok dengan taktik tradisional.
Namun, kompleksitas perang modern jauh melampaui model pertempuran tradisional, dan tentara Korea Utara menyadari hal ini selama pertempuran. Terutama penggunaan drone telah membawa perubahan besar dalam cara perang tradisional mereka. Dokumen tersebut menyebutkan bahwa kurangnya pemahaman dan persiapan terhadap taktik drone musuh menyebabkan tentara Korea Utara mengalami kerugian besar akibat serangan drone, terutama dalam hal pengintaian dan serangan, di mana pengumpulan unit kecil menjadi salah satu alasan utama kerugian besar tersebut.
Hal ini tercermin dengan jelas dalam dokumen yang berjudul “Pengalaman dan Pelajaran Tempur Brigade ke-94”. Dalam pertempuran, pasukan Korea Utara gagal secara efektif menghancurkan titik peluncuran drone dan posisi artileri musuh terlebih dahulu, yang menyebabkan banyak korban jiwa. Meskipun mereka dengan cepat menyesuaikan diri dengan membagi pasukan menjadi unit-unit kecil untuk bertempur, mereka tetap tidak sepenuhnya dapat menghindari serangan drone. Dalam perang modern, pelajaran ini menggarisbawahi kenyataan bahwa “terdeteksi drone berarti hancur”, dan tentara Korea Utara tampaknya belum sepenuhnya menyesuaikan diri dengan taktik baru ini.
Kerja sama dengan tentara Rusia, terutama dalam operasi kontra-artileri dan serangan drone, adalah salah satu bagian paling menonjol dari pengalaman tentara Korea Utara. Dalam komunikasi dengan Pasukan Lintas Udara Rusia, dokumen tersebut menyebutkan bahwa operasi kontra-artileri bersama adalah kunci untuk mengurangi kerugian dan memastikan keberhasilan operasi. Selain itu, dalam perintah taktis, pihak Rusia memberikan panduan tentang cara menggunakan pengintaian drone, perang elektronik, dan serangan tembakan.
Meskipun kedua pasukan dapat bekerja sama erat dalam beberapa aspek, tentara Korea Utara juga menunjukkan kekurangan dalam kerja sama ini. Terutama dalam proses pertempuran, evakuasi korban dan dukungan logistik menjadi masalah karena komunikasi yang kurang lancar antara kedua belah pihak. Meskipun Rusia memberikan dukungan logistik, kondisi pertempuran yang cepat berubah membuat evakuasi korban menjadi kurang efisien, sehingga menyebabkan korban yang tidak perlu. Pelajaran ini menunjukkan bahwa dalam pertempuran, organisasi logistik yang efisien dan evakuasi korban merupakan faktor kunci bagi keberhasilan pertempuran.
Kinerja tentara Korea Utara dalam pertempuran mencerminkan kemampuan mereka untuk beradaptasi dengan cepat dalam perang modern. Meskipun awalnya mereka mengalami kesulitan dalam menghadapi drone dan artileri modern, dokumen tersebut menyatakan bahwa komandan tingkat dasar tentara Korea Utara memiliki kemampuan belajar yang kuat dan dapat dengan cepat menyimpulkan pengalaman serta mengusulkan solusi. Sebagai contoh, setelah menyadari ancaman drone musuh, mereka segera menyesuaikan taktik dengan membagi pasukan menjadi unit kecil untuk mengurangi korban jiwa, serta meningkatkan kemampuan melawan drone.
Sementara itu, juru bicara Angkatan Darat Ukraina, Letkol Chepurnyi, dalam wawancara dengan “Politico” menyatakan bahwa tentara Korea Utara, begitu menyadari kemungkinan akan ditangkap, sering memilih untuk bunuh diri, menunjukkan semangat tempur yang teguh dan sikap pantang menyerah. Tentara Korea Utara yang muda, energik, dan penuh semangat dengan fisik yang kuat, bertempur dengan gagah berani di medan perang, terutama unggul dalam menggunakan senjata ringan, serta memiliki kedisiplinan yang tinggi yang memenuhi semua syarat seorang infanteri yang hebat.
Sebagai catatan, tidak semua tentara Korea Utara bersedia menerima nasib menjadi “umpan meriam”. Akun X “rainbow7852” mengungkapkan bahwa tiga tentara Korea Utara membunuh lima tentara Rusia di desa besar Soldatskoye, Kursk, sebelum melarikan diri. Saat ini, mereka masih dalam pelarian, dan ada spekulasi bahwa mereka mungkin membawa selebaran dan mencoba menyeberangi perbatasan ke Ukraina. (jhn/yn)