Tiongkok Dilanda Tren “Gaya Hidup Miskin”, Anak Muda Mulai Berlomba Hidup Irit

EtIndonesia. Setelah pandemi, ekonomi Tiongkok melemah, daya beli masyarakat menurun, dan setelah tren penurunan konsumsi, kini muncul fenomena baru di mana orang-orang mulai menjalani “konsumsi ekstrim hemat”. Bahkan, di internet, muncul tren di mana orang-orang berlomba-lomba untuk menunjukkan siapa yang paling hemat atau “paling miskin”.

Pendapatan rumah tangga di Tiongkok semakin tergerus oleh cicilan rumah, biaya pendidikan, dan biaya kesehatan. Sementara itu, pekerja berusia di atas 35 tahun kesulitan mendapatkan pekerjaan, sehingga pola konsumsi masyarakat pun berubah.

Dari karyawan bergaji RMB.30.000 yang berebut membeli makanan kotak seharga RMB.12 , hingga kelas menengah yang kini berburu tiket pesawat murah dan berbelanja di platform diskon seperti Pinduoduo. 

Seorang netizen bercanda, “Dulu orang pamer kekayaan, sekarang pamer seberapa hemat mereka.” Yang lain berkomentar, “Meskipun tidak bisa menghasilkan uang banyak, setidaknya sudah berusaha. Setidaknya, saya sudah lelah bekerja.”

Beberapa orang mulai menggunakan sabun murah, berhenti menggunakan kartu kredit, bahkan hanya makan dua kali sehari. Mereka menjilat tutup yogurt agar tidak ada yang tersisa, pergi ke toilet umum bersama-sama untuk menghemat air, duduk di McDonald’s hanya untuk menikmati AC, serta menggunakan ponsel lebih dari lima tahun.

Penurunan konsumsi ini mempercepat gelombang penutupan toko fisik.

Seorang netizen berkomentar, “Jika situasi ini terus berlangsung dua tahun lagi, seluruh jalan hanya akan dipenuhi apotek dan kantor jasa kurir. Sekarang, banyak toko yang sudah berdiri puluhan tahun berubah menjadi tempat penyimpanan barang. Para pemilik toko harus menutupi biaya operasional sendiri, bahkan mengambil pinjaman, tetapi setelah bekerja keras sepanjang tahun, ternyata tidak ada keuntungan. Untuk apa bertahan? Akhirnya, mereka memilih untuk menutup usaha, merumahkan karyawan, dan mencari pekerjaan lain.”

Pengamat politik, Lan Shu, mengatakan, “Ketika seorang pekerja dengan gaji tahunan RMB.30.000 berebut membeli makanan kotak RMB.12, ini bukan hanya masalah berhemat. Masalah utamanya adalah mereka tidak optimis dengan kondisi ekonomi enam bulan atau satu tahun ke depan. Ini menunjukkan bahwa masyarakat Tiongkok sudah menyadari bahwa ekonomi akan mengalami ‘musim dingin’ berkepanjangan. Bisa dibilang, mereka sedang menunggu tanpa harapan. Mereka menekan konsumsi hingga ke tingkat minimum dan menyimpan uang untuk menghadapi kemungkinan buruk di masa depan.”

Sementara itu, anggaran militer PKT meningkat 7,2%, belanja pengamanan tetap tinggi, tetapi menu makanan untuk pengamanan dalam pertemuan politik “Dua Sesi” di Beijing justru minim, yang memicu perdebatan.

Para ahli menilai bahwa kesulitan ekonomi dan ketidakseimbangan kebijakan semakin memperlebar kesenjangan sosial. (Hui)

Sumber : NTDTV.com 

FOKUS DUNIA

NEWS