AS Serang Pemberontak Yaman, Houthi Mengklaim Targetkan Kapal Induk AS

EtIndonesia. Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada 15 Maret memerintahkan serangan terhadap pemberontak Yaman, kelompok Houthi. Sehari setelahnya, pada 16 Maret, kelompok Houthi mengklaim telah mengunci target serangan terhadap gugus tempur kapal induk AS yang berada di Laut Merah.

Pejabat AS mengatakan bahwa tidak ada satu pun drone Houthi yang berhasil mendekati kapal induk, karena semuanya telah ditembak jatuh.

Kelompok Houthi, yang didukung oleh Iran, mengklaim bahwa mereka telah menembakkan 18 rudal dan meluncurkan 1 drone ke arah kapal induk USS Harry S. Truman beserta kapal pengawalnya.

Juru bicara kelompok Houthi, yang juga dikenal sebagai Gerakan Pemuda (Huthi), sebelumnya menyatakan bahwa militer AS pada 15 Maret telah menyerang ibu kota Yaman yang dikuasai Houthi, Sanaa, serta Kota Saada dan Al-Bayda, mengakibatkan sedikitnya puluhan orang tewas.

Menurut Kementerian Kesehatan yang dikendalikan Houthi, serangan udara AS tersebut menewaskan setidaknya 53 orang.

Selama perang di Gaza berlangsung, kelompok Houthi telah melancarkan puluhan serangan drone dan rudal terhadap kapal-kapal yang melintasi Laut Merah dan Teluk Aden, dengan alasan mendukung Palestina.

Pada 15 Maret, Trump menulis di media sosial bahwa kelompok Houthi telah menjadi ancaman bagi pelayaran di Laut Merah dan berjanji akan menggunakan kekuatan mematikan yang luar biasa hingga tujuan tercapai.

Seorang pejabat AS mengatakan kepada Reuters bahwa pada 16 Maret, jet tempur AS telah menembak jatuh 11 drone Houthi, yang tidak ada satupun yang berhasil mendekati USS Truman. Selain itu, AS juga melacak satu rudal yang jatuh di perairan Yaman, tetapi rudal tersebut tidak menimbulkan ancaman.

Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth, dalam wawancaranya dengan program Sunday Morning Futures di Fox News, mengatakan: “Selama kelompok Houthi masih menyerang kapal-kapal AS, kami akan terus menargetkan drone mereka. Serangan ini akan terus berlangsung sampai mereka berhenti.”

Ini merupakan operasi militer terbesar yang dilakukan AS di Timur Tengah sejak Trump menjabat pada Januari tahun ini. Seorang pejabat AS mengungkapkan bahwa operasi ini kemungkinan akan berlangsung selama beberapa minggu ke depan. (jhn/yn)

FOKUS DUNIA

NEWS