EtIndonesia. Seorang jurnalis dari The Epoch Times akan menerima penghargaan tertinggi dalam pelaporan media massa pada April tahun ini, sebagai pengakuan atas upayanya mengungkap praktik pengambilan organ paksa yang dilakukan rezim Tiongkok terhadap tahanan yang dipenjara karena keyakinan mereka.
Jurnalis Eva Fu, yang baru-baru ini meliput di New York dan Washington, telah dipilih oleh Dewan Komunikator Keagamaan (Religion Communicators Council, RCC) yang berbasis di New York untuk menerima Penghargaan Wilbur 2025 (The Wilbur Award).
Penghargaan Wilbur, yang telah diberikan setiap tahun sejak 1949, merupakan penghargaan tertinggi RCC. Dalam siaran pers pada 14 Maret, RCC menyatakan bahwa penghargaan ini diberikan kepada media non-religius yang menghasilkan karya luar biasa dalam menyebarkan isu-isu agama, nilai-nilai keagamaan, dan topik terkait.
Para juri telah meninjau berbagai laporan dari lembaga berita di seluruh dunia, termasuk serial investigasi Eva Fu yang berjudul: “Membunuh Demi Organ: Rahasia Kejam yang Tak Ingin Diungkap Beijing” (Killing the Faithful for Organs: The Brutal Secret Beijing Doesn’t Want Exposed).”
Dalam surat balasannya kepada panitia penghargaan, Eva Fu menjelaskan mengapa dia begitu gigih melaporkan isu ini:
“Saat ini, banyak orang yang membutuhkan transplantasi organ bepergian ke Tiongkok untuk menjalani operasi karena waktu tunggu di sana sangat singkat dan mencurigakan.
“Tetapi, berapa banyak dari mereka yang sadar bahwa organ yang akan ditransplantasikan kepada mereka berasal dari tahanan yang dipenjara karena keyakinan mereka? Saya yakin hanya sedikit orang yang mengetahuinya.”
Pengambilan Organ Paksa: Rahasia Gelap PKT yang Dijaga Ketat
Praktik pengambilan organ paksa (forced organ harvesting) telah menjadi rahasia yang dijaga ketat oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT).
Investigasi The Epoch Times mengungkap bahwa organ-organ sehat yang digunakan dalam operasi transplantasi di Tiongkok sering kali berasal dari tahanan yang ditahan secara ilegal, terutama praktisi Falun Gong.
Falun Gong, juga dikenal sebagai Falun Dafa, adalah latihan meditasi spiritual yang berlandaskan prinsip “Sejati, Baik, dan Sabar” (Zhen, Shan, Ren). Sejak diperkenalkan ke publik pada tahun 1992, Falun Gong menjadi target kampanye penghapusan brutal oleh PKT, baik di dalam maupun di luar Tiongkok.
Selain praktisi Falun Gong, korban lainnya termasuk kelompok minoritas yang dipersekusi, seperti:
– Etnis Uighur
– Orang Tibet
– Muslim dan Kristen yang dipenjara oleh rezim
Eva Fu menegaskan bahwa PKT berusaha keras untuk menyembunyikan kebenaran ini dari dunia, tetapi dia bertekad untuk terus mengungkap pelanggaran hak asasi manusia yang mengejutkan ini.
Jasper Fakkert, Pemimpin Redaksi The Epoch Times, menyampaikan ucapan selamat kepada Eva Fu atas penghargaan tersebut: “Penghargaan ini merupakan pengakuan tinggi terhadap upaya investigasi The Epoch Times dalam mengungkap kekejaman pengambilan organ paksa oleh rezim PKT. Eva, serta tim jurnalis kami, akan terus menyoroti kejahatan ini hingga dunia menyadarinya.”
Penghargaan Wilbur 2025 dan Maknanya
Penghargaan Wilbur tahun ini akan diberikan kepada 20 lembaga media massa, yang masing-masing telah menerbitkan karya luar biasa pada tahun 2024 dengan tema utama agama dan kepercayaan.
Juri memilih pemenang dari berbagai kategori, termasuk:
– Media cetak dan digital
– Buku
– Podcast
– Siaran radio dan televisi
– Film dokumenter
Para pemenang akan menerima penghargaan mereka pada 25 April 2025 dalam jamuan penghargaan di Salt Lake City, Utah, yang akan diadakan di pusat konferensi Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir (The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints).
Teresa Faust, Ketua Dewan Komunikator Keagamaan (RCC), mengajak para jurnalis untuk menghadiri acara tersebut: “Saya mendorong semua profesional media untuk menghadiri penghargaan Wilbur, karena ini adalah perayaan terhadap kisah-kisah inspiratif yang disampaikan oleh para komunikator terbaik di dunia saat ini.”
Koordinator kompetisi Wilbur, Brad Pomerance, juga mengapresiasi kualitas laporan tahun ini: “Saya sangat terkesan dengan karya-karya peserta tahun ini. Laporan mereka tentang isu-isu keagamaan tidak hanya mendalam tetapi juga berupaya untuk membangun pemahaman dan koneksi antar komunitas.”
“Mereka mencerminkan tema utama konferensi kami tahun ini, yaitu ‘Mempromosikan Kolaborasi melalui Komunikasi’, yang menunjukkan betapa pentingnya komunikasi dalam menjembatani berbagai kelompok masyarakat.”
Penghargaan Wilbur sendiri dinamai sesuai dengan nama Marvin C. Wilbur, seorang pelopor di bidang hubungan masyarakat keagamaan. Dia adalah pemimpin RCC selama bertahun-tahun dan mantan eksekutif Gereja Presbiterian yang berbasis di Kentucky, AS.
Mengapa Ini Penting?
Penghargaan ini mengukuhkan posisi The Epoch Times sebagai salah satu media terdepan yang secara aktif mengungkap kejahatan hak asasi manusia di Tiongkok, khususnya dalam praktik pengambilan organ paksa oleh PKT.
Selain itu, penghapusan paksa organ tahanan politik, termasuk praktisi Falun Gong dan kelompok minoritas lainnya, merupakan salah satu kejahatan kemanusiaan terbesar abad ini, yang hingga kini masih berlangsung secara sistematis di Tiongkok.
Dengan kemenangan Eva Fu di Penghargaan Wilbur 2025, diharapkan kesadaran internasional akan kekejaman ini semakin meningkat, serta semakin banyak negara dan organisasi yang akan menekan Beijing untuk menghentikan praktik tidak manusiawi ini.(jhn/yn)