Pemilu Polandia: Kubu Konservatif Menang, Dekat dengan Trump, Tolak Ukraina Gabung NATO

EtIndonesia. Hasil resmi pemilu presiden Polandia diumumkan pada 2 Juni. Karol Nawrocki, seorang sejarawan nasionalis yang juga mantan petinju amatir dan dikenal peduli terhadap isu kejahatan dunia hitam, keluar sebagai pemenang.

Komisi Pemilihan Nasional Polandia menyatakan bahwa setelah seluruh suara dihitung, Nawrocki memenangkan putaran kedua dengan perolehan 50,89% suara, mengalahkan rivalnya, Rafał Trzaskowski, yang mendapatkan 49,11%. Kemenangan tipis ini memperlihatkan betapa terpolarisasinya lanskap politik Polandia saat ini.

Nawrocki didukung oleh Partai Hukum dan Keadilan (Law and Justice Party), partai sayap kanan yang pernah memimpin pemerintahan dari tahun 2015 hingga 2023.

Berusia 42 tahun, Nawrocki memiliki gelar doktor dalam bidang sejarah dan pernah menjabat sebagai Direktur Institut Peringatan Nasional Polandia—lembaga yang menyelidiki kejahatan era Nazi dan komunisme. Dia dikenal menentang integrasi mendalam dengan Uni Eropa, mengedepankan kedaulatan nasional, nilai-nilai Katolik tradisional, dan secara terbuka menuduh Jerman ikut campur dalam urusan dalam negeri Polandia. Dia bahkan menuntut agar Jerman membayar kompensasi atas kerusakan akibat Perang Dunia II.

Dekat dengan Trump, Menentang Ukraina Gabung NATO

Nawrocki memiliki hubungan erat dengan Presiden AS, Donald Trump. Sebelum pemilu, dia bahkan sempat mengunjungi Gedung Putih untuk bertemu langsung dengan Trump. Dalam pertemuan itu, Trump dilaporkan berkata padanya: “Kau akan menang.” 

Menteri Keamanan Dalam Negeri AS, Kristi Noem, turut menyatakan dukungan untuk Nawrocki dalam sebuah konferensi konservatif di Polandia. Hal ini memicu kritik dari sebagian anggota parlemen Polandia yang menuduh Trump ikut campur dalam pemilu.

Slogan kampanyenya adalah: “Polandia Nomor Satu, Orang Polandia yang Utama.”

Dia menyatakan akan terus mendukung Ukraina dalam menghadapi invasi Rusia, namun secara bersamaan mengkritik pemerintah karena memberikan terlalu banyak bantuan kepada pengungsi perang.

Dalam video kampanye bulan April lalu, Nawrocki mengatakan: “Bantuan sosial harus diberikan pertama-tama untuk warga Polandia. Dalam antrean pelayanan medis, warga Polandia harus mendapat prioritas.”

Pada bulan Mei, dia menyatakan bahwa Ukraina “tidak menunjukkan rasa terima kasih” atas pengorbanan Polandia dan bahkan menyebut Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, “sombong dan tidak sopan.” Dia juga menolak Ukraina menjadi anggota NATO, mempertanyakan manfaat jangka panjang dari dukungan tanpa batas bagi Kyiv.

Nawrocki mengagumi kepemimpinan Donald Trump, dan pernah mengatakan bahwa Polandia seharusnya memfokuskan diri pada membentuk dan memimpin hubungan Eropa dengan Trump.

Dampak terhadap Uni Eropa dan Kebijakan Regional

Sikap politik Nawrocki yang keras kemungkinan besar akan mempengaruhi arah kebijakan Uni Eropa, khususnya terkait Ukraina dan pengungsi. Dia menyerukan penutupan perbatasan dengan Jerman dan menolak kebijakan kesejahteraan untuk pencari suaka.

Pendekatan ini sangat bertolak belakang dengan Perdana Menteri saat ini, Donald Tusk, yang menganut garis pro-Uni Eropa dan pro-Ukraina. Sebagai presiden, Nawrocki diperkirakan akan sering menggunakan hak veto untuk menggagalkan rencana reformasi yudisial, pengesahan UU aborsi, serta perluasan hak-hak LGBT yang didorong oleh pemerintahan Tusk.

Efek Geopolitik dan Reaksi Pasar

Kemenangan Nawrocki dipandang sebagai titik balik besar dalam hubungan antara Polandia dan Uni Eropa. Uni Eropa sebelumnya berharap bahwa di bawah kepemimpinan Donald Tusk, Polandia akan kembali menjadi bagian dari arus utama Eropa, yang memungkinkan pencairan dana miliaran euro yang sempat dibekukan terkait sengketa reformasi hukum. Namun, dengan presiden baru yang berpotensi memblokir agenda tersebut, jalan rekonsiliasi mungkin akan tertunda.

Meski kekuasaan presiden di Polandia lebih bersifat simbolis dibandingkan perdana menteri, peranannya dalam memveto undang-undang dan menjadi simbol diplomasi negara tetap signifikan. Kemenangan Nawrocki menandai bangkitnya kembali kekuatan nasionalis dan anti-kemapanan di Eropa Tengah, serta memperlihatkan bahwa gelombang konservatisme masih terus menguat di benua Eropa.(jhn/yn)

FOKUS DUNIA

NEWS