Boeing sempat mengalami kebangkitan tahun ini karena investor kembali optimis setelah reputasi perusahaan terpukul selama bertahun-tahun. Namun, saham Boeing anjlok lebih dari 4 persen setelah kecelakaan pesawat Air India kembali membangkitkan kekhawatiran terhadap masalah keamanan dan produksi
EtIndonesia. Sebuah Boeing 787-8 Dreamliner tujuan London, Inggris, yang membawa 242 penumpang dan awak jatuh tak lama setelah lepas landas dari Ahmedabad, India.
Rekaman yang diunggah di media sosial menunjukkan pesawat yang penuh bahan bakar tersebut meledak menjadi bola api beberapa menit setelah lepas landas. Pejabat melaporkan setidaknya 240 orang tewas.
Presiden dan CEO Boeing, Kelly Ortberg, mengonfirmasi bahwa perusahaan tengah berkomunikasi dengan pihak maskapai dan “siap mendukung investigasi.”
“Belasungkawa terdalam kami sampaikan kepada keluarga penumpang dan awak Air India Penerbangan 171, serta semua orang yang terdampak di Ahmedabad,” kata Ortberg dalam sebuah pernyataan.
Air India menerima pesawat Boeing 787 pertamanya pada September 2012. Sejak itu, perusahaan tersebut telah memesan ratusan pesawat Boeing baru dan layanan pendukungnya.
Kecelakaan ini kembali memicu kekhawatiran soal keselamatan penerbangan Boeing.
Selama beberapa tahun terakhir, perusahaan telah menghadapi berbagai penyelidikan federal dan aduan dari pelapor internal (whistleblower) terkait beberapa kecelakaan dan insiden yang melibatkan model Boeing 737.
Administrasi Penerbangan Federal AS (FAA) bahkan melarang terbang pesawat Boeing 737 MAX selama bertahun-tahun setelah dua kecelakaan fatal.
Reputasi Boeing juga kembali tercoreng ketika NASA menemukan bahwa, karena masalah teknis, terlalu berisiko menggunakan wahana antariksa Boeing untuk memulangkan dua astronaut dari Stasiun Luar Angkasa Internasional. Hal ini memaksa NASA bergantung pada SpaceX milik Elon Musk.
Tahun lalu, Ortberg mengumumkan rencana empat tahap untuk memulihkan operasi dan citra perusahaan kedirgantaraan raksasa tersebut. Boeing juga menyoroti adanya peningkatan standar keamanan dan manufaktur di fasilitas-fasilitas produksinya.
Strategi tersebut telah meningkatkan sentimen positif di kalangan investor dan analis pasar, dengan saham Boeing naik hampir 19 persen sepanjang tahun ini.
Pada April lalu, Boeing merilis laporan keuangan kuartal pertama, mencatat kerugian bersih yang lebih kecil, pendapatan yang lebih tinggi, dan peningkatan pengiriman pesawat.
Menurut data dari MarketBeat, saham Boeing masih mendapat peringkat “Buy” (Layak Beli) secara keseluruhan, dengan proyeksi kenaikan harga saham sebesar 2,5 persen dalam 12 bulan ke depan.
Apa yang Telah Diketahui
Flightradar, pemantau lalu lintas udara secara real-time, mengatakan bahwa data awal jalur penerbangan menunjukkan pesawat Air India mencapai ketinggian barometrik maksimum 625 kaki (bandara berada pada ketinggian sekitar 200 kaki), dan kemudian mulai menurun dengan kecepatan vertikal -475 kaki per menit.
Flightradar kemudian memverifikasi bahwa pesawat tersebut menggunakan seluruh panjang landasan dan mundur hingga ke ujung landasan sebelum memulai akselerasi untuk lepas landas.
Pihak berwenang telah meluncurkan investigasi untuk mengetahui penyebab kecelakaan.
Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS (NTSB) mengonfirmasi di platform X bahwa mereka akan memimpin “tim penyelidik AS yang akan berangkat ke India untuk membantu Biro Investigasi Kecelakaan Pesawat India.”
Dalam video pernyataan di media sosial, CEO Air India, Campbell Wilson, menyampaikan duka mendalam atas peristiwa tersebut.
“Ini adalah hari yang berat bagi kami semua di Air India, dan saat ini fokus kami sepenuhnya pada kebutuhan para penumpang, awak, keluarga, dan orang-orang tercinta mereka,” kata Wilson.
“Kami mengerti bahwa banyak orang ingin tahu lebih lanjut, dan kami berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat dan tepat waktu sesegera mungkin.”
Air India telah mengatur beberapa penerbangan bantuan bagi keluarga penumpang dan staf yang menjadi korban. (asr)
Sumber : Theepochtimes.com