EtIndonesia. Di kedalaman 21 meter bawah laut di Teluk Mecklenburg, Jerman, para ilmuwan menemukan struktur tembok kuno sepanjang 971 meter, terdiri dari lebih dari 1.600 batu yang tersusun rapi. Struktur yang dinamai “Blinkerwall” ini diperkirakan telah berusia lebih dari 8.500 tahun, dan bisa jadi merupakan salah satu bangunan perburuan terbesar dan tertua dalam sejarah umat manusia.
Penemuan ini mengguncang dunia arkeologi. Sebab di wilayah Eropa Tengah, struktur dari Zaman Batu Tua sangat jarang bertahan karena aktivitas manusia modern dan perubahan lingkungan yang masif. Namun, perairan Laut Baltik—yang terbentuk oleh proses glasial dan mengalami fluktuasi drastis permukaan laut—berfungsi layaknya kapsul waktu alami. Para peneliti menduga bahwa Blinkerwall dibangun pada awal periode Holosen oleh komunitas pemburu-pengumpul yang bermigrasi di wilayah pasca-gletser, dengan tujuan utama menggiring dan memburu hewan besar seperti rusa kutub (reindeer).
Struktur dinding ini tersusun sangat teratur, terdiri dari 1.673 batu dengan tinggi sebagian besar kurang dari 1 meter dan berat berkisar dari puluhan hingga ratusan kilogram. Bentuk dan pola penyusunan seperti ini tidak mungkin terjadi secara alami—tidak bisa dijelaskan oleh gerakan gletser, arus sungai, maupun gelombang laut. Yang lebih mencengangkan, batu-batu terbesar ditemukan pada titik-titik pemutusan dinding, seolah-olah sengaja ditempatkan untuk mengarahkan atau menghalangi pergerakan hewan. Hal ini memperkuat bukti bahwa Blinkerwall adalah struktur buatan manusia.
Analisis sedimen dasar laut dan data geologis menunjukkan bahwa tembok ini dibangun sebelum permukaan laut naik, lebih dari 8.500 tahun yang lalu, sebelum akhirnya terendam akibat fenomena “invasi Littorina”—kenaikan permukaan laut yang terjadi pada zaman Holosen. Letak tembok ini pun sejajar dengan garis pantai kuno, di area yang diduga menjadi jalur migrasi hewan seperti rusa kutub.
Desain serupa telah ditemukan di wilayah lain di dunia, yang paling terkenal adalah situs Drop 45 di dasar Danau Huron, kawasan Great Lakes Amerika Utara. Kedua situs memiliki banyak kesamaan: terletak di lereng datar dekat danau atau rawa, memiliki jalur batu yang berfungsi sebagai koridor penggiring hewan, dan dibangun di lokasi strategis yang tidak terlalu tinggi namun cukup terbuka. Karakteristik ini semakin memperkuat teori bahwa Blinkerwall merupakan bagian dari sistem perburuan prasejarah.
Tim peneliti menekankan, membangun struktur sepanjang hampir satu kilometer di kawasan utara Jerman yang kala itu sangat jarang penduduk, adalah bukti nyata akan kerja sama kolektif dalam skala besar demi kelangsungan hidup. Diperkirakan, satu komunitas pemburu-pengumpul saat itu hanya terdiri dari sekitar 40–45 orang, dengan total populasi regional hanya sekitar seribu jiwa. Dalam budaya yang berpindah-pindah dan belum mengenal pemukiman permanen, pembangunan struktur sebesar ini sangatlah langka. Apakah ini mengindikasikan adanya bentuk kerja sama kelompok secara berkala, sistem penggunaan wilayah berbagi, atau bahkan konsentrasi sumber daya secara musiman? Para ilmuwan masih menelusuri jawabannya.
Lebih dari sekadar prestasi teknis, Blinkerwall mencerminkan pemahaman mendalam manusia Zaman Batu terhadap lanskap dan ekosistem di sekitarnya. Struktur ini melintasi rentang waktu hampir sepuluh milenium, menyampaikan kisah kehidupan setelah zaman es dengan keutuhan yang luar biasa. Ia menjadi saksi bisu hubungan harmonis—dan sekaligus penuh tantangan—antara manusia purba dan alam liar, di masa ketika rusa kutub melintasi hamparan tundra yang kini tertutup laut.
Dengan penyelidikan lebih lanjut terhadap fungsi, usia, dan konteks tembok ini, Blinkerwall berpotensi mengubah cara pandang kita terhadap kehidupan prasejarah di Eropa. Dia bukan sekadar peninggalan kelompok kecil nomaden yang hidup dari hari ke hari, tetapi menunjukkan bahwa manusia kala itu mampu merencanakan proyek kolosal, memahami pola migrasi hewan, dan mengorganisir diri untuk mengejar strategi perburuan yang kompleks. Dan kini, kita seolah berdiri di tepian sejarah yang membeku, memandang batu-batu bisu yang menyimpan rahasia tentang masa lalu yang masih jauh dari kata selesai.(jhn/yn)