Bocoran Dokumen Internal : Guangdong Sedang Bersiap untuk Perang dan Memperkuat Logistik Militer

oleh Gu Xiaohua, Gu Jinger

Saat situasi tegangnya hubungan dengan Amerika Serikat masih berlanjut, baru-baru ini, Epoch Times memperoleh dokumen rahasia internal. Isinya mengungkapkan bahwa otoritas Guangdong sedang memperkuat persiapan militer. Pihak berwenang tidak hanya memanfaatkan perusahaan swasta untuk melayani militer, tetapi juga sedang melakukan persiapan anti-serangan udara.

Bocoran Dokumen Internal : Perusahaan Teknologi Tinggi Nasional di Guangdong Beralih Status dari Swasta ke Militer

Epoch Times mendapatkan dokumen internal yang diberi judul ‘Laporan tentang Ringkasan Kerja Pengembangan Integrasi militer – sipil pada tahun 2020 dan Perencanaan Kerja pada tahun 2021’ yang dikeluarkan oleh Kantor Komite Pengembangan Integrasi Militer-Sipil dari Komite Partai Kota Jieyang di Guangdong. 

Dokumen tersebut membocorkan berita tentang Guangdong Jiqing Cable Industry Co., Ltd. sekarang sedang menghadapi kebangkrutan setelah mengubah statusnya menjadi perusahaan militer – sipil.

Dikaji dari dokumen tersebut, tampaknya Jiqing Cable yang menjadi perusahaan militer – sipil merupakan bagian dari tugas integritas militer – sipil yang dilakukan pihak berwenang pada tahun 2020. 

Menurut dokumen itu, tujuan dari langkah ini adalah menggunakan teknologi canggih sipil untuk ikut membangun pertahanan nasional, sehingga senantiasa tanggap menghadapi situasi darurat dan masa perang.

Namun demikian, dokumen tersebut juga mengungkapkan bahwa Jiqing Cable menghadapi dilema kebangkrutan. 

Menurut dokumen tersebut, Jiqing Cable pada paro awal tahun lalu tidak berproduksi karena terdampak epidemi dan menghadapi kebangkrutan. Perusahaan terus berupaya keras mengumpulkan dana modal guna mengatasi kesulitan sesegera mungkin. Saat ini perusahaan berada dalam situasi setengah berhenti produksi.

Dilaporkan bahwa perusahaan Jiqing Cable yang berlokasi di Zona Pengembangan Teknologi Tinggi Kota Jieyang didirikan pada tahun 1980. Jiqing merupakan perusahaan yang dikategorikan sebagai perusahaan berteknologi tinggi nasional di Provinsi Guangdong. 

Ia juga termasuk yang digolongkan sebagai perusahaan yang memiliki teknologi tingkat provinsi, dan menjadi Pusat R&D Teknologi Rekayasa.

Reporter Epoch Times mencoba untuk melakukan kontak lewat telepon dengan perusahaan Jiqing Cable untuk menanyakan ikhwal status perusahaan saat ini dan layanan perusahaan kepada militer. Pria yang menjawab telepon mengatakan bahwa dia tidak tahu dan memberikan nomor telepon kantor kepada reporter, tetapi tidak ada yang menjawab panggilan. Reporter kemudian menelepon ke nomor yang berbeda, tetapi wanita yang menjawab telepon mengatakan bahwa ini adalah departemen penjualan, ia mengklaim dirinya tidak dapat menjawab pertanyaan reporter, jadi tidak nyaman untuk mengatakannya.

Pada tahun 2013, Xi Jinping telah mencanangkan strategi integrasi dan pembangunan bersama militer – sipil. Pada Maret 2016, Xi meningkatkan strategi ini menjadi strategi nasional. Tujuan dari integrasi militer – sipil ini adalah memanfaatkan sumber daya, teknologi, dan modal sipil, atau menggunakan identitas sipil untuk mencuri teknologi asing demi tujuan memperkuat militer komunis Tiongkok.

Otoritas Guangdong Menggali Sumber Daya Bernilai Militer, “Bersiap Menghadapi Perang” Telah Menjadi Salah Satu Tugas dari Perusahaan di Berbagai Bidang Industri

Dalam bab Rencana Kerja Tahun 2021 dari laporan Kementerian SDM Urusan Militer, terungkap bahwa pihak berwenang secara aktif menandatangani perjanjian menyangkut rencana pengumpulan dan penyimpanan peralatan umum. Maksudnya untuk keperluan militer dan sipil dengan perusahaan sipil lokal, rumah sakit dan lainnya.

Tujuannya adalah membuka kesempatan yang luas kepada badan-badan ini, untuk memasok barang dan layanan yang dibutuhkan militer seperti mesin konstruksi, transportasi dan pemeliharaan kendaraan, perlengkapan keamanan, perlengkapan militer, katering, dukungan bahan bakar, perawatan kesehatan dan lainnya.

Dokumen tersebut mengungkapkan bahwa, salah satu tujuan dari langkah ini adalah untuk memastikan bahwa pasukan melakukan tugas-tugas seperti menangani keadaan darurat dan operasi pertahanan dengan lebih baik.

Dokumen tersebut juga menyebutkan bahwa, pihak berwenang sedang menggali berbagai sumber daya perusahaan yang bernilai militer di wilayahnya. Bahkan, meningkatkan fungsi integrasi militer – sipil agar perusahaan sosial dapat lebih baik dalam melayani keperluan militer dan pertahanan nasional.

Guangdong Sedang Mempersiapkan Perjuangan untuk Anti-Serangan Udara

Dokumen internal tersebut juga mengungkapkan bahwa, pihak berwenang Guangdong saat ini sedang mempersiapkan perjuangan untuk anti-serangan udara.

Menurut dokumen tersebut : “Sesuai dengan kebutuhan situasi baru saat ini, dipandang perlu untuk mendirikan Pusat Komando Pertahanan Udara Sipil Distrik Jiedong”. Selain itu, “untuk memperkuat pembangunan komando dan komunikasi pertahanan udara sipil, meningkatkan kemampuan kesiapsiagaan dalam menghadapi situasi darurat pertahanan udara sipil”. Isi dokumen tersebut menekankan bahwa tujuannya tak lain adalah agar kita mampu berperang dan memenangkan peperangan.

Dokumen itu juga menyebutkan “Ambil persiapan untuk perjuangan anti-serangan udara sebagai panduan, terus mengambil langkah-langkah efektif untuk melakukan pekerjaan dengan baik dalam proyek pertahanan udara sipil dan konstruksi komando pertahanan udara”. 

Pihak berwenang telah mengedarkan lebih dari seratus buah buku panduan berjudul ‘Buku Panduan Sipil Menghadapi Situasi Darurat untuk Pertahanan Udara dan Bencana Alam’.

Pemerintah AS Menjatuhkan Sanksi kepada Perusahaan yang Terlibat dalam Integrasi Militer – Sipil

Beberapa tahun terakhir, strategi integrasi militer – sipil yang diterapkan pemerintah komunis Tiongkok telah membangkitkan kewaspadaan dan perlawanan negara-negara Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat, dan perusahaan swasta yang terlalu dekat dengan pemerintah komunis Tiongkok secara bertahap terkena dampak sanksi AS.

Pada 8 April lalu, Kementerian Perdagangan AS memasukkan tujuh perusahaan Tiongkok yang terkait superkomputer ke dalam daftar hitam kontrol ekspor.

Media ‘Washington Post’ mengatakan bahwa Tianjin Feiteng Information Technology Co., Ltd., dan Shanghai Integrated Circuit Technology and Industry Promotion Center, juga Shenzhen Xinwei Microelectronics Co., Ltd., yang baru dimasukkan ke daftar hitam, karena mereka memiliki hubungan dekat dengan militer komunis Tiongkok.

Ambil contoh Tianjin Feiteng, mikroprosesornya digunakan di superkomputer Pusat Penelitian Aerodinamika (CARDC) Tiongkok. Saat ini, pusat penelitian tersebut sedang mengembangkan senjata hipersonik untuk militer komunis Tiongkok.

Sebelum ini, Amerika Serikat telah berulang kali memberikan sanksi kepada perusahaan yang terkait dengan integrasi militer – sipil komunis Tiongkok.

Sebuah dokumen internal yang diperoleh Epoch Times pada bulan Mei tahun ini mengungkapkan bahwa, pemerintah komunis Tiongkok telah secara diam-diam menghapus informasi yang berkaitan dengan strategi integrasi militer – sipil dari Internet sejak awal perang dagang komunis Tiongkok – AS.

Komentator Li Linyi berpendapat bahwa, tujuan dari komunis Tiongkok diam-diam menghapus informasi yang berkaitan dengan strategi integrasi militer – sipil itu tak lain adalah untuk menyelamatkan perusahaan swasta dari terkena sanksi AS. Agar perusahaan-perusahaan swasta ini dapat melanjutkan pencurian teknologi tinggi asing. Tetapi, praktik-praktik ini sering kali justru menimbulkan kebencian yang lebih besar dari negara lain. (Sin)