oleh Xiao Jing
Kasus pertama Flurona (Flu+Corona) di dunia muncul di Israel. Dimana seorang wanita warga Israel yang sedang hamil terinfeksi virus komunis Tiongkok (COVID-19) dan sekaligus terpapar virus influenza musiman.
Media lokal Israel ‘Hamodia’ melaporkan, wanita yang tidak bersedia disebutkan namanya mengalami gejala infeksi ringan lalu berobat ke Rabin Medical Center di Kota Petah Tikva pada 30 Desember tahun lalu. Pejabat setempat mengatakan bahwa wanita tersebut sekarang berada dalam kondisi baik dan diperkirakan bisa keluar dari rumah sakit pada Kamis (6/1/2022).
“Dia didiagnosis terpapar Flurona segera setelah dia tiba di rumah sakit. Hasil kedua tes itu positif, bahkan setelah kami memeriksanya lagi,” kata Profesor Arnon Vizhnitser, Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi dan Direktur Rumah Sakit Ginekologi.
“Mereka (flu dan COVID-19) adalah jenis penyakit yang sama, yang disebabkan oleh virus dan menyebabkan kesulitan bernapas, karena sama-sama menyerang saluran pernapasan bagian atas,” tambahnya.
Arnon Vizhnitser mengatakan bahwa dia melihat semakin banyak pasien yang terinfeksi virus Flurona. Kedua penyakit infeksi saluran pernapasan ini memiliki gejala yang hampir sama, seperti batuk, sakit tenggorokan, demam, nyeri otot atau tubuh, dan kelelahan.
“Tahun lalu kami tidak melihat kasus influenza pada ibu hamil atau ibu melahirkan, tetapi hari ini yang kami lihat adalah peningkatan kasus virus influenza dan corona,” katanya.
Meskipun kebanyakan orang yang terinfeksi flu akan sembuh dalam beberapa hari atau minggu, ada juga kasus langka yang menunjukkan bahwa virus flu dapat menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa seperti pneumonia, radang jantung (miokarditis), dan kegagalan organ multipel.
Menurut laporan media ‘The Times of Israel’, bahwa seorang wanita hamil berusia 31 tahun meninggal minggu lalu setelah tertular influenza di Yerusalem. Wanita itu melahirkan bayi laki-laki di Hadassah Medical Center melalui operasi caesar, tetapi karena komplikasi pernapasan, dia meninggal tak lama setelah menggunakan ventilator. Menurut laporan, bayi laki-laki saat ini dalam kondisi stabil.
Namun demikian, Elias Mossialos, profesor kebijakan kesehatan di London School of Economics, mengatakan bahwa masyarakat tidak perlu panik tentang apa yang dinamakan ‘Flurona’, meskipun ia mengakui bahwa kita mungkin akan melihat lebih banyak kasus ini terjadi di seluruh dunia.
Ini bukan virus baru. tetapi masalah terpapar secara bersamaan. Contoh itu terjadi pada seorang wanita hamil di Israel, mungkin saja kita akan menjumpai kasus serupa yang terjadi di banyak negara. Demikian tulis Elias Mossialos di Facebook pada 2 Januari 2022.
“Oleh karena itu, vaksinasi influenza diperlukan, terutama bagi mereka yang memiliki kekebalan rendah. Ini yang ditekankan oleh otoritas kesehatan di seluruh dunia, tidak ada alasan untuk panik,” tambah Mossialos.
Israel adalah salah satu negara pertama di dunia yang memperkenalkan paspor vaksin dan vaksinasi wajib. Bulan lalu, pihak berwenang menyetujui suntikan kedua booster vaksin virus komunis Tiongkok (COVID-19) terutama untuk orang dengan sistem kekebalan yang lemah, seperti pasien kanker dan penerima transplantasi organ. Minggu sebelumnya, komite ahli pandemi negara itu mengusulkan suntikan keempat vaksin Pfizer untuk orang dengan kekebalan yang lemah, termasuk para lansia di atas 60 tahun, dan para staf medis.
Kementerian Kesehatan Israel juga segera menyetujui pil virus anti-COVID oral buatan Pfizer, ‘Paxlovid’ pada 27 Desember tahun lalu. Obat ini diminum dua kali sehari selama lima hari berturut-turut dan digunakan dalam kombinasi dengan obat antivirus umum kedua yang disebut ‘Ritonavir’.
Pejabat Israel dan Pfizer menyatakan bahwa obat tersebut harus menjadi tindakan pencegahan bagi pasien COVID-19 dari tingkat ringan hingga sedang untuk mencegah penyakit semakin parah.
Israel telah memesan sekitar 100.000 pil untuk membantu memerangi gelombang baru epidemi yang disebabkan oleh varian Omicron yang lebih menular.
Namun, menurut data resmi, 63,69% warga Israel telah divaksinasi dengan 2 dosis, dan 6,91% penduduk divaksinasi 1 dosis. (sin)