Dalang Operasi “Jaring Laba-laba” Ukraina Terungkap: Mantan DJ Asal Rusia yang Berusia 37 Tahun
Baru-baru ini, Ukraina melancarkan serangan drone bersandi “Jaring Laba-laba” terhadap pangkalan udara Rusia, yang menyebabkan 41 pesawat militer Rusia mengalami kerusakan. Menurut badan intelijen Rusia, seorang mantan DJ berusia 37 tahun bernama Artem Tymofieiev, yang lahir di Ukraina namun menetap dan menjadi warga negara Rusia, diduga sebagai otak di balik serangan tersebut. Media Prancis melaporkan bahwa Ukraina kemungkinan terlebih dahulu merekrut istrinya yang dikenal mendukung militer Ukraina. Saat ini, keberadaan keduanya tidak diketahui.
EtIndonesia. Artem Tymofieiev, yang sebelumnya tidak dikenal publik, pertama kali disebut dalam surat perintah penangkapan yang diterbitkan sehari setelah insiden (2 Juni). Berjanggut dan memiliki alis tebal serta mata besar, fotonya kini tersebar luas di media dan internet Rusia. Ia dijuluki oleh media Rusia sebagai “serigala berbulu domba.”
Begitu informasi tentang Tymofieiev bocor, hal ini memicu kemarahan besar di kalangan petinggi Rusia. Pemerintah Kota Ust-Kut di Rusia timur sempat memposting informasi tersebut namun menghapusnya dua jam kemudian. Namun sudah terlambat, nama tersangka utama dari Moskow itu telah tersebar ke seluruh dunia.
Menurut sumber keamanan Ukraina, rencana serangan dilakukan dengan menyelundupkan drone ke wilayah Rusia terlebih dahulu dan menyembunyikannya di dalam struktur kayu di atas truk. Bagian atas struktur ini kemudian dibuka dari jarak jauh, memungkinkan drone meluncur ke sasaran serangan.
Russian media published a photo of the suspected organizer of the airfield drone attacks, claiming he’s Ukrainian. 37-year-old Artem Tymofieiev allegedly owned the trucks used to launch the drones.
— KyivPost (@KyivPost) June 2, 2025
Russian Telegram channels report that a nationwide alert has been issued for him… pic.twitter.com/yo3aPiAzDW
Pada 1 Juni, sebanyak 117 drone keluar dari truk dan menyerang pangkalan udara Rusia. Setidaknya 13 pesawat tempur Rusia rusak, dan menurut pihak Ukraina, totalnya mencapai 41 pesawat, termasuk pesawat pembom strategis Tu-95, Tu-22, serta pesawat peringatan dini A-50. Ini merupakan kekalahan paling parah dalam sejarah angkatan udara Rusia.
Karena skala operasi “Jaring Laba-laba” sangat besar dan terorganisir rapi, pihak Rusia sejak awal mencurigai adanya keterlibatan orang dalam. Intelijen Rusia menyebut bahwa Tymofieiev kemungkinan memegang peran penting dalam logistik dan komunikasi dalam serangan 1 Juni, dan menyelundupkan drone dengan metode seperti “Kuda Troya.”
Menurut laporan Central News Agency, sebelum serangan terjadi, Tymofieiev menghubungi setiap sopir truk secara terpisah untuk memberitahukan lokasi berhenti yang tepat sepanjang perjalanan. Ia juga merupakan pemilik truk-truk pengangkut drone tersebut. Para sopir yang kini ditahan semuanya memberikan pernyataan serupa: mereka mengira hanya mengangkut struktur kayu untuk bangunan rumah.
Dalam rekaman yang diambil, terlihat para sopir menghentikan truk mereka di pinggiran area target yang sepi. Ledakan kecil membuka atap bak truk, dan drone meluncur dalam kelompok berisi belasan unit menuju pangkalan strategis yang hanya berjarak beberapa ratus meter. Sistem peringatan Rusia tidak sempat merespons, menyebabkan kerugian besar dan mempermalukan militer Rusia.
Artem Tymofieiev yang kini berusia 37 tahun lahir di Ukraina, menikah dengan istrinya pada 2016 dan pindah ke Rusia, menjadi warga negara Rusia pada 2018. Dalam foto yang beredar, ia tampak bertato di lengannya dan memakai kacamata hitam. Ia dikabarkan pernah menjadi DJ, namun pada 2024 tiba-tiba terdaftar sebagai pengusaha transportasi jalan. Intelijen Ukraina disebut sudah mulai merancang serangan besar ini sejak lebih dari setahun yang lalu.
Menurut laporan Le Parisien pada 8 Juni, istri Tymofieiev, Ekaterina Tymofieiev, kemungkinan juga terlibat dalam aksi ini, dan kini menjadi target pengawasan intelijen Rusia.
Le Parisien mengungkapkan bahwa Ekaterina memiliki gelar hukum dan pernah belajar di Universitas Pertahanan Nasional Ukraina. Ia adalah ketua dari sebuah LSM yang mendukung pasukan khusus Kyiv. Pada 2019, ia bahkan sempat mencalonkan diri secara terbuka untuk posisi wakil menteri pertahanan.
Petinggi Rusia menduga bahwa agen intelijen Ukraina pertama-tama merekrut Ekaterina, lalu melalui dirinya menjalin kontak dengan Tymofieiev. Selama seminggu terakhir, keluarga mereka terus-menerus diinterogasi oleh penyelidik Rusia dan menjadi sasaran media.
Nenek Tymofieiev yang tinggal di pinggiran kota berteriak kepada wartawan dari Ria-Novosti:
“Semua orang menanyakan hal ini. Tapi kalian polisi? Saya tidak mau bicara dengan siapa pun, karena kami benar-benar tidak tahu apa-apa.”
Mungkin demi menjaga muka, pihak Moskow mengklaim bahwa tersangka telah ditangkap. Namun Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyatakan bahwa semua pelaku telah meninggalkan Rusia sehari sebelum operasi dimulai dan kini berada dalam kondisi “aman”. (Hui)
Sumber : NTDTV.com
Ukraina Klaim Hancurkan Sepertiga Pesawat Pembom Rusia, Rusia dan Ukraina Berselisih soal Pertukaran Jenazah Prajurit
Pada Minggu (8 Juni), Ukraina menyatakan bahwa dalam serangan drone terbaru, mereka telah menghancurkan sekitar sepertiga pesawat tempur strategis Rusia. Sementara itu, Rusia mengklaim telah merebut sebuah desa lagi di wilayah Ukraina. Di tengah meningkatnya eskalasi perang, kedua belah pihak juga saling menyalahkan terkait pertukaran jenazah prajurit yang gugur.
EtIndonesia. Dalam wawancara dengan ABC News pada Minggu (10/6/2025), Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa militer Ukraina menggunakan drone murah untuk menghancurkan lebih dari 30% pesawat pembom strategis Rusia.
Presiden Zelenskyy: “Kami setidaknya telah menghancurkan sekitar 30% hingga 34% dari pesawat tempur Rusia. Menurut informasi kami, jumlahnya sekitar 41 pesawat, mungkin 42, tapi perhitungan kami menyebut 41 unit.”
Serangan drone ini diketahui memiliki nama sandi “Jaring Laba-laba”, dan menurut laporan, dinas intelijen Ukraina telah mempersiapkannya selama 18 bulan.
Pada Minggu yang sama, Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan bahwa pasukan Rusia telah merebut desa Zoria di wilayah Donetsk, Ukraina. Dalam sebuah video, Rusia menunjukkan bahwa mereka telah mengibarkan bendera nasional Rusia di desa tersebut.
Perselisihan Soal Pertukaran Jenazah
Pada saat bersamaan, terjadi perselisihan terbuka antara Rusia dan Ukraina terkait pertukaran tawanan perang dan jenazah prajurit yang gugur. Berdasarkan kesepakatan yang dicapai di Istanbul, kedua pihak merencanakan pertukaran 1.000 tawanan perang dan 6.000 jenazah.
Namun, Rusia menuduh Ukraina menunda proses pertukaran. Ukraina membantah tuduhan itu, dan menuduh balik bahwa Rusia sedang “memainkan permainan informasi” terkait isu ini.
Letnan Jenderal Zorin, Wakil Kepala Pertama Direktorat Informasi Staf Umum Militer Rusia, pada Sabtu (7 Juni) menyatakan bahwa pihak Rusia telah mengirimkan 1.212 jenazah prajurit Ukraina ke titik pertukaran di perbatasan. Namun, menurutnya, Ukraina belum memberi konfirmasi penerimaan selama dua hari terakhir.
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Intelijen Militer Ukraina, Kyrylo Budanov, mengatakan pada Minggu bahwa Ukraina serius mematuhi perjanjian Istanbul, dan bahwa proses pertukaran baru akan dimulai minggu depan. (Hui)
Laporan oleh Zhang Qin untuk NTD
Gempa Kuat Magnitudo 6,3 Guncang Kolombia — Alarm di Bogotá Berbunyi, Warga Berhamburan ke Jalanan
EtIndonesia. Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) melaporkan bahwa pada 8 Juni 2025 pagi, sebuah gempa bumi berkekuatan 6,3 magnitudo terjadi di Kolombia, dengan pusat gempa berada di dekat kota Paratebueno, sekitar 170 kilometer sebelah timur ibu kota Bogotá. Guncangan juga terasa di berbagai gedung di Bogotá. Meski belum ada laporan korban jiwa atau luka-luka, beberapa bangunan mengalami kerusakan.
Badan Geologi Nasional Kolombia mencatat gempa ini berkekuatan 6,5, menjadikannya sebagai gempa terkuat dengan durasi guncangan terlama di Bogotá dalam beberapa tahun terakhir. Pusat Penelitian Geologi Jerman (GFZ) juga mencatat kekuatan 6,5 dengan kedalaman hanya 10 kilometer, menjadikannya gempa dangkal.
Gempa terjadi pada pukul 08:08 pagi waktu setempat, dengan pusat gempa berjarak sekitar 17 kilometer dari Paratebueno.
Setelah gempa, alarm darurat di Bogotá berbunyi nyaring, dan warga panik berhamburan keluar gedung ke jalanan. Banyak orang masih enggan kembali ke dalam bangunan meskipun guncangan telah usai.
Untuk memeriksa dampak dan memberikan bantuan, otoritas keamanan Kolombia menyatakan melalui platform X (sebelumnya Twitter) bahwa tim tanggap darurat sedang melakukan inspeksi menyeluruh di seluruh kota.
Wali Kota Bogotá, Carlos Fernando Galán, menyatakan bahwa semua lembaga penanggulangan bencana telah dikerahkan. Guncangan juga terasa di kota-kota lain seperti Medellín, Cali, dan Manizales.
Beberapa menit setelah gempa utama, serangkaian gempa susulan terjadi di wilayah yang sama, dengan kekuatan antara 4,0 hingga 4,6 magnitudo, menurut Badan Geologi Nasional Kolombia.
Kolombia terletak di Cincin Api Pasifik (Ring of Fire) — kawasan sepanjang 40.000 km yang berbentuk tapal kuda, dikenal sebagai daerah rawan gempa dan letusan gunung berapi yang mengelilingi Samudra Pasifik. (Hui)
Sumber : NTDTV.com
Menyeimbangkan Pengaruh Tiongkok—Perubahan Sikap Macron yang Terlambat
EtIndonesia. Kawasan Indo-Pasifik kini semakin menampakkan dirinya sebagai “zona patahan geopolitik” (shatter belt), tempat bertemunya konflik internal dan kompetisi strategis antar negara besar, khususnya antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Perang Rusia-Ukraina telah memperparah situasi ini dengan menyita sumber daya strategis Amerika dan Eropa, menimbulkan kekhawatiran bahwa perhatian terhadap kawasan Indo-Pasifik akan berkurang.
Strategi Indo-Pasifik Jadi Kunci Prancis Menyeimbangkan Tiongkok dan Rusia
Sebagai negara Eropa yang sangat mendukung Ukraina, Prancis—setelah mengalami kegagalan beruntun di kawasan Sahel, Afrika Barat—mencari jalur alternatif untuk menyeimbangkan pengaruh Tiongkok dan Rusia. Dalam hal ini, wilayah-wilayah seberang laut Prancis di Indo-Pasifik menjadi aset penting dalam memperkuat posisi diplomatik dan strategisnya.
Menghadapi sikap Tiongkok yang semakin agresif di kawasan, Prancis dan Eropa kini lebih serius memusatkan perhatian ke Indo-Pasifik. Apabila Barat bersikap lunak terhadap Rusia, hal ini bisa memberi isyarat keliru kepada Tiongkok dan mendorongnya bertindak lebih berani di Indo-Pasifik. Presiden Emmanuel Macron pun mengaitkan nasib Ukraina dengan Taiwan, menyiratkan bahwa jika Rusia dibiarkan mencaplok wilayah secara brutal, maka nasib Taiwan pun akan di ujung tanduk.
Perubahan Sikap Macron dalam Strategi Indo-Pasifik
Macron kini secara terbuka menekankan pentingnya “kemandirian strategis” bagi Eropa dan Asia, menyerukan agar negara-negara tidak terjebak dalam dikotomi AS-Tiongkok. Dalam kunjungan ke kawasan Indo-Pasifik pada Mei, dia secara eksplisit mengingatkan bahwa fokus berlebihan pada Tiongkok tidak boleh mengorbankan Ukraina, karena kredibilitas Barat di Indo-Pasifik sangat bergantung pada keberhasilan mereka di Ukraina.
Pada Forum Dialog Shangri-La 2025, ketegangan antara AS dan Tiongkok memuncak akibat isu Taiwan dan Laut China Selatan. Namun menariknya, Macron menjadi kepala negara Eropa pertama yang diundang menyampaikan pidato utama pembukaan di forum ini. Hal ini dianggap sebagai pengakuan terhadap kontribusi Prancis bagi stabilitas kawasan.
Evolusi Kebijakan Luar Negeri Prancis
Dibandingkan dengan kunjungan-kunjungan sebelumnya, perjalanan Macron kali ini menunjukkan perubahan yang signifikan dalam strategi dan narasi. Pada 2018, dia mempromosikan konsep “Indo-Pasifik yang terbuka dan inklusif”—berbeda dari pendekatan AS yang lebih bersifat “bebas dan terbuka”. Saat itu, Prancis menolak memilih kubu dan menawarkan “jalan ketiga”, dalam semangat Gaullisme.
Namun, pasca krisis AUKUS tahun 2021—di mana Australia membatalkan kontrak pembelian kapal selam Prancis demi bergabung dengan aliansi AS-Inggris—Prancis mulai mengalihkan fokus ke mitra lain di kawasan, khususnya India.
India kini dianggap sebagai mitra strategis utama Prancis di Indo-Pasifik. Prancis mendukung modernisasi militer India dengan menjual jet tempur Rafale dan kapal selam. Di balik ketegangan antara India dan Pakistan, terdapat dukungan diam-diam Prancis terhadap India sebagai pengimbang pengaruh Tiongkok.
Prancis Perluas Keterlibatan di Asia Tenggara dan Pasifik
Tahun 2025, Macron melakukan kunjungan bersejarah ke negara-negara Pasifik Selatan seperti Kaledonia Baru, Vanuatu, dan Papua Nugini—yang belum pernah dikunjungi presiden Prancis sejak era Charles de Gaulle pada 1966. Kunjungan ini disebut sebagai “misi pemecah es” yang mencerminkan pergeseran strategis Prancis yang semakin sadar terhadap pengaruh Tiongkok di kawasan.
Sementara itu, Prancis juga memperkuat kerja sama ekonomi dan strategis dengan Vietnam, termasuk dalam proyek kereta cepat, teknologi nuklir, ruang angkasa, dan farmasi. Prancis juga menandatangani kesepakatan pembelian 20 pesawat Airbus oleh Vietnam, sebagai simbol penguatan hubungan ekonomi dan penyeimbang dominasi AS dan Tiongkok.
Demikian pula dengan Indonesia, sebagai negara terbesar di ASEAN, Prancis menjalin kerja sama militer intensif. Indonesia membeli 42 jet Rafale, menjalin kemitraan pembangunan kapal selam, dan menggelar latihan angkatan laut bersama. Ini menunjukkan bahwa Indonesia juga berupaya mengurangi ketergantungan terhadap AS dan Rusia dalam hal pertahanan.
Prancis Semakin Waspada terhadap Ancaman Tiongkok
Perubahan sikap ini juga dipicu oleh meningkatnya ancaman Tiongkok terhadap wilayah-wilayah seberang laut Prancis di Indo-Pasifik, yang mencakup sekitar 1,5 miliar warga negara dan 10,2 juta km² zona ekonomi eksklusif—terbesar kedua di dunia setelah AS.
Contohnya, Beijing menunjukkan minat besar terhadap gerakan kemerdekaan di Kaledonia Baru, wilayah strategis yang kaya nikel dan pernah menjadi pangkalan penting Sekutu dalam Perang Dunia II. Tiongkok juga aktif membina hubungan dengan elite politik dan ekonomi lokal serta memanfaatkan komunitas Tionghoa untuk menanamkan pengaruh.
Selain itu, beberapa wilayah Prancis di Samudera Hindia seperti Mayotte juga terancam. Pulau tersebut diklaim oleh Komoro dan kini didukung oleh Tiongkok dan Rusia. Sementara itu, Madagaskar juga mengklaim pulau-pulau yang dikuasai Prancis, seperti Tromelin, dengan dukungan Tiongkok. Prancis kini menilai hal ini sebagai bentuk “perang hibrida” yang dilakukan Tiongkok untuk melemahkan kehadiran Prancis secara sistematis.
Ambisi Prancis vs Realitas Kapasitas
Meski ambisi Prancis besar, ada batasan nyata dalam sumber daya dan kemampuan. Dibandingkan dengan AS yang mengucurkan miliaran dolar tiap tahun untuk program “Pacific Deterrence Initiative” (PDI), Prancis hanya memiliki sekitar 3.000 personel militer tetap di Indo-Pasifik.
Kapal perang dan pesawat Prancis yang tersebar di Pasifik sudah lama bekerja di luar kapasitas. Misi pengiriman kapal induk atau jet tempur ke kawasan hanya bersifat simbolis jangka pendek, bukan kehadiran jangka panjang. Untuk benar-benar mencapai tujuannya, Prancis harus meningkatkan anggaran pertahanan, memperkuat pangkalan luar negeri, dan mengakuisisi kapal dan sistem pengintaian jarak jauh—namun hal ini terkendala krisis ekonomi pasca-pandemi dan perang Ukraina.
Dilema Strategis dan Politik Dalam Negeri
Strategi Prancis untuk tetap menjadi kekuatan global juga dihadapkan pada dilema politik domestik. Publik Prancis lebih fokus pada ancaman langsung di Eropa Timur, terutama karena perang Ukraina masih berlangsung. Banyak pihak mempertanyakan apakah masuk akal mengalokasikan dana militer ke wilayah yang sangat jauh dari tanah air.
Selain itu, Prancis mencoba memainkan dua peran sekaligus: sebagai penyeimbang dan sebagai pengimbang. Satu sisi tidak sepenuhnya mengikuti AS, namun di sisi lain juga ingin membendung pengaruh Tiongkok. Posisi yang ambigu ini kerap membingungkan sekutu dan lawan.
Meski begitu, Prancis sudah mulai menyelaraskan posisi dengan Barat. Baru-baru ini, penasihat diplomatik Macron menyatakan bahwa jika terjadi konflik di Selat Taiwan, Prancis tidak akan tinggal diam—menunjukkan komitmen yang lebih tegas.
Kesimpulan: Prancis Tidak Bisa Lagi Ragu
Kebijakan Prancis terhadap Tiongkok kini lebih realistis dan berorientasi pada kekuatan, bukan lagi idealisme inklusif. Macron ingin agar Prancis tetap menjadi kekuatan global yang mampu membentuk aturan dan menyediakan “barang publik” seperti keamanan dan stabilitas kawasan.
Namun, jika Prancis tidak bisa menjaga pengaruhnya di Indo-Pasifik setelah kehilangan posisi di Afrika, maka statusnya sebagai kekuatan global akan semakin memudar. Maka, baik Macron maupun presiden selanjutnya tak punya pilihan selain mengusung strategi nyata untuk menyeimbangkan Tiongkok —meskipun hal itu membawa risiko konfrontasi langsung.(jhn/yn)
Latihan Militer Skala Besar Taiwan, Presiden Lai Ching-te : Menghadapi Ancaman Abu-abu dari Partai Komunis Tiongkok
EtIndonesia. Militer Taiwan pada Minggu (8 Juni) menggelar latihan militer skala besar “Latihan Hai’an No. 12” untuk menguji kemampuan tempur gabungan. Presiden Taiwan Lai Ching-te mengatakan bahwa Taiwan terus-menerus menghadapi gangguan abu-abu yang semakin intens dari Partai Komunis Tiongkok (PKT). Latihan kali ini tidak hanya merupakan pemeriksaan menyeluruh terhadap sistem keamanan maritim, tetapi juga menunjukkan kemampuan Taiwan untuk merespons secara cepat terhadap insiden mendadak di laut.
Latihan ini diselenggarakan oleh Dewan Urusan Laut Taiwan dan Kementerian Pertahanan Nasional, serta berlangsung di Pelabuhan Kaohsiung. Latihan meliputi tiga bagian utama:
- Pencegatan dan pengepungan laut
- Penyelamatan dengan helikopter
- Parade laut dan udara
Simulasi ini berlangsung dengan efek visual yang sangat mengesankan.
“Taiwan terus-menerus menghadapi gangguan abu-abu dari Partai Komunis Tiongkok, dan rekan-rekan penjaga pantai kita selalu berdiri di garis depan untuk menegakkan hukum dengan tegas,” ujar Presiden Republik Tiongkok, Lai Ching-te.
Pejabat tertinggi diplomatik Amerika Serikat di Kaohsiung, Neil Gibson, juga turut menyaksikan latihan tersebut.

Salah satu skenario latihan mensimulasikan teroris internasional yang membajak kapal feri. Dalam latihan itu, helikopter penyelamat dari Kementerian Dalam Negeri dan Angkatan Darat Taiwan bekerja sama naik ke kapal, mengambil kembali kendali kapal dari tangan teroris, dan mengevakuasi korban luka.
Presiden Lai juga menyerukan kepada Legislatif Yuan (Parlemen Taiwan) agar semua partai mendukung anggaran khusus dari Dewan Eksekutif, guna menyediakan peralatan dan teknologi paling canggih bagi penjaga pantai Taiwan, demi menjaga kedaulatan wilayah dan keselamatan rakyat. (Hui)
Laporan oleh Yan Feng dan Chi Xiao untuk NTD
Mengapa Uni Eropa Masih Membeli Pupuk dari Rusia?
EtIndonesia. Sudah tiga tahun sejak pecahnya perang Rusia-Ukraina, namun impor pupuk dari Rusia ke Uni Eropa justru terus meningkat. Fenomena ini kini mulai menarik perhatian serius di Brussel, meski di internal Uni Eropa masih terjadi perbedaan pandangan.
Ketergantungan yang Berlanjut di Tengah Sanksi Energi
Sejak dimulainya perang pada Februari 2022, Uni Eropa telah memangkas secara signifikan impor gas alam dan minyak dari Rusia. Namun, ada satu komoditas penting yang justru luput dari perhatian dan mengalami lonjakan—pupuk buatan Rusia.
Sebagai salah satu produsen dan eksportir pupuk terbesar di dunia, Rusia justru memperluas pangsa pasarnya di Eropa. Pada tahun 2022, sekitar 17% dari total impor pupuk Uni Eropa berasal dari Rusia. Angka ini meningkat menjadi sekitar 30% pada 2024. Uni Eropa tercatat mengimpor pupuk dari Rusia senilai lebih dari 2 miliar dolar AS hanya dalam tahun 2024, meningkat lebih dari 33% dibandingkan tahun sebelumnya.
Menurut data Observatory of Economic Complexity dari MIT, pada 2023 Rusia mengekspor pupuk senilai 15,3 miliar dolar AS, menjadikannya eksportir pupuk terbesar di dunia. Meskipun pasar utamanya adalah India dan Brasil, Uni Eropa tetap menyumbang sekitar 13% dari total ekspor tersebut.
Kebijakan Baru: Bea Masuk untuk Pupuk Rusia dan Belarus
Pada awal Juni 2024, Parlemen Eropa menyetujui rencana Komisi Eropa untuk memberlakukan bea masuk sebesar 6,5% terhadap pupuk dari Rusia dan Belarus. Rencananya, tarif ini akan meningkat secara bertahap hingga mencapai 50% pada tahun 2028.
Lalu, mengapa Uni Eropa tetap membeli begitu banyak pupuk dari Rusia?
Mengapa Pupuk Rusia Begitu Diminati?
Sebagian besar jawabannya terletak pada jenis pupuk dan cara produksinya. Rusia merupakan produsen utama pupuk anorganik berbasis nitrogen—yang sangat bergantung pada gas alam sebagai bahan bakar dan bahan baku.
Negara-negara Eropa sangat membutuhkan pupuk jenis ini karena mengandung nutrisi penting seperti nitrogen, fosfor, dan kalium yang sangat dibutuhkan oleh tanaman pangan.
Profesor Geografi dari Macalester College sekaligus anggota senior Panel Tingkat Tinggi PBB untuk Keamanan Pangan, William Moseley, menjelaskan kepada Deutsche Welle: “Keunggulan alami Rusia terletak pada kemampuannya memproduksi pupuk dengan biaya rendah berkat gas alam yang murah, membuat harga produksinya jauh di bawah para pesaing di Eropa.”
Di sisi lain, harga energi di Eropa melonjak tajam sejak perang Ukraina, membuat banyak pabrik pupuk di Eropa—khususnya produsen pupuk berbasis nitrogen—terpaksa menutup operasi. Akibatnya, pangsa pasar mereka direbut oleh produsen dari Rusia.
Apa Alternatif yang Dimiliki Uni Eropa?
Menurut Moseley, rencana pengenaan tarif adalah sinyal bahwa Uni Eropa serius ingin mengurangi ketergantungan terhadap pupuk Rusia sebelum 2028.
Dia menyebutkan beberapa negara yang dapat menjadi alternatif pemasok pupuk bagi Uni Eropa: Tiongkok, Oman, Maroko, Kanada, dan Amerika Serikat.
Alternatif lain, kata Moseley, adalah meningkatkan produksi pupuk nitrogen di dalam negeri, meskipun biaya produksinya tetap tinggi karena harga gas alam. Cara lain yang lebih berkelanjutan adalah memperbanyak penggunaan pupuk organik, seperti pupuk kandang dan kompos. Selain lebih ramah lingkungan, pupuk ini juga bermanfaat bagi kesehatan tanah.
“Walau kecil kemungkinan UE dapat sepenuhnya lepas dari pupuk anorganik impor,” kata Moseley, “namun dengan pendekatan bertahap, mereka bisa meningkatkan porsi pupuk organik secara signifikan.”
Sebagai catatan, perusahaan pupuk terbesar di Jerman, SKW, bahkan sempat menghentikan produksi akibat melonjaknya harga gas.
Pupuk Organik Sebagai Solusi Jangka Panjang
Pemerintah Uni Eropa kini mulai mendorong penggunaan pupuk organik, seperti yang diungkapkan oleh Komisaris Pertanian dan Pangan UE, Christophe Hansen, pada Februari 2024. Dia menyatakan bahwa limbah peternakan seperti kotoran hewan dan urin bisa dimanfaatkan sebagai sumber pupuk lokal, tanpa perlu impor dan tidak tergantung pada gas alam.
Bagaimana Uni Eropa Akan Mewujudkan Rencana Ini?
Moseley menyebut bahwa tarif yang akan diterapkan secara bertahap hingga 2028 bertujuan untuk membuat pupuk Rusia dan Belarus tidak lagi kompetitif secara ekonomi.
Putaran baru sanksi Uni Eropa akan diberlakukan pada Juli 2025, dan untuk pertama kalinya, produk-produk pertanian termasuk pupuk masuk dalam daftar sanksi utama. Komisi Eropa dalam pernyataannya menyebut bahwa ketergantungan pupuk dari Rusia adalah bentuk kerentanan strategis yang mengancam ketahanan pangan Eropa. Oleh karena itu, periode transisi selama tiga tahun dianggap perlu untuk memberi waktu bagi petani mencari alternatif.
Bagaimana Tanggapan Petani dan Industri Pupuk Eropa?
Ketua Asosiasi Industri Pupuk Eropa, Leo Alders, menyambut baik kebijakan ini. Dalam pernyataannya, dia menyebut bahwa masuknya pupuk murah dari Rusia selama ini telah merusak persaingan sehat dan menekan produsen lokal.
“Dengan menciptakan lingkungan persaingan yang adil, tarif ini akan membantu produsen Eropa tetap bisa menyediakan pupuk berkualitas tinggi dan berkelanjutan kepada petani,” kata Alders.
Namun di sisi lain, petani Eropa mengeluhkan kurangnya solusi konkret dari Uni Eropa. Mereka menilai belum ada pengganti pupuk Rusia yang memadai dan terjangkau.
Dua federasi petani terbesar Uni Eropa, Copa dan Cogeca, dalam pernyataan bersama mendesak UE untuk menyusun strategi diversifikasi pasokan pupuk.
Mereka mengatakan: “Kami tidak bisa menerima risiko yang lebih besar yang akan melemahkan kelangsungan ekonomi pertanian dan mengancam ketahanan pangan warga Uni Eropa.”
Kesimpulan: Jalan Terjal Menuju Kemandirian Pupuk
Kendati Uni Eropa telah berkomitmen menjatuhkan sanksi terhadap pupuk Rusia, upaya untuk menjaga keseimbangan antara ketahanan pangan dan kedaulatan strategis tetap penuh tantangan. Transisi dari ketergantungan pada impor menuju sistem produksi yang mandiri dan berkelanjutan akan memerlukan waktu, investasi, serta koordinasi kebijakan lintas sektor.(jhn/yn)
Kapal Kargo Wan Hai Terbakar dan Meledak di Laut Lepas India: 40 Kontainer Tercebur ke Laut, 18 Awak Melompat, 4 Orang Hilang
EtIndonesia. Reuters pada 9 Juni mengutip laporan pejabat India yang menyatakan bahwa kapal kargo “WAN HAI 503” berbendera Singapura mengalami serangkaian ledakan dan kebakaran saat sedang dalam pelayaran menuju Mumbai, India. Akibat insiden ini, 40 kontainer jatuh ke Laut Arab, dan sejumlah awak kapal terpaksa melompat ke laut untuk menyelamatkan diri.
Dalam laporan sebelumnya dari Central News Agency (CNA), pihak Wan Hai Lines mengeluarkan pernyataan resmi pada tanggal 9 bahwa kapal WAN HAI 503, yang mereka operasikan, mengalami insiden kebakaran saat berlayar di lepas pantai barat India. Diketahui terdapat asap tebal di atas kapal dan laporan kebakaran pun segera dilaporkan. Sebanyak 18 awak kapal berhasil dievakuasi sesuai dengan prosedur internasional untuk evakuasi darurat di laut, sementara 4 awak lainnya masih dinyatakan hilang. Penyebab pasti kebakaran masih dalam proses investigasi lebih lanjut.
Menurut laporan dari Deutsche Welle, dari keempat awak yang hilang, satu orang berkebangsaan Taiwan, dua orang asal Indonesia, dan satu orang dari Myanmar. Namun, media lokal India mengabarkan versi yang sedikit berbeda, menyebut bahwa dua dari awak yang hilang adalah warga Taiwan, sementara satu dari Indonesia dan satu lagi dari Myanmar.
Quick response by @IndiaCoastGuard after explosion on #Singapore flagged MV #WANHAI503, 130 NM NW of #Kerala coast.
— Indian Coast Guard (@IndiaCoastGuard) June 9, 2025
➡️ #ICG aircraft assessed the scene & dropped air-droppable
➡️ 04 #ICG ships diverted for rescue.#MaritimeSafety #ICG #SearchAndRescue pic.twitter.com/xVPEShbU8h
Reuters juga mengutip pernyataan pejabat manajemen bencana negara bagian Kerala, Shekhar Kuriakose, yang menjelaskan bahwa insiden terjadi sekitar 144 kilometer dari lepas pantai Kerala di India Selatan. Berdasarkan informasi awal, kapal tersebut mengangkut total 22 awak kapal. Sebanyak 18 di antaranya telah melompat ke laut dan naik ke perahu penyelamat, sementara operasi pencarian dan penyelamatan terhadap korban lainnya masih berlangsung. Dia juga menambahkan bahwa kapal tersebut hingga kini belum tenggelam.
Gambar dan video yang diunggah oleh Penjaga Pantai India di media sosial X memperlihatkan asap hitam pekat membumbung dari kapal, dengan beberapa kontainer terlihat dalam kondisi terbuka dan berantakan di sekitar sumber asap. Seorang juru bicara Kementerian Pertahanan India dalam unggahan X menyatakan bahwa kapal tersebut masih terbakar dan mengapung di laut.
Pejabat India yang dikutip dalam laporan tersebut tidak memberikan keterangan terkait jenis muatan dalam kontainer maupun penyebab dari ledakan yang terjadi.(jhn/yn)
15 Orang Tewas Saat Bus Bawa Mahasiswa Tabrakan dengan Truk di Jalan Tol Malaysia
Pada Senin, 9 Juni 2025, dini hari, terjadi kecelakaan lalu lintas di wilayah utara Malaysia. Sebuah bus yang mengangkut sekelompok mahasiswa bertabrakan dengan sebuah truk kecil, menyebabkan bus terguling. Beberapa penumpang tercampak keluar dari kendaraan. Sedikitnya 15 orang dilaporkan tewas, dan 31 lainnya mengalami luka-luka.
EtIndonesia. Kecelakaan terjadi di jalan tol arah timur-barat yang sibuk di dekat perbatasan Malaysia-Thailand.
Bus tersebut mengangkut para mahasiswa dari Universitas Pendidikan Sultan Idris (Sultan Idris Education University), yang berlokasi di utara Kuala Lumpur.
Badan Penanggulangan Bencana Negara Bagian Perak menyatakan: “Bus terguling dan truk kecil tergelincir ke selokan. Sebanyak 13 orang tewas di tempat, 2 lainnya meninggal di rumah sakit, dan 31 orang luka-luka.”
Dalam pernyataannya, disebutkan bahwa saat kejadian, beberapa orang terlempar keluar dari bus, sebagian berhasil menyelamatkan diri, sementara yang lain masih terjebak di dalam kendaraan. Tim penyelamat harus menggunakan alat pemotong hidrolik untuk membebaskan korban yang terjepit di dalam bus. (Hui/asr)
Sumber : NTDTV.com
Alkimia Kuno dan Seni Midas Touch: Ketika Batu Menjadi Emas
EtIndonesia. Dalam kebudayaan Tiongkok kuno, alkimia bukanlah praktik untuk memperoleh kekayaan, meski memang secara teknis dapat menghasilkan emas. Tujuan utamanya bukan emas, melainkan menciptakan eliksir dan pil ajaib—khususnya untuk mendukung praktik spiritual Taoisme, seperti memperpanjang umur atau mencapai keabadian.
Para ilmuwan modern telah lama berusaha meneliti prinsip-prinsip kimia di balik praktik ini, namun alkimia Taois tidak sepenuhnya bisa dijelaskan oleh sains. Dia menyentuh lapisan yang melampaui ranah ilmu pengetahuan, memasuki ranah metafisik dan spiritual, yang tidak dapat dipahami hanya dengan pendekatan materialistik.
Kisah Nyata dari Dinasti Tang: Mempelajari Seni Mengubah Batu Menjadi Emas
Pada masa Dinasti Tang, hiduplah seorang pria bernama Fu Shentong (辅神通), yang berasal dari Shuzhou (蜀州, wilayah Sichuan saat ini). Dia kehilangan kedua orangtuanya sejak kecil dan hidup dalam kemiskinan. Untuk bertahan hidup, dia bekerja sebagai penggembala sapi.
Di padang tempat dia menggembala, sering kali terlihat seorang Taois (praktisi Tao) yang bolak-balik melintasi area itu. Fu Shentong diam-diam menaruh rasa hormat dan kekaguman pada sang Taois, hingga akhirnya dia berhasil menjalin hubungan dengannya.
Beberapa tahun kemudian, sang Taois bertanya: “Apakah kau ingin menjadi muridku?”
Fu Shentong menjawab dengan penuh semangat : “Saya sangat bersedia!”
Lalu, sang Taois membawanya masuk ke sebuah gua bawah air. Sebelum masuk, sang Taois berkata: “Ketika aku masuk, kamu harus mengikutiku. Jangan takut.”
Fu Shentong menuruti perintahnya, dan setelah menyelam ke dalam air, mereka tiba di sebuah tempat tinggal tersembunyi.
Di dalam gua itu terdapat bangunan yang rapi dan bersih, dilengkapi dengan kantong-kantong obat, perapian alkimia, dan tempat tidur. Di bawah tempat tidur, terlihat tumpukan besar pil ajaib (大还丹). Sejak saat itu, sang Taois mengajari Fu Shentong menjaga api tungku dan secara perlahan membimbingnya dalam ilmu mengubah batu menjadi emas.
Godaan Duniawi dan Akhir dari Pelatihan
Tiga tahun berlalu. Fu Shentong telah dewasa dan mulai merindukan dunia luar. Suatu hari ketika sang Taois sedang keluar, dia diam-diam mencuri sebagian besar pil ajaib dan menyembunyikannya. Saat sang Taois kembali dan menanyakan keberadaan pil itu, Fu Shentong berdalih tidak tahu.
Sang Taois hanya menghela napas dan berkata: “Awalnya aku ingin mengajarkanmu esensi sejati dari ajaran Tao. Tapi dengan perbuatanmu hari ini, bagaimana aku bisa melanjutkannya? Meski aku menguasai banyak keahlian, semua itu tidak cukup untuk mendapatkan keabadian…”
Setelah itu, sang Taois membawa Fu Shentong keluar dari gua melalui jalur yang berbeda dan mengusirnya dari dunia bawah tanah itu.
Fu Shentong merasa lega telah kembali ke dunia manusia, meskipun perjalanan keluar dari gua sangat melelahkan dan penuh rintangan. Dia mengandalkan pil ajaib untuk mempertahankan kekuatannya, dan setelah berjalan selama lebih dari 70 hari, dia akhirnya kembali ke dunia luar.
Namun sekembalinya ke masyarakat, Fu Shentong tidak bisa melupakan pengalaman spiritualnya. Dia merasa jenuh dengan kehidupan duniawi dan terus-menerus merindukan sang taois. Setelah mendengar bahwa sang Taois sering muncul di Kuil Kaiyuan di Shuzhou, dia pun memutuskan untuk menjadi biksu Tao dan mendaftarkan diri secara resmi ke kuil tersebut.
Mengejar Guru yang Tak Pernah Berhasil
Setiap kali mendengar kabar bahwa sang Taois datang, Fu Shentong bergegas mencarinya. Tapi berulang kali, dia datang terlambat—sang Taois selalu baru saja pergi. Hal ini terjadi puluhan kali tanpa pernah berhasil bertemu kembali.
Akhirnya, dengan seratus kati emas yang dia miliki, dia menyuap seorang pelayan di kuil agar segera melapor bila sang Taois datang. Meskipun pelayan itu rajin memberi kabar, Fu Shentong tak pernah lagi bertemu sang guru.
Dipanggil oleh Kaisar untuk Menunjukkan Ilmu
Kemampuan Fu Shentong dalam seni alkimia akhirnya terdengar sampai ke telinga pejabat lokal dan dilaporkan kepada Kaisar Tang Xuanzong. Sang kaisar memerintahkannya melakukan demonstrasi.
Dalam setiap percobaan, Fu Shentong menggunakan panci tanah liat berisi air raksa, lalu menambahkan sejumput ramuan rahasia sesuai permintaan kaisar. Air raksa itu pun langsung berubah menjadi emas.
Tang Xuanzong sangat tertarik untuk menguasai ilmu ini, tetapi tepat pada saat itu, pemberontakan An Lushan meletus, dan eksperimen lebih lanjut harus dihentikan.
Refleksi: Alkimia, Spiritualitas, dan Penyesalan
Kisah ini tidak hanya menceritakan tentang ilmu mengubah logam menjadi emas, tapi juga menyiratkan makna spiritual dan moral: tentang kepercayaan, godaan duniawi, dan kesempatan yang hilang.
Dalam dunia alkimia Taois, emas bukanlah tujuan akhir, melainkan simbol dari kesempurnaan dan transformasi batin. Pil ajaib tidak hanya memberikan kekuatan jasmani, tapi juga dipercaya mendekatkan manusia pada keabadian atau pencerahan spiritual.
Fu Shentong adalah gambaran manusia biasa—diberi peluang menyentuh keabadian, tapi terperosok oleh keinginan sesaat. Ia menguasai “seni Midas Touch”, tapi gagal memahami makna sejatinya. (jhn/yn)
Pria di Tiongkok yang Membunuh Ibu dan Kekasihnya, Tertangkap Setelah 32 Tahun Buron Bersama Istri Kakak Laki-lakinya
EtIndonesia. Sebuah kasus di Tiongkok yang melibatkan seorang buronan yang membunuh ibu dan pacarnya sebelum melarikan diri bersama saudara iparnya selama 32 tahun baru-baru ini terungkap, menarik perhatian media sosial daratan.
Pria bermarga Li itu berusia 29 tahun ketika dia menggunakan pisau dapur untuk menikam ibunya dan pacarnya yang berusia 17 tahun hingga tewas di rumah mereka di sebuah desa di daerah Weiyuan di Provinsi Sichuan, Tiongkok barat daya, pada 22 Juli 1992.
Li baru ditangkap pada September tahun lalu.
Polisi menyatakan bahwa mereka tidak dapat menemukan petunjuk penting untuk menangkap Li tiga dekade lalu karena keterbatasan komunikasi dan teknologi.
Setelah meninjau kasus tersebut tahun lalu, para penyelidik secara tak terduga menemukan bahwa istri kakak laki-laki Li secara misterius menghilang dua bulan setelah Li melarikan diri. Kakaknya tidak melaporkan kehilangannya ke polisi, karena pasangan itu memiliki hubungan yang bermasalah.

Sebuah rumor yang beredar luas di desa tersebut menyatakan bahwa kakak ipar perempuan itu, yang bermarga Gu, sebelumnya pernah berselingkuh dengan Li, yang menarik perhatian polisi.
Saat menyelidiki keluarga Gu, petugas mengetahui bahwa mereka telah mengunjungi mereka pada tahun 2013, mengungkapkan bahwa dia memiliki seorang putra dan seorang putri tetapi tidak mengungkapkan di mana dia tinggal.
Polisi berhasil menemukan nomor ponsel yang pernah digunakan Gu. Setelah melacak nomor tersebut, petugas menyimpulkan bahwa Gu kemungkinan tinggal di Jiangmen, Provinsi Guangdong, di Tiongkok selatan.

Sebuah gambar kamera pengawas jalan dari kota tersebut menangkap seorang wanita di atas becak yang sangat mirip dengan Gu.
Mengikuti jejak becak tersebut, petugas tiba di sebuah dusun kecil di pinggiran Kota Jiangmen, di mana penduduk desa melaporkan bahwa wanita dalam foto yang ditunjukkan oleh polisi dan “suaminya”, keduanya berbicara dengan aksen Sichuan, telah tinggal di sana selama sekitar 30 tahun, membesarkan seorang putra dan seorang putri.
Seorang petugas, yang menyamar sebagai pelanggan, mendekati “suami” wanita itu di lokasi konstruksi tempat dia bekerja. Petugas itu diam-diam mengambil puntung rokok yang dibuang Li, dan pengujian DNA mengonfirmasi identitasnya.
Li mengaku kepada polisi bahwa dia telah membunuh pacarnya saat itu setelah dia meminta sejumlah besar uang dari ibunya, mengancam akan mengakhiri hubungan mereka jika permintaannya tidak dipenuhi.
Dia secara tidak sengaja membunuh ibunya saat mencoba menusuk pacarnya.
“Saya kelelahan saat melarikan diri. Saya lupa berapa tahun telah berlalu dan bahkan lupa nomor identitas dan nama asli saya,” kata Li kepada polisi.
Dia menambahkan: “Hidup telah sulit bagi saya selama bertahun-tahun. Anda akhirnya datang. Saya lega meninggalkan kehidupan ini.”
Li menyatakan bahwa setelah pembunuhan ganda itu, dia bersembunyi di gunung terdekat selama dua bulan, di mana Gu sering membawakannya makanan dan pakaian. Ketika dia mengusulkan agar mereka kawin lari, dia setuju tanpa ragu-ragu.
Li telah didakwa dengan pembunuhan yang disengaja, dan vonis belum dijatuhkan. Masih belum jelas apakah Gu akan menghadapi konsekuensi apa pun.(yn)
Sumber:scmp