www.aboluowang.com
Menurut laporan Associated Press pada Sabtu (7/9/2024), dua orang anonim yang mengetahui sumber tersebut mengungkapkan, bahwa Amerika Serikat telah memberitahukan sekutunya Iran telah mentransfer rudal balistik jarak pendek ke Rusia untuk digunakan dalam perang di Ukraina.
Mereka tidak memberikan rincian mengenai jumlah senjata yang dikirim atau waktu pengiriman yang mungkin terjadi, tetapi mengonfirmasi hasil penyelidikan intelijen Amerika Serikat. Wall Street Journal adalah media pertama yang melaporkan hasil penyelidikan tersebut.
Gedung Putih menolak untuk mengonfirmasi transfer senjata tersebut, tetapi menegaskan kembali kekhawatirannya atas dukungan berkelanjutan Iran terhadap Rusia. Beberapa bulan terakhir, Gedung Putih telah memperingatkan Iran agar tidak mentransfer rudal balistik ke Rusia.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional (National Security Council, lembaga pembuat keputusan tertinggi dalam urusan keamanan dan kebijakan luar negeri di bawah presiden AS) Sean Savett dalam sebuah pernyataan mengatakan, “Transfer rudal balistik oleh Iran ke Rusia menunjukkan bahwa dukungan Iran terhadap invasi Rusia di Ukraina telah meningkat drastis, yang menyebabkan lebih banyak kematian warga sipil Ukraina. Kemitraan ini mengancam keamanan Eropa dan menunjukkan bahwa dampak destabilisasi Iran telah melampaui Timur Tengah dan tersebar ke seluruh dunia.”
Penilaian AS terhadap Iran ini muncul ketika Kremlin berusaha untuk memukul mundur serangan mendadak dari Ukraina. Saat ini, Ukraina telah merebut sekitar 500 mil persegi (sekitar 1.300 kilometer persegi) wilayah di daerah Kursk, Rusia. Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky terus menekan sekutu-sekutunya untuk mengizinkan Ukraina menggunakan rudal-rudal Barat yang disediakan untuk menyerang wilayah Rusia dan menghancurkan lokasi yang digunakan Rusia untuk melancarkan serangan udara. Iran tetap menyangkal hasil penyelidikan intelijen AS dan membantah telah memasok senjata ke Rusia untuk perang di Ukraina.
Pernyataan dari delegasi Iran di PBB menyebutkan, “Iran meyakini bahwa memberikan bantuan militer kepada pihak-pihak yang berkonflik, yang menyebabkan peningkatan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur serta menjauhkan dari negosiasi gencatan senjata, adalah tindakan yang tidak manusiawi. Oleh karena itu, Iran tidak berpartisipasi dalam tindakan semacam itu dan menyerukan kepada negara-negara lain untuk berhenti memasok senjata kepada kedua pihak yang berkonflik.”
Direktur CIA William Burns pada Sabtu menghadiri sebuah acara di London bersama rekan-rekan dari badan intelijen Inggris dan memperingatkan bahwa hubungan pertahanan yang semakin berkembang antara Rusia, Tiongkok, Iran, dan Korea Utara “mengkhawatirkan” dan mengancam Ukraina serta sekutu-sekutu Barat di Timur Tengah. Gedung Putih beberapa kali telah mendeklasifikasi dan mempublikasikan hasil penyelidikan intelijen yang menunjukkan bahwa Korea Utara telah mengirim amunisi dan rudal ke Rusia untuk digunakan melawan Ukraina, sementara Iran telah memasok drone serang kepada Moskow serta membantu Kremlin membangun pabrik pembuatan drone.
Menurut pejabat AS, meskipun Beijing tidak memberikan peralatan militer ke Rusia, mereka menjual mesin-mesin, mikroelektronika, dan teknologi lainnya dalam jumlah besar, yang kemudian dimanfaatkan Moskow untuk memproduksi rudal, tank, pesawat, dan senjata lainnya. Selama beberapa bulan terakhir, Gedung Putih mencurigai adanya kesepakatan antara Iran dan Rusia yang mungkin terjadi.
Pada Januari lalu, Gedung Putih menyatakan bahwa pejabat intelijen AS telah menentukan bahwa transaksi antara Rusia dan Iran belum selesai, tetapi ada kekhawatiran bahwa negosiasi untuk mendapatkan rudal dari Iran sedang berlangsung secara aktif. Gedung Putih juga menyebutkan bahwa pada September tahun lalu, Iran menerima kunjungan dari seorang pejabat pertahanan senior Rusia, yang disuguhi demonstrasi berbagai sistem rudal balistik, yang meningkatkan kekhawatiran AS bahwa transaksi tersebut mungkin akan segera terlaksana.
Selain rudal balistik, negara-negara seperti AS telah mengambil langkah-langkah untuk menghentikan pasokan, penjualan, atau transfer barang-barang yang terkait dengan rudal balistik ke Iran. Ini termasuk memberikan panduan kepada perusahaan-perusahaan swasta di AS dan sekutu-sekutunya tentang pembatasan terkait perilaku pengadaan rudal Iran untuk memastikan mereka tidak secara tidak sengaja mendukung kemampuan pengembangan Iran. Presiden Biden dijadwalkan bertemu dengan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer di Gedung Putih pada Jumat depan.
Juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre mengatakan, “Dukungan kuat yang berkelanjutan untuk Ukraina dalam menghadapi agresi Rusia” akan menjadi salah satu agenda pembahasan mereka.
Selain itu, menurut laporan Reuters pada 3 September, pejabat AS mengatakan bahwa AS akan segera mencapai kesepakatan dengan Ukraina untuk memasukkan Joint Air-to-Surface Standoff Missiles (JASSM) ke dalam paket bantuan senjata AS.
Pengumuman ini diharapkan akan disampaikan pada musim gugur tahun ini, dan hal tersebut akan membuat lebih banyak wilayah Rusia berada dalam jangkauan amunisi berpemandu presisi berdaya ledak besar, yang mungkin secara signifikan mengubah strategi perang Rusia-Ukraina. (jhon)