Home Blog Page 1296

Penelitian Menunjukkan Risiko Terobosan Vaksin Lebih Tinggi pada Pasien dengan Gangguan Penggunaan Zat

0

Tammy Hung

Orang dengan substance use disorders (SUDs) atau gangguan penggunaan zat cenderung lebih terinfeksi dengan COVID-19 dan berakhir dengan hasil-hasil yang merugikan dari infeksi tersebut, menurut sebuah penelitian 5 Oktober yang diterbitkan di World Psychiatry.

“Obat-obatan dan alkohol mempengaruhi fungsi kekebalan tubuh, yang cenderung berkontribusi terhadap risiko infeksi  yang lebih tinggi pada orang-orang dengan gangguan penggunaan zat,” lapor penelitian tersebut.

Dipimpin oleh U.S. National Institute on Drug Abuse atau Institut Nasional Penyalahgunaan Narkoba Amerika Serikat, penelitian ini menemukan bahwa pasien dengan gangguan penggunaan zat lebih cenderung mengalami terobosan vaksin dibandingkan dengan rata-rata orang-orang yang menerima vaksinasi tanpa gangguan penggunaan zat.

Risiko tertular COVID-19 pada orang-orang yang menerima vaksinasi, ditemukan adalah 3,6 persen pada orang-orang yang tidak menderita gangguan penggunaan zat.

Di antara pasien dengan gangguan penggunaan zat, pasien dengan gangguan penggunaan ganja atau kokain adalah kira-kira dua kali lebih cenderung mengalami infeksi terobosan daripada para pengguna non-zat.

Para peneliti menyatakan bahwa orang-orang dengan gangguan penggunaan zat, berisiko lebih tinggi untuk mengalami infeksi terobosan karena mereka cenderung memiliki masalah kesehatan bersamaan dan terkait dengan “faktor penentu sosial ekonomi yang merugikan kesehatan,” seperti pendidikan dan masalah terkait literasi, terkait pekerjaan, dan yang berkaitan dengan perumahan dan keadaan ekonomi.

Ketika karakteristik sosial ekonomi yang merugikan dikendalikan, orang-orang dengan sebagian besar gangguan penggunaan zat –” dengan pengecualian para pengguna ganja –tidak lagi memiliki peningkatan angka infeksi terobosan.

Dari pasien dengan gangguan penggunaan zat, pasien dengan gangguan penggunaan ganja memiliki risiko infeksi terobosan yang lebih tinggi meskipun mereka cenderung lebih muda dengan lebih sedikit penyakit penyerta.

“Ini mungkin menunjukkan bahwa variabel tambahan, seperti faktor perilaku atau efek samping ganja pada fungsi paru dan kekebalan, dapat berkontribusi pada risiko yang lebih tinggi untuk mengalami infeksi terobosan dalam kelompok ini,” para peneliti berhipotesis.

Para peneliti juga melaporkan bahwa orang dengan gangguan penggunaan zat lebih cenderung memiliki penyakit yang memengaruhi jantung, otak, sistem kekebalan tubuh, pembuluh darah, paru, organ-organ metabolisme, hati, dan ginjal.

“Frekuensi komorbiditas yang tinggi pada pasien-pasien dengan gangguan penggunaan zat juga cenderung berkontribusi pada tingginya angka-angka rawat inap dan kematian setelah infeksi terobosan,” penelitian tersebut menyimpulkan.

Di antara populasi kontrol dan populasi dengan gangguan penggunaan zat, orang-orang yang telah menyelesaikan seri vaksinasi Pfizer-BioNTech lebih cenderung mengalami infeksi terobosan daripada orang-orang yang telah menyelesaikan seri vaksinasi Moderna, setelah memperhitungkan faktor sosial ekonomi dan kesehatan.

Para peneliti memasukkan 549.189 pasien dalam kelompok kontrol dan 30.183 orang pasien dalam kelompok gangguan penggunaan zat, di antaranya 2.058 pasien menderita akibat gangguan penggunaan ganja, 1.011 pasien menderita akibat gangguan penggunaan kokain, 2.379 pasien menderita akibat gangguan penggunaan opioid, dan 21.941 pasien menderita akibat gangguan penggunaan tembakau.

Kedua kelompok tersebut telah menerima vaksinasi lengkap dengan dua dosis Pfizer-BioNTech atau Moderna, atau satu dosis tunggal vaksin Johnson & Johnson dan tidak tertular SARS-CoV-2 sebelumnya.

Penelitian tersebut mencakup bulan-bulan ketika varian Delta pertama kali muncul di Amerika Serikat, termasuk Juli dan Agustus 2021. (Vv)

Gempa M 5,3 di Malang Sebabkan Kerusakan Bangunan di Blitar

ETIndonesia- Gempabumi dengan magnitudo 5,3 yang berpusat di 8,84 LS dan 112,51 BT atau 78 kilometer barat daya Kabupaten Malang, Jawa Timur, pada Jumat (22/10), telah menyebabkan kerusakan sejumlah bangunan di Kabupaten Blitar, Jawa Timur.

Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, mengatakan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Blitar melaporkan bahwa guncangan gempabumi tersebut memang sempat dirasakan sedang selama 2-4 detik d Kabupaten Blitar.

Laporan visual dari BPBD Kabupaten Blitar, atap bagian teras gedung Mushola An Nur di Kecamatan Binangun, Kabupaten Blitar, mengalami kerusakan dan terjatuh hingga ke tanah. Kerusakan bangunan lainnya menurut asesmen sementara meliputi, 1 gedung kantor Desa Sarang dilaporkan rusak ringan, 1 unit rumah rusak ringan, 1 gedung balai kesenian Desa Sidorejo rusak ringan dan 1 gedung kantor Kecamatan Binangun rusak ringan.

“Hingga siaran pers ini diturunkan, belum ada laporan mengenai jatuhnya korban jiwa,” ujar Muhari dalam keterangan persnya.

BPBD Kabupaten Blitar terus melakukan asesmen dan koordinasi dengan lintas instansi guna pendataan dampak yang ditimbulkan akibat gempabumi tersebut.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dalam keterangan resminya menyebut bahwa gempabumi M 5,3 Kabupaten Malang itu merupakan jenis gempabumi menengah akibat aktivitas subduksi lempeng Indo-Australia terhadap lempeng Eurasia. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault).

Menurut BMKG, guncangan gempabumi ini juga dirasakan di daerah Ponorogo, Malang, Pasuruan, Nganjuk, Mojokerto, Pacitan, Lumajang, Jember dan Trenggalek. Hingga hari Jumat, 22 Oktober 2021 pukul 09:43 WIB, hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempabumi susulan (aftershock).

Masyarakat diimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Di samping itu, masyarakat diminta agar menghindari dari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempabumi dan selalu memastikan bangunan tempat tinggal cukup tahan gempa. (BNPB/asr)

Luncurkan Medsos Truth Social, Trump Lawan Kekuatan Totaliter Big Tech

Mantan Presiden AS Trump Rabu (20/10/2021) mengumumkan pembentukan Trump Media Technology Group (TMTG) dan platform media sosial yang akan diluncurkan secara resmi pada awal tahun depan dengan tujuan untuk menentang para raksasa teknologi yang bertindak tirani di dunia maya. 

Dengan mengklik halaman web, muncul slogan Mengejar Kebenaran. Ini adalah platform media sosial yang baru dibuat oleh mantan Presiden AS Donald Trump. Platform tersebut diperkirakan akan diluncurkan sepenuhnya di Amerika Serikat pada kuartal pertama tahun depan.

Trump dalam sebuah pernyataannya menyebutkan bahwa ia menciptakan platform media sosial TRUTH Social dan membentuk perusahaan media baru, TMTG, untuk melawan kekuatan totaliter raksasa teknologi.

Donald Trump Jr., putra tertua mantan Presiden AS Trump mengatakan : “Kita harus memastikan bahwa rakyat Amerika Serikat memiliki hak suara dan tidak ada diskriminasi politik. Kami akan menghilangkan “budaya penghapusan”. Kami akan melawan totalitarianisme perusahaan teknologi besar. Saya pikir setiap warga negara Amerika Serikat telah menantikan saat itu”.

Akun milik Trump telah diblokir oleh situs media sosial seperti Facebook dan Twitter. Pada bulan Juli tahun ini, Trump mengumumkan rencananya untuk mengajukan gugatan terhadap Facebook, Twitter, dan Google dengan alasan memblokir atau mencegah secara ilegal pidatonya.

Kali ini, TMTG, perusahaan media baru yang didirikan oleh Trump, akan bergabung dengan Digital World Acquisition Corp., yang sudah terdaftar di Nasdaq, dan menjadi perusahaan publik. CEO Digital World Merger Group Partick Orlando mengatakan bahwa perusahaan akan menyediakan layanan teknis, dan menurut pemahaman, merger ini akan membuat perusahaan Trump Media Technology Group bernilai USD. 1,7 miliar.

Donald Trump Jr., putra tertua mantan Presiden AS Trump mengatakan : “Platform ini akan segera diluncurkan. Kami akan melakukan uji beta dalam beberapa minggu ke depan dan akan beroperasi penuh pada kuartal pertama tahun 2022”.

Bulan depan, ‘Komunitas Kebenaran’ akan meluncurkan uji versi beta kepada ‘tamu yang diundang’ untuk mencobanya. Aplikasi ini saat ini telah tersedia untuk janji temu di App Store ponsel Apple dan diharapkan akan diluncurkan secara nasional pada awal tahun depan. Perusahaan juga berencana meluncurkan layanan video-on-demand, layanan hiburan, berita, dan Podcast. (Sin)

Militer AS Mengonfirmasi Armada Perangnya Bersama Kanada Melintasi Selat Taiwan

Jing Zhongming

Armada Ketujuh AS mengonfirmasi pada (17/10) bahwa kapal perusak Aegis kelas Burke “USS Dewey DDG 105” dan fregat kelas Halifax Kanada “HMCS Winnipeg” bersama-sama melewati Selat Taiwan. Ini adalah pertama kalinya militer AS melewati Selat Taiwan dengan kapal dari negara lain dalam beberapa tahun terakhir

Seorang juru bicara Armada Ketujuh menyatakan bahwa penyeberangan kedua kapal di Selat Taiwan berlangsung dari 14 hingga 15 Oktober.

Shih Shun-wen, juru bicara Kementerian Pertahanan Nasional Republik Tiongkok, menjawab bahwa militer Taiwan memiliki kontrol dan penilaian yang komprehensif mengenai pesawat dan kapal asing yang melewati pinggiran Selat Taiwan.

Jin Canrong, wakil dekan School of International Relations di Renmin University of China, memposting di Weibo bahwa Amerika Serikat ingin menggunakan metode ini untuk menekan Tiongkok. Tujuannya untuk membuat daratan Tiongkok mengerti bahwa Amerika Serikat memiliki kemampuan meningkatkan metode intervensinya menanggapi isu Taiwan. Kali ini bersatu dengan Kanada, dan lain kali mungkin Australia atau Jepang.

Komunis Tiongkok terus menerus mengirim pesawat militer untuk mengganggu Taiwan dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan, telah melakukan latihan militer di sekitar Taiwan. Secara khusus, pada awal Oktober tahun ini, lebih dari 100 pesawat militer dikirim untuk mengganggu wilayah udara Taiwan. Sehingga menyebabkan dunia luar khawatir tentang keamanan Selat Taiwan.

Namun demikian, CNN mengutip para ahli di Amerika Serikat yang menganalisis bahwa meskipun Komunis Tiongkok telah meningkatkan upayanya untuk mengintimidasi Taiwan dengan serangan budaya, tidak mungkin untuk menyerang Taiwan dalam jangka pendek.  Kemungkinan menyerang Taiwan “cenderung nol” di 12 bulan ke depan.

Professor  dari University of Tokyo, Yasuhiro Matsuda mengatakan dengan lebih blak-blakan di program Radio Free Asia bahwa “jelas bahwa Komunis Tiongkok tidak akan menyerang Taiwan.” Menurut dia, pesawat militer Komunis Tiongkok masuk dan keluar dari Zona Identifikasi Pertahanan Udara Taiwan, tetapi di daerah perbatasan. Jelas, tidak ada ancaman sebesar itu.

Yasuhiro Matsuda menyebutkan bahwa ketika krisis Selat Taiwan pecah pada tahun 1995, Komunis Tiongkok meyakinkan Amerika Serikat bahwa mereka tidak akan mengirim pasukan. Presiden Republik TIongkok  ketika itu, Lee Teng-hui mengetahui sikap Beijing dan masih mengambil kesempatan untuk memperkuat pendiriannya dalam “membela negara” dan memenangkan pemilihan ulang. Komunis Tiongkok tidak belajar darinya, dan sekarang mengancam Taiwan dengan kekuatan dan digunakan oleh Amerika Serikat untuk memperkuat kerja sama dengan sekutunya, itu adalah akibat perbuatan Beijing sendiri.

Menurut analisis Matsuda, rencana Beijing mungkin menggunakan intimidasi paksa  meniru “Model Peking” tahun ini untuk, melaksanakan “penyatuan kembali secara damai” Taiwan.

Namun, beberapa analis percaya bahwa ancaman Komunis Tiongkok ke Taiwan hanya menggertak dan menggeser kontradiksi domestik. (hui)

Penelitian Menunjukkan Anak-Anak Jauh Lebih Cenderung Tanpa Bergejala Pada Kasus COVID-19

0

Anak-anak jauh lebih cenderung memiliki kasus COVID-19 tanpa menunjukkan gejala daripada orang dewasa, menurut sebuah studi baru.

Para peneliti menemukan, kira-kira setengah dari anak-anak berusia antara 0 hingga 11 tahun yang diuji positif menderita COVID-19 di seluruh rumah tangga yang diteliti di New York City dan beberapa kabupaten di Utah, tidak menunjukkan gejala-gejala. Hampir setengah  anak-anak berusia 12 tahun hingga 17 tahun menderita COVID-19 tanpa gejala.

Hal itu sebanding dengan hanya 12 persen orang dewasa berusia 18 tahun atau lebih yang menderita COVID-19 tanpa gejala-gejala.

Penelitian ini diikuti 1.236 orang di 310 rumah tangga antara September 2020 hingga April 2021 untuk melacak infeksi-infeksi bergejala dan tanpa gejala.

Para peserta melakukan swab hidung sendiri.

Penelitian tersebut menemukan angka infeksi COVID-19 yang serupa di seluruh kelompok usia, walaupun risiko infeksi lebih tinggi di New York City.

Empat puluh rumah tangga memiliki satu atau lebih infeksi COVID-19 selama masa penelitian tersebut. Sembilan puluh empat peserta dinyatakan positif.

Penelitian ini dirancang dengan baik, Dr. Monica Gandhi, profesor kedokteran di Universitas California, San Francisco, mengatakan kepada The Epoch Times.

“Mereka pada dasarnya dapat mengelompokkan 0 hingga 4, 5 hingga 11, dan kemudian naik dari sangat kecil kemungkinannya untuk sakit,” kata Dr. Monica Gandhi.

Para peneliti, termasuk Dr. Fatimah Dawood dengan Pusat Pencegahan dan Pengendalian (CDC) mengatakan bahwa penelitian tersebut menunjukkan bahwa rumah tangga tetap menjadi sebuah tempat umum penularan virus penyebab COVID-19.

“Temuan kami menunjukkan bahwa anak-anak dan orang dewasa memiliki angka kejadian  infeksi SARS-CoV-2 yang sama, menggarisbawahi perlunya evaluasi kemanjuran dan keamanan vaksin secara cepat pada anak-anak untuk memperluas indikasi vaksin ke kelompok usia yang lebih muda. Kami juga menemukan bahwa infeksi SARS-CoV-2 lebih sering tanpa gejala pada anak-anak dibandingkan dengan orang dewasa, menyoroti kebutuhan untuk data tambahan mengenai risiko penularan SARS-CoV-2 dari orang-orang dengan  infeksi tanpa gejala, termasuk anak-anak,” mereka menyimpulkan.

SARS-CoV-2 adalah nama lain untuk virus  Komunis Tiongkok, yang menyebabkan COVID-19.

Dalam sebuah artikel terlampir yang juga diterbitkan di Jurnal Asosiasi Kedokteran Amerika Serikat, Dr. Flor Munoz, seorang ahli penyakit menular dan dokter anak-anak di Texas, mengatakan, penelitian tersebut harus mendorong langkah yang meringankan seperti memakai masker  dan jarak sosial dalam berbagai kegiatan kelompok, termasuk pengasuhan anak dan program setelah sekolah.

Yang lain tidak begitu yakin.

“Risiko hasil yang serius (rawat inap, kematian) adalah sangat rendah terjadi pada  anak-anak”–hampir sama dengan orang paruh baya yang menerima vaksinasi. Keputusan mengenai apakah anak-anak harus diharapkan untuk mematuhi langkah yang meringankan (atau berupaya) tergantung pada tingkat (dan jenis) virus yang beredar di komunitas pada saat itu, tingkat vaksinasi di antara populasi yang memenuhi syarat, dan toleransi risiko kami secara keseluruhan. Pasti ada ruang untuk orang-orang untuk tidak setuju pada poin-poin ini,” Dr. Adam Cifu, profesor kedokteran di Universitas Chicago, mengatakan kepada The Epoch Times dalam sebuah email.

Dr. Monica Gandhi mengatakan yang penting baginya  adalah seberapa rendah risiko anak-anak dari COVID-19.

“Bahkan di rumah tangga yang padat di daerah-daerah transmisi yang tinggi, anak-anak sangat kecil kemungkinannya untuk sakit,” kata Dr. Monica Gandhi.

Penelitian lain menunjukkan bahwa anak-anak sering tidak menderita kasus COVID-19 yang parah, ketika anak-anak itu tertular penyakit tersebut.

Penelitian lain yang baru-baru ini diterbitkan, dari Inggris, menemukan bahwa anak usia sekolah yang terjangkit penyakit ini biasanya memiliki durasi gejala yang singkat, bahkan setelah strain Delta dari virus  Komunis Tiongkok menjadi lazim.

Penyakit rata-rata ditemukan lima hari, dengan kemungkinan beberapa gejala yang lebih tinggi karena strain Delta dibandingkan dengan strain Alpha.

“Beberapa anak dibawa ke rumah sakit, dan durasi penyakit yang lama adalah jarang, dengan varian mana pun,” kata para peneliti. (Vv)

Perang Manakah yang Disiapkan oleh Beijing?

0

oleh James Gorrie

Bukan rahasia lagi Beijing sedang mempersiapkan perang.

Salah satu alasan utamanya adalah runtuhnya ekonomi Tiongkok secara dramatis. Runtuhnya perusahaan pengembangan real estat Evergrande baru-baru ini hanyalah yang terbaru dari serangkaian gejala yang mengerikan yang memicu meningkatnya ketidakpuasan domestik. 

Krisis utang sebesar 8 triliun dolar AS dalam ekonomi bayangan”–lebih dari setengah Produk Domestik Bruto Tiongkok-”juga menjulang besar dalam kemampuan Tiongkok untuk menjaga sistem keuangannya terhindar dari utang. Populasi yang menua dan kurang produktif, biaya produksi lebih tinggi, dan menghindari investasi asing semuanya mengakibatkan penurunan Produk Domestik Bruto Tiongkok.

Kekuatan Tiongkok Telah Memuncak

Kenyataannya, kekuatan ekonomi Tiongkok sudah menurun.

Tentu, statistik dapat disesuaikan, tetapi hal itu tidak mengubah kenyataan. Penurunan ekonomi yang menyeluruh ini mendorong Partai Komunis Tiongkok untuk memberlakukan tindakan yang lebih ekstrim dan lebih menindas terhadap orang-orang dan dunia bisnis. Tanggapan Partai Komunis Tiongkok hanyalah memperburuk kinerja ekonomi dan kerusuhan sipil.

Bersamaan dengan itu, rezim di Beijing telah menyesuaikan pengaturan internalnya pengaturan selama beberapa tahun. Misalnya, Undang-undang Transportasi Pertahanan Nasional yang dibuatnya mulai berlaku pada 1 Januari 2017. Undang-undang tersebut merestrukturisasi kerangka hukum itu sendiri, menempatkan semua pelayaran komersial di bawah otoritas langsung Partai Komunis Tiongkok.

Secara eksternal, isolasi Tiongkok yang semakin dalam dari dunia jelas terlihat dan menggarisbawahi pemisahannya yang berkelanjutan dari ekonomi global dan norma perdagangan dan diplomasi internasional. Tren ini mungkin membuat sebuah invasi Taiwan cenderung lebih cepat daripada nanti, jika hanya untuk mengalihkan perhatian dari masalah domestik Tiongkok.

Para ahli militer dan angkatan laut menyimpulkan bahwa Beijing berencana menggunakan kapal pengangkut komersial untuk membantu mengangkut hingga 2 juta tentara dalam sebuah invasi ke Taiwan.

Laporan berita terbaru tampaknya memastikan kesimpulan semacam itu. Media resmi Tiongkok, Global Times, semua tetapi mengakui tidak terelakkan, jika tidak dekat, invasi Taiwan.

Tiongkok bersiap untuk skenario terburuk–Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya, termasuk Jepang, sedang meluncurkan sebuah intervensi militer habis-habisan untuk mengganggu reunifikasi nasional Tiongkok.

Jelas-jelas, perang atau ancaman perang ada di depan mata, dan semua bangsa di kawasan Asia-Pasifik mengetahuinya.

Menanggapi sikap Tiongkok yang semakin agresif, yang mencakup pengaturan pengiriman komersial, Taiwan dan negara-negara lain menambahkan lebih banyak kapal jarak jauh anti-rudal. Jepang, yang selama beberapa dekade telah mempertahankan sebuah kebijakan luar negeri yang menentang adanya perang, juga telah membuat sebuah perubahan besar-besaran dalam berpikir, menghubungkan keamanan Taiwan dengan keamanannya sendiri.

Dampak sebuah invasi Tiongkok ke Taiwan tidak akan hanya terbatas pada Taiwan saja. Jika invasi Tiongkok ke Taiwan itu terjadi, seperti Jepang, hal itu akan dirasakan oleh Amerika Serikat dan negara-negara lain sebagai sebuah ancaman strategis bagi keamanan nasionalnya sendiri.

Hal ini sebagian karena Taiwan menyediakan lebih dari 50 persen kebutuhan semikonduktor dunia yang diperlukan untuk pemrosesan data yang canggih, mobil-mobil, kecerdasan buatan, dan teknologi canggih lainnya. Tetapi sebuah invasi juga akan mengancam negara-negara demokratis di kawasan Asia-Pasifik, serta juga akan mengancam perdagangan dan  norma-norma hukum internasional.

Lebih Banyak Titik-Titik Pemicu

Tetapi Taiwan bukanlah satu-satunya titik pemicu. Tiongkok juga mengancam Kepulauan Senkaku yang tidak berpenghuni di Laut Tiongkok Timur, yang dianggap Jepang sebagai wilayahnya. Kepulauan Senkaku juga diklaim oleh Tiongkok dan Taiwan, dan dapat menjadi sebuah titik nyala untuk perang. Pemerintahan Joe Biden baru-baru ini meyakinkan Perdana Menteri Jepang yang baru, Fumio Kishida, bahwa Amerika Serikat akan Jepang Kepulauan Senkaku jika Tiongkok harus menyerang.

Dan, seperti yang disebutkan dalam sebuah artikel sebelumnya, Partai Komunis Tiongkok telah memperingati Australia. Andai Canberra memperoleh kapal-kapal selam bertenaga nuklir dari Amerika Serikat di bawah aliansi militer AUKUS baru-baru ini, Tiongkok akan menambahkan Australia sebagai sebuah target yang sah untuk serangan nuklir.

Korea Selatan telah menyatakan penentangan yang jelas terhadap ambisi Beijing di Taiwan. Dalam sebuah pernyataan bersama dengan Amerika Serikat, dan untuk pertama kalinya, Korea Selatan dan Amerika Serikat berkomitmen untuk membela aturan dan norma internasional di Laut Tiongkok Selatan dan Selat Taiwan. Keterusterangan pesan yang tidak biasa itu, adalah sebuah pengakuan akan ancaman segera yang ditimbulkan Tiongkok terhadap Taiwan dan wilayah Asia Pasifik.

Lebih jauh, pertempuran kecil antara militer Tiongkok baru-baru ini dengan India di Lembah Galwan pegunungan Himalaya, telah mengingatkan New Delhi akan kenyataan bahwa Tiongkok sedang mencari hegemoni yang terang-terangan terhadap tetangganya, di mana India adalah salah satunya. Hal ini telah mendorong India untuk secara strategis menyelaraskan diri dengan aliansi AUKUS yang dipimpin Amerika Serikat.

Partisipasi India baru-baru ini dalam latihan angkatan laut bersama Malabar di lepas pantai wilayah Amerika Serikat di Guam pada 26 -29 Agustus mengirimkan sebuah pesan yang jelas ke Beijing.

Kunci utama dari semua pengaturan ini, tentu saja, adalah Amerika Serikat. Meskipun Amerika Serikat masih mempertahankan sebuah keunggulan angkatan laut yang bermakna atas Tiongkok, apa yang kurang pasti adalah kemauan politik pemerintahan Joe Biden untuk menindaklanjuti komitmen militernya.

 Dengan mundurnya Amerika Serikat dari Afghanistan, pemerintahan Joe Biden dianggap lemah dan lebih peduli dengan masalah ekonomi dan sosial domestik daripada memproyeksikan kekuatan Amerika Serikat untuk melindungi tatanan internasional. Di seluruh dunia, kepercayaan pada kepemimpinan Amerika Serikat sedang surut.

Beijing tentu menyadari fakta-fakta ini, dan hal itu mungkin memengaruhi strategi Beijing sehubungan dengan Taiwan dan kawasan tersebut secara keseluruhan.

 Kepemimpinan Tiongkok mungkin telah menyimpulkan bahwa kelemahan pemerintahan Joe Biden, menimbulkan sebuah kesempatan yang unik untuk menguji tekad Amerika Serikat di kawasan tersebut.

Persepsi semacam itu akan membantu menjelaskan ancaman baru dan lebih besar terhadap Amerika Serikat yang berasal dari Beijing. Tetapi, kepemimpinan pribadi Xi Jinping dan kepemilikan Partai Komunis Tiongkok, ditambah dengan meningkatnya kegagalan domestik Tiongkok, pasti juga merupakan faktor yang berkontribusi.

Tiongkok lebih suka menghindari perang”–setidaknya sampai Tiongkok dapat menandingi militer Amerika Serikat mungkin di kawasan tersebut. Tetapi satu area yang dipimpin Amerika Serikat adalah teknologi rudal anti-kapal hipersonik. Daripada berbenturan dengan tetangganya, mungkinkah Partai Komunis Tiongkok merencanakan sebuah serangan terhadap pasukan Angkatan Laut Amerika Serikat untuk mengusir Amerika Serikat dari kawasan tersebut?

Jika demikian, bagaimana reaksi Amerika Serikat? Bagaimana reaksi kawasan tersebut?

Apa pun yang kurang dari sebuah tanggapan penuh oleh Amerika Serikat terhadap sebuah serangan Tiongkok, akan berarti bahwa aliansi keamanan Asia-Pasifik yang dipimpin Amerika Serikat akan segera tidak ada lagi. Maka kemudian cenderung terserah masing-masing negara untuk membuat perdamaiannya yang terpisah dengan Beijing”–jika itu sebuah pilihan.

Hal itu akan sesuai dengan keinginan Komunis Tiongkok. (Vv)

James Gorrie adalah penulis buku The China Crisis

Banyak Masalah Utang Tiongkok yang Terus Menerus Memburuk

0

oleh Milton Ezrati

Strategi pengendalian Beijing menjadi gagal. Bukannya mereda, ketegangan keuangan Tiongkok semakin meningkat.

Bulan lalu, ketika kekhawatiran pertama kali muncul terkait dengan kebangkrutan raksasa real estate Evergrande, Beijing menahan diri untuk tidak terlalu terlibat. 

Kepemimpinan Tiongkok tidak diragukan lagi berharap bahwa gelombangg keuangan akan tenang tanpa banyak usaha dari mereka.

Sekarang dengan pengumuman lebih banyak failures dan defaults atau gagal bayar, adalah jelas bahwa masalah keuangan semakin dalam dan menjadi lebih tersebar luas. Memang, berita itu mulai menyerupai awal krisis keuangan Amerika pada tahun 2008-2009. Beijing tidak dapat menghindari akting untuk waktu yang lama.

Kabar terbaru memang meresahkan. Tanda-tanda yang dapat berubah pertama muncul pada bulan Agustus ketika Sunshine 100 China Holdings Ltd, gagal bayar utang uang kertas dolar. Beberapa minggu kemudian, Evergrande yang semakin signifikan  gagal melakukan pembayaran bunga pada masalah utang dolar yang jauh lebih besar dan mengumumkan bahwa Evergrande secara efektif bangkrut. 

Harapan sebuah resolusi naik awal bulan ini, ketika Hopson Development Holdings, saingan Evergrande, melontarkan ide untuk membeli divisi manajemen properti Evergrande. 

Jika kesepakatan itu berhasil, hal itu memungkinkan Evergrande untuk memenuhi beberapa kewajibannya. Akan tetapi, pada tulisan ini ditulis, tidak ada kesepakatan yang muncul.

Sementara itu, sebuah pengembang real estate yang lebih kecil, Fantasia Holding Group, pada 4 Oktober gagal membayar penerbitan obligasi yang telah jatuh tempo. Selama pada saat yang sama, pengembang properti lain, Sinic Holdings Group, gagal untuk melakukan dua pembayaran bunga obligasi domestik.

Lembaga pemeringkat kredit mulai menurunkan banyak utang perusahaan Tiongkok ke level yang mengarah ke gagal bayar utang, sementara semua mata tertuju ke 15 Oktober, ketika beberapa dari USD 229 juta dari utang Xinyuan Real Estate Company yang berbasis di Beijing yang berdenominasi dolar akan jatuh tempo.

Masalah utang yang meluas seperti ini, selalu merupakan sebuah hasil laju pembangunan Tiongkok yang sangat berbahaya di masa lalu. Ketika ekonomi apa pun tumbuh dengan kecepatan Tiongkok, peluang berlimpah. Manajemen perusahaan menghadapi suatu godaan yang hampir tidak tertahankan untuk meminjam dana untuk mengambil keuntungan dari peluang tersebut.

Evergrande menggunakan utang untuk berkembang dari basis aslinya di Provinsi Guangdong, harapannya mengejar perkembangan di seluruh Tiongkok, serta pindah ke lini-lini bisnis lainnya. 

Perusahaan lain berperilaku serupa, jika kurang megah. Selama ekonomi berkembang dengan cepat, pendapatan mengalir lebih dari sekadar menanggung beban utang. Tetapi ketika ekonomi Tiongkok mulai melambat, begitu pula pendapatan mulai melambat, dan utang itu menjadi semakin sulit ditopang. Daftar gagal bayar utang yang terus bertambah, membuktikan kenyataan ini dan menunjuk ke perusahaan yang bermasalah lebih daripada yang belum diberitakan.

Kerugian yang diumumkan, bahkan jika kesepakatan Hopson-Evergrande berhasil, akan menimbulkan masalah yang cukup lumayan, tetapi keuangan Tiongkok, dan Beijing, sekarang menghadapi sebuah masalah yang lebih besar. Hal itu terletak pada dampak kegagalan ini pada tingkat umum kepercayaan pada sistem keuangan.

Kepercayaan adalah suatu unsur penting dalam keuangan. Tanpa itu, tidak ada peserta yang dapat memiliki keyakinan bahwa orang atau perusahaan dengan siapa ia melakukan transaksi dapat memenuhi kewajibannya. 

Tanpa kepercayaan itu, orang-orang akan menghindar dari semua aktivitas, dan perdagangan, pinjaman, pembelian saham, apa pun, berhenti. Keuangan kemudian gagal dalam fungsi esensialnya, yaitu menyalurkan dana dari para penabung dan para investor ke para inovator dan perusahaan yang mapan. Ekspansi dan perekrutan kemudian juga berhenti, dan ekonomi runtuh.

Inilah yang mengancam Amerika Serikat selama krisis keuangan pada tahun 2008-2009. Semua tahu bahwa sistem tersebut dapat menyerap kerugian hipotek pada akar masalah tersebut, sebesar kerugian-kerugian itu. Tetapi, karena tidak ada orang yang dapat memberitahu di mana hipotek-hipotek buruk itu diadakan, semua orang mundur dari berurusan dengan orang lain. 

Seorang peminjam, misalnya, yang memiliki sebuah sejarah kredit yang bagus mungkin untuk sementara telah memperoleh beberapa hipotek yang gagal dan sehingga dirinya sendiri menjadi gagal. Atau bahkan jika ia tidak memegang hipotek yang dipertanyakan, ia mungkin bergantung pada orang lain yang memegang sebagian hipotek itu dan meneruskan kegagalan tersebut melalui peminjam yang mungkin sehat untuk yang lain. Ketakutan semacam itu menghalangi perdagangan, investasi, dan pinjaman.

Lebih dari segalanya, kekhawatiran mengenai bagaimana hilangnya kepercayaan ini dapat berdampak terhadap ekonomi adalah mengapa pemerintah federal dan Bank Sentral Amerika Serikat, turun tangan untuk membantu lembaga keuangan memenuhi kewajiban-kewajibannya. Yang memberikan kredit ke bank sehingga orang lain akan memiliki keyakinan bahwa bank itu  sehat. 

Bank Sentral Amerika Serikat membanjiri pasar keuangan dengan likuiditas dengan suku bunga rendah,sehingga siapa pun yang mengalami masalah dapat dengan mudah meminjam dengan persyaratan yang mudah untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya. Tujuannya adalah untuk melindungi ekonomi dengan membangun kembali kepercayaan dan kepercayaan diri.

Sekarang di Tiongkok, panggung ditetapkan untuk hilangnya kepercayaan di antara para pemain keuangan.

Ketakutan yang ada di balik kehilangan ini mungkin melampaui perbatasan Tiongkok. Namun, perusahaan ini telah meminjam dan memperoleh modal ekuitas dari berbagai sumber di seluruh dunia. Kecuali sedang sangat beruntung, Beijing harus bertindak untuk memulihkan kepercayaan yang penting itu. Instruksi moral  yang sebagian besar kepemimpinan Tiongkok anut adalah kurang penting. Hujatan dan hukuman dapat muncul setelah beberapa lama. 

Sekarang saatnya beraksi, untuk menggunakan dana legal dan bank sentral untuk meyakinkan semua pihak bahwa pihak  lawan akan dapat memenuhi kewajibannya. Kemakmuran Tiongkok bergantung pada hal tersebut. (Vv)

Milton Ezrati, editor yang berkontribusi di The National Interest, afiliasi dari Center for the Study of Human Capital di University at Buffalo (SUNY), dan kepala ekonom untuk Vested, sebuah perusahaan komunikasi yang berbasis di New York

Citra Satelit Menangkap Perluasan 3 Pangkalan AU Komunis Tiongkok di Provinsi Fujian, Siaga Perang ?

0

oleh Li Ming

Media Amerika Serikat baru-baru ini merilis 1 rangkaian citra satelit  menunjukkan bahwa militer komunis Tiongkok sedang meningkatkan kemampuan fungsi ketiga pangkalan angkatan udara yang berada di Provinsi Fujian dekat Taiwan. 

Majalah militer AS ‘The Drive’ baru-baru ini mengungkapkan bahwa dari citra satelit terakhir yang diambil menunjukkan bahwa 3 pangkalan angkatan udara komunis Tiongkok di Provinsi Fujian, sedang diadakan upgrade fungsinya. Perluasan sudah dimulai sejak tahun 2020 lalu, Bahkan selama wabah virus komunis Tiongkok merebak hebat di Fujian, proyek perluasan berjalan terus.

Menurut laporan ini, di antara tiga pangkalan militer yang disebutkan di atas, Pangkalan Angkatan Udara Longtian di Kota Fuqing telah dilengkapi dengan bunker amunisi, memperluas kedua ujung landasan pacu bandara, dan telah membuka apron baru. Sedangkan di Pangkalan Angkatan Udara Kabupaten Hui’an juga dilengkapi dengan 3 buah bunker untuk menyimpan amunisi, dan 4 bunker untuk menampung lebih banyak pesawat militer.

 Selain itu, juga dilakukan perluasan berskala kecil terhadap landasan pacu dan apronnya. Pangkalan Angkatan Udara di Zhangzhou sedang membangun basis peluncuran rudal darat – udara yang ketiga berikut sebuah heliport besar.

Laporan tersebut menyimpulkan bahwa operasi peningkatan dan perluasan yang disebutkan di atas menunjukkan bahwa, militer komunis Tiongkok sedang berupaya meningkatkan kemampuan operasi militer. Tujuannya untuk meningkatkan perang anti-kapal selam dan kemampuan serangan udara.

Menanggapi hal ini, Jaringan Berita Televisi Satelit Radio Taiwan (TVBS) menyebutkan bahwa perluasan ketiga pangkalan udara di Fujian ini jelas untuk menghadapi Taiwan. Di antaranya, Pangkalan AU Longtian ditargetkan untuk menghadapi Pangkalan Angkatan Udara Hsinchu di Taiwan, sedangkan Pangkalan AU Zhangzhou hanya berjarak sekitar 222 kilometer dari Penghu, Taiwan.

Editor senior majalah militer Taiwan ‘Defense International’, Song Yuning mengatakan dalam sebuah wawancara dengan TVBS bahwa kegunaan dari perluasan pangkalan militer ini tak lain adalah untuk menampung lebih banyak pesawat militer ketika perang pecah.

Su, Tzu-yun, Direktur Institut Sumber Daya Strategis Badan Pertahanan Nasional Taiwan, menjelaskan : “Ini bukan ditujukan untuk menghadapi Taiwan semata. tetapi juga untuk menghadapi Laut Tiongkok Timur atau bahkan Pulau Miyako, yang berada di timur laut Taiwan. Sehingga pesawat militer besarnya termasuk seri peperangan elektronik, seri anti-kapal selam, seri polisi udara bisa lebih nyaman untuk lepas landas dan mendarat, dapat terbang dengan jarak lebih jauh”.

Laporan TVBS juga menyebutkan bahwa citra satelit pangkalan Zhihang Taitung juga diekspos oleh situs web asing beberapa hari yang lalu, menunjukkan bahwa Angkatan Udara Taiwan telah membangun 16 hanggar tamnbahan untuk pesawat tempur F-16V. 

Laporan menyebutkan bahwa ini menunjukkan bahwa kedua pihak saling mengintai kekuatan lawan melalui citra satelit.

Laporan lebih lanjut menunjukkan bahwa adu otot militer di kedua sisi Selat Taiwan belakangan ini berlangsung cukup gencar. Belum lama ini militer komunis Tiongkok memamerkan kapal pemasok bahan bakar mengisi bahan bakar kepada 4 kapal perang dalam pelayaran. 

Sementara itu Angkatan Laut Taiwan juga memposting foto tentang pengisian bahan bakar, terhadap berbagai kapal perang di laut dan melakukan tembakan dengan amunisi langsung melalui meriam kapal terhadap sasaran. (sin)

Dokumen Kongres AS : Huawei dan SMIC yang Masuk Daftar Hitam Masih Bisa Membeli Produk Teknologi AS

oleh Chen Beichen

Kongres AS pada Kamis (21/10) mengumumkan sebuah dokumen yang mengungkap bahwa perusahaan Tiongkok Huawei dan SMIC (Semiconductor Manufacturing International Corporation) yang telah dimasukkan ke dalam daftar hitam Kementerian Perdagangan, masih mendapatkan lisensi yang relevan untuk membeli produk teknologi Amerika Serikat.

Sejak November tahun lalu hingga April tahun ini, kedua perusahaan tersebut menerima lisensi ekspor teknologi AS senilai total lebih dari USD. 100 miliar.

Menurut dokumen itu, Kementerian Perdagangan menyetujui 113 lisensi ekspor senilai USD. 61 miliar bagi pemasok AS untuk dijual ke Huawei. Dan 188 lisensi ekspor yang diberikan kepada perusahaan pemasok untuk dijual ke SMIC senilai hampir USD. 42 miliar.

Pada 21 Oktober, Komite Urusan Luar Negeri DPR AS melalui pemungutan suara untuk menyetujui permintaan rilis data izin yang diajukan oleh anggota Kongres dari Partai Republik Michael McCaul. Kementerian Perdagangan telah mengirimkan data tersebut ke panitia di Komite pada bulan Mei tahun ini. Selanjutnya, McCall memberikan dokumen tersebut kepada Reuters.

Laporan menyebutkan bahwa beberapa anggota faksi elang merasa tidak puas dengan data tersebut setelah dokumen dipublikasikan.

Sebagai tanggapan, Kementerian Perdagangan mengatakan dalam sebuah pernyataannya, bahwa pengungkapan resmi informasi lisensi memiliki penggunaan terbatas dalam menilai volume ekspor aktual pemasok ke Huawei dan SMIC.

Kementerian Perdagangan mengatakan bahwa lisensi yang disetujui tidak mewakili pengiriman yang sebenarnya, hanya sekitar setengah dari semua lisensi yang digunakan, dan barang-barang ini mungkin tidak disediakan dalam jumlah yang diizinkan (pasokan di bawah batas).

Agensi menambahkan bahwa aplikasi lisensi yang melibatkan Huawei dan SMIC, diproses sesuai dengan kebijakan lisensi yang dirumuskan oleh pemerintah sebelumnya dan dikelola oleh pemerintah Biden.

Huawei dan SMIC belum menanggapi permintaan komentar. (sin)

Kapal Nelayan Tiongkok Tenggelam di Lepas Pantai Korea Selatan, 12 Orang Diselamatkan dan 3 Hilang

Luo Tingting

Kantor Berita Yonhap melaporkan Departemen Kepolisian Laut Gunsan Korea Selatan mengumumkan pada (20/10/2021) bahwa kapal nelayan Tiongkok seberat 239 ton tenggelam sekitar 124 kilometer barat daya Qingdao di Kota Gunsan, Provinsi Jeollabuk-do sekitar pukul 0:05.

Setelah menerima panggilan tersebut, Departemen Kepolisian Laut Gunsan Korea Selatan, mengirimkan empat kapal patroli dan dua pesawat ke lokasi kejadian untuk memulai operasi pencarian dan penyelamatan. Tujuh dari awak kapal Tiongkok pertama kali diselamatkan oleh kapal nelayan lain, dan Penjaga Pantai Korea Selatan menyelamatkan satu anggota awak.

Sekitar pukul 09.30 pagi, empat awak kapal Tiongkok lainnya yang hanyut di laut diselamatkan oleh polisi maritim. Ketika 4 orang diselamatkan, 3 orang telah kehilangan kesadaran, dan yang 1 orang baik-baik saja.

Hingga saat ini, total 12 ABK Tiongkok telah berhasil diselamatkan dan 3 lainnya hilang.

Polisi maritim mengatakan bahwa jangkauan pencarian telah diperpanjang hingga 20 kilometer di radius wilayah laut kejadian, tetapi karena wilayah laut kejadian memiliki ketinggian gelombang sekitar 3m, jarak pandang kabur dan pencarian dan penyelamatan sulit.

Seorang pejabat Penjaga Pantai mengatakan, “Ketika cuaca membaik, kami berencana untuk memasuki kapal yang terbalik dan mencoba pencarian bawah air.”

Menurut laporan media Korea Selatan sebelumnya, secara umum ada dua jenis kapal penangkap ikan Tiongkok di perairan dekat Korea Selatan, yaitu kapal penangkap ikan legal dengan lisensi Korea Selatan, dan kapal penangkap ikan ilegal tanpa izin Korea Selatan. Untuk menghindari deteksi oleh penjaga pantai Korea Selatan, Seringkali mereka memilih melaut dalam kondisi angin kencang dan ombak yang berbahaya, dan risiko keselamatan lebih besar.

Selama bertahun-tahun, nelayan Tiongkok secara ilegal memasuki perairan Korea Selatan untuk menangkap ikan, menyebabkan kerapnya terjadi konflik. Korea Selatan telah mengeluarkan protes serius pada banyak kesempatan, tetapi sejauh ini tidak ada perbaikan. (hui)

BMKG Ingatkan Datangnya La Nina, Waspada Banjir, Longsor dan Angin Kencang

0

ETIndonesia- Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyampaikan Peringatan Dini untuk WASPADA datangnya La-Nina menjelang akhir tahun ini.

Melansir dari siaran pers BMKG, berdasarkan monitoring terhadap perkembangan terbaru dari data suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur, menunjukkan bahwa saat ini nilai anomali telah melewati ambang batas La Nina, yaitu sebesar -0.61 pada Dasarian I Oktober 2021.

Kondisi ini berpotensi untuk terus berkembang dan kita harus segera bersiap menyambut kehadiran La Nina 2021/2022 yang diprakirakan akan berlangsung dengan intensitas lemah – sedang, setidaknya hingga Februari 2022.

Didasarkan pada kejadian La Nina tahun 2020 lalu, hasil kajian BMKG menunjukkan bahwa curah hujan mengalami peningkatan pada November-Desember-Januari terutama di wilayah Sumatra bagian selatan, Jawa, Bali hingga NTT, Kalimantan bagian selatan dan Sulawesi bagian selatan, maka La Nina tahun ini diprediksikan relatif sama dan akan berdampak pada peningkatan curah hujan bulanan berkisar antara 20 – 70% di atas normalnya.

Dengan adanya potensi peningkatan curah hujan pada periode musim hujan tersebut maka perlu kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap potensi lanjutan dari curah hujan tinggi yang berpotensi memicu bencana hidrometeorologi.

Dwikorita juga mengingatkan agar pemerintah daerah, masyarakat, dan semua pihak terkait dengan pengelolaan sumber daya air dan pengurangan risiko bencana yang berada di wilayah yang berpotensi terdampak La-Nina, agar bersiap segera untuk melakukan langkah pencegahan dan mitigasi terhadap peningkatan potensi bencana Hidrometeorologi seperti banjir, longsor, banjir bandang, angin kencang atau puting beliung ataupun terjadinya badai tropis.

BMKG juga telah memprakirakan bahwa sebagian wilayah Indonesia yang akan memasuki periode Musim Hujan mulai Oktober ini, meliputi wilayah Aceh bagian timur, Riau bagian tenggara, Jambi bagian barat, Sumatra Selatan bagian tenggara, Bangka Belitung, Banten bagian barat, Jawa Barat bagian tengah, Jawa Tengah bagian barat dan tengah, sebagian DI Yogyakarta dan sebagian kecil Jawa Timur, Kalimantan Tengah bagian timur, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara.

Sedangkan beberapa wilayah Indonesia lainnya, akan memasuki musim hujan pada bulan November hingga Desember 2021 secara bertahap dalam waktu yang tidak bersamaan. Secara umum, sampai dengan bulan November 2021 nanti diprakirakan 87.7% wilayah Indonesia telah memasuki musim hujan. Kemudian pada akhir bulan Desember 2021, BMKG memprakirakan 96.8% wilayah Indonesia telah memasuki musim hujan. (BMKG/asr)

Tonggak Uji Coba Pesawat Tempur Generasi Kelima AS Luncurkan Bom Berpemandu Presisi

Jin Shi

Saat situasi tegang di Selat Taiwan, pesawat tempur F-35A AS menyelesaikan uji “bom” berpemandu presisi. Selain itu, kapal perang terbesar Jepang itu juga melakukan uji terbang pesawat tempur pertamanya setelah Perang Dunia II. 

Dua pesawat tempur F-35A AS baru-baru ini melakukan demonstrasi sistem senjata lengkap pertama, di mana mereka menguji bom berpemandu presisi B61-12.

Militer AS mengatakan bahwa seri B61 adalah senjata nuklir gravitasi taktis. Setelah ditambahkan ke F-35A, pesawat tempur siluman generasi kelima ini akan membawa kemampuan baru di level strategis.

Dilihat dari gambar yang dirilis oleh Angkatan Udara AS, internal F-35A dapat menampung bom B61, yang berarti bahwa pesawat tempur akan melakukan misi serangan nuklir tanpa memengaruhi kemampuan silumannya.

Pada 5 Oktober lalu, Departemen Luar Negeri AS mengumumkan bahwa militer AS saat ini memiliki persediaan 3750 hulu ledak nuklir. Ini adalah pertama kalinya Amerika Serikat mengumumkan jumlah hulu ledak nuklir setelah empat tahun.

Pada saat yang sama, pada 3 Oktober, dua pesawat tempur F-35B Korps Marinir AS lepas landas dan mendarat di kapal terbesar Jepang “Izumo”. Ini adalah pertama kalinya kapal perang Jepang menerbangkan jet tempur setelah Perang Dunia II.

Meskipun “Izumo” dikenal sebagai fregat, setelah deknya dimodifikasi, dari kapal ini dapat lepas landas dan mendaratkan pesawat tempur jenis tertentu, sehingga juga dianggap sebagai “kapal induk ringan”.

Video yang dirilis Japan Maritime Self-Defense Force menunjukkan proses pesawat tempur F-35B lepas landas dari “Izumo” dan akhirnya mendarat secara vertikal.

Jepang telah memesan sebanyak 42 unit pesawat F-35B dan melakukan modifikasi serupa pada kapal kembar “Kaga” dari “Izumo”. Dunia luar percaya bahwa penyebaran F-35 di Izumo dan Kaga ditujukan untuk mempertahankan diri dari ancaman Komunis Tiongkok.

Mulai Senin 4 April lalu , Jepang, Inggris, Amerika Serikat, Belanda, dan negara-negara lain telah meluncurkan pelatihan bersama di Laut China Selatan. Item pelatihan termasuk konfrontasi maritim, pertahanan udara armada dan perang anti-kapal selam.

Kapal induk “Queen Elizabeth” Angkatan Laut Inggris, dan kapal induk Angkatan Laut AS “Reagan” dan “Carl Vinson” berpartisipasi dalam pelatihan bersama.

Menteri Pertahanan Jepang Nobuo mengatakan pada Selasa 5 Mei lalu mengatakan bahwa tujuan pelatihan bersama adalah untuk mewujudkan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka. (hui)