Penelitian Menunjukkan Risiko Terobosan Vaksin Lebih Tinggi pada Pasien dengan Gangguan Penggunaan Zat

Tammy Hung

Orang dengan substance use disorders (SUDs) atau gangguan penggunaan zat cenderung lebih terinfeksi dengan COVID-19 dan berakhir dengan hasil-hasil yang merugikan dari infeksi tersebut, menurut sebuah penelitian 5 Oktober yang diterbitkan di World Psychiatry.

“Obat-obatan dan alkohol mempengaruhi fungsi kekebalan tubuh, yang cenderung berkontribusi terhadap risiko infeksi  yang lebih tinggi pada orang-orang dengan gangguan penggunaan zat,” lapor penelitian tersebut.

Dipimpin oleh U.S. National Institute on Drug Abuse atau Institut Nasional Penyalahgunaan Narkoba Amerika Serikat, penelitian ini menemukan bahwa pasien dengan gangguan penggunaan zat lebih cenderung mengalami terobosan vaksin dibandingkan dengan rata-rata orang-orang yang menerima vaksinasi tanpa gangguan penggunaan zat.

Risiko tertular COVID-19 pada orang-orang yang menerima vaksinasi, ditemukan adalah 3,6 persen pada orang-orang yang tidak menderita gangguan penggunaan zat.

Di antara pasien dengan gangguan penggunaan zat, pasien dengan gangguan penggunaan ganja atau kokain adalah kira-kira dua kali lebih cenderung mengalami infeksi terobosan daripada para pengguna non-zat.

Para peneliti menyatakan bahwa orang-orang dengan gangguan penggunaan zat, berisiko lebih tinggi untuk mengalami infeksi terobosan karena mereka cenderung memiliki masalah kesehatan bersamaan dan terkait dengan “faktor penentu sosial ekonomi yang merugikan kesehatan,” seperti pendidikan dan masalah terkait literasi, terkait pekerjaan, dan yang berkaitan dengan perumahan dan keadaan ekonomi.

Ketika karakteristik sosial ekonomi yang merugikan dikendalikan, orang-orang dengan sebagian besar gangguan penggunaan zat –” dengan pengecualian para pengguna ganja –tidak lagi memiliki peningkatan angka infeksi terobosan.

Dari pasien dengan gangguan penggunaan zat, pasien dengan gangguan penggunaan ganja memiliki risiko infeksi terobosan yang lebih tinggi meskipun mereka cenderung lebih muda dengan lebih sedikit penyakit penyerta.

“Ini mungkin menunjukkan bahwa variabel tambahan, seperti faktor perilaku atau efek samping ganja pada fungsi paru dan kekebalan, dapat berkontribusi pada risiko yang lebih tinggi untuk mengalami infeksi terobosan dalam kelompok ini,” para peneliti berhipotesis.

Para peneliti juga melaporkan bahwa orang dengan gangguan penggunaan zat lebih cenderung memiliki penyakit yang memengaruhi jantung, otak, sistem kekebalan tubuh, pembuluh darah, paru, organ-organ metabolisme, hati, dan ginjal.

“Frekuensi komorbiditas yang tinggi pada pasien-pasien dengan gangguan penggunaan zat juga cenderung berkontribusi pada tingginya angka-angka rawat inap dan kematian setelah infeksi terobosan,” penelitian tersebut menyimpulkan.

Di antara populasi kontrol dan populasi dengan gangguan penggunaan zat, orang-orang yang telah menyelesaikan seri vaksinasi Pfizer-BioNTech lebih cenderung mengalami infeksi terobosan daripada orang-orang yang telah menyelesaikan seri vaksinasi Moderna, setelah memperhitungkan faktor sosial ekonomi dan kesehatan.

Para peneliti memasukkan 549.189 pasien dalam kelompok kontrol dan 30.183 orang pasien dalam kelompok gangguan penggunaan zat, di antaranya 2.058 pasien menderita akibat gangguan penggunaan ganja, 1.011 pasien menderita akibat gangguan penggunaan kokain, 2.379 pasien menderita akibat gangguan penggunaan opioid, dan 21.941 pasien menderita akibat gangguan penggunaan tembakau.

Kedua kelompok tersebut telah menerima vaksinasi lengkap dengan dua dosis Pfizer-BioNTech atau Moderna, atau satu dosis tunggal vaksin Johnson & Johnson dan tidak tertular SARS-CoV-2 sebelumnya.

Penelitian tersebut mencakup bulan-bulan ketika varian Delta pertama kali muncul di Amerika Serikat, termasuk Juli dan Agustus 2021. (Vv)