NTD
Ketegangan di Timur Tengah semakin meningkat, dengan Israel dan Hizbullah di Lebanon melancarkan serangan udara besar-besaran lintas batas. Kelompok pemberontak Houthi di Yaman mengancam akan bertindak; Israel memperingatkan bahwa aksi militer belum berakhir. Saat ini, meskipun bandara di ibu kota Lebanon, Beirut, tetap beroperasi seperti biasa, penerbangan telah dibatalkan atau ditunda, banyak penumpang terjebak di bandara.
Kelompok Houthi Mengancam Bertindak
Mengutip laporan dari Agence France-Presse, militer Israel pada 25 Agustus mengumumkan serangan udara terhadap Hizbullah sebagai langkah pencegahan untuk mencegah serangan besar-besaran Hizbullah terhadap Israel. Pada saat yang sama, Hezbollah juga mengumumkan serangan udara lintas batas ke Israel sebagai pembalasan atas pembunuhan oleh sniper Israel terhadap komandan militer tertinggi mereka, Fuad Shukr, pada Juli.
Kelompok Houthi yang didukung Iran memuji serangan Hizbullah terhadap Israel dan sekali lagi mengancam akan melancarkan serangan sebagai tanggapan atas serangan udara Israel pada 20 Juli terhadap pelabuhan kota pesisir Hodeida di Yaman.
Pada 25 Agustus 2024, penduduk di kota pesisir Israel, Acre, memeriksa kerusakan akibat roket yang diluncurkan dari Lebanon. (JACK GUEZ/AFP melalui Getty Images)
Netanyahu: Aksi Militer Belum Berakhir
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada pertemuan kabinet pada 25 Agustus: “Kami sedang memberikan kejutan besar kepada Hizbullah… Ini adalah langkah lain untuk mengubah situasi di utara (Israel) dan memungkinkan warga kami kembali ke rumah mereka dengan aman. Dan sekali lagi, ini bukanlah pernyataan terakhir.”
Netanyahu menyatakan bahwa militer Israel telah menghancurkan ribuan “roket jarak pendek” dan mencegat semua drone yang diluncurkan Hizbullah menuju target strategis di pusat Israel.
Netanyahu tidak menyebutkan target strategis mana yang dimaksud, akan tetapi media Israel melaporkan bahwa target yang dituju oleh Hizbullah adalah markas besar Mossad, badan intelijen Israel, yang terletak di dekat Tel Aviv.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, mengatakan bahwa Israel tidak mencari perang total.
Pemimpin Hizbollah, Sayyed Hassan Nasrallah, menyatakan bahwa serangan telah “selesai sesuai rencana”, tetapi akan menilai dampak dari serangan tersebut, “Jika hasilnya tidak memadai, kami berhak untuk merespons lagi.”
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin telah memerintahkan pengerahan dua kelompok serangan kapal induk di Timur Tengah; Ketua Kepala Staf Gabungan, Jenderal C.Q. Brown, baru-baru ini tiba di Israel untuk bertemu dengan para pemimpin militer.
Ketegangan Meningkat antara Israel dan Lebanon, Penumpang Terjebak di Bandara Beirut
Pada 25 Agustus, jadwal penerbangan menunjukkan penerbangan telah ditunda atau dibatalkan, beberapa penumpang duduk di lantai aula kedatangan Bandara Beirut dan area kedatangan sebagian besar kosong.
Seorang penumpang bernama Diala Hatoum, yang awalnya berencana naik penerbangan Qatar Airways bersama putranya, mengatakan, “Penerbangan yang kami pesan masih akan lepas landas, tetapi waktunya sudah ditunda.”
Pada 25 Agustus 2024, penumpang menunggu penerbangan di Bandara Internasional Beirut. (ANWAR AMRO/AFP melalui Getty Images)
Air France menyatakan bahwa penerbangan yang dijadwalkan ke Beirut pada 25 dan 26 Agustus telah ditangguhkan,dan memperingatkan bahwa penghentian penerbangan bisa diperpanjang tergantung situasi di Timur Tengah.
Royal Jordanian Airlines mengumumkan penghentian penerbangan ke Beirut karena “situasi saat ini,” sementara Etihad Airways telah membatalkan penerbangan ke dan dari Beirut.
Lufthansa Jerman mengumumkan pada 23 Agustus bahwa penangguhan penerbangan ke Beirut akan diperpanjang hingga 30 September.
Otoritas penerbangan sipil Lebanon menegaskan pada 25 Agustus bahwa meskipun ada beberapa gangguan, “bandara (Beirut) masih beroperasi seperti biasa.”
Upaya untuk Menahan Meningkatnya Ketegangan
Pertempuran antara Israel dan Hizbullah berlangsung bersamaan dengan perang di Gaza, jika pertempuran meluas, hal ini bisa memicu konflik regional yang serius antara pendukung Hizbollah, Iran, dan sekutu Israel, Amerika Serikat.
Belum lama ini, diplomat Amerika Serikat dan Eropa melakukan serangkaian kunjungan ke Israel dan Lebanon untuk mencoba menahan meningkatnya ketegangan.
Kantor Koordinator Khusus PBB untuk Lebanon dan Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL) mengeluarkan pernyataan bersama pada 25 Agustus, “Menyerukan kepada semua pihak untuk melakukan gencatan senjata dan menahan diri dari tindakan apapun yang akan berkontribusi pada meningkatnya ketegangan.” (Hui)