Home Blog Page 1401

Tangkal Kelangkaan Tabung Oksigen Medis, Ini yang Dilakukan Kemenprin

ETIndonesia- Kementerian Perindustrian memprioritaskan produksi dan distribusi gas oksigen untuk kebutuhan medis, khususnya bagi penanganan pasien Covid-19. Sebelumnya rasio peruntukan oksigen bagi keperluan medis dan bagi industri adalah 40:60. Saat ini, rasio penggunaan oksigen menjadi 60:40 antara kebutuhan medis dan kebutuhan industri.


“Suplai oksigen dari industri aman dengan kemampuan pasok sebesar 850 ton/hari, sementara kebutuhan oksigen untuk penanganan Covid-19 sekitar 800 ton/hari. Kami juga mendahulukan kebutuhan pasokan oksigen untuk medis,” ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Selasa (29/6) dalam keterangan tertulisnya.


Menurut data Kemenperin, saat ini utilitas rata-rata industri gas oksigen 80% dari kapasitas terpasang sebesar 866.100.000 kg/tahun. Sehingga, masih ada “idle capacity” sekitar 225 juta kg/tahun.

“Apabila “idle capacity” masih belum mencukupi, pasokan gas oksigen untuk industri dapat dialihkan untuk kebutuhan medis,” papar Menperin.


Ia menggarisbawahi, produksi dan distribusi gas oksigen diprioritaskan untuk kebutuhan rumah sakit dan fasilitas kesehatan dalam menangani lonjakan kasus Covid-19. Gas oksigen untuk kebutuhan industri disalurkan setelah kebutuhan untuk rumah sakit serta fasilitas kesehatan terpenuhi. “

Sampai saat ini pengaturan keduanya masih terkendali,” tegasnya.


Menurut Menperin, peningkatan kebutuhan tabung oksigen terjadi karena rumah sakit menambah fasilitas ruang perawatan dalam penanganan Covid-19, baik dalam bentuk bangsal maupun tenda darurat.


Populasi tabung oksigen di Indonesia saat ini sekitar 1,5-1,8 juta tabung. Adapun kondisi yang terjadi adalah lambatnya perputaran tabung oksigen akibat lonjakan kasus Covid-19. Namun, sekitar 70-80% rumah sakit di Pulau Jawa telah memiliki fasilitas Instalasi Regasifikasi Oksigen.

Ia menambahkan, dalam Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas), terdapat kurang lebih 104 industri tabung dengan KBLI 25120 yang mampu menghasilkan produk-produk seperti tangki air, pressure vesselboiler, tabung gas LPG, komponen tabung gas, heat exchangersilo, kaleng, dan tabung pemadam api.


Untuk menanggulangi terjadinya kelangkaan tabung oksigen, menurut Menperin diperlukan sinergi antara Kementerian/Lembaga, terutama untuk menangani pengendalian harga tabung dan pencegahan penimbunan.

Selain itu, perlu kemudahan dalam mobilitas dan distribusi oksigen cair maupun tabung oksigen dalam bentuk dispensasi dari pembatasan Over Dimension Over Load (ODOL).


“Kami juga mengharapkan dukungan suplai listrik yang andal dan kontinyu dari PT PLN (Persero) untuk industri gas oksigen, sehingga tidak terjadi pemadaman, kedip, maupun ayunan voltase dan frekuensi,” pungkas Menperin. (asr)

https://www.youtube.com/watch?v=MpRk3nMIkLo

KMP Yunicee Tenggelam di Selat Bali : 39 Selamat Dievakuasi, 7 Orang Meninggal Dunia dan 11 Hilang

ETIndonesia – Tim SAR melakukan pencarian dan pertolongan atas tenggelamnya KMP Yunicee di perairan pelabuhan Gilimanuk, Jembrana, Bali.

KMP Yunicee tenggelam di Perairan Gilimanuk, Selasa (29/6/2021). Kapal dengan rute Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur ke Gilimanuk, Bali tersebut terseret arus dan mengalami kemiringan hingga terbalik. 

Laporan terkini disebutkan sebanyak 39 orang berhasil dievakuasi dengan selamat. Akan tetapi 7 orang lainnya meninggal dunia dan 11 lainnya masih hilang.

Laporan tersebut diungkapkan oleh Kepala Kantor Basarnas Bali, Gede Darmada berdasar data terakhir pada Rabu (30/6/2021) pukul 07.WIB yang diteruskan oleh Basarnas Pusat.

Adapun jumlah keseluruhan penumpang di manifes kapal tercatat ada 57 orang terdiri 13 kru kapal, petugas kantin 3 orang dan penumpang 41 orang.

Kronologinya, Kantor Basarnas Bali mendapatkan informasi dari anggota TNI AL Gilimanuk Hendri  sekitar pukul 19.12 Wita. KMP Yunicee dengan panjang kapal 56,5 meter dan lebar 8,6 meter, berwarna putih strip merah biru. (asr)

Deretan Provinsi di Pulau Jawa yang Berkontribusi Besar Ledakan Kasus COVID-19

 ETIndonesia – Satgas COVID-19 mencatat jika dilihat lebih dalam pada tingkat provinsi, maka tiga provinsi yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah, disusul Jawa Timur, sama-sama berkontribusi besar pada kenaikan kasus baik pada puncak pertama maupun puncak kedua.

Adapun Sulawesi Selatan yang turut berkontribusi pada puncak pertama, tidak kembali berkontribusi di puncak kedua dan posisinya digantikan oleh Daerah Istimewa Yogyakarta.

Penting untuk diperhatikan bahwa tiga provinsi di Pulau Jawa ini konsisten menjadi penyumbang tertinggi pada kedua puncak kasus yang terjadi sepanjang pandemi.

Tentu, segala upaya penanganan yang dilakukan oleh pemerintah tidak akan efektif bila masyarakat abai dan lengah menjaga dirinya dari potensi tertular dan menularkan orang lain.

“Masyarakat, terutama di ketiga Provinsi ini harus berkontribusi dalam menekan lonjakan kasus covid-19. Upaya penanganan adalah upaya kolektif. Untuk itu, inisiatif masyarakat dalam menekan dan mengendalikan kasus menjadi sangat penting,” jelas Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof. Wiku Adisasmito dalam keterangan tertulisnya.

Wiku melanjutkan, “Jika terpapar, mengalami gejala Covid atau memiliki kerabat yang terkena Covid, jujurlah dengan segera melapor kepada ketua RT setempat agar segera ditindaklanjuti oleh Puskesmas. Jangan khawatir jika petugas tracing datang untuk melacak kontak erat, dan jangan takut di-swab karena hal ini perlu dilakukan agar kasus positif ditangani dengan cepat sehingga tidak bertambah parah.”

Satgas menyerukan kepada masyarakat juga harus terus meningkatkan kedisiplinan protokol kesehatan. Selanjutnya, masyarakat juga dapat ikut menyebarluaskan edukasi terkait Covid-19 kepada orang sekitar. Hal ini penting karena terdapat berbagai isu yang masih perlu diedukasi dengan baik kepada masyarakat seperti penggunaan masker yang benar, pentingnya menjaga jarak, dan masih banyak masyarakat yang takut untuk divaksin. (asr)

Kasus COVID-19 Mingguan Indonesia Mencapai Puncaknya, Melonjak 381 Persen dalam Waktu 6 Minggu

ETIndonesia – Kasus Covid-19 mingguan di Indonesia telah mencapai puncaknya, bahkan lebih tinggi dari puncak kasus yang terjadi pada Januari 2021.

Pada puncak yang pertama di Januari 2021, jumlah kasus mingguan mencapai 89.902 kasus, sedangkan pada minggu ini angkanya jauh lebih tinggi, yaitu mencapai 125.396 kasus.

Minggu lalu, Indonesia mencatatkan angka kasus positif harian yang sangat tinggi, bahkan mencetak rekor baru yaitu kasus harian tertinggi selama pandemi, bertambah 21.345 kasus dalam satu hari.

“Hal ini menandakan second wave atau gelombang kedua kenaikan kasus Covid di Indonesia,” jelas Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof. Wiku Adisasmito dalam keterangan tertulisnya.

Satgas mengungkapkan bahwa pada puncak kasus pertama, kenaikan dari titik kasus terendah sebesar 283 persen dan memuncak dalam waktu 13 minggu.

Sedangkan pada puncak kedua ini, kenaikan dari titik kasus terendah mencapai 381 persen atau hampir 5 kali lipatnya dan mencapai puncak dalam waktu 6 minggu.

Padahal, Indonesia sempat mengalami penurunan kasus sejak puncak pertama yaitu selama 15 minggu dengan total penurunan hingga 244 persen.

Menurut dia, kenaikan yang mulai terjadi satu minggu pasca periode libur lebaran menunjukkan dampak yang ditimbulkan akibat libur panjang ternyata dapat terjadi sangat cepat. Awalnya kenaikan terlihat normal dan tidak terlalu signifikan. Namun, memasuki minggu ke-4 pasca periode libur kenaikan meningkat tajam dan berlangsung selama tiga minggu hingga mencapai puncak kedua di minggu terakhir.

Keberhasilan pengendalian dari lonjakan kasus ini, menurut Prof Wiku kembali pada kesiapan masing-masing daerah dalam menyusun dan menjalankan strategi penanganan terbaik di wilayahnya. Dengan demikian, lonjakan kasus yang terjadi dapat segera ditekan dan dikendalikan sehingga mengurangi beban pada fasilitas, sistem, dan tenaga kesehatan. (asr)

Hasil Studi AS : 2 Dosis Vaksin Tak Cukup Karena Antibodi Berkurang 90% dalam 90 Hari

 oleh Jing Zhongming

Makalah yang ditulis oleh sarjana dari Universitas California dan diterbitkan oleh ‘ACS Nano’ (American Chemical Society) pada 23 Juni menyebutkan bahwa, antibodi yang dihasilkan seseorang usai disuntik dengan vaksin Pfizer dan Moderna, akan sama dengan antibodi pada tubuh orang yang secara alami terinfeksi virus komunis Tiongkok (COVID-19).

Sekitar 90% antibodi tersebut akan hilang dalam waktu 90 hari. Oleh karena itu, dianjurkan untuk terus memperbaikinya melalui suntikan tambahan, meskipun sudah menerima 2 dosis lengkap vaksin

Makalah tersebut mempelajari tingkat stabilitas relatif antibodi antara akibat induksi vaksin dan induksi akibat infeksi alami (terinfeksi sebelum divaksinasi). Objek penelitian utama adalah vaksin Pfizer dan Moderna di Amerika Serikat. Kedua vaksin tersebut menggunakan teknologi mRNA untuk memicu sistem kekebalan tubuh memproduksi antibodi.

Makalah menyebutkan bahwa meskipun kedua vaksin di atas dapat memberikan perlindungan sekitar 95% terhadap infeksi simtomatik dalam jangka pendek, tetapi masih terdapat masalah klinis yang penting.

Menurut penelitian, tingkat antibodi dihasilkan dalam tubuh pasien ringan yang secara alami terinfeksi virus komunis Tiongkok (COVID-19) setara dengan antibodi, yang dihasilkan melalui dosis vaksin pertama bagi orang yang belum pernah terinfeksi. Jadi mereka ini hanya butuh 1 dosis vaksin lagi untuk mencapai perlindungan yang maksimal. 

Sedangkan suntikan dosis kedua bagi mereka ini, ternyata tidak membuat antibodi mereka bertambah. Hal mana berbeda dengan orang yang belum pernah terinfeksi, orang-orang ini membutuhkan 2 dosis suntikan vaksin untuk mencapai efek penetralisir yang maksimal.

Namun, bahkan setelah menerima 2 dosis vaksin, antibodi tubuh akan kehilangan sekitar 90% dalam waktu 90 hari. Pengurangan antibodi berarti bahwa perlu tambahan suntikan vaksin, jika tidak maka akan sulit juga untuk melawan virus, alias akan tertular virus komunis Tiongkok.

Pada tahun lalu ketika epidemi mulai merebak, sudah ada penelitian yang menunjukkan bahwa beberapa orang yang telah pulih dari epidemi hanya dapat mempertahankan antibodi yang tinggi dalam tubuh mereka selama 2 atau 3 bulan, sehingga masih ada kemungkinan terkena infeksi sekunder.

Makalah di atas menunjukkan bahwa antibodi yang dihasilkan oleh vaksinasi, mirip dengan orang yang terinfeksi virus komunis Tiongkok secara alami.

Selain itu, mutasi virus komunis Tiongkok yang terjadi terus menerus, juga akan sangat mengurangi efektivitas antibodi pada orang yang telah pulih dari epidemi atau orang yang sudah divaksinasi.

Pada 25 Juni, pemerintah Israel mengumumkan bahwa, sekitar 90% dari kasus yang baru dikonfirmasi di negara itu disebabkan oleh virus varian Delta. Padahal sekitar setengah dari mereka telah menerima vaksinasi lengkap. Hal ini menunjukkan bahwa vaksin masih memiliki kekurangan dalam mengatasi virus varian Delta yang lagi merajalela.

Baru-baru ini, Reuters mengutip laporan yang tidak dipublikasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia -WHO- memberitakan bahwa karena mutasi dari virus komunis Tiongkok yang terjadi terus menerus, WHO bermaksud untuk merekomendasikan agar masyarakat umum menerima vaksinasi tambahan setiap 2 tahun sekali. Termasuk, suntikan tambahan setiap tahun bagi para lansia dan kelompok orang yang berisiko tinggi lainnya. Laporan itu juga menyebutkan bahwa, proposal tersebut dapat disesuaikan berdasarkan kondisi di lapangan. (sin)

Informasi yang Perlu Anda Ketahui Tentang Virus Varian Delta Plus

oleh Feng Xiao

India telah menemukan galur virus Delta+ (plus) pada 5 April 2021, dan 2 bulan lebih kemudian (22 Juni), Kementerian Kesehatan India menetapkan galur virus Delta+ ini sebagai varian virus yang patut mendapat perhatian serius. 

Pada 23 Juni, diketahui ada 40 orang di 3 negara bagian India yang positif terinfeksi virus Delta+, dan hingga 25 Juni, jumlah tersebut telah meningkat menjadi 51 orang di 12 negara bagian.

Lantas, apa sebenarnya varian Delta+ itu ? Apakah masyarakat perlu khawatir terhadap hal ini ?

Menurut laporan beberapa media asing, bahwa varian Delta+ adalah mutasi ekstra dari spike protein pada strain virus Delta yang sangat menular. 

Infektivitas galur virus Delta adalah 2 kali lipat dari virus komunis Tiongkok atau virus pneumonia Wuhan, dan Plus berarti telah terjadi mutasi tambahan yang berarti galur virus Delta+ bisa lebih menular daripada virus varian Delta. Bahkan, lebih memperburuk kondisi penyakit pasien.

Tercatat hingga 16 Juni, ada 197 kasus infeksi Delta+ di 11 negara di seluruh dunia, termasuk 36 di Inggris, 1 di Kanada, 8 di India, 15 di Jepang, 3 di Nepal, 9 di Polandia, 22 di Portugal, 1 di Rusia, 18 di Swiss, 1 di Turki, dan 83 kasus di Amerika Serikat.

Kementerian Kesehatan India menyatakan bahwa, hal yang patut mendapat perhatian tinggi dari galur virus ini adalah, ia memiliki daya rekat pada reseptor sel paru-paru yang lebih kuat. 

Selain itu, galur virus ini memiliki kemungkinan untuk mengurangi respons antibodi monoklonal. Akibatnya, menyebabkan vaksinasi dan antibodi kehilangan kekebalan terhadap virus ini.

Strain virus Delta+ pertama kali muncul di India pada 5 April, dan Kementerian Kesehatan Inggris mengumumkan bahwa pada 26 April pihaknya telah menemukan 5 kasus pasien terinfeksi Delta+.

Kementerian Kesehatan India dalam sebuah pernyataannya menyebutkan : Varian Delta+ ini memiliki sifat menolak sistem kekebalan tubuh.

Sebagai tanggapan, Sally Cutler, ahli mikrobiologi dari University of East London menjelaskan : “Varian Delta+ dapat menghindari antibodi penetral. Antibodi penetral pada manusia digunakan untuk mencegah sel diserang oleh antigen atau sumber infeksi tertentu. Oleh karena itu, juga merupakan bagian penting dari antibodi manusia, yang berarti bahwa virus ini dapat mengurangi efektivitas vaksin dan obat untuk meningkatkan antibodi, serta memperbesar risiko terkena infeksi ulang terhadap penerima vaksinasi”.

Kementerian Kesehatan India khawatir bahwa virus Delta+ ini, akan memicu gelombang baru wabah COVID-19 di India.

Namun, ada juga beberapa ahli yang mempertanyakan klaim pemerintah India tentang varian Delta+ ini adalah jenis virus yang patut mendapat perhatian tinggi. Karena mereka berpendapat bahwa, tidak ada cukup bukti untuk menunjang bahwa varian ini lebih menular atau lebih mematikan.

George Rutherford, seorang ahli epidemiologi di University of California, San Francisco mengatakan kepada ‘Los Angeles Times’, bahwa varian Delta+ tidak lebih buruk daripada varian lain dari SARS-CoV-2. 

Dia mengatakan : “Saat ini, saya belum melihat apa pun yang terlalu mengkhawatirkan tentang varian virus ini”.

Monica Gandhi, pakar penyakit menular dari University of California, San Francisco juga mengatakan kepada ‘Los Angeles Times’ bahwa kurangnya data saat ini tentang varian Delta+ sebagian disebabkan oleh kurangnya dana di India, yang mengakibatkan terbatasnya pemantauan terhadap genom di negara tersebut. 

Monica Gandhi mengatakan : “Berdasarkan data yang kita miliki, kita belum bisa mengetahui apakah jenis virus Delta+ ini lebih menular”.

Dunia terus khawatir dengan munculnya varian yang lebih menular dari virus komunis Tiongkok, tetapi beberapa ahli mengatakan bahwa seharusnya daya penularan dari virus komunis Tiongkok juga memiliki keterbatasan. Mereka tidak berpikir bahwa virus komunis Tiongkok akan sangat menular seperti halnya virus campak. Virus campak adalah salah satu virus yang paling menular di dunia.

“Tampaknya semakin banyak orang terinfeksi virus yang sedang mewabah ini, sehingga begitu banyak orang berpikir ‘mengapa penyebaran epidemi ini tidak berhenti’. Hal ini dapat dimengerti, dan begitu Anda menghentikan penyebaran virus, jelas mutasi virus juga akan terhenti. Itulah sebabnya kami ingin memiliki hak vaksin global untuk menghentikan penyebaran virus komunis Tiongkok”, kata Monica Gandhi. (sin)

KMP Yunicee Ketapang-Gilimanuk Tenggelam di Selat Bali, 6 Penumpang Tewas

ETIndonesia- Kapal penumpang, KMP Yunice tenggelam di Perairan Gilimanuk, Selat Bali, Selasa (29/6/2021). Kapal dari Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur ke Pelabuhan Gilimanuk, Bali tersebut terseret arus dan mengalami kemiringan hingga terbalik. 

Kantor Pencarian dan Pertolongan Denpasar (Basarnas Bali) mendapatkan informasi dari prajurit TNI AL Gilimanuk sekitar pukul 19.12 Wita.

Data sementara dari pelapor bahwa kapal mengangkut 53 orang yakni 12 kru dan 41 penumpang. Kondisi kapal dengan panjang kapal 56,5 meter dan lebar 8,6 meter, berwarna putih strip merah biru.

“Tim terdekat yang kami kerahkan dari Pos SAR Jembrana dan Pos SAR Buleleng selanjutnya menyusul personil dari Kantor Basarnas Bali,” kata Kepala Kantor Basarnas Bali, Gede Darmada dalam keterangan tertulisnya.

Data yang diperoleh hingga pukul 21.30 Wita, telah terevakuasi selamat adalah 27 orang di KMP Suwakarya dan 17 orang dibantu dari KMP Samudra Utama, selanjutnya dibawa ke Pelabuhan Ketapang.

“Sementara data korban meninggal yang diperoleh dari petugas siaga SAR di Pelabuhan Gilimanuk, terkonfirmasi 6 orang yakni 4 perempuan dan 2 orang laki-laki selanjutnya dibawa ke Puskesmas Gilimanuk, namun belum diperoleh identitas,”jelasnya.

Darmada menegaskan bahwa saat ini tim SAR gabungan masih berupaya mencari dan memberikan pertolongan dengan penyisiran di seputar kapal tenggelam. Untuk data jumlah penumpang saat ini masih terus dihimpun dari berbagai sumber.

Alut air yang sedang dikerahkan diantaranya 1 unit RIB, KMP Samudra Utama, KMP Sukarya, 2 unit Tagboat (Joyo Boyo dan Perkasa), dan 1 unit speed boat. Tim SAR gabungan yang dikerahkan yakni Basarnas Bali, Pol Air Polres Jembrana, ASDP Gilimanuk, Syahbandar Gilimanuk, Pos AL Gilimanuk, Batalion Compi C Gilimanuk dan BPBD serta nelayan setempat. (Basarnas/asr)

Rumah Sakit di Jakarta Masuki Kondisi Krusial, Gubernur Anies : Siapapun yang Datang, Perlakukan Seperti Saudara Kita Sendiri

ETIndonesia- Kondisi rumah sakit di Jakarta tengah memasuki masa-masa krusial di mana harus berhadapan dengan lonjakan kasus aktif COVID-19 yang signifikan.

Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Anies Baswedan, bersama Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Widyastuti, beserta jajaran meninjau langsung pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Koja, Jakarta Utara, pada Selasa (29/6/2021).


Saat kunjungannya, Gubernur Anies berkesempatan berinteraksi bersama para tenaga kesehatan melalui sambungan daring. Gubernur Anies mengungkapkan apreasiasi kepada para tenaga medis sekaligus mengirimkan pesan agar para tenaga medis tetap solid dan menjaga semangat untuk membantu para pasien.

“Jadi, kita menemui rekan-rekan tenaga medis yang bekerja 24 jam di rumah sakit di Jakarta. Saya menyapa semua, menyampaikan terima kasih dan apresiasi, sekaligus mengirimkan pesan bahwa jaga stamina, soliditas, saling support, dan kami di seluruh jajaran lintas bidang akan mem-back up sepenuhnya apa saja kegiatan di rumah sakit,” ungkap Gubernur Anies usai peninjauan dalam keterangan tertulisnya.

“Saya juga berpesan, siapapun yang datang, perlakukan seperti saudara kita sendiri. Berikan yang terbaik, sehingga semua bisa kembali ke rumah, kumpul lagi dengan keluarganya,” tambahnya.


Gubernur Anies menjelaskan bahwa yang dihadapi saat ini adalah volume pasien yang amat banyak. Maka dari itu, optimalisasi dan dukungan tambahan, baik sumber daya dan tenaga kerja untuk keperluan medis maupun non-medis, sangat diperlukan. Seperti, tenaga untuk memfasilitasi pemindahan alat, tabung oksigen, dan lain sebagainya. Harapannya, dengan begitu, tenaga medis akan lebih fokus kepada proses perawatan dan penyembuhan pasien.


“Jadi, kita akan berikan dukungan dari dinas-dinas lain untuk ditempatkan di rumah sakit, sehingga kebutuhan tenaga pendukung untuk aktivitas non-medis bisa kita siapkan. Sebagai gambaran, menyiapkan makanan, membungkus obat, memindahkan tabung oksigen dalam waktu yang amat cepat dan volumenya jauh lebih banyak daripada biasanya yang tak pernah terjadi sebelumnya,” paparnya. (asr)

Terdeteksi Penularan Virus Varian di Jakarta : 12 Varian Alpha, 3 varian Beta dan 113 Varian Delta

ETIndonesia – Kasus penularan di wilayah DKI Jakarta mengalami lonjakan. Kini, DKI Jakarta secara aktif melakukan pemeriksaan sampel Whole Genome Sequencing (WGS). Sebanyak 128 sampel dinyatakan sebagai Variant of Concern (VoC) per 28 Juni 2021.

Terkait dengan varian baru mutasi virus COVID-19, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Dwi Oktavia mengimbau seluruh masyarakat tetap waspada karena varian baru ini lebih cepat menular dan menimbulkan gejala yang lebih berat.

“Dari jumlah tersebut, telah diidentifikasi bahwa 35 kasus memiliki riwayat perjalanan dari luar negeri (kasus impor), 46 transmisi lokal varian Delta di DKI Jakarta, 22 transmisi lokal varian Delta di Debotabek yang mana pemeriksaannya dilakukan di Jakarta, dan 25 kasus masih dalam proses verifikasi apakah merupakan varian Delta dari luar negeri atau transmisi lokal,” ujarnya dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin (28/06/2021).

Berdasarkan pemeriksaan sampel, maka  varian Delta yang terdeteksi di India sebagai varian virus mendomonasi dalam penularan di wilayah Jakarta.

“Adapun rincian 128 VoC tersebut, yakni 12 varian Alpha (B.117), 3 varian Beta (B.1.351), 113 varian Delta (B.1617.2),” terangnya.

Ia juga menyatakan, pemprov DKI Jakarta masih terus berupaya mengendalikan pandemi COVID-19. Seiring dengan menerapkan 3T,  vaksinasi COVID-19 juga digalakkan pada sejumlah kelompok prioritas. Kendati demikian, masih dibutuhkan peran serta masyarakat untuk tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan.

Dwi juga menyebut, trend kasus positif aktif pada anak di bawah usia 18 tahun masih bertambah. Sebanyak 13% dari 8.348 kasus positif pada Senin (28/6) adalah anak-anak di bawah usia 18 tahun, dengan rincian, yaitu 917 kasus adalah anak usia 6 – 18 tahun dan 327 kasus adalah anak usia 0 – 5 tahun. Sedangkan, 6.436 kasus adalah usia 19 – 59 tahun dan 668 kasus adalah usia 60 tahun ke atas.

“Untuk itu, penting sekali bagi para orangtua agar menjaga anak-anaknya lebih ketat dan menghindari keluar rumah membawa anak-anak. Sebisa mungkin lakukan aktivitas di rumah saja bersama anak, karena kasus positif pada anak saat ini masih tinggi,” imbaunya. (asr)

Batalkan Kelas Institut Konfusius, Pejabat Kanada Ungkap Tekanan Diterimanya dari Konjen Tiongkok

0

NTD

Pemerintahan Provinsi New Brunswick, Kanada membatalkan kelas Konfusius di sekolah-sekolah provinsi itu. Langkah ini  awalnya merupakan urusan internal provinsi, tetapi konsul jenderal Komunis Tiongkok di provinsi lain justru gencar melobi dan mengiming-iming perjalanan gratis ke Tiongkok dan menyinggung nasib ekspor lobster dari provinsi itu. Bahkan, sempat mengancam. Baru-baru ini, Direktur Pendidikan Provinsi New Brunswick bersaksi di depan Kongres Kanada dan mengungkapkan faktanya

Direktur Pendidikan Provinsi New Brunswick, Kanada, Dominique Cardi, bersaksi di depan Komite Hubungan Kanada-Tiongkok, Kongres Kanada beberapa waktu lalu. Ia mengungkapkan tekanan yang diterimanya dari pejabat Komunis Tiongkok. Ia memaparkan bahwa Komunis Tiongkok pertama kali memobilisasi mantan gubernur provinsi untuk melobi dirinya. Tujuannya agar ia tidak membatalkan Kelas Konfusius. Ketika cara ini tidak berhasil, lalu dilakukan langkah lainnya.

Dominic Cardi berkata : “Mengejutkan bahwa konsulat Tiongkok tiba-tiba mengunjungi kantor saya dan tidak mematuhi etika diplomatik. Berdasarkan pengalaman masa lalu saya dalam diplomasi internasional, dia mencoba menekan saya untuk mengubah keputusan pemerintah. Ancamannya termasuk pembalasan ekonomi dan menjadikannya masalah antara kedua negara (hubungan) daripada masalah perbedaan pendidikan di sekolah.”

Adapun pejabat konsul ini adalah konsulat Tiongkok di Quebec, hampir seribu kilometer jauhnya. Dia pertama kali mengimingi Cardi jalan-jalan gratis ke Tiongkok , tapi Cardi menolaknya. Bahkan pejabat itu menyinggung soal ekspor lobster di provinsi New Brunswick.

Direktur Pendidikan Provinsi New Brunswick, Kanada, Dominique Cardi

Dominique Cardi menambahkan, pejabat Konjen dari Montreal datang kepadanya dan berbicara dengan direktur lain pada saat yang sama. Pejabat itu mengancam, jika hubungan antara New Brunswick dan Tiongkok akan rusak serta akan ada konsekuensi ekonomi. Termasuk penjualan lobster dan perdagangan khusus lainnya di provinsi New Brunswick.

Namun demikian, Cardi memiliki pengalaman dalam kegiatan demokrasi di organisasi internasional dan memahami metode kerja Komunis Tiongkok.

Pada tahun 2018, Cardi menjabat sebagai Direktur Pendidikan, kemudian beberapa bulan kemudian ia membatalkan Kelas Konfusius di sekolah dasar dan menengah. Karena Komunis Tiongkok menambahkan klausul non-exit dalam kontrak, beberapa ruang kelas Konfusius di bagian sekolah menengah tidak akan dibatalkan hingga akhir kontrak pada tahun 2022.

Cardi menegaskan, Kelas Konfusius telah memperoleh data pribadi siswa di Provinsi New Brunswick selama bertahun-tahun. Akan tetapi, hal yang sangat mengkhawatirkan adalah konten yang diajarkan juga bertentangan dengan nilai-nilai Kanada.

Dominique Cardi menjelaskan, beberapa topik bahkan disensor. Sedangkan hal-hal yang bukan fakta disajikan sebagai fakta. Banyak guru besar tak puas bahwa pemerintah New Brunswick dan Institut Konfusius saling menyetujuinya dalam kontrak. 

Selain itu, penduduk tetap New Brunswick dan beberapa warga Kanada khawatir, jika mereka berbicara penolakan terhadap institut Confucius, maka mereka akan diuber-uber Komunis Tiongkok dan akan membalas dendam terhadap keluarga mereka di Tiongkok. 

Cardi mengatakan, kesaksiannya di depan Kongres untuk mengingatkan kepada politisi Kanada agar mereka menyadari penetrasi Komunis Tiongkok ke masyarakat Kanada dan mengambil tindakan nyata. (hui)