Informasi yang Perlu Anda Ketahui Tentang Virus Varian Delta Plus

oleh Feng Xiao

India telah menemukan galur virus Delta+ (plus) pada 5 April 2021, dan 2 bulan lebih kemudian (22 Juni), Kementerian Kesehatan India menetapkan galur virus Delta+ ini sebagai  varian virus yang patut mendapat perhatian serius. 

Pada 23 Juni, diketahui ada 40 orang di 3 negara bagian India yang positif terinfeksi virus Delta+, dan hingga 25 Juni, jumlah tersebut telah meningkat menjadi 51 orang di 12 negara bagian.

Lantas, apa sebenarnya varian Delta+ itu ? Apakah masyarakat perlu khawatir terhadap hal ini ?

Menurut laporan beberapa media asing, bahwa varian Delta+ adalah mutasi ekstra dari spike protein pada strain virus Delta yang sangat menular. 

Infektivitas galur virus Delta adalah 2 kali lipat dari virus komunis Tiongkok atau virus pneumonia Wuhan, dan Plus berarti telah terjadi mutasi tambahan yang berarti galur virus Delta+ bisa lebih menular daripada virus varian Delta. Bahkan, lebih memperburuk kondisi penyakit pasien.

Tercatat hingga 16 Juni, ada 197 kasus infeksi Delta+ di 11 negara di seluruh dunia, termasuk 36 di Inggris, 1 di Kanada, 8 di India, 15 di Jepang, 3 di Nepal, 9 di Polandia, 22 di Portugal, 1 di Rusia, 18 di Swiss, 1 di Turki, dan 83 kasus di Amerika Serikat.

Kementerian Kesehatan India menyatakan bahwa, hal yang patut mendapat perhatian tinggi dari galur virus ini adalah, ia memiliki daya rekat pada reseptor sel paru-paru yang lebih kuat. 

Selain itu, galur virus ini memiliki kemungkinan untuk mengurangi respons antibodi monoklonal. Akibatnya, menyebabkan vaksinasi dan antibodi kehilangan kekebalan terhadap virus ini.

Strain virus Delta+ pertama kali muncul di India pada 5 April, dan Kementerian Kesehatan Inggris mengumumkan bahwa pada 26 April pihaknya telah menemukan 5 kasus pasien terinfeksi Delta+.

Kementerian Kesehatan India dalam sebuah pernyataannya menyebutkan : Varian Delta+ ini memiliki sifat menolak sistem kekebalan tubuh.

Sebagai tanggapan, Sally Cutler, ahli mikrobiologi dari University of East London menjelaskan : “Varian Delta+ dapat menghindari antibodi penetral. Antibodi penetral pada manusia digunakan untuk mencegah sel diserang oleh antigen atau sumber infeksi tertentu. Oleh karena itu, juga merupakan bagian penting dari antibodi manusia, yang berarti bahwa virus ini dapat mengurangi efektivitas vaksin dan obat untuk meningkatkan antibodi, serta memperbesar risiko terkena infeksi ulang terhadap penerima vaksinasi”.

Kementerian Kesehatan India khawatir bahwa virus Delta+ ini, akan memicu gelombang baru  wabah COVID-19 di India.

Namun, ada juga beberapa ahli yang mempertanyakan klaim pemerintah India tentang varian Delta+ ini adalah jenis virus yang patut mendapat perhatian tinggi. Karena mereka berpendapat bahwa, tidak ada cukup bukti untuk menunjang bahwa varian ini lebih menular atau lebih mematikan.

George Rutherford, seorang ahli epidemiologi di University of California, San Francisco mengatakan kepada ‘Los Angeles Times’, bahwa varian Delta+ tidak lebih buruk daripada varian lain dari SARS-CoV-2. 

Dia mengatakan : “Saat ini, saya belum melihat apa pun yang terlalu mengkhawatirkan tentang varian virus ini”.

Monica Gandhi, pakar penyakit menular dari University of California, San Francisco juga mengatakan kepada ‘Los Angeles Times’ bahwa kurangnya data saat ini tentang varian Delta+ sebagian disebabkan oleh kurangnya dana di India, yang mengakibatkan terbatasnya pemantauan terhadap genom di negara tersebut. 

Monica Gandhi mengatakan : “Berdasarkan data yang kita miliki, kita belum bisa mengetahui apakah jenis virus Delta+ ini lebih menular”.

Dunia terus khawatir dengan munculnya varian yang lebih menular dari virus komunis Tiongkok, tetapi beberapa ahli mengatakan bahwa seharusnya daya penularan dari virus komunis Tiongkok juga memiliki keterbatasan. Mereka tidak berpikir bahwa virus komunis Tiongkok akan sangat menular seperti halnya virus campak. Virus campak adalah salah satu virus yang paling menular di dunia.

“Tampaknya semakin banyak orang terinfeksi virus yang sedang mewabah ini, sehingga begitu banyak orang berpikir ‘mengapa penyebaran epidemi ini tidak berhenti’. Hal ini dapat dimengerti, dan begitu Anda menghentikan penyebaran virus, jelas mutasi virus juga akan terhenti. Itulah sebabnya kami ingin memiliki hak vaksin global untuk menghentikan penyebaran virus komunis Tiongkok”, kata Monica Gandhi. (sin)