Home Blog

33 Tahun Kemudian, Pembantaian di Lapangan Tiananmen Masih Penting bagi Dunia

Dorothy Li

Tanggal 3 Juni 1989, adalah malam berdarah bagi para pengunjuk rasa mahasiswa pro-demokrasi. Kala itu, tank-tank meluncur menuju ke Lapangan Tiananmen, Beijing untuk memusnahkan orang-orang dan apapun di jalanan. Gas air mata dan peluru tajam membanjiri alun-alun.

Para pengunjuk rasa yang panik menyandarkan tubuh-tubuh yang lemas ke sepeda, bus, dan ambulans untuk mengangkut mereka pergi. Ribuan pengunjuk rasa tak bersenjata diperkirakan tewas.

Pembunuhan massal tersebut mengejutkan dunia. Sebagai tanggapan, kala itu Presiden AS George H.W. Bush mengutuk pembantaian tersebut. Kemudian menangguhkan pengiriman senjata ke Tiongkok dan memberlakukan beberapa sanksi.

“Tapi mereka segera beralih,” kata Li Hengqing, mantan pemimpin mahasiswa 1989 yang sekarang tinggal di Washington. Li menunjukkan bahwa sebagian besar sanksi langsung dicabut dan hubungan ekonomi kembali dilanjutkan.

“Kebetulan saya percaya bahwa kontak komersial telah memimpin, pada esensinya adalah pencarian lebih banyak terhadap kebebasan ini,” kata Bush pada konferensi pers yang diadakan sehari setelah pembantaian Tiananmen. 

“Saya pikir karena orang memiliki insentif komersial, apakah itu di Tiongkok atau  sistem totaliter lainnya, langkah menuju demokrasi menjadi lebih tak terhindarkan,” katanya. 

Teori itu digambarkan  “sangat konyol,” kata Yuan Hongbing, seorang cendikiawan Tiongkok yang kemudian diskors dari tugasnya karena berpartisipasi dalam aksi protes Tiananmen. Ia mengatakan kebijakan keterlibatan Washington dengan Tiongkok menguntungkan PKT. Bahkan, membantu rezim komunis mengumpulkan kekuatan ekonomi selama tiga dekade. 

“[Respon] Barat menguatkan PKT,” kata Chen Weijian, seorang komentator Tiongkok yang meninggalkan daratan Tiongkok ke Selandia Baru dua tahun setelah tindakan keras Tiananmen.

Setelah 33 tahun, “pembangunan ekonomi tak mengarah ke Tiongkok yang bebas,” kata Chen, yang merupakan pendiri majalah pro-demokrasi Tiongkok dan diselidiki karena mendukung demonstrasi 1989. Sebaliknya, PKT berusaha menggunakan kekuatan ekonomi untuk “mengubah aturan komunitas internasional” dan mengekspor model kontrol penindasannya ke seluruh dunia.

Chen mengutip percakapan antara Xi Jinping dan Presiden AS Joe Biden.

Selama pidato baru-baru ini di kelas kelulusan Akademi Angkatan Laut, Biden mengatakan bahwa Xi mengatakan kepadanya bahwa demokrasi akan jatuh dan “otokrasi akan menjalankan dunia.”

“Ketika dia menelepon saya untuk memberi selamat kepada saya pada malam pemilihan, dia mengatakan kepada saya apa yang dia katakan berkali-kali sebelumnya,” kata Biden pada 27 Mei, merujuk pada Xi. 

“Dia berkata, ‘Demokrasi tidak dapat dipertahankan di abad ke-21. Otokrasi akan menjalankan dunia. Mengapa? Hal-hal berubah begitu cepat. Demokrasi membutuhkan konsensus, dan itu membutuhkan waktu, dan Anda tidak punya waktu.’

“Dia salah,” kata Biden.

Disensor di Tiongkok

Hong Kong, sebagai tempat terakhir untuk memperingati para korban pembantaian 1989 di pulau yang dikuasai PKT, melarang peringatan massal sejak tiga tahun lalu, dengan alasan pandemi, di tengah pengekangan kebebasan Hong Kong yang lebih luas di tangan rezim komunis.

Para pemimpin kelompok di balik acara nyala lilin tahunan  ditahan setelah didakwa melakukan subversi di bawah undang-undang keamanan nasional yang diberlakukan PKT. Mereka termasuk di antara lebih dari 150 orang yang  didakwa atau dihukum berdasarkan Undang-Undang kejam yang telah digunakan untuk menghapus perbedaan pendapat di pusat demokrasi yang pernah berkembang pesat.

Pada peringatan tahun ini, puluhan polisi berpatroli di Victoria Park, tempat acara penyalaan lilin tahunan  yang pernah digelar sebelumnya.

Di daratan Tiongkok, aksi protes Lapangan Tiananmen, sebuah gerakan dipimpin oleh pemuda yang mengadvokasi reformasi demokrasi, masih merupakan topik yang tabu. Sampai hari ini, rezim partai komunis Tiongkok tidak akan mengungkapkan jumlah atau nama mereka yang terbunuh akibat kekejamannya. 

Rezim mencoba untuk menghapus semua kenangan pembantaian berdarah dengan menghapus setiap penyebutan peristiwa dari internet negara. Lebih parah lagi, kerap menekan para kerabat korban untuk memastikan agar mereka tetap bungkam. Akibatnya, generasi muda Tionghoa tidak menyadari apa yang terjadi pada malam itu.

Meskipun rezim terus menekan kenangan pada hari itu, Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengatakan Amerika Serikat akan “terus berbicara dan mempromosikan akuntabilitas atas kekejaman rezim Tiongkok dan pelanggaran hak asasi manusianya termasuk yang terjadi di Hong Kong, Xinjiang, dan Tibet.”

“Kepada rakyat Tiongkok dan mereka yang terus menentang ketidakadilan dan mencari kebebasan, kami tidak akan melupakan 4 Juni,” katanya dalam pernyataan 3 Juni.

Pandemi

Tahun ini, Lapangan Tiananmen dilockdown beberapa minggu sebelum 4 Juni, sebagai  langkah pencegahan pandemi di bawah kebijakan “nol-COVID” rezim. 

Pendekatan kejam, yang dimaksudkan untuk menghilangkan setiap kasus infeksi dalam komunitas dengan memberlakukan lockdown dan karantina wajib, menyebabkan terjadinya kekurangan makanan dan penundaan perawatan medis bagi jutaan orang yang dilockdown di seluruh Tiongkok. 

“[PKT] ingin mengendalikan virus melalui pendekatan yang tidak menghormati hak asasi manusia, yang sama seperti yang dilakukan pada 4 Juni,” kata Chen.

Bagi Chen, kasus Li Wenliang, seorang dokter yang termasuk orang pertama memperingatkan tentang wabah COVID-19 awal di Wuhan, adalah alarm bagi dunia tentang bagaimana penindasan PKT dapat mempengaruhi mereka. Dokter tersebut ditegur oleh polisi pada Januari 2020 ketika pihak berwenang meremehkan tingkat keparahan wabah. Li kemudian meninggal dunia karena virus.

Chen mengatakan pandemi saat ini akan berbeda jika rezim tidak menyensor whistleblower dan pihak lain yang mencoba membunyikan alarm. “Akhirnya dunia mulai memahami PKT sekarang.”

Luo Ya dan Eva Fu berkontribusi pada laporan ini.

Parfum Anda Bisa Merusak Perisai Kekuatan Kimia Anda

EtIndonesia. Menurut penelitian baru, semprotan parfum atau losion dapat merusak zat kimia yang sangat reaktif yang mengaburkan tubuh Anda, yang menyebabkan efek kesehatan yang tidak diketahui.

Perisai kimia ini dikenal sebagai medan oksidasi manusia, dan para ilmuwan berpikir dia bereaksi cepat dengan molekul di sekitar kita, menetralkan beberapa senyawa volatil.

Namun, sebuah penelitian baru menemukan bahwa ketika parfum atau losion dioleskan ke kulit, dia dapat mengubah kimia udara di sekitarnya, yang berpotensi mengirimkan produk sampingan kimia beracun yang tercium ke hidung kita atau meresap ke dalam kulit kita.

“Mengingat bahwa medan oksidasi manusia memengaruhi komposisi kimia udara di zona pernapasan dan dekat dengan kulit, dia memengaruhi asupan zat kimia kita, yang pada gilirannya, memengaruhi kesehatan manusia,” kata ilmuwan atmosfer Institut Max Planck Nora Zannoni dan rekan-rekannya.

Masih banyak yang belum diketahui tentang medan oksidasi manusia dan bagaimana dia memengaruhi kesehatan kita. Hal ini baru ditemukan pada tahun 2022, ketika sebuah tim yang dipimpin oleh beberapa ilmuwan yang sama menemukan bahwa minyak dari kulit bereaksi dengan polutan ozon di udara untuk membentuk medan radikal hidroksil (OH) di sekitar tubuh manusia.

Radikal OH terkadang digambarkan sebagai ‘deterjen’ atmosfer, karena dapat bereaksi dengan dan menetralkan berbagai polutan di udara.

Pada saat yang sama, ada kemungkinan bahwa beberapa reaksi kimia ini dapat menghasilkan produk sampingan yang berpotensi berbahaya tepat di sebelah kulit dan saluran pernapasan kita.

Mencari tahu bagaimana medan oksidasi manusia berinteraksi dengan bahan kimia di lingkungan dalam dan luar ruangan kita adalah bidang baru dalam penelitian kesehatan.

Dalam penelitian saat ini, empat orang dewasa muda duduk di lingkungan dalam ruangan yang suhunya terkontrol, dan para ilmuwan mengukur bahan kimia di sekitar tubuh mereka dan di udara saat mereka menggunakan dan tidak menggunakan produk perawatan pribadi.

Ketika beberapa peserta mengoleskan losion sebelum masuk, para peneliti melihat bahwa dua bahan kimia – fenoksietanol dan etanol – melayang ke atas dari kulit pada ‘arus termal’, menyebar ke udara sekitar bersama panas tubuh.

Konsentrasi bahan kimia losion ini di sekitar setiap peserta terus meningkat, bahkan 10 menit setelah dioleskan. Konsentrasi di dekat hidung, misalnya, 2,8 kali lebih tinggi daripada di udara sekitar.

Kemudian, para peneliti melepaskan ozon dari saluran masuk di lantai di bawah peserta. Ozon terbentuk ketika sinar matahari berinteraksi dengan senyawa organik yang mudah menguap, dan meskipun berada dalam konsentrasi yang lebih tinggi di luar ruangan, ozon dapat meresap ke dalam bangunan, bereaksi dengan minyak kulit kita untuk menciptakan medan oksidasi manusia.

Tim menemukan bahwa losion tubuh bereaksi dengan medan oksidasi manusia dari kepala hingga kaki, menghambat pembentukan prekursor OH utama oleh ozon, dan mengurangi konsentrasinya di sekitar peserta hingga 34 persen.

Hasil serupa terjadi ketika peserta mengoleskan wewangian ke punggung tangan mereka sebelum memasuki lingkungan yang terkontrol.

Baik etanol maupun monoterpena meningkat di sekitar peserta, dengan kadar 10 kali lebih tinggi di atas kepala peserta daripada di udara sekitar.

Bahan kimia ini juga bereaksi dengan radikal OH yang mengelilingi tubuh manusia, sehingga mengurangi konsentrasinya di medan oksidasi.

“Studi ini telah menentukan bahwa medan oksidasi manusia yang dihasilkan oleh orang-orang yang terpapar ozon di dalam ruangan terganggu secara substansial saat produk perawatan pribadi dikenakan,” tulis para penulis.

Tim tersebut tidak menyelidiki dampak kesehatan, hanya perubahan kimia di sekitar tubuh manusia, tetapi mereka khawatir dengan reaksi volatil yang terjadi di sekitar kita.

“Kita perlu memikirkan kembali kimia dalam ruangan di ruang yang ditempati karena medan oksidasi yang kita ciptakan akan mengubah banyak bahan kimia di sekitar kita,” kata ahli kimia atmosfer Jonathan Williams, pemimpin proyek studi tahun 2022 yang menemukan medan oksidasi manusia.

“OH dapat mengoksidasi lebih banyak spesies daripada ozon, sehingga menciptakan banyak produk langsung di zona pernapasan kita dengan dampak kesehatan yang belum diketahui.”

Studi tersebut dipublikasikan di Science Advances.(yn)

Sumber: sciencealert

Mengapa Yunani Mengalami Begitu Banyak Gempa Bumi Saat Ini dan Haruskah Kita Khawatir?

EtIndonesia. Musim panas sudah di depan mata dan kita sudah dapat membayangkan ke mana liburan kita, tetapi wisatawan yang berencana untuk pergi ke Yunani dapat melihat perjalanan mereka dalam bahaya – karena ada begitu banyak gempa bumi yang terjadi.

Dari akhir Januari hingga pertengahan April, Santorini berada dalam keadaan darurat ketika ratusan gempa bumi terus menghantam pulau itu tanpa penjelasan, yang menyebabkan kekhawatiran akan aktivitas vulkanik.

Baru-baru ini, pulau Yunani lainnya, Kreta, dilanda gempa berkekuatan Magnitudo 6,1 pada tanggal 22 Mei, yang membingungkan para ilmuwan tentang mengapa getaran terus terjadi di bagian dunia itu – dan apakah orang-orang harus khawatir.

Meskipun tidak ada cedera atau kerusakan besar yang dilaporkan, gempa bumi, yang terjadi pada pukul 6:19 pagi waktu setempat, membuat penduduk setempat dan wisatawan diperintahkan untuk menjauh dari pantai setelah menimbulkan kekhawatiran akan adanya tsunami setelahnya.

Postingan media sosial mendokumentasikan seberapa dahsyatnya guncangan di area tersebut.

Meskipun para ahli dibuat bingung oleh gelombang gempa yang tiba-tiba terjadi di Mediterania, mungkin ada beberapa alasan logis yang berperan.

Pertama, Yunani tidak asing dengan gempa bumi, dan mengalami sekitar 25.000 gempa setiap tahun – beberapa di antaranya bahkan tidak terasa di daratan.

Lokasinya berarti berada di tepi lempeng tektonik Afrika dan Eurasia, yang juga dikenal sebagai zona subduksi Hellenic. Lempeng Afrika terus bergerak ke utara di bawah lempeng Eurasia, yang memicu getaran.

Terlebih lagi, krisis iklim hanya mengintensifkan hal ini, dengan badai yang lebih kuat dan perubahan tekanan kecil yang memicu pergeseran seismik.

Kabar baiknya adalah untuk saat ini, wisatawan tidak diperingatkan untuk tidak pergi ke bagian dunia tersebut, jadi Anda masih dapat menikmati liburan Anda – tetapi sayangnya, fenomena ini niscaya akan terus menjadi lebih umum.(yn)

Sumber: indy100

Tiongkok Menghadapi Gelombang Baru COVID-19 dengan Gejala Sakit Tenggorokan Tajam dan Terasa Seperti Terbakar yang Dijuluki “Tenggorokan Silet”

 “Tenggorokan silet” adalah istilah yang digunakan di Tiongkok untuk menggambarkan sakit tenggorokan parah, bak  menelan pecahan kaca atau bilah silet

EtIndonesia. Para ahli mengatakan Tiongkok sedang mengalami gelombang baru COVID-19, dengan pasien melaporkan gejala sakit tenggorokan yang parah dan terasa seperti terbakar.

 Zhong Nanshan, salah satu pulmonolog dan ahli epidemiologi terkemuka di Tiongkok, mengatakan dalam sebuah wawancara dengan media lokal pada 19 Mei bahwa gejala “tenggorokan silet” lebih menonjol dalam gelombang ini, disertai batuk yang lebih sering.

Istilah “Tenggorokan silet” adalah istilah yang digunakan di Tiongkok untuk menggambarkan sakit tenggorokan yang parah, seperti menelan pecahan kaca atau bilah silet.

Dr. Li Tongzeng, direktur Departemen Penyakit Menular di Rumah Sakit You’an Beijing, mengatakan kepada media Tiongkok bahwa gelombang baru COVID-19 yang dimulai pada Maret ini diperkirakan akan mencapai puncaknya pada akhir Mei.

Menurut Zhong, varian dominan dalam gelombang ini adalah varian Omicron XDV, yang sangat menular namun relatif kurang mematikan. Gejala awal termasuk demam, sakit kepala, kelelahan, tenggorokan terasa terbakar, dan batuk parah.

Ia meyakini bahwa epidemi ini masih berada dalam “fase mendaki” dan diperkirakan akan berlangsung selama enam hingga delapan minggu serta mereda pada akhir Juni.

Warganet Tiongkok menggambarkan pengalaman menyakitkan mereka dengan varian baru ini di Weibo, platform media sosial Tiongkok yang diawasi ketat oleh rezim.

Beberapa komentar yang dibagikan termasuk:

 “Beberapa hari lalu saat makan siang, seorang rekan kerja batuk hebat sampai saya kira dia tersedak makanan. Dia bilang karena efek berkepanjangan dari COVID kali ini. Ketika saya tanya gejala utamanya, dia bilang ‘tenggorokan silet.’”

Komentar lain berbunyi, “Saya kena tenggorokan silet dan merasa benar-benar lemas.”

“Pasca-COVID tenggorokan silet ini benar-benar brutal—bengkak, sakit, dan saya hampir tidak bisa bicara. Ada obat cepatnya nggak?”

Seorang warga Beijing yang terinfeksi selama hampir 10 hari mengatakan kepada The Epoch Times edisi bahasa Tionghoa : “Saya demam, sakit tenggorokan, dahak kuning bercampur darah, mimisan, batuk, bersin, pilek, pusing, dan tidak punya energi. Menakutkan sekali—saya bersin sekali dan hidung saya langsung berdarah, sampai saya ketakutan. Gelombang COVID kali ini parah sekali.”

Data COVID-19 Lenyap

Rezim Tiongkok telah lama menghadapi tuduhan menutupi data epidemi, terutama terkait angka kematian.

Meskipun tagar “peningkatan infeksi COVID-19” menjadi trending di Weibo, media di daratan Tiongkok meremehkan epidemi ini.  Para ahli mencatat adanya data penting yang hilang atau tidak informatif dari pihak berwenang.

Dr. Jonathan Liu, profesor di Canadian College of Traditional Chinese Medicine dan direktur Klinik Kang Mei Pengobatan Tradisional Tiongkok, serta skeptis terhadap data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok (CCDC), mengatakan bahwa data resmi untuk  Maret hanya melaporkan tujuh kematian akibat COVID-19.

“Dengan tingkat epidemi normal, angka serendah itu tidak masuk akal. Kanada, dengan populasi jarang dan sanitasi baik, melaporkan 1.915 kematian akibat COVID dari Agustus tahun lalu hingga Mei tahun ini—lebih dari 200 per bulan. Bagaimana mungkin Tiongkok, dengan populasi padat, hanya memiliki tujuh kematian per bulan?” ujar Liu kepada The Epoch Times.

Menurut CCDC, kasus rawat jalan dan gawat darurat meningkat dari 7,5 persen menjadi 16,2 persen, sementara kasus infeksi saluran pernapasan parah yang dirawat inap meningkat dari 3,3 persen menjadi 6,3 persen.

Xiaoxu Sean Lin, asisten profesor di Departemen Ilmu Biomedis di Feitian College, New York, dan kontributor The Epoch Times, mengatakan bahwa CCDC gagal melaporkan data yang paling penting.

Ia mengatakan kepada The Epoch Times bahwa data dari CCDC hanya mencerminkan peningkatan tingkat positif virus corona baru, namun menghilangkan empat faktor penting: jumlah kasus terkonfirmasi, tingkat rawat inap, tingkat keparahan kasus, dan tingkat kematian. Keempat data ini penting untuk memahami sejauh mana penyebaran wabah. Ia juga mengatakan bahwa rezim Tiongkok di masa lalu terlalu banyak menyembunyikan informasi.

Lonjakan Kasus COVID-19 di Asia

Kasus COVID-19 juga meningkat di Singapura, Thailand, Malaysia, Taiwan, dan Hong Kong.

Pada 8 Mei, Pusat Perlindungan Kesehatan Hong Kong melaporkan bahwa selama empat minggu terakhir, indikator pemantauan utama COVID mencapai titik tertinggi dalam setahun, dengan 31 kematian orang dewasa.

Otoritas kesehatan Singapura mencatat pada 13 Mei bahwa kasus dari 27 April hingga 3 Mei melonjak sekitar 28 persen menjadi lebih dari 14.000, dengan peningkatan 30 persen pada rawat inap harian.

CDC Taiwan melaporkan bahwa kasus telah meningkat signifikan sejak Mei, dengan puncak diperkirakan terjadi pada Juni.

Zhong mengatakan bahwa dari perspektif patogenik, virus COVID-19 mungkin akan mengurangi virulensinya demi kelangsungan hidup, namun terlalu dini untuk menyimpulkan apakah virus ini akan menjadi seperti flu di masa depan. Namun, satu hal yang pasti, katanya: Virus COVID-19 tidak akan lenyap. (asr)

Laporan ini turut disumbangkan oleh Luo Ya, Xiaohua Gu, dan Grace Song

Setelah AS, Uni Eropa Cabut Sanksi Ekonomi terhadap Suriah

EtIndonesia. Uni Eropa pada Selasa (20 Mei) mengikuti langkah Amerika Serikat dengan mengumumkan pencabutan sanksi ekonomi terhadap Suriah. Dewan Uni Eropa menyatakan, “Kini saatnya rakyat Suriah bersatu membangun kembali Suriah yang bebas dari campur tangan asing.”

“Terkait Suriah, para menteri sepakat untuk mencabut semua sanksi ekonomi, namun tetap mempertahankan sanksi yang ditujukan pada rezim Assad,” kata Kaja Kallas, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa. 

Pada hari Selasa, Uni Eropa mengikuti keputusan AS dengan mencabut sanksi ekonomi terhadap Suriah, namun sanksi atas pelanggaran HAM oleh rezim Assad sebelumnya tetap diberlakukan.

Kaja Kallas menegaskan bahwa tanpa jalan menuju pemulihan ekonomi, maka perdamaian pun tidak mungkin terwujud. Ia mengatakan bahwa semua pihak membutuhkan Suriah yang stabil.

Dalam pernyataan resminya, Dewan Uni Eropa menyampaikan bahwa meskipun masih menghadapi berbagai tantangan:

“Kini saatnya rakyat Suriah bersatu membangun sebuah Suriah yang baru, inklusif, beragam, damai, dan bebas dari intervensi asing.”

Kaja Kallas menambahkan: “Apakah semuanya di sana sudah ideal? Tentu tidak, itu sangat jelas. Tapi saya percaya, kita harus memberi rakyat Suriah sebuah kesempatan.”

Latar Belakang: Perubahan Politik di Suriah

Pekan lalu, Presiden AS Donald Trump melakukan kunjungan ke Timur Tengah. Sebelum bertemu dengan Presiden sementara Suriah, Shara, Trump terlebih dahulu mengumumkan pencabutan sanksi terhadap Suriah.

Pada tahun 2011, rezim diktator Bashar al-Assad menanggapi protes demokratis dengan penindasan brutal, memicu perang saudara yang menyebabkan ratusan ribu kematian dan membawa sanksi internasional selama bertahun-tahun.

Kini, enam bulan setelah kejatuhan Assad, para pemimpin baru Suriah tengah berusaha mengambil tindakan cepat untuk membangkitkan kembali perekonomian yang hancur akibat lebih dari satu dekade perang saudara. (Hui)

Disusun oleh: Reporter NTD Angel dan Li Qingyuan

Penembakan di Jalan Sibuk, Dua Staf Wali Kota Meksiko Tewas di Tempat

EtIndonesia. Dua orang staf Wali Kota Meksiko tewas ditembak pada Selasa (20 Mei) di salah satu jalan tersibuk saat jam sibuk pagi hari. Kejaksaan Meksiko pada  21 Mei menyatakan bahwa setidaknya empat orang terlibat dalam kasus ini dan pelaku utama diyakini memiliki pengalaman melakukan kejahatan sebelumnya. Penyidik saat ini sedang menyelidiki motif serangan tersebut.

Serangan terjadi pada pukul 07.00 pagi waktu setempat (sekitar pukul 14.00 GMT) di Avenida Tlalpan, sebuah jalan utama yang menghubungkan pusat Kota Meksiko dengan wilayah selatan. Jalan ini merupakan salah satu jalur tersibuk di ibu kota pada pagi hari.

Korban: Sekretaris Pribadi dan Penasihat Wali Kota

Dua korban tewas adalah Ximena Guzman, sekretaris pribadi dari Wali Kota Clara Brugada, dan Jose “Pepe” Muñoz, penasihat sang wali kota.

Menurut informasi awal, Guzman sedang mengemudi di jalan raya yang padat untuk menjemput rekan kerjanya saat sejumlah pria pengendara sepeda motor melepaskan tembakan dan menewaskan keduanya di tempat.

Serangan Terencana, Tersangka Sudah Mengintai Korban

Mengutip laporan CNA (Central News Agency), Jaksa Bertha Alcalde Lujan menyatakan dalam konferensi pers bahwa seorang tersangka sempat terlihat beberapa hari sebelumnya tengah mengawasi korban di lokasi kejadian.

“Ini adalah serangan langsung yang direncanakan dengan matang, dan pelaku utama diyakini berpengalaman melakukan kejahatan sebelumnya,” katanya.

Penyelidik meyakini bahwa pelaku utama dibantu oleh tiga orang lain, dan mereka menggunakan beberapa kendaraan, termasuk sepeda motor, untuk melancarkan dan melarikan diri dari aksi tersebut.

Dugaan Keterlibatan Geng, Tapi Belum Ada Kepastian

Meski kasus ini menunjukkan ciri khas serangan geng, Jaksa Lujan mengatakan: “Kami belum bisa memastikan bahwa kasus ini terkait langsung dengan kejahatan terorganisir.”

Sementara itu, Kepala Keamanan Publik Kota Meksiko, Pablo Vazquez, menyatakan bahwa dalam beberapa pekan terakhir, pihak berwenang telah melakukan penangkapan besar-besaran terhadap sejumlah pimpinan kelompok kriminal di ibu kota. (Hui)

Disusun oleh Valentina Alpide /Diterjemahkan oleh: Cheng Yiren

Burung Paling Bau di Dunia Berbau Seperti Kotoran Sapi

EtIndonesia. Hoatzin yang mirip burung pegar adalah satu-satunya spesies burung yang memfermentasi makanannya, sistem pencernaan yang tidak biasa yang juga menjadikannya burung paling bau di dunia.

Hoatzin adalah burung yang sangat aneh. Berasal dari daerah terpencil di Amazon, anak-anaknya lahir dengan sayap bercakar, dia adalah anggota terakhir yang masih hidup dari garis keturunan burung purba yang diyakini telah bercabang sendiri sekitar 64 juta tahun yang lalu, dan makanannya hanya terdiri dari tumbuhan, yang sangat aneh bagi burung. Namun, keanehan yang masih hidup ini paling dikenal karena baunya yang kuat seperti kotoran, yang membuatnya mendapat julukan ‘burung bau’.

Hoatzin adalah satu-satunya spesies burung yang diketahui dengan sistem fermentasi usus depan yang mirip dengan yang ditemukan pada sapi, yang melepaskan sejumlah besar metana melalui sendawa yang konstan. Sendawa yang bau dan kotoran yang sangat bau memberikan bau khas pada hoatzin.

Pada sebagian besar burung, tembolok adalah kantung penyimpanan makanan di dekat tenggorokan yang digunakan untuk memuntahkan sejumlah kecil makanan untuk anaknya, tetapi pada burung hoatzin, temboloknya jauh lebih besar dan berfungsi sebagai ruang fermentasi untuk daun yang ditelannya. Di dalamnya terdapat bakteri spesialis yang memecah dedaunan yang ditelan, yang membutuhkan waktu total 45 jam untuk dicerna sepenuhnya. Selama proses pencernaan yang luar biasa lama ini, burung melepaskan gas melalui sendawa yang menghasilkan bau khas seperti kotoran sapi.

Tembolok burung hoatzin sangat besar sehingga hampir tidak menyisakan ruang untuk otot terbang, yang menjelaskan mengapa burung dewasa hanya dapat terbang dalam waktu singkat, sebagian besar untuk berpindah dari satu pohon ke pohon lain, dan mengapa mereka lebih suka melompat dan memanjat dengan canggung di antara cabang-cabang, di mana cakar sayap mereka berguna.

Tetapi seberapa bau burung paling bau di dunia ini? Nah, rupanya, bau kotoran mereka cukup untuk mengusir pemburu, serta predator lainnya, meskipun beberapa, seperti Elang Hitam Besar, dan Tayra yang mirip musang, lebih dari bersedia menghadapi bau busuk itu untuk mendapatkan makanan.

Yang menarik, pada tahun 2024, para ilmuwan menganalisis dan memetakan genom lebih dari 360 spesies burung untuk membuat cabang keluarga kelompok burung utama, tetapi hoatzin, bersama dengan burung pantai dan burung bangau, tidak cocok dengan kelompok lain mana pun.

Untuk keanehan burung lainnya, lihatlah suara kawin seperti gergaji mesin dari burung kapusin atau suara burung paling keras di dunia.(yn)

Sumber: odditycentral

Kapal Riset PKT Kembali Terpantau “Berkeliaran” di Sekitar Kabel Bawah Laut

Kapal survei sumber daya perikanan laut dalam milik Partai Komunis Tiongkok (PKT), “Song Hang”, kembali menimbulkan kecurigaan setelah melakukan manuver tidak biasa pada  April lalu. Para ahli menduga kapal ini sedang mengumpulkan data kabel bawah laut yang sangat penting untuk komunikasi global.

EtIndonesia. Menurut laporan dari Newsweek, perusahaan analisis maritim Windward dalam laporan yang dirilis Senin (19 Mei) menyatakan bahwa perilaku kapal “Song Hang” menunjukkan pola pergerakan yang disengaja tepat di atas infrastruktur penting, seperti kabel bawah laut. Windward menilai aktivitas ini lebih terkait dengan pemetaan atau pengintaian, bukan penangkapan ikan.

Pergerakan Mencurigakan, Beda Jauh dari Kapal Nelayan

Windward, yang menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk melacak aktivitas kapal secara global, menunjukkan bahwa data pelacakan kapal “Song Hang” secara jelas berbeda dari pola pergerakan alami kapal nelayan pada umumnya yang bersifat acak dan tidak teratur.

Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa pada bulan lalu, jalur gerak “Song Hang” membentuk pola grid (kotak-kotak) yang bertepatan dengan lokasi kabel bawah laut. Aktivitas ini terutama terdeteksi di timur Jepang dan timur Filipina, tepat di atas dan sekitar kabel komunikasi bawah laut di Samudra Pasifik.

Kabel Bawah Laut: Tulang Punggung Internet Global

Kapal-kapal Tiongkok sebelumnya sudah sering dituduh melanggar hukum internasional, karena melakukan pengumpulan intelijen dan riset maritim di perairan negara lain tanpa izin.

Fokus jelas kapal “Song Hang” terhadap kabel bawah laut kali ini menimbulkan kekhawatiran besar, karena kabel-kabel ini mengangkut sekitar 99% dari lalu lintas data antar benua di seluruh dunia.

Dugaan Sabotase: Kapal Tiongkok Pernah Potong Kabel

Dalam dua tahun terakhir, beberapa insiden pemutusan kabel bawah laut diduga melibatkan kapal Tiongkok. Pada Februari lalu, pihak berwenang Taiwan menahan sebuah kapal PKT dan para awaknya atas dugaan perusakan kabel komunikasi. (Hui)

Disusun oleh Tim Produksi “News Insight”, Editor: Liu Mingxiang

Ukraina Ajukan Sanksi Besar Terhadap Rusia ke Uni Eropa, Kamp Pelatihan Militer Ukraina Dibom

Media melaporkan bahwa Ukraina akan meminta Uni Eropa pekan depan untuk mengambil langkah besar baru guna mengisolasi Rusia, termasuk penyitaan aset Rusia serta penerapan sanksi sekunder terhadap beberapa pembeli minyak Rusia. Banyak pihak menilai ini adalah langkah terpaksa dari Ukraina, karena kebijakan selanjutnya dari Amerika Serikat masih belum jelas, sehingga Ukraina berharap Uni Eropa dapat mengambil tanggung jawab lebih besar.

EtIndonesia. Pada Rabu (21 Mei), Reuters secara eksklusif mengungkapkan draf buku putih yang akan diajukan Kiev kepada Uni Eropa. Dokumen ini menyerukan 27 negara anggota Uni Eropa untuk mengambil sikap yang lebih aktif dan independen dalam menjatuhkan sanksi terhadap Rusia.

Dokumen setebal 40 halaman itu menyarankan agar Uni Eropa mengesahkan undang-undang untuk mempercepat penyitaan aset individu yang dikenai sanksi dan menyerahkannya kepada Ukraina. 

Buku putih itu juga menyarankan agar Uni Eropa mempertimbangkan langkah-langkah tambahan agar sanksi dapat diberlakukan lebih efektif di luar wilayah UE, termasuk menyasar perusahaan asing yang menyediakan teknologi kepada Rusia, serta penerapan sanksi sekunder terhadap pembeli minyak Rusia.

Jenis sanksi sekunder ini kemungkinan akan menarget negara-negara besar seperti India dan Tiongkok, langkah besar yang hingga kini enggan diambil oleh Uni Eropa.

Pada Senin (19 Mei), setelah berbicara melalui telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa tidak akan ada sanksi baru terhadap Rusia untuk saat ini. Keputusan ini dinilai mengecewakan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, meskipun Ukraina tetap menekankan bahwa peran AS sangat penting.

“Yang ditakuti Rusia adalah Amerika Serikat. Jika pengaruh AS dapat mendorong Putin untuk mengakhiri perang, maka banyak nyawa bisa diselamatkan,” ujar Zelenskyy.

Penasihat Presiden Ukraina Mykhailo Podolyak menambahkan: “Langkah selanjutnya adalah berkoordinasi dengan mitra-mitra Eropa, meyakinkan mereka, dan membuktikan kepada AS bahwa sanksi keras terhadap Rusia penting untuk membawa Moskow ke meja diplomasi.”

Sementara itu, Garda Nasional Ukraina pada Rabu mengkonfirmasi bahwa rudal Rusia menyerang kamp pelatihan militer di wilayah Sumy, timur laut Ukraina, dekat perbatasan Rusia. Serangan ini menyebabkan enam tentara tewas dan setidaknya sepuluh orang terluka.

Drone berhasil merekam dengan jelas momen para prajurit berlarian serta kehancuran saat ledakan terjadi. Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim jumlah tentara Ukraina yang tewas mencapai 70 orang, termasuk 20 instruktur pelatihan. Komandan brigade yang bertanggung jawab atas misi tersebut telah diskors.

Pada hari yang sama, Parlemen Iran menyetujui perjanjian kemitraan strategis 20 tahun dengan Rusia, yang menandai pendalaman lebih lanjut hubungan bilateral antara Teheran dan Moskow. Negara-negara Barat menuduh Iran memasok rudal dan drone kepada Rusia untuk digunakan di medan perang Ukraina, namun Iran membantah tuduhan tersebut.

Sekjen NATO, Mark Rutte, saat berbicara mengenai KTT NATO di Den Haag bulan depan, menekankan pentingnya aliansi pertahanan NATO dan menyebut dukungan dari rezim-rezim yang ia sebut sebagai “poros kejahatan” terhadap perang Rusia di Ukraina.

“Kita tahu bahwa Korea Utara, Partai Komunis Tiongkok, Iran, dan Rusia semakin erat bekerja sama — lihat saja apa yang terjadi di Ukraina, Korea Utara, Tiongkok, dan Iran semuanya secara aktif mendukung upaya perang Rusia di Ukraina,” katanya. 

Selain itu, Kementerian Dalam Negeri Spanyol pada Rabu melaporkan bahwa seorang pria bersenjata tak dikenal menembak mati Andriy Portnov, mantan penasihat senior Presiden Ukraina pro-Rusia, Viktor Yanukovych, di luar sebuah sekolah di kawasan elit pinggiran kota Madrid.

Polisi mengungkapkan bahwa Portnov terkena sedikitnya tiga tembakan dan meninggal di tempat sebelum bantuan medis tiba. (hui)

Laporan oleh reporter Yi Jing untuk NTD

PKT Menikam ‘Saudara Sendiri’: Ada Apa di Balik Kecaman Mendadak Terhadap Hamas?

EtIndonesia. Pada pekan kedua Mei 2025, dunia diplomasi dikejutkan oleh manuver yang tidak terduga: Partai Komunis Tiongkok (PKT) secara terbuka mengecam aksi Hamas dalam serangan 7 Oktober ke Israel. Hal ini tidak hanya mengagetkan publik internasional, tetapi juga mengubah peta politik Timur Tengah dan menandai potensi perubahan besar di pusat kekuasaan Beijing.

Simbol pita kuning—biasanya digunakan sebagai tanda solidaritas terhadap korban kekerasan—terlihat disematkan di dada Duta Besar Tiongkok untuk Israel, Xiao Junzheng. Dalam wawancara resmi yang penuh kehangatan, dia mengutuk Hamas dengan istilah “tidak manusiawi, tak terampuni, dan sangat mengundang kemarahan”. Sikap ini sangat kontras dengan posisi Tiongkok selama puluhan tahun terakhir, yang selalu menolak mengecam Hamas secara eksplisit dan memilih narasi “netralitas”, “menahan diri”, atau “seruan perdamaian”.

Sejak berdirinya pada 1949, belum pernah sekalipun PKT mengambil posisi yang sedemikian terang-terangan membela Israel dan mengecam kelompok bersenjata anti-Amerika secara terbuka. Publik Tiongkok, Israel, bahkan Hamas, sama-sama terperangah. Media milik partai pun dilanda kebingungan, mempertanyakan kapan dan mengapa kebijakan luar negeri berubah drastis. Namun, di balik perubahan sikap ini, tersembunyi strategi politik dan kepanikan internal yang jauh lebih rumit daripada sekadar masalah moral.

Dari Solidaritas Revolusioner Menuju “Tanda Setia” untuk Trump

Jika Anda mengira PKT tiba-tiba “berhati nurani”, itu keliru. Ini bukan soal penyesalan moral, melainkan transaksi politik yang sangat dingin. Pergeseran sikap ini bukanlah pembalikan ideologi, melainkan sebuah “tanda setia”—diperuntukkan bukan untuk rakyat Palestina, melainkan untuk Donald Trump.

Kenapa harus Trump? Karena kekuasaan Xi Jinping sendiri kini kian rapuh di dalam negeri, dan ancaman dari Amerika Serikat di bawah Trump jauh lebih besar ketimbang di era Joe Biden. Tiongkok sedang berusaha keras mengamankan posisinya sebelum Trump benar-benar mengambil kebijakan garis keras terhadap jaringan “sekutu” anti-Amerika di Timur Tengah, termasuk Iran, Houthi, Hizbullah, dan—tentu saja—Hamas.

Rekam Jejak PKT—Dari Senjata, Dana, hingga Slogan Revolusi

Untuk memahami signifikansi pergeseran ini, perlu melihat sejarah panjang PKT dalam mendukung kelompok bersenjata di seluruh dunia. Dalam tujuh dekade terakhir, PKT dikenal sebagai sponsor utama gerakan revolusi dan milisi bersenjata, dari Afrika hingga Asia Tenggara. Mulai dari pemberontak di Angola, rezim Mugabe di Zimbabwe, Kabila di Kongo, hingga pelatihan milisi di Vietnam, Palestina, dan organisasi-organisasi “anti-imperialis” lain, semua pernah merasakan sentuhan “bantuan merah” dari Beijing—baik berupa dana, senjata, maupun doktrin.

Bahkan, slogan revolusioner Mao Zedong: “Kekuasaan tumbuh dari laras senapan” menjadi “kitab suci” kelompok-kelompok bersenjata di dunia, termasuk Hamas, Taliban, dan Hizbullah. Dalam forum-forum internasional, PKT konsisten menolak menyebut kelompok ini sebagai teroris, dan memilih retorika “keadilan internasional”, “perlawanan bangsa tertindas”, dan “solusi damai”.

Ketika serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 menewaskan lebih dari 1.200 warga Israel, Kementerian Luar Negeri Tiongkok hanya mengeluarkan pernyataan klise: menyerukan “semua pihak menahan diri”. Sementara di forum Mahkamah Internasional, perwakilan Tiongkok malah membela Hamas secara terbuka, tanpa menyentuh isu pembantaian warga sipil.

Tiba-tiba Mengecam—Kenapa Sekarang?

Perubahan sikap yang mendadak—duta besar PKT di Israel mengenakan pita kuning dan mengecam Hamas di hadapan publik dunia—bukanlah kebetulan. Ini adalah strategi yang sangat terukur, dipilih pada waktu yang spesifik: tiga hari sebelum Donald Trump melakukan lawatan penting ke Timur Tengah.

Trump datang dengan misi mengonsolidasikan aliansi Amerika, Israel, dan Arab Saudi, mengucilkan Iran, serta “menghapus” Hamas, Houthi, dan Hizbullah dari peta geopolitik kawasan, setidaknya secara diplomasi dan narasi publik global. Di balik “poros anti-Amerika” di Timur Tengah, Beijing telah lama berperan sebagai pendukung utama—mulai dari dana, pengelakan sanksi, hingga pasokan teknologi militer ke Iran yang diteruskan ke kelompok-kelompok seperti Hamas.

Jika Trump benar-benar menuntut “pilih pihak”, semua “teman” Beijing di kawasan akan jadi beban politik besar. Maka PKT buru-buru mencari jalan keluar: mengecam Hamas sebagai “tanda setia” demi mengamankan posisi tawar dengan Washington.

Strategi Tiga Langkah—Menyelamatkan Diri di Tengah Badai

Laporan khusus ini menemukan setidaknya tiga langkah besar yang ditempuh Beijing dalam menghadapi tekanan global:

  1. Mengecam Hamas secara terbuka—pita kuning dan pernyataan “tidak terampuni” adalah isyarat bahwa PKT siap “menghajar” mantan sekutu di depan umum, layaknya seorang anak buah mafia yang hendak beralih bos.
  2. Merayu Israel—Xiao Junzheng, duta besar baru, secara terbuka menawarkan peningkatan hubungan strategis, investasi, hingga narasi politik baru jika Israel mau tetap menjaga jarak dari Amerika Serikat.
  3. Menjauh dari Iran dan Rusia secara diplomatik—Pernyataan resmi menegaskan Tiongkok tidak menjual senjata ke Iran, berupaya tampil “bersih”, dan mengikuti jargon “penjaga perdamaian dunia”.

Semua langkah ini ditujukan untuk satu hal: menunjukkan pada Trump bahwa Tiongkok siap beradaptasi dengan “aturan main” baru, asalkan tidak jadi sasaran utama kebijakan isolasi Amerika.

Xi Jinping—Masihkah Berkuasa di Beijing?

Salah satu aspek paling penting dari laporan ini adalah temuan bahwa perubahan besar dalam kebijakan luar negeri Tiongkok ini tampaknya bukan keputusan langsung Xi Jinping. Beberapa indikatornya:

  • Xi Jinping tidak tampil di panggung diplomasi saat pengumuman ini dilakukan.
  • Kemenlu Tiongkok, lewat jubir Mao Ning, menghindari jawaban langsung ketika ditanya apakah benar-benar mendukung sikap duta besar yang mengecam Hamas.
  • Sumber-sumber internal di Beijing menyebutkan adanya tekanan dari “kelompok kolektif” di dalam PKT yang mulai menyingkirkan pengaruh Xi dan menulis ulang “naskah” diplomasi baru.

Sepuluh tahun terakhir, kendali PKT ada di tangan Xi, namun sejak 2023, banyak institusi penting mulai kehilangan “loyalis Xi”—dari militer, lembaga intelijen, hingga korps diplomat. Keputusan besar kini lebih banyak diambil secara kolektif, dan Xi hanya “duduk” di kursi kekuasaan, tanpa kendali penuh atas jalannya kapal negara.

Arti Penting Simbol Pita Kuning—Bendera Putih untuk Trump

Simbol pita kuning di dada duta besar PKT kini harus dibaca sebagai “bendera putih”—tanda menyerah secara diplomatik, bukan tanda empati. PKT sadar kali ini lawan mereka bukan lagi Washington yang “lunak”, tapi Trump yang sangat tegas, penuh dendam politik, dan tidak ragu “menghukum” secara ekonomi maupun militer.

Pergeseran ini pun diyakini akan merembet ke isu lain, terutama soal Taiwan. Jika tiba-tiba PKT menurunkan tensi militer dan mulai mengusung “penyatuan damai”, itu bukanlah tanda Beijing menjadi rasional atau lembut, melainkan karena tekanan besar dari Amerika Serikat di bawah Trump semakin nyata dan tak terhindarkan.

Akhir Sebuah Era—Pergeseran Poros Kekuasaan PKT

Sejak berdirinya, belum pernah PKT secara eksplisit mengecam “rekan seperjuangan” anti-Amerika seperti Hamas. Peristiwa ini bukan sekadar isu diplomatik, melainkan sinyal titik balik dalam sistem kekuasaan PKT: dari kekuasaan personal Xi Jinping, bergeser ke kepemimpinan kolektif yang pragmatis dan sangat “pragmatis”—bahkan rela “mengorbankan” sekutu lama demi bertahan di pentas dunia.

Kepanikan ini bukan tanda kebangkitan moral, melainkan rasa takut. PKT kini sangat sadar: satu langkah keliru bisa membuat mereka dibuang dari tatanan baru yang tengah “diacak ulang” oleh kekuatan global. Jalan satu-satunya adalah merendah, tersenyum, dan mengharap belas kasihan dari pihak yang lebih kuat.

Penutup: Permintaan Maaf yang Tersembunyi

Langkah mengecam Hamas adalah sinyal permintaan maaf Beijing kepada Amerika, khususnya kepada Trump yang akan kembali menjadi pemain utama. Apakah strategi “menunduk” ini akan berhasil atau justru membuat Tiongkok semakin tersudut? Dunia kini menanti babak baru—bukan hanya di Timur Tengah, tapi juga di seluruh kawasan yang selama ini jadi medan pertarungan pengaruh PKT.

Bagaimana kelanjutan perubahan ini, apakah Trump akan menerima “kartu loyalitas” PKT, atau justru mempercepat kejatuhan Xi dan perubahan rezim di Beijing—hanya waktu yang bisa menjawab.

Banyak Tokoh Politik Dunia Memberikan Penghargaan kepada Master Li Hongzhi dan Falun Gong

 Tanggal 13 Mei tahun ini menandai Hari Falun Dafa Sedunia ke-26 dan peringatan 33 tahun penyebaran Falun Dafa ke seluruh dunia. Banyak tokoh politik dari berbagai negara mengirimkan penghargaan dan surat ucapan selamat sebagai bentuk dukungan mereka. Mereka menyatakan kekaguman yang mendalam terhadap pendiri Falun Gong, Li Hongzhi, atas kontribusinya yang luar biasa bagi umat manusia dan menyatakan dukungan kuat terhadap perjuangan damai para praktisi Falun Gong.

ETIndonesia. Pada 13 Mei, bendera Amerika Serikat berkibar di atas Gedung Kongres di Washington, DC, sebagai penghormatan kepada Li Hongzhi dan untuk merayakan Hari Falun Dafa Sedunia. Ini adalah keempat kalinya bendera dikibarkan di lokasi tersebut untuk menghormati pendiri Falun Gong.

Pada hari yang sama, gedung parlemen negara bagian Pennsylvania juga mengibarkan bendera AS sebagai bentuk penghormatan kepada Li Hongzhi.

Kongres Amerika Serikat secara khusus mengeluarkan sertifikat penghargaan untuk memperingati Hari Falun Dafa Sedunia ke-26 dan perjuangan para praktisi Falun Gong yang telah bertahan selama 26 tahun di tengah penindasan Partai Komunis Tiongkok (PKT).

Kongres juga mengeluarkan sertifikat pengakuan dan pencapaian, mengapresiasi kontribusi Himpunan Falun Dafa dalam mempromosikan nilai-nilai inti “Sejati, Baik, Sabar” serta budaya Buddha tradisional.

Beberapa parlemen negara bagian di AS seperti legislatif Texas (senat dan DPR), senat negara bagian New York, legislatif Missouri, DPR negara bagian Maryland, dan DPR negara bagian New York juga mengeluarkan resolusi atau surat penghargaan yang menetapkan 13 Mei 2025 sebagai Hari Falun Dafa, atau menyampaikan apresiasi atas dampak positif Falun Dafa bagi komunitas dan dunia.

Chris Smith, anggota Kongres AS mengatakan: “Selamat Hari Falun Dafa! Di tengah penindasan kejam oleh PKT, kalian tetap teguh dan tidak menyerah. Kami mendukung hak kalian untuk berlatih sesuai hati nurani, dan kami memberikan tepuk tangan untuk ketabahan dan kebaikan kalian.”

Selain banyak anggota parlemen AS, tokoh-tokoh politik dari Kanada, Inggris, Irlandia, Jerman, Swedia, Australia, Selandia Baru, dan Taiwan juga mengirimkan pesan ucapan selamat untuk memperingati Hari Falun Dafa Sedunia ke-26.

Anggota parlemen dari Partai CDU di Parlemen Negara Bagian Hesse, Jerman, Nessa Cosgrove, mengatakan: “Hari ini adalah pengingat bahwa meskipun dalam kesulitan dan penindasan, cahaya kebenaran tidak akan pernah padam.”

Anggota Parlemen Inggris, Jim Shannon, menyatakan: “Kami berdiri bersama kalian, melawan tirani.”

Di Kanada, setidaknya 10 kota mengibarkan bendera dan menyalakan lampu sebagai bentuk perayaan Hari Falun Dafa Sedunia.

Wang He, kolumnis dari The Epoch Times, mengatakan bahwa dari berbagai penghargaan dan ucapan yang diberikan para tokoh politik, terlihat bahwa komunitas internasional semakin mengakui dan menghormati Master Li Hongzhi serta ajaran Falun Dafa.

Wang He menyatakan: “Banyaknya penghargaan ini pertama-tama adalah hasil dari dedikasi yang tulus dan penuh kasih dari para praktisi Falun Gong. Kedua, selama bertahun-tahun ketika PKT menyebarkan fitnah dan penindasan terhadap Falun Gong, para praktisi terus menyuarakan kebenaran, dan ini menggugah para tokoh dunia. Mereka menyadari bahwa Falun Gong sangat berbeda dari gambaran negatif yang disebarkan PKT. Dari interaksi langsung dengan para praktisi, mereka merasakan kekuatan positif Falun Dafa, dan karena itu mereka memberikan dukungan dengan tulus.”

Wang He menambahkan, Falun Dafa mempromosikan kebenaran universal dan esensi kehidupan. Orang-orang baik dapat mendapatkan inspirasi darinya. Dalam menghadapi bujukan dan tekanan dari PKT, para tokoh politik ini tetap teguh — hal yang sangat langka dan berharga.

‘Mereka mengikuti suara hati mereka dan merasakan keindahan serta keagungan prinsip Falun Dafa. Dengan senang hati mereka menulis banyak penghargaan dan ucapan ulang tahun kepada pendiri Falun Gong. Kesimpulannya adalah: dunia membutuhkan Sejati, Baik, dan Sabar — Falun Gong adalah milik dunia.”

Pada 13 Mei 1992, Li Hongzhi pertama kali memperkenalkan Falun Dafa kepada publik di Changchun, Tiongkok. Praktik spiritual ini berakar pada tradisi Tiongkok dan bertujuan untuk meningkatkan kesehatan fisik, mental, dan moral. Kini, Falun Dafa telah menyebar ke lebih dari 100 negara.

Namun demikian, penindasan brutal oleh PKT terhadap Falun Gong telah berlangsung lebih dari 25 tahun. Kongres AS telah mengeluarkan lima resolusi yang menyerukan agar PKT menghentikan penindasan tersebut.

Pada 3 Maret tahun ini, Kongres AS ke-119 kembali mengajukan Undang-Undang Perlindungan Falun Gong (Falun Gong Protection Act). Pada 5 Mei, DPR AS meloloskan undang-undang ini secara aklamasi.

Anggota Kongres AS Pat Ryan menyatakan: “Saya berharap kalian merayakan Hari Falun Dafa yang penuh makna dan sukacita! Tak ada momen yang lebih tepat dari sekarang untuk mengumumkan bahwa kami baru saja mengesahkan undang-undang penting, yaitu Undang-Undang Perlindungan Falun Gong, yang bertujuan meminta pertanggungjawaban PKT atas kejahatan keji seperti pengambilan organ secara paksa dan pelanggaran HAM lainnya. Saya akan terus mendorong agar RUU ini juga disahkan oleh Senat dan ditandatangani oleh Presiden agar menjadi undang-undang.”

Eleanor Holmes Norton, anggota DPR AS dari Washington, DC, juga menyatakan akan terus bekerja sama dengan rekan-rekannya di DPR dan Senat untuk mewujudkan legislasi tersebut dan melindungi para praktisi Falun Dafa di seluruh dunia. (Hui)

Penyunting: Wang Ziqi | Reporter: Yi Ru | Pascaproduksi: Wu Ming

Diduga Gagal Menagih Gaji, Pegawai Membakar Pabrik Tekstil di Sichuan, Tiongkok Hingga Terbakar 37 Jam 

0

Pada 20 Mei, terjadi kebakaran besar di sebuah pabrik tekstil di Pingshan, Kota Yibin, Sichuan, Tiongkok. Api terus menyala selama 37 jam dan belum juga berhasil dipadamkan. Asap hitam tebal membumbung tinggi di lokasi kejadian. Beberapa orang yang mengetahui situasi menyatakan bahwa pemilik pabrik menunggak gaji sebesar RMB.800 (mata uang Tiongkok) kepada seorang karyawan. Setelah berulang kali menagih tanpa hasil, karyawan tersebut akhirnya membakar pabrik.

ETIndonesia. Berdasarkan penuturan  warganet daratan Tiongkok, terjadi kebakaran yang dimulai pada  20 Mei 2025 siang di sebuah pabrik tekstil di Pingshan, Kota Yibin, Sichuan, Tiongkok. Kobaran Sempat padam selama beberapa jam, namun api kembali menyala dengan intensitas lebih besar. Hingga 21 Mei malam, asap hitam masih terlihat. Beberapa video menunjukkan asap tebal membumbung hingga puluhan meter di atas gedung, api menyala dengan sangat hebat.

Pada 22 Mei, Kepolisian Kabupaten Pingshan, Kota Yibin merilis pernyataan bahwa sekitar pukul 12 siang tanggal 20 Mei, tersangka bermarga Wen (pria, 27 tahun) membakar sebuah ruang kerja di pabrik tekstil tersebut. Karena banyaknya bahan katun di dalam ruangan, pemadaman api menjadi sangat sulit. Saat ini, api telah berhasil dikendalikan.

Dalam pernyataan tersebut juga disebutkan bahwa Wen telah ditahan oleh pihak kepolisian, dan motif serta kerugian akibat peristiwa ini masih dalam penyelidikan.

Pabrik tempat kejadian adalah milik Sichuan Jinyu Textile Co., Ltd., yang berlokasi di Kawasan Pengembangan Ekonomi Pingshan, Sichuan. Wen adalah karyawan di pabrik tersebut.

Sumber yang mengetahui kejadian ini menyebutkan bahwa demi gaji sebesar RMB.800 , yang tidak diberikan oleh pemilik, sang karyawan sempat menusuk bagian keuangan (akunting), lalu berkata, “Toh akhirnya juga mati,” dan kemudian membakar semuanya.

Ada yang mengatakan, “Ini kisah yang menyedihkan. Bos tidak membayar uang seorang pemuda — hanya RMB.800 . Setelah berkali-kali menagih tanpa hasil, dia memilih membakar pabrik! Kalau ingin tahu lebih lanjut, cari saja di Douyin (TikTok versi Tiongkok)!”

“Ini terjadi tepat di seberang rumah saya. Bukan karena gaji satu bulan, tapi karena dipotong RMB.800 . Pemuda itu lahir tahun 1998, usianya 27 tahun. Hingga kini, lebih dari 80 mobil pemadam kebakaran dari Chengdu dan Mianyang telah dikerahkan, namun api belum padam. Bukan hanya bertengkar, tapi dia menusuk bagian keuangan.”

Peristiwa ini memicu perhatian luas di kalangan masyarakat Tiongkok:

“Hanya karena RMB. 800 , satu pabrik terbakar.”
“Pekerja pabrik tekstil menuntut RMB.800 , menyebabkan asap tebal membumbung. Hampir dua hari dua malam, api belum juga padam. Bos pasti rugi besar kali ini.”

“Pekerja itu menyiram bahan kain di dalam ruang kerja dengan bensin, lalu membakarnya.”

“Pembakaran disengaja — asuransi tidak akan membayar.”
“Pembakaran harus dihukum berat.”

“Bagian keuangan dan bos itu satu pihak. Memberi atau tidak memberi uang tergantung bos. Saat kejadian, bos pun ada di tempat, kemungkinan juga ikut diamankan.”

Kejadian ini juga memicu empati dari para pekerja lainnya. Banyak yang berkata:

“RMB.800 bagi karyawan bisa dipakai untuk biaya hidup anak satu bulan. Tapi bagi bos, bahkan tidak cukup untuk sekali makan di luar. Jangan sampai memojokkan orang kecil seperti ini.”

“RMB.800 mungkin kecil bagi bos, tapi bagi kami pekerja, itu setengah bulan biaya hidup.”
“Yang mengejutkan, komentar-komentar di media sosial malah mendukung si pemuda. Ini menunjukkan suara hati rakyat.”

“Apa yang terjadi pada masyarakat ini? Komentar malah membela tindakan pembakaran. Padahal ini seharusnya dikecam. Bukankah sudah waktunya pemerintah dan para bos merenung? Jangan anggap rakyat kecil bukan manusia — mereka bisa saja membuat kalian tidak melihat matahari esok hari.”

“Apakah kejadian seperti ini akan makin sering terjadi?”
“Seperti percikan api kecil, bisa menyebar luas.” (Hui)

Laporan oleh jurnalis Li Enzhen / Editor penanggung jawab: Li Quan – NTD

Diburu Israel: Komandan Inti Hamas Tewas, dan Dunia Terkejut Insiden Salah Tembak Diplomatik!

EtIndonesia. Situasi di Jalur Gaza kembali memanas usai Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengumumkan bahwa militer Israel diduga telah berhasil menewaskan salah satu tokoh paling penting dalam struktur Hamas, Muhammad Sinwar. Muhammad adalah adik kandung dari Yahya Sinwar, pemimpin tertinggi Hamas yang juga tewas dalam operasi militer Israel pada tahun lalu. Kematian Muhammad Sinwar menandai salah satu pukulan terberat bagi jaringan kepemimpinan Hamas dalam beberapa tahun terakhir.

Serangan Udara Masif Sasar Rumah Sakit, Puluhan Tewas

Operasi militer besar-besaran yang digelar Israel kali ini menargetkan sejumlah titik strategis di Gaza Selatan, dengan fokus utama di sekitar Rumah Sakit Eropa di Kota Khan Younis. Berdasarkan pernyataan resmi Kementerian Kesehatan Palestina, serangan udara tersebut menewaskan sedikitnya 28 orang dan melukai lebih dari 50 warga sipil, termasuk pasien dan tenaga medis yang berada di lokasi. Muhammad Sinwar diyakini tengah bersembunyi di kawasan tersebut saat serangan terjadi.

Pihak militer Israel belum memberikan konfirmasi visual atas tewasnya Muhammad Sinwar, namun berbagai sumber intelijen menyatakan bahwa peluang selamatnya sangat kecil. Netanyahu dalam konferensi pers menyebutkan bahwa operasi masih akan terus berlanjut hingga seluruh jaringan komando Hamas “dibersihkan”.

“Setiap jengkal tanah di Gaza, pada akhirnya, akan berada di bawah kendali penuh Israel,” tegas Netanyahu di hadapan wartawan. 

“Seluruh pemimpin Hamas yang masih tersisa kini sedang diburu. Kami telah mengidentifikasi posisi kepala militer, Deif, serta pemimpin politik Haniyeh, yang akan menjadi target berikutnya,” tambahnya.

Sikap Keras Israel Ditengah Tekanan Dunia

Deklarasi Netanyahu menuai reaksi keras dari komunitas internasional, terutama karena meningkatnya korban sipil dan hancurnya infrastruktur sipil, termasuk fasilitas kesehatan. Meski desakan untuk melakukan gencatan senjata datang dari berbagai negara—termasuk AS, Uni Eropa, dan negara-negara Arab—Netanyahu menegaskan bahwa jeda pertempuran hanya mungkin terjadi apabila para sandera yang masih ditahan Hamas dibebaskan.

“Tidak akan ada perdamaian permanen sampai Hamas benar-benar dilucuti dan rezim mereka tumbang,” tegasnya lagi. “Siapa pun yang meminta gencatan senjata sebelum tujuan ini tercapai, berarti sama saja membiarkan Hamas tetap berkuasa.”

Israel juga mengangkat isu rencana “migrasi sukarela” bagi warga Gaza, mengikuti usulan AS yang telah menimbulkan perdebatan di berbagai forum internasional. Namun, banyak pihak memandang langkah ini sebagai bentuk pengusiran terselubung yang melanggar hak asasi manusia.

Insiden Salah Tembak: Israel Panen Kecaman Dunia

Sementara operasi militer berlangsung di Gaza, insiden kontroversial terjadi di Tepi Barat, tepatnya di dekat kamp pengungsi Jenin. Pada hari yang sama, rombongan diplomat dari lebih dari 30 negara tengah melakukan kunjungan lapangan untuk memantau dampak operasi militer Israel terhadap warga sipil Palestina.

Secara tiba-tiba, seorang tentara Israel melepaskan tembakan peringatan ke udara saat rombongan melintasi area dekat operasi militer aktif. Tindakan ini sontak menimbulkan kepanikan di antara para diplomat, yang langsung berlarian mencari perlindungan. Rekaman video kejadian tersebut beredar luas di media sosial, menuai kecaman dan kritik dari berbagai negara.

Dalam rombongan tersebut, terdapat diplomat dari Uni Eropa, Prancis, Inggris, Tiongkok, Rusia, Turki, Mesir, Irlandia, Italia, Spanyol, dan sejumlah negara lain. Mereka saat itu sedang mendengarkan penjelasan dari otoritas Palestina terkait situasi keamanan dan kemanusiaan di kawasan Jenin.

Respons Israel dan Protes Internasional

Militer Israel kemudian mengeluarkan pernyataan resmi, menyatakan bahwa tembakan peringatan tersebut dilakukan karena rombongan diplomat “melenceng dari jalur yang sudah ditetapkan” dan tanpa sengaja masuk ke zona operasi berisiko tinggi. Menurut pihak militer, tindakan tersebut hanya dimaksudkan sebagai peringatan untuk menghindari potensi bahaya dan bukan sebagai serangan langsung.

“Kami meminta maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi, dan tidak ada niat jahat dalam tindakan tersebut,” ujar perwakilan militer Israel.

Namun, klarifikasi ini tidak cukup meredam kemarahan internasional. Menteri Luar Negeri Prancis, Stéphane Séjourné, menyebut tindakan itu “tidak dapat diterima” dan menuntut penjelasan resmi dari Israel. Pemerintah Spanyol dan Italia juga mengeluarkan kecaman keras, sementara Uni Eropa menuntut penyelidikan penuh atas insiden ini.

Otoritas Palestina sendiri menuduh militer Israel melakukan tembakan secara sengaja terhadap rombongan diplomat yang telah memperoleh izin resmi untuk melakukan kunjungan. Mereka menegaskan bahwa insiden ini membuktikan “rendahnya penghormatan Israel terhadap hukum internasional dan diplomasi”.

Dampak Diplomatik dan Humaniter

Serangkaian peristiwa ini tidak hanya memperburuk citra Israel di mata dunia, tetapi juga meningkatkan tekanan terhadap pemerintahan Netanyahu baik dari dalam negeri maupun komunitas internasional. Para pengamat menilai, insiden salah tembak terhadap diplomat asing bisa menjadi pemicu krisis diplomatik baru di tengah konflik yang sudah sangat kompleks dan berkepanjangan.

Sementara itu, situasi di Gaza semakin memburuk, dengan jumlah korban sipil terus bertambah dan bantuan kemanusiaan yang sulit masuk ke wilayah konflik. Komunitas internasional terus menyerukan penghentian kekerasan, pembukaan jalur bantuan, dan perlindungan maksimal terhadap warga sipil serta pekerja kemanusiaan.

Kesimpulan

Ketegangan antara Israel dan Hamas belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Dengan tewasnya Muhammad Sinwar, Israel berharap dapat memutus rantai komando militer Hamas, namun balasan dan aksi protes dari kelompok perlawanan diyakini akan semakin meningkat. Di sisi lain, insiden salah tembak ke rombongan diplomatik menunjukkan betapa rawan dan tidak terduganya situasi di lapangan, sekaligus memperbesar risiko krisis internasional yang lebih luas.

Peretasan Komunikasi: Aplikasi yang Pernah Dipakai Staf Trump Dibobol, Data 60 Pejabat Pemerintah AS Bocor

EtIndonesia. Menurut laporan Reuters pada 21 Mei, platform komunikasi TeleMessage mengalami serangan siber besar-besaran pada bulan ini. Akibatnya, pesan-pesan dari lebih dari 60 pejabat Pemerintah AS diketahui telah bocor. Beberapa media menyebut bahwa mantan Penasihat Keamanan Nasional AS, Mike Waltz juga pernah menggunakan aplikasi ini.

Data hasil kebocoran tersebut dibagikan oleh organisasi nirlaba asal AS, Distributed Denial of Secrets (DDoSecrets), yang dikenal mengarsipkan dokumen-dokumen yang bocor akibat peretasan atas nama kepentingan publik.

Dari hasil analisis terhadap data yang dibocorkan, diketahui bahwa lebih dari 60 pengguna berasal dari instansi pemerintah. Di antara mereka terdapat petugas penanganan bencana, pejabat bea cukai, diplomat, staf Gedung Putih, hingga anggota Dinas Rahasia (Secret Service).

Reuters telah memverifikasi bahwa sebagian pesan yang bocor memang otentik. Meskipun tidak ditemukan percakapan langsung dari Waltz maupun pejabat lain di pemerintahan Trump, namun beberapa pesan yang bocor memuat informasi sensitif mengenai aktivitas dan rencana perjalanan pejabat tinggi, termasuk kunjungan ke Vatikan dan Yordania.

TeleMessage, Aplikasi yang Tiba-Tiba Menjadi Sorotan

Sebelum kejadian ini, TeleMessage adalah aplikasi yang nyaris tidak dikenal di luar lingkup lembaga pemerintah dan keuangan. Namun, pada 30 April, sebuah foto dari Reuters memperlihatkan Mike Waltz tengah memeriksa aplikasi tersebut—yang merupakan versi modifikasi dari aplikasi terenkripsi Signal—saat berada dalam rapat kabinet. Momen tersebut sontak menarik perhatian media.

TeleMessage diketahui mengembangkan versi modifikasi dari Signal, WhatsApp, Telegram, dan WeChat, yang dirancang untuk mengarsipkan pesan secara terpusat, umumnya digunakan oleh institusi resmi.

Awalnya berbasis di Israel, TeleMessage diakuisisi pada Februari 2024 oleh perusahaan teknologi Smarsh, yang berbasis di Portland, negara bagian Oregon, AS.

Serangan Siber: Cuma Butuh 20 Menit

Peretasan terhadap server TeleMessage terjadi sebanyak dua kali pada tanggal 4 Mei, dilakukan oleh lima peretas berbeda. Salah satu hacker bahkan membanggakan diri karena hanya membutuhkan waktu kurang dari 20 menit untuk menembus sistem.

Selanjutnya, seorang pakar keamanan siber melakukan investigasi terhadap kode sumber versi modifikasi aplikasi Signal yang dikembangkan TeleMessage. Pada 6 Mei, dia menyimpulkan bahwa aplikasi tersebut tidak menerapkan enkripsi end-to-end, sehingga rawan dibobol.

Menanggapi kejadian ini, pada 6 Mei, Smarsh selaku pemilik TeleMessage mengumumkan telah menutup seluruh layanan TeleMessage untuk sementara waktu guna menghindari risiko lebih lanjut dan melakukan evaluasi keamanan secara menyeluruh.

Kesimpulan: Ancaman Siber Kembali Mengguncang Dunia Pemerintahan

Insiden ini menunjukkan betapa rentannya sistem komunikasi bahkan di lingkungan pemerintahan tertinggi terhadap serangan siber. Dengan melibatkan data pejabat Gedung Putih, diplomat, dan badan keamanan, peretasan terhadap TeleMessage menjadi peringatan serius akan pentingnya keamanan data dan transparansi teknologi dalam komunikasi resmi.(jhn/yn)

Pengalaman Mati Suri: Bertemu “Dewi” yang Mengubah Hidup Seorang Ateis

EtIndonesia. Nancy Rynes dulunya adalah seorang ateis sejati. Dia mengedepankan logika dan percaya bahwa sains mampu menjelaskan segalanya. Namun, hanya dalam beberapa menit menjelang kematiannya, pandangannya tentang hidup dan keberadaan Tuhan berubah total.

Wanita asal negara bagian Colorado, Amerika Serikat, ini adalah seorang penulis sains sekaligus pelatih korporat. Dia tidak pernah tertarik pada hal-hal spiritual atau agama. Padahal sejak kecil, Nancy cukup memiliki sisi spiritual, dibesarkan dalam keluarga Katolik. Tapi saat dia berusia 15 tahun, sejumlah berita tentang pelecehan anak yang dilakukan oleh pendeta menghancurkan kepercayaannya. Dia mulai meragukan keyakinannya dan bahkan menganggap bahwa semua yang dia lihat dan alami tentang Tuhan dan roh semasa kecil hanyalah ilusi.

Setelah lulus dari universitas dan bekerja di Departemen Energi AS, Nancy tumbuh menjadi seorang ilmuwan yang sangat rasional dan berpijak pada realitas material. Dia memeluk ateisme sepenuhnya. Namun takdir mempertemukannya dengan sebuah “pintu tak terlihat” yang membawanya masuk ke dunia yang selama ini dia pandang sebelah mata.

Kecelakaan Sepeda yang Mengubah Segalanya

Pada usia 46 tahun, Nancy tengah berada di titik terendah dalam hidupnya. Dia baru bercerai, pekerjaannya tidak berjalan baik, dan dia memutuskan pindah ke Boulder, Colorado untuk memulai lembaran baru. 

Suatu hari, saat bersepeda, dia ditabrak oleh sebuah SUV dan terlempar jauh. Dia dilarikan ke ruang gawat darurat dengan luka serius dan dijadwalkan menjalani operasi besar tiga hari kemudian.

Hasil pemeriksaan menunjukkan cedera parah di bagian kepala, tulang selangka, tulang rusuk, tulang leher, tulang belakang, serta paru-paru. 

Sebagai seorang ateis, ketakutan terbesar Nancy adalah kematian. Ketika obat bius mulai bekerja dan dia tertidur di meja operasi, dia justru “terbangun” di sebuah dunia lain—sebuah lereng bukit yang indah, dipenuhi bunga dan rumput hijau. Dunia itu tidak mengikuti hukum fisika yang dikenalnya di dunia nyata.

Nancy mulai menyadari bahwa dia telah mati. Dia teringat akan perkataan orangtuanya di masa kecil, bahwa ateis akan masuk neraka. Namun, yang dia lihat sangat bertolak belakang. Sebuah suara lembut menyambutnya, berkata: “Selamat datang di rumah.” Suara itu berasal dari sosok perempuan yang samar namun memancarkan kasih dan kebijaksanaan. Nancy menyebut sosok itu sebagai “dewi”.

Pelajaran dari Dunia Lain: Energi, Peta Kehidupan, dan Pertobatan Jiwa

Dewi itu mulai mengajarkan Nancy berbagai pengetahuan tentang alam spiritual. Dia menjelaskan bahwa segalanya di alam semesta ini dibangun di atas dasar energi. Nancy menyerap ilmu itu dengan kecepatan luar biasa, jauh melebihi kecepatan belajar di dunia manusia. Hal-hal yang biasanya membutuhkan waktu tiga bulan untuk dipahami di bumi, di sana hanya membutuhkan beberapa menit.

Nancy juga ditunjukkan sebuah “peta kehidupan”, semacam peta energi yang menggambarkan seluruh pilihan hidupnya—jalur mana yang dia pilih, mana yang dia tinggalkan, dan bagaimana semuanya saling terhubung. 

“Aku berdiri di sana, memandangi peta itu, dan menyadari: itulah hidupku,” kenangnya.

Dia juga menjalani momen yang disebut “tinjauan jiwa”, di mana dia melihat kembali seluruh kejadian dalam hidupnya, tak hanya dari sudut pandangnya sendiri, tapi juga dari sudut pandang orang lain. Salah satu momen yang membekas adalah ketika dia berusia 17 tahun dan berkata kasar pada adiknya. Dari perspektifnya dulu, hal itu tampak sepele. Namun ketika dia melihatnya dari sudut pandang sang adik, dia merasakan betapa sakit dan terpukulnya hati sang adik.

Ingin Tinggal, Namun Sudah Ada Perjanjian Jiwa

Dalam pengalaman itu, Nancy memohon kepada dewi agar diperbolehkan untuk tetap tinggal di dunia tersebut. 

“Aku tidak ingin kembali,” pintanya. 

Namun, sang dewi menjawab dengan lembut: “Kamu sudah menyetujui untuk kembali.” 

Nancy lalu diperlihatkan bahwa sebelum lahir ke dunia, dia sebenarnya telah menyepakati untuk mengalami kecelakaan itu, serta segala penderitaan dan pelajaran yang menyertainya.

Sang dewi akhirnya mengantar Nancy kembali ke dunia nyata. Ketika Namcy membuka mata, dia masih terbaring di meja operasi. Rasa sakit langsung menyeruak, namun kenangan dan pengalaman yang baru saja dialaminya tetap terasa sangat nyata, bahkan lebih nyata dibanding dunia fisik.

Kebangkitan Jiwa dan Misi Baru

Sejak kembali dari pengalaman itu, Nancy menjalani hidup dengan cara yang sama sekali berbeda. Dia setiap hari mengingat apa yang dialaminya di “dunia seberang”, dan hal itu mengubah cara dia berinteraksi dengan sesama manusia. Dia yang dulu menolak semua bentuk kepercayaan spiritual, kini menjadi seorang penyampai pesan-pesan spiritual. Namun yang dia bawa bukanlah ajaran agama tertentu, melainkan pengalaman langsung dari dunia misterius yang pernah dia masuki.

Nancy kini meyakini bahwa dunia spiritual bukan ilusi atau mitos, melainkan sebuah kenyataan yang sangat dalam dan penuh kasih. Dia mengajak orang untuk berpikir ulang: mungkinkah “pintu pulang” itu tidak hanya terbuka di akhir hayat, tetapi juga bisa disadari lebih awal dalam kehidupan kita?(jhn/yn)