Bertambah 33 Kasus Penularan Varian Baru di Jakarta, Didominasi Varian Delta
ETIndonesia- Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Dwi Oktavia mengimbau seluruh masyarakat tetap waspada terhadap mutasi virus baru yang lebih mudah menular dan menimbulkan gejala yang lebih berat. Varian yang mendominasi adalah Varian Delta yang awalnya ditemukan di India.
Ia menerangkan, DKI Jakarta secara aktif melakukan pemeriksaan sampel Whole Genome Sequencing / WGS, yang mana Dinkes DKI Jakarta sudah mengirim 980 total keseluruhan sampel terduga mutasi virus.
Dari jumlah tersebut, 289 dinyatakan bukan merupakan Variant of Concern (VoC), 33 merupakan VoC, 438 masih menunggu hasil, 216 dinyatakan negatif COVID-19, 3 hasil WGS tidak dapat dianalisa, dan 1 invalid.
“Kami sudah menerima data 33 VoC dari Kemenkes. Dari data tersebut, kami identifikasi bahwa 25 kasus berasal dari orang yang habis perjalanan luar negeri, 3 kasus transmisi lokal di luar Jakarta karena bukan domisili Jakarta hanya saja melakukan pemeriksaan di Jakarta. Lalu, ada 5 kasus yang transmisi lokal di Jakarta dan kelimanya varian Delta. Adapun rincian 33 VoC tersebut, yakni 12 varian Alpha (B.117), 3 varian Beta (B.1.351), 18 varian Delta (B.1617.2),”ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (17/06/2021).
“Pada setiap bertemu VoC, kami langsung mengidentifikasi kasus impor atau transmisi lokal. Jika transmisi lokal, maka kami lakukan tracing masif di komunitas dan tempat kerja,” imbuhnya.
Sementara itu, proses vaksinasi juga masih terus berlangsung di Jakarta. Sejak 9 Juni 2021, Pemprov DKI Jakarta melakukan percepatan vaksinasi, yang mana warga berusia di atas 18 tahun juga sudah dapat divaksin.
Warga yang ber-KTP DKI Jakarta maupun yang bekerja/bersekolah dan berdomisili DKI Jakarta, dapat mendaftar vaksinasi COVID-19 melalui aplikasi JAKI atau situs corona.jakarta.go.id, untuk menghindari antrean panjang di fasilitas kesehatan.
Adapun jumlah sasaran vaksinasi tahap 1 dan 2 (tenaga kesehatan, lansia, dan pelayan publik) sebanyak 3.000.689 orang. Untuk Vaksinasi Program, total dosis 1 saat ini sebanyak 3.133.277 orang (103,01%) dan total dosis 2 kini mencapai 1.875.241 orang (62,16%). Sedangkan, untuk Vaksinasi Gotong Royong dosis 1 total di Jakarta saat ini sebanyak 44.273 orang dan dosis 2 total sebanyak 6.902 orang. (asr)
Penanganan Pasien COVID-19 di Jakarta, 139 RS yang Merawat Pasien dengan Keterisian 84% dan ICU 74%
ETIndonesia- Setelah terjadinya penambahan pasien yang terinfeksi COVID-19 di Jakarta, penanganan medis turut gencar dilakukan. Akan tetapi, keterisian rumah sakit hingga tempat tidur ICU mengalami peningkatan.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Dwi Oktavia mengatakan, hingga 17 Juni, total tempat tidur yang disiapkan pada 139 Rumah Sakit yang merawat COVID-19 di Jakarta sebanyak 8.524 tempat tidur isolasi yang saat ini terisi 84% dan 1.186 tempat tidur ICU yang kini terisi 74%.
Ia menerangkan, pemprov DKI Jakarta juga akan terus berkoordinasi dengan Pemerintah Pusat dalam menyiapkan fasilitas isolasi mandiri terkendali yang tersebar di sejumlah wilayah, seperti penggunaan GOR dan Rusun.
Beberapa waktu lalu, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) selaku Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Letjen TNI Ganip Warsito, beserta jajaran melakukan peninjauan ke rusun Nagrak, Cilincing, Jakarta Utara, pada Minggu (13/6). Rusun ini merupakan salah satu fasilitas isolasi pasien Covid-19.
Mendapt sebaran video IGD wisma atlit semalam… sangat mengkhawatirkan. Stay safe semua. PROKES PERKETAT!
— dr tompi spBP (@dr_tompi) June 14, 2021
Video ini sy gak tau siapa yg rekam, tp semoga bs menjadi pengingat kita semua ya. Bukan untuk menakut2i tp TOLONG PAKE MASKER krn kl ampe sakit dapat ruangannya susah pic.twitter.com/9WWsvT7f0x
Dalam kunjungan tersebut, Ganip memastikan kesiapan fasilitas yang ada di rumah susun (rusun) Nagrak mengingat lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia setelah libur hari panjang.
Ganip dalam keterangan persnya turut memberikan bantuan logistik berupa 500 unit velbed yang diberikan kepada Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta Sabdo Kurnianto. Velbed atau alas tidur portabel ini bermanfaat sebagai fasilitas penunjang di Rusun Nagrak.
Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti juga menjelaskan tentang pengoperasian setiap tower yang ada di rusun Nagrak.
“Rusun Nagrak memiliki 14 tower, untuk Tower 1 sampai 5 akan difokuskan untuk lokasi isolasi pasien Covid-19 terkendali, Tower 6 sampai 10 masih dalam proses penghunian, sedangkan Tower 11 – 14 sudah terhuni,” jelas Widyastuti.
Widyastuti turut menyampaikan bahwa Dinas Kesehatan DKI Jakarta akan melakukan pelatihan untuk sumber daya manusia yang ada pada masing-masing tower terkait prosedur standar operasi (SOP) penanganan pasien Covid-19.
Sebagai informasi, Rusun Nagrak merupakan salah satu tempat isolasi pasien Covid-19 yang resmi ditunjuk oleh Pemerintah Kota Jakarta Utara. Rusun Nagrak memiliki 14 tower yang terbagi dalam tiga klaster yang setiap klasternya cukup berjarak. Masing-masing tower memiliki 16 lantai dengan 225 unit, di mana setiap unitnya terdiri dari dua kamar yang mampu menampung hingga 2.550 orang. (asr)
Kasus Aktif Terkonfirmasi COVID-19 di Jakarta Tembus 22.611 Orang, 35% Bergejala Ringan dan 10% Bergejala Berat
ETIndonesia- Wilayah DKI Jakarta mengalami lonjakan kasus. Penambahan kasus terkonfirmasi positif COVID-19 mengalami lonjakan. Hitungan sehari ada penambahan 2.300 kasus, sehingga jumlah kasus aktif sampai hari ini sebanyak 22.611 yakni orang yang masih dirawat atau diisolasi.
“Dari jumlah kasus aktif tersebut, 25 persen adalah orang tanpa gejala, 35 persen bergejala ringan, 30 persen bergejala sedang, serta 10 persen bergejala berat dan kritis,” ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Dwi Oktavia dalam keterangan tertulisnya, Kamis (17/06/2021).
Sementara itu, jumlah kasus Konfirmasi secara total di Jakarta sampai hari ini sebanyak 458.815 kasus.
Dari jumlah total kasus positif, total orang dinyatakan telah sembuh sebanyak 428.487, dan total 7.717 orang meninggal dunia dengan tingkat kematian 1,7%, sedangkan tingkat kematian Indonesia sebesar 2,8%.
Dwi menuturkan, Pemprov DKI Jakarta masih terus meningkatkan 3T, yakni testing, tracing, dan treatment untuk menekan penyebaran kasus COVID-19 di Ibu Kota.
“Jika kita melihat data silacak.kemkes.go.id, rasio lacak DKI Jakarta selama bulan Juni sebesar 7,9. Artinya, 1 kasus positif dilacak minimal 8 kontak eratnya. Testing pun kita tingkatkan, yang mana jumlah tesnya pada 16 Juni 2021 sudah 10,8 kali dari standar minimal yang ditentukan WHO untuk Jakarta,” ungkapnya. (asr)
Kasus Terkonfirmasi COVID-19 Harian di Jakarta Lebih 4.000, Kasus Tertinggi dari yang Pernah Terjadi Pada Februari
ETIndonesia- Angka kasus positif COVID-19 yang terjadi di Ibu Kota mengalami kenaikan drastis. Seperti diketahui, angka kasus positif beberapa waktu terakhir berada pada kisaran 1.000 – 2.000 kasus dalam sehari. Namun, pada Kamis (17/6), angka tersebut melonjak pesat hingga mencapai 4.144 kasus. Adapun angka kematian 50 jiwa.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Dwi Oktavia, memaparkan, berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, pada 17 Juni 2021, dilakukan tes PCR sebanyak 23.913 spesimen. Dari jumlah tes tersebut, sebanyak 16.499 orang dites PCR hari ini untuk mendiagnosis kasus baru, dengan hasil 4.144 positif dan 12.355 negatif.
“Jika kita kilas balik, kasus hari ini mendekati angka tertinggi yang pernah terjadi pada 7 Februari 2021, yang mana mencapai 4.213 kasus dalam sehari,” ujar Dwi, di Balai Kota Jakarta dalam keterangan tertulisnya, Kamis (17/6/2021).
Maka dari itu, ia mengingatkan kembali kepada seluruh masyarakat untuk tidak menyepelekan COVID-19. Menurut dia, penanggulangan pandemi ini butuh kerja bersama.
Selain itu, diimbau kepada masyarakat terus waspada terhadap penularan COVID-19 yang semakin cepat dan selalu menerapkan 5M di manapun dan kapanpun.
Dwi juga menyebut, trend kasus positif aktif pada anak di bawah usia 18 tahun meningkat. Dari 4.144 kasus positif hari ini, 661 kasus (16%) adalah anak usia 0 – 18 tahun, yang mana 144 kasus di antaranya adalah balita. “Untuk itu, kami mengingatkan warga untuk menghindari keluar rumah membawa anak-anak,” imbaunya.
Adapun distribusi 4.144 kasus positif hari ini, yaitu Kepulauan Seribu 5 kasus, Jakarta Barat 824 kasus, Jakarta Pusat 490 kasus, Jakarta Selatan 932 kasus, Jakarta Timur 1.370 kasus, dan Jakarta Utara 523 kasus. Kecamatan dengan jumlah kasus terbanyak, antara lain Cengkareng 205 kasus, Duren Sawit 189 kasus, Cipayung 177 kasus, dan Jagakarsa 172 kasus. (asr)
Joe Biden : Hubungan dengan Xi Jinping Hanya Murni Bisnis Bukan Teman Lama
oleh Lin Yan
Presiden AS Joe Biden bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam pertemuan tingkat tinggi di Jenewa pada Rabu (16/6/2021). Kemudian dalam konferensi pers terpisah, ia mengatakan bahwa pihak Tiongkok sedang berusaha untuk membentuk dirinya sebagai negara yang bertanggung jawab dalam situasi pandemi virus komunis Tiongkok (COVID-19). Namun, sampai saat ini dunia belum tahu secara jelas, apakah Beijing benar-benar ingin memahami tentang asal mula munculnya virus tersebut.
Reuters melaporkan bahwa, ketika Biden ditanya soal apakah dirinya akan menelepon Presiden Xi Jinping melalui hubungan teman lama untuk memintanya menerima kembali tim investigasi dari Organisasi Kesehatan Dunia ? Biden menjawab : “Mari kita blak-blakan saja bahwa kita saling mengenal dengan baik. (tetapi) kami bukan teman lama, murni hanya hubungan bisnis”.
Biden menjelaskan bahwa, dirinya tetap bersikap skeptis tentang kerja sama Tiongkok dengan tim investigasi dari WHO.
Biden mengatakan : “Komunis TIongkok berusaha keras untuk membentuk dirinya menjadi negara yang bertanggung jawab dan sangat aktif. Mereka berusaha sangat keras untuk berbicara, tentang bagaimana mereka berupaya untuk membantu dunia mengatasi COVID-19 melalui pengembangan vaksin”.
Biden menambahkan, ada hal-hal tertentu yang tidak perlu dijelaskan kepada masyarakat dunia, karena masyarakat sendiri yang akan melihat hasilnya.
Dia malahan berbalik menanyakan, Dari perspektif hasil “Apakah Tiongkok benar-benar ingin mencari tahu sumber dari masalah ini (penyebaran virus) ?”
Pada Mei, Biden memerintahkan departemen intelijen untuk terus menyiapkan laporan yang lebih rinci tentang sumber virus COVID-19, termasuk apakah sumbernya disebabkan oleh kontak dengan hewan yang terinfeksi atau kecelakaan laboratorium.
Tim investigasi yang dipimpin WHO itu, menghabiskan empat minggu di Kota Wuhan dan sekitarnya, bersama dengan peneliti dari komunis Tiongkok antara Januari hingga Februari tahun ini. Laporan tahap pertama mereka menyebutkan bahwa virus itu mungkin ditularkan dari kelelawar ke manusia melalui hewan lain. Tetapi sangat kecil kemungkinannya virus bocor dari laboratorium.
Tetapi, para ahli yang berpartisipasi dalam investigasi mengatakan bahwa mereka tidak sepenuhnya diizinkan untuk mengakses ke data yang telah disimpulkan oleh rekan-rekan Tiongkok mereka. Yang mana membuat mereka merasa frustrasi.
Pada bulan Maret, tim yang dipimpin WHO menyarankan studi tahap ke-2, tetapi ditolak dan ditentang oleh pemerintah komunis Tiongkok.
Pihak komunis Tiongkok menyatakan bahwa “mempolitisasi” masalah ini, akan menghambat penyelidikan. “Politisasi” adalah alasan umum yang digunakan Beijing untuk melakukan penolakan.
Gedung Putih selalu menyatakan bahwa, investigasi tahap pertama WHO kurang transparan dan tidak memadai dan tanpa kesimpulan.
Institut Virologi Wuhan adalah salah satu laboratorium penelitian virus teratas di daratan Tiongkok. Setelah pecahnya wabah SARS pada tahun 2003, mereka beralih ke pengembangan dari virus corona kelelawar. Mereka menghadapi kritik atas transparansi selama pandemi COVID-19.
Otoritas komuni Tiongkok, berusaha menolak dengan menggunakan teori yang belum terbukti. Bahkan, mengklaim bahwa virus mungkin berasal dari negara lain atau masuk melalui komoditas yang diimpor, seperti makanan laut beku yang terkontaminasi virus. Klaim ini telah ditentang oleh beberapa ilmuwan dan lembaga internasional. (sin)
Angkatan Udara Tiongkok Meluncurkan Serangan Skala Besar ke Taiwan
Reuters
Sebanyak dua puluh delapan unit pesawat angkatan udara Tiongkok, termasuk pesawat tempur dan pengebom berkemampuan nuklir, memasuki air defense identification zone (ADIZ) atau zona identifikasi pertahanan udara Taiwan pada Selasa (15/6/2021), kata pemerintah Taiwan. Serangan tersebut sebagai yang terbesar hingga saat ini.
Meskipun tidak ada komentar langsung dari Beijing, berita itu mencuat setelah para pemimpin kelompok G Tujuh mengeluarkan pernyataan bersama pada Minggu 13 Juni yang mengecam rezim Tiongkok atas serangkaian masalah dan menggarisbawahi pentingnya perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan. Meski demikian, komentar tersebut dilabeli pejabat komunis Tiongkok sebagai “fitnah.”
Taiwan memrotes selama beberapa bulan terakhir tentang misi berulang oleh angkatan udara Tiongkok di dekat pulau yang memiliki pemerintahan sendiri, yang terkonsentrasi di bagian barat daya zona pertahanan udaranya di dekat Kepulauan Pratas yang dikuasai Taiwan.
Misi Tiongkok terbaru melibatkan 14 pesawat tempur J-16 dan enam J-11, serta empat pembom H-6, yang dapat membawa senjata nuklir, dan anti-kapal selam, peperangan elektronik, dan pesawat peringatan dini, sebagaimana dikatakan oleh Kementerian Pertahanan Taiwan.
Kehadiran pesawat-pesawat itu adalah serangan harian terbesar sejak Taiwan, mulai secara rutin melaporkan kegiatan Angkatan Udara Tiongkok di ADIZ Taiwan tahun lalu. Kali ini memecahkan rekor sebelumnya dari 25 pesawat yang dilaporkan pada 12 April.
Kementerian menambahkan, bahwa pesawat tempur Taiwan dikirim untuk mencegat dan memperingatkan pesawat Tiongkok, sementara sistem rudal juga dikerahkan untuk memantau mereka.
Pesawat Tiongkok tak hanya terbang di daerah yang dekat dengan Kepulauan Pratas, tetapi para pembom dan beberapa pesawat tempur terbang di sekitar bagian selatan Taiwan dekat dengan ujung bawah pulau itu, menurut peta yang disediakan kementerian.
Kementerian Pertahanan Tiongkok tidak menanggapi permintaan komentar.
Sebelumnya rezim Tiongkok menggambarkan misi seperti itu, diperlukan untuk melindungi kedaulatan negara dan menangani “kolusi” antara Taipei dan Washington.
Amerika Serikat, seperti kebanyakan negara tidak memiliki hubungan diplomatik formal dengan Taiwan, kini menghadapi meningkatnya kewaspadaan ketegangan dengan Beijing.
Pemerintahan Komunis Tiongkok menggambarkan Taiwan sebagai masalah teritorialnya paling sensitif dan garis merah yang tidak boleh dilintasi Amerika Serikat. Rezim Tiongkok tidak pernah meninggalkan kemungkinan penggunaan kekuatan untuk memastikan penyatuan wilayah. (asr)
Media Corong PKT : “Pendonor Organ” di Tiongkok Melonjak 100 Kali Lipat Sejak Tahun 2015
ole Li Zhaoxi
Laporan media resmi pemerintah komunis Tiongkok ‘Global Times’ secara khusus memuji terjadinya peningkatan drastis jumlah “pendonor organ” di daratan Tiongkok, sejak pertama virus komunis Tiongkok (COVID-19) mewabah di Kota Wuhan pada akhir tahun 2019.
Namun demikian, beberapa laporan yang diterbitkan secara internasional tahun lalu, menunjukkan bahwa pemerintah komunis Tiongkok dapat meningkatkan jumlah pengambilan organ hidup dari tahanan politik, dikarenakan ramainya permintaan transplantasi paru-paru dari pasien yang terinfeksi virus komunis Tiongkok.
Menurut laporan yang dirilis oleh Yayasan Pengembangan Transplantasi Organ Tiongkok dalam pertemuan yang diadakan di Yan’an, Provinsi Shaanxi pada Jumat 11 Juni : Meskipun terkena dampak epidemi, tetapi jumlah pendonor organ sukarela yang terdaftar pada tahun 2020 telah meningkat sekitar 46,5% dibandingkan dengan jumlah pendonor yang tercatat hingga akhir tahun 2019.
‘The Global Times’ menambahkan bahwa, ini juga menunjukkan adanya kenaikan sampai 100 kali lipat daripada yang tercatat di awal tahun 2015. Ketika itu, pernyataan warga yang secara sukarela mau menyumbangkan organ tubuhnya setelah kematian merupakan “satu-satunya saluran legal” untuk transplantasi organ di Tiongkok.
Di samping itu, pemerintah komunis Tiongkok juga mengumumkan bahwa, Komisi Kesehatan Nasional Partai Komunis Tiongkok akan melaksanakan kampanye setiap 2 tahun mulai akhir tahun 2020. Hal demikian dalam rangka membujuk rakyat Tiongkok untuk menyumbangkan organnya kepada negara.
Propaganda pemerintah komunis Tiongkok ini, terjadi setelah pembukaan Pengadilan Uighur atau Uyghur Tribunal di London pekan lalu. ‘Pengadilan Khusus Uighur’ adalah pengadilan rakyat independen non-pemerintah. Para ahli dan korban Partai Komunis, memberikan kesaksian yang merinci pelanggaran hak asasi manusia terhadap Uighur dan etnis minoritas lainnya di Tiongkok selama bertahun-tahun.
Melalui ‘Pengadilan Khusus Uighur’, para ahli menegaskan bahwa sejak pendirian kamp konsentrasi, semakin banyak bukti bahwa otoritas komunis Tiongkok telah melakukan pengambilan paksa organ dari korban kamp dan tahanan politik. Tujuannya, untuk dijual ke pasar transplantasi organ “sesuai permintaan”.
Sebelum bukti pengadilan ini muncul, kelompok minoritas agama dan politik Tiongkok telah menuduh pemerintah komunis Tiongkok membunuh tahanan politik dan menjual organ mereka dengan harga tinggi selama beberapa dekade terakhir. Kelompok yang paling vokal adalah praktisi Falun Gong.
Falun Gong adalah metode latihan yang didedikasikan untuk menjaga kesehatan fisik dan mental. Adapun para praktisi tidak menggunakan obat-obatan atau minum alkohol, sehingga pada dasarnya mereka memiliki organ yang sehat.
Ethan Gutmann, anggota Koalisi Internasional untuk Mengakhiri Penyalahgunaan Transplantasi di Tiongkok (International Coalition to End Transplant Abuse in China, ETAC), penulis hasil penelitian AS membutuhkan waktu puluhan tahun untuk melakukan penelitian, ia bersaksi bahwa ia telah mewawancarai 20 orang warga etnis Uighur dan pengungsi Kazakh yang telah menghabiskan waktu di kamp konsentrasi di Xinjiang, Mereka menuturkan bahwa mereka telah menjalani tes medis yang sepadan dengan pengambilan organ hidup-hidup.
Meskipun semua saksi ini selamat, tetapi mereka semua memastikan bahwa mereka melihat dengan mata kepala sendiri pejabat komunis Tiongkok melakukan pemeriksaan medis terhadap orang lain. Banyak dari orang-orang yang menjalani pemeriksaan medis, yang rata-rata masih berusia muda itu menghilang begitu saja tak lama kemudian.
Dalam buku berjudul ‘The Slaughter’ yang diterbitkan Ethan Gutmann pada tahun 2014, ia secara eksplisit merinci bukti pemerintah komunis Tiongkok menjadikan praktisi Falun Gong dan tahanan politik lainnya, sebagai “pendonor organ sukarela”.
Pada tahun 2016, Ethan Gutmann bersama dengan mantan anggota parlemen Kanada David Kilgour dan pengacara hak asasi manusia David Matas, menerbitkan buku terbaru mereka tentang pengambilan paksa organ hidup. Buku tersebut menunjukkan bahwa data tentang operasi transplantasi pemerintah komunis Tiongkok tidak sesuai dengan dugaan jumlah donasi organ yang ada pada tahun 2015. Ada banyak bukti mengungkapkan bahwa, sejumlah rumah sakit tanpa izin transplantasi resmi juga menjalani operasi transplantasi.
Praktisi Falun Gong, Liu Huiqiong dalam sebuah wawancara dengan reporter surat kabar Israel ‘Haaretz’ pada bulan Desember tahun lalu mengatakan bahwa, polisi berulang kali mengisyaratkan dirinya akan dibunuh untuk diambil organ tubuhnya. Liu mengaku, bahwa ia akhirnya bisa selamat karena melakukan mogok makan dalam tahanan. Kesehatannya yang menurun drastis itulah yang menjadi penolongnya terhindar dari perbuatan bejat komunis Tiongkok itu. (sin)
‘Institut Virologi’ Mengungkapkan Argumen Baru Tentang Virus, Pompeo: Komunis Tiongkok Harus Bertanggung Jawab
Li Lan – NTD
Mantan direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) Robert Redfield sekali lagi secara terbuka menyatakan, dirinya mendukung pandangan bahwa virus Corona mungkin bocor dari laboratorium virus Wuhan. Sedangkan Mantan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan bahwa AS memiliki cukup bukti bahwa Komunis Tiongkok harus bertanggung jawab
Pompeo pada 13 Juni mengatakan : “Telah terjadi kebocoran di Institut Virologi Wuhan, dan bukti dokumen setinggi 100 kaki.” (sekitar 30 meter)
Hal demikian disampaikannya dalam sebuah wawancara dengan FOX News. Ia yakin Institut Virologi Wuhan telah membocorkan virus tersebut.
Sementara itu, Mantan Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, Robert Redfield juga mendukung pandangan ini. Dia memiliki otorisasi kerahasiaan yang sangat tinggi di Tim Pencegahan Epidemi Federal dari pemerintah AS terakhir. Ia dapat mengakses sejumlah besar informasi terkait virus.
Dalam sebuah wawancara yang dirilis oleh FOX News pada 15 Juni, Redfield juga memberikan analisis profesional, menunjukkan bahwa asumsi bahwa virus itu berasal dari alam tidak masuk akal. Dikarenakan, jika virus COVID-19 (virus Komunis Tiongkok) ditularkan oleh hewan yaitu dari kelelawar ke kelelawar lain, kemudian manusia terinfeksi, jadi tidak seperti coronavirus lainnya, virus menyebar terlalu cepat dari manusia ke manusia. Dikarenakan, secara biologis tidak masuk akal, dan tidak diketahui bahwa antara kelelawar dan manusia ada binatang apalagi sebagai media.
Robert Redfield berkata : “Ada hipotesis alternatif. Virus itu berasal dari yang dibawa oleh kelelawar dan kemudian masuk ke laboratorium. Di laboratorium, ia dimodifikasi dan berevolusi menjadi sejenis dari virus yang menyebar dari manusia ke manusia.”
Dia percaya bahwa virus itu tidak sengaja bocor, tetapi itu sengaja dibudidayakan sebelum bocor.
The Australian Sky News merilis sebuah video pada tanggal 13 Juni, yang menunjukkan bahwa kelelawar hidup diberi makan di Institut Virologi Wuhan.
Saat ini, Amerika Serikat, Australia, India, dan negara-negara lainnya, mendesak WHO untuk melakukan penyelidikan sumber virus putaran kedua. Desakan tersebut juga mengemuka dalam Komunike Bersama G7 yang baru saja dirilis.
Mantan Menteri Luar Negeri AS Pompeo pada 13 Juni berkata : “Kami (pemerintahan Trump) memberikan tekanan besar kepada Komunis Tiongkok, sangat dekat untuk dapat memberikan bukti yang dapat diandalkan tentang apa sebenarnya terjadi? Bagaimana virus ini menginfeksi Orang-orang di seluruh dunia?”
Pompeo menegaskan, sudah waktunya bagi Komunis Tiongkok untuk bertanggung jawab. (hui)
Ledakan Gas di Shiyan, Hubei Menelan Banyak Korban, Terungkap Fakta-fakta Lainnya dari Pengakuan Warga Sekitar
Chang Chun – NTDTV.com
Ledakan gas alam terjadi di Distrik Zhangwan, Kota Shiyan, Provinsi Hubei, Tiongkok, Minggu (13/6/2021) yang menyebabkan korban serius. Dikarenakan semakin dekatnya perayaan HUT 100 tahun partai Komunis Tiongkok, pihak berwenang meminta departemen terkait untuk segera mengungkap penyebab ledakan. Pasalnya, kecelakaan ini dikhawatirkan akan merusak atmosfer seratus tahun berdirinya Partai Komunis.
Ketika ledakan gas terjadi, rumah-rumah hancur dan bangunan runtuh di pasar sayur dekat Komunitas Yanhu di Distrik Zhangwan, Kota Shiyan, Provinsi Hubei. Ledakan kebocoran gas alam terjadi pada pagi hari. Lokasi ledakan langsung menjadi reruntuhan.
Penduduk setempat berkata : “Baru saja terjadi, pasar sayur runtuh, dan seluruh bagian bawah runtuh.”
Penduduk setempat lainnya mengatakan: “Sebuah insiden besar terjadi di pasar sayur 41. Apakah ada yang peduli?”
Ada lagi penduduk menuturkan : “Seluruh lantai pertama pasar sayur 41 ini ambruk. Saya tidak tahu berapa banyak orang yang terkubur di bawah.”
Dari video yang diunggah oleh warganet, terlihat rumah-rumah di sekitar pasar sayur yang meledak, lantainya tertutup batu bata dan puing-puing yang hancur. Terlihat suasana berantakan. Sementara itu, orang-orang yang terluka tergeletak di lokasi.
Chen, warga Shiyan mengungkapkan kesaksiannya : “Ada yang membuka restoran dan menjual Cakwe dan bisnis lainnya. Banyak orang tak bisa keluar. Kaca di pintu seberang pecah, dan rumah di bawahnya ambruk. Ledakannya serius. Sekarang ada petugas polisi, dalam jarak dua kilometer di sekitar tidak diizinkan ada yang lewat. Bus tidak diizinkan masuk ke tempat kejadian.”
Chen juga mengungkapkan kepada NTDTV, bahwa sekitar pasar sayur tempat kecelakaan adalah lokasi dengan pemukiman penduduk yang padat.
Warga itu menjelaskan, pasar tersebut bernama pasar 41. Banyak orang yang pergi bekerja akan singgah sarapan di sana. Suasananya cukup ramai, sehingga banyak orang meninggal dunia. Ia mengungkapkan, dahsyatnya ledakan yang terjadi. Hingga ia bertanya-tanya : Apa yang menyebabkan kejadian itu? Apakah ulah manusia atau apa?. Atas situasi berbahaya ini, ada yang melapor ke polisi. Akan tetapi, tidak ada yang menganggap masalah ini dengan serius.”
Setelah ledakan, pihak berwenang Beijing terkejut. Pimpinan Partai Komunis Tiongkok, Xi Jinping menyerukan penyelamatan korban yang terluka. Pada saat yang sama, dia menekankan perlunya mencari tahu penyebab ledakan sesegera mungkin dan menyelidiki dengan serius.
Dia juga menekankan, telah sering terjadi kecelakaan keselamatan di berbagai sektor di Tiongkok baru-baru ini. Hal demikian mengharuskan departemen lokal untuk menyelidiki berbagai bahaya keselamatan, mencegah keadaan darurat besar, dan menciptakan apa yang disebut suasana baik selama berabad-abad berdirinya Partai Komunis Tiongkok.
Warga Shiyan dengan inisial Zhou membeberkan : “Itu adalah ledakan di pasar Taman Yanhu, dan ledakan membuat bangunannya runtuh, banyak orang meninggal, terluka, bukankah ini kecelakaan besar.”
Kemudian, media pemerintah corong partai Komunis Tiongkok, CCTV mengklaim, sebanyak 150 orang telah digali keluar dan diselamatkan pada hari itu, di mana 138 terluka dan 12 meninggal dunia. Akan tetapi, orang-orang mengkritik pemerintah karena menutupi kebenarannya.
Zhou menambahkan : “Saya tidak mempercayai mereka. Apa yang mereka laporkan adalah palsu. Tak peduli apa yang mereka laporkan, mereka tidak akan melaporkan kebenaran. Apa yang mereka laporkan adalah palsu dan berita palsu.”
Beberapa netizen juga mempertanyakan dengan berkata : “Kebocoran gas alam menyebabkan ledakan. Ledakan skala besar seperti itu harus disebabkan oleh kebocoran serius atau buatan manusia. Mengapa media utama mengelak dari kata “bocor”?”
Zhou juga mengatakan: “Secara khusus, seseorang tampaknya memanggil polisi beberapa hari lalu. Polisi tidak pergi ke lokasi dan tidak menyelidikinya. Orang-orang pasti telah melihat masalahnya, jadi mereka menelepon polisi dan meminta mereka untuk menyelidikinya. Perusahaan gas alam tidak menyelidiki, polisi juga tidak memeriksanya, Ia mendengarkan apa yang dikatakan orang lain.”
Warga lain, Li, yang tinggal di dekat distrik ledakan, mengatakan kepada wartawan bahwa rumah mereka rusak parah. Mereka telah diusir ke luar dan tidak dapat kembali untuk mengambil barang atau pergi ke tempat kejadian.
Li, seorang warga Shiyan: “Mereka yang terluka berada di rumah sakit dan mereka yang meninggal dunia di tempat semuanya dibawa dengan mobil. Tidak jelas apakah masih ada yang tidak diselamatkan. Banyak rumah rusak .”
Perlu dicatat bahwa hari itu merupakan hari peringatan 1 tahun kecelakaan ledakan besar di Wenling, Zhejiang. Beberapa orang merasa bahwa itu “sangat sial.”
Liao, warga Hubei berkata : “Pekerjaan keselamatan dilakukan dengan sangat buruk. Saat ini, pihak berwenang memiliki kontrol yang sangat ketat atas opini publik. Bagaimanapun, semuanya terasa agak jahat.”
Mengingat kembali pada siang hari 13 Juni tahun lalu, sebuah truk tanker gas yang melaju dari Ningbo ke Wenzhou meledak di Jalan Tol Yongtaiwen. Kecelakaan itu mengakibatkan 20 orang tewas dan 175 luka-luka. Lokasi kejadian sangat buruk. (hui)
Bandung Raya Siaga 1 COVID-19, Wisatawan Jakarta Dilarang Masuk Hingga Diwajibkan WFH 75 Persen
ETIndonesia- Wilayah Bandung Raya yang terdiri Kota Bandung, Cimahi, Kabupaten Bandung Barat dan Bandung dideklarasikan Siaga 1 COVID-19. Hal demikian diumumkan secara langsung oleh Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil di Makodam III Siliwangi Bandung, Selasa (15/6/2021).
“Wilayah Bandung Raya kami nyatakan sedang siaga 1 COVID-19,” katanya dikutip dari situs Pemprov Jawa Barat.
Pria yang disapa Kang Emil itu memaparkan bahwa penetapan Siaga 1 COVID-19 berdasarkan keterisian tempat tidur rumah sakit sudah mencapai 84,19 persen. Ditambah dengan Kabupaten Bandung dan Bandung barat yang masuk dalam zona merah.
Selain itu, Work From Home (WFH) 75 diperintahkan untuk diterapkan di seluruh wilayah Bandung Raya. Artinya, tingkat kehadiran secara fisik hanya 25 persen dan rencana sekolah tatap muka ditunda.
Tak hanya dilakukan pembatasan bagi warga Bandung Raya, semua wisatawan diminta agar tidak datang ke Bandung Raya selama tujuh hari ke depan sampai pengumuman selanjutnya khususnya bagi wisatawan dari Jabodetabek.
Mantan Walikota Bandung itu juga berharap, seluruh tujuan wisata yang ada di Bandung Raya tak beroperasi hingga pengumuman selanjutnya.
“Wisatawan yang mayoritas dari Jabodetabek kami minta untuk tidak datang selama tujuh hari ke depan ke Bandung Raya, Kami imbau destinasi wisata untuk ditutup sementara,” kata Kang Emil. (asr)