Home Blog Page 1653

Mike Pompeo: Dunia Bebas Harus Mengalahkan Tirani PKT

https://www.youtube.com/watch?v=dyZPRVZGyLM

Mengapa Yesus Tidak Turun dari Salib Buktikan Diri adalah Tuhan?

0

oleh QIN SHUNTIAN

Thomas yang Ragu

Hari ketiga setelah Yesus wafat, para wanita berniat memberi balsam pada jasad Yesus, tapi didapati makam Yesus telah kosong. Mereka segera memberitahu para murid bahwa Yesus telah bangkit! Namun para murid “mengira itu berita bohong dan tidak memercayainya”.

Waktu itu, para murid  yang telah terpisah dan melarikan diri karena terdesak oleh orang Yahudi, sedang berkumpul di sebuah kamar, lalu tiba-tiba  Yesus  muncul. Ia berkata pada para murid, “Semoga kalian selamat!” Para murid yang tadinya sudah ketakutan semakin terkejut, mengira mereka telah melihat hantu, karena jendela maupun pintu  terkunci rapat.

Yesus berkata, “Kalian lihat tanganku, kakiku, maka kalian akan tahu Aku adalah nyata, kalian coba raba! Arwah tak berdaging dan tak bertulang, sedangkan Aku ada.”

Lalu, Yesus meniupkan napas pada mereka, para murid sangat gembira tapi tidak berani percaya, Yesus pun berkata lagi, “Apakah kalian memiliki sesuatu untuk dimakan?” Mereka mengambil sepotong ikan bakar, Yesus menerimanya,  dan memakannya di hadapan mereka semua… Para murid pun percaya, Yesus telah bangkit kembali.

Lukisan “ésus-Christ ressuscité entouré de saint Pierre, saint Paul et deux anges”, karya Anthonis Moro, 1520-1577, pelukis potret Belanda, dilukis tahun 1564.

Tapi hari itu Thomas tidak ada di sana, Thomas juga merupakan salah satu dari 12 murid Yesus, yang dikenal dengan sifat ragunya.

Para murid sangat berbahagia, dan dengan penuh semangat berkata pada Thomas, “Kami telah melihat Guru! Yesus telah bangkit kembali!” Thomas yang sedih tak tertahankan masih saja tidak percaya, ia hanya percaya apa yang dialaminya sendiri, ia hanya percaya pada mata kepala sendiri.

Yesus wafat di kayu salib, pemandangan itu terlalu menyakitkan bagi Thomas. Ia melihat Yesus dianiaya sampai terluka di sekujur tubuhnya, mengalami kesakitan seperti manusia biasa, ia melihat darah Yesus  mengalir, juga sama seperti manusia biasa.

Yesus dengan tubuh daging seperti itu, bukankah sama saja dengan manusia biasa, juga sulit menahan siksaan batu, tongkat dan tombak, juga bisa berdarah dan mati!  Yesus benar- benar sudah wafat, bagaimana mungkin bisa bangkit kembali? Bangkit dari kematian adalah  hal di luar nalar manusia, tidak sesuai dengan logika. Thomas tak habis pikir, tidak bisa mengerti.

Sebagai murid,  Thomas telah mengikuti Yesus selama tiga setengah tahun, sebenarnya Thomas telah menyaksikan mukjizat Yesus.

Ketika Yesus berjalan di atas permukaan laut, seketika badai  reda, ia telah melihatnya; saat  Yesus membuat orang buta dapat melihat kembali, membuat orang pincang bisa berjalan kembali, menyembuhkan penderita  kusta, ia pun telah melihatnya. Bahkan, Lazarus yang telah meninggal dunia selama empat hari dihidupkan lagi oleh Yesus dari liang kuburnya, juga pernah disaksikan Thomas.

Tapi waktu itu, Thomas tetap tidak percaya. Ia lupa bahwa  Yesus adalah Putra Alah, lupa bahwa Yesus memiliki kemampuan supranatural.

Semasa hidup  Yesus pernah beberapa kali meramalkan pada para muridNya: Aku  akan dicelakakan dan dibunuh, tiga hari kemudian akan bangkit kembali. Semua itu telah  dilupakan oleh Thomas, atau ia sama sekali tidak percaya perkataan Gurunya. Maka Thomas berkata, “Aku harus melihat luka paku di tanganNya, meraba luka paku itu dengan jariku, lalu meraba rusukNya dengan tanganku, jika tidak aku tidak akan percaya.”

Setelah delapan hari, di sebuah ruangan yang tertutup rapat pintu dan jendelanya, para murid kembali berkumpul secara diam- diam. Tiba-tiba Yesus muncul lagi di tengah-tengah mereka. Memahami kondisi mereka, kalimat pertama yang diucapkan Yesus adalah, “Semoga kalian selamat!”

Lalu Yesus membalikkan badan, menghadap pada Thomas dan berkata, “Ulurkan jari tanganmu, rabalah tanganKu; ulurkan tanganmu, rabalah rusukKu.” Dalam kata-kata Yesus sama sekali tidak menyalahkan Thomas, Ia tahu kebutuhan Thomas,  keraguan dan kelemahan Thomas, Yesus tahu semuanya.

El Greco, “Santo Petrus dan Paulus” (Santo Petrus dan Paulus), sekitar tahun 1592, di Museum Hermitage, St. Petersburg. (Domain publik)

Yesus memperlihatkan diri di hadapan Thomas,  adalah kenyataan yang dapat dipahami Thomas di ruang ini: Pada tangan- Nya, terdapat luka yang ditembus oleh paku panjang, pada rusukNya, terdapat lubang  menganga akibat ditusuk tombak, di dalamnya masih terdapat bekas darah yang mengalir keluar.

Bagi Thomas yang mau percaya jika menyaksikan fakta di depan matanya, ketika ia telah dimaklumi dan dimaafkan, segala keraguan sirna sudah, ia menyesal dan berlutut di tanah, dan memuja, “Bapaku! Tuhanku!” lalu, Thomas mendapat ajaran Tuhan kepadanya, “Karena kau telah melihat maka kau percaya; maka bagi mereka yang percaya tanpa melihat, akan diberkati.”

Mengapa Yesus Tidak Turun dari Kayu Salib?

Mengapa Yesus tidak melangkah turun dari kayu salib untuk membuktikan pada seluruh umat manusia di dunia bahwa diriNya adalah Tuhan?

Satu alasan, mungkin karena Ia tidak boleh menaklukkan manusia di dunia dengan mukjizat itu, bagi yang  melihat Tuhan atau Buddha menampakkan diriNya, siapa  yang tak akan percaya? Namun tidak melihat mukjizat tetapi tetap percaya Tuhan, maka itulah yang dikagumi oleh Tuhan, orang seperti ini akan memperoleh perlindungan dari Tuhan, maka “bagi mereka yang  percaya tanpa melihat, akan diberkati”. Seperti yang dikatakan rasul Paulus, “Kita bertindak dan berkepribadian, berdasarkan kepercayaan diri, bukan pada apa yang terlihat oleh mata.”

Kata “terlihat oleh mata” acap kali hanya suatu kesempatan mengenal Tuhan, tentunya dapat lebih memperkuat kepercayaan, sementara cobaan  Tuhan terhadap manusia, acap kali menghilangkan semua dasar yang nyata pada ruang dimensi ini, pada saat itu, apakah Anda masih  percaya sepenuhnya secara tanpa syarat?

Pada saat semua berjalan baik, manusia mendapat berkah dari Tuhan, akan berterima kasih dan memuja Tuhan, saat  keadaan tidak baik,  manusia  mulai  kecewa dan menyalahkan  Tuhan,  semua ini adalah karena ada tuntutan. “Percaya” seperti ini adalah pemahaman yang emosional, bukan percaya yang sesungguhnya.

Percaya, bukan karena setelah  mengalami kejadian, penderitaan, penyakit mematikan baru  berusaha  mencari Tuhan dan memohon perlindungan; percaya, bukan sebatas di benak pikiran  atau pengetahuan saja, melainkan berani memasrahkan diri, tanpa pamrih tanpa takut pada segala sesuatu; percaya bukanlah keraguan, bahkan terhadap segala fenomena yang terjadi melampaui nalar pemahaman kita, semua dapat diterima.

Saat ketakutan di ujung tebing, kita tidak dapat memperkirakan kedalaman jurang itu, namun hanya mengandalkan“percaya” kita akan  melompat ke bawah, di tengah kegelapan, di tengah kehampaan itu, pasti ada Tuhan yang dapat diandalkan, karena entah kita dapat melihat dengan mata atau tidak, Tuhan akan selalu beserta kita.

Kebangkitan Yesus membuktikan, manusia pasti akan mati, tapi tidak semuanya, kehidupan bisa kekal, kematian bukan akhir dari manusia.

Jadi ketika Thomas dari ragu-ragu menjadi sangat percaya, maka ia pun mulai menyebarkan agama tanpa keraguan sedikit pun. Mulai dari Persia terus ke arah timur, ia menyebarkan sampai ke India, menimbulkan kecemburuan Imam agama lain, akhirnya ia ditusuk dengan tombak menembus tubuhnya oleh sekelompok orang dan mati syahid. Sekarang di India, masih ada Gereja Thomas yang memiliki sejarah yang sangat panjang.

Di dunia sekarang ini, telah muncul jutaan  praktisi  Falun Gong, mukjizat yang mereka alami, mungkin tidak  akan  dapat dipahami oleh para penganut ateis. Tapi jika menilik kembali sejarah agama Nasrani, bercermin  pada sejarah, mendobrak “melihat adalah nyata” pada ilmu  pengetahuan empiris, mungkin akan ada lebih banyak temuan dan wawasan terhadap sejarah kuno, terhadap umat manusia sendiri. (sud)

Keterangan Foto : Lukisan “The Incredulity of Saint Thomas” karya Caravaggio.

Video Rekomendasi :

https://www.youtube.com/watch?v=z5nJ10PIM-w

Penjaga Berpakaian Seperti Zebra untuk Menjadi ‘Ibu Pengganti’ bagi Zebra Yatim Piatu

0

Dari senja hingga fajar, penjaga di margasatwa Kenya mengenakan pakaian bergaris-garis hitam dan putih yang mirip zebra, sehingga anak zebra yatim piatu akan mengenalinya sebagai ‘ibunya’.

Diria ditinggalkan begitu saja setelah ibunya dibunuh oleh seekor singa di Taman Nasional Tsavo East, Kenya. Untungnya, anak zebra itu berhasil melarikan diri dari serangan dengan bersembunyi di antara domba-domba yang digembalakan.

Setelah ditemukan oleh penggembala lokal, Diria diangkut ke Unit Reintegrasi Voi Sheldrick Wildlife Trust, di mana penjaga berusaha untuk memberinya pelajaran yang paling alami.

Anak zebra liar biasanya membentuk ikatan yang kuat dengan ibu mereka, sering kali dibesarkan sendiri. Untuk mengatasi kendala ini, penjaga dari unit bergiliran mengenakan pakaian mirip zebra sehingga mereka akan tampak seperti ibunya, tidak peduli siapa yang memakainya.

Sepanjang hari, penjaga akan menemani Diria saat dia berjalan di sekitar penampungan, berkenalan dengan lingkungan liar dan berinteraksi dengan hewan lain, semua sambil diberikan kenyamanan, keamanan, dan botol susu biasa. Pada malam hari, dia beristirahat di kandang yang hangat.

Seorang juru bicara untuk Sheldrick Wildlife Trust menjelaskan:

“Zebra hidup dalam kelompok yang erat dan ikatan antara ibu dan bayi sangat kuat. Bayi zebra harus dapat mengenali ibu mereka sejak lahir untuk bertahan hidup sehingga ibunya akan sering menjauhkan bayinya yang baru lahir dari kawanan untuk memastikan anaknya membekas pada mereka, mengenali corak bulunya yang unik, panggilan dan bau.”

Diria akan tetap berada di bawah perawatan Sheldrick Wildlife Trust sampai dia cukup dewasa dan dilengkapi dengan keterampilan bertahan hidup yang diperlukan untuk mengintegrasikan kembali ke populasi liar di kawasan lindung. (yn)

Sumber: Unilad

Video Rekomendasi:

Fotografer Menangkap Anjing Laut yang Tampaknya Melambai pada Kamera

0

Seorang fotografer berhasil menangkap bidikan bayi anjing laut yang rebahan di pantai dan tampaknya sedang melambai ke kamera. Betapa imutnya itu?

Johan Siggesson mengambil sejumlah foto anjing laut saat bersantai di bawah sinar Matahari musim dingin di Pantai Horsey di Norfolk,inggris, tahun lalu.

(Foto: Johan Siggesson)

“Merupakan pengalaman yang luar biasa untuk menghabiskan waktu dengan anjing laut ini,” kata Johan. “Kami mengalami cuaca yang mengerikan pada hari-hari pertama dengan hujan, hujan es dan angin.”

Tapi tetap bertahan dan bertahan dengan cuaca buruk Inggris pasti terbayar, jika foto-foto ini adalah sesuatu untuk berlalu.

Pria Swedia ini mengunjungi pantai untuk mengambil beberapa gambar anjing laut dan dia tidak kecewa karena dia dapat mengambil beberapa gambar sempurna dari hewan yang bersantai di bawah sinar Matahari.

(Foto: Johan Siggesson)

Dalam salah satu fotonya, bayi anjing laut yang dimaksud mengangkat sirip seolah-olah itu melambai padanya.

Berbagi foto-fotonya yang luar biasa di Facebook, Johan menulis: “Kembalilah ke bayi-bayi itu lagi. Sangat mudah untuk tertarik dengan para imut ini ketika bekerja di pantai di sini di Inggris. Jika kamu kurang inspirasi, selalu ada anak anjing yang lucu.”

Anjing laut biasa datang ke daratan untuk melahirkan antara bulan November dan Januari, yang berarti ini adalah saat yang tepat untuk menemukannya, tetapi Anda tidak akan menemukan satu pun yang sama ramahnya dengan anjing laut yang imut ini. (yn)

Sumber: ladbible

Video Rekomendasi:

Bocah Laki-laki Berusia 5 Tahun Meninggal dan Neneknya Berjuang untuk Hidup Setelah Mereka Diserang oleh Gerombolan Lebah

0

Seorang anak laki-laki berusia lima tahun telah meninggal dan neneknya berjuang untuk hidupnya di rumah sakit setelah mereka diserang oleh gerombolan lebah saat memotong pohon.

Insiden itu terjadi di Provinsi Takeo, Kamboja selatan, saat nenek berusia 62 tahun, yang diidentifikasi sebagai Chen Oeurn, sedang memotong daun-daun pohon dari pohon palem untuk membuat kandang ayam.

Wanita itu dan cucunya yang berusia lima tahun, yang diidentifikasi sebagai Morn Kakakda, secara tak sengaja memukul sarang lebah dan lebah itu seketika menyerang mereka, menurut juru bicara pihak kepolisian Letnan Kolonel Chuon Samang.

Wanita 62 tahun itu dirawat di rumah sakit setelah mengalami cedera serius, sedangkan cucunya tak bisa tertolong.

Insiden itu disaksikan oleh tetangga yang tidak disebutkan namanya.

“Saat memotong pohon, Oeurn secara tidak sengaja menabrak sarang besar tawon yang tergantung di pohon. Gerombolan tawon yang marah segera menyerang mereka berdua, menimbulkan banyak sengatan pada wajah, leher, dan dada mereka,” kata Samang. “Selama serangan itu, Oeurn mencoba menyelamatkan cucunya dan membawanya ke rumah mereka.”

“Bocah itu meninggal di rumah tak lama setelah itu,” tambahnya.

Gambar-gambar menyedihkan menunjukkan bocah itu terbaring kaku di rumahnya tak lama setelah serangan tawon.

Menyusul insiden itu, Samang mengingatkan warga untuk segera mencari perawatan medis jika diserang oleh lebah karena sengatan mereka kadang-kadang bisa berakibat fatal. (yn)

Sumber: Mirror

Video Rekomendasi:

Wanita Ahli Medis Militer Komunis Tiongkok Ditangkap FBI Karena Memalsukan Identitas

0

Epochtimes, oleh Song Tang- Kementerian Kehakiman AS pada 23 Juli mengeluarkan pengumuman bahwa 4 orang personil militer Tiongkok yang masih aktif, memasuki AS dengan menggunakan visa J-1 atau mengikuti program exchange ke Amerika Serikat. Mereka dituduh melakukan penipuan visa. Salah satu kasusnya adalah dokter wanita yang menyembunyikan identitasnya sebagai dokter Rumah Sakit Pusat Angkatan Udara Tiongkok dengan rumah sakit di Barat Diaoyitai, Beijing.

Wanita  bernama Song Chen adalah seorang neurologis di Rumah Sakit Pusat Angkatan Udara. Saat ia mengajukan visa J-1, ia menggunakan rumah sakit di Barat Daiyitai untuk menyembunyikan identitasnya. Ketika identitasnya terbongkar, ia pun masih terus menyangkal dengan segala cara yang dimungkinkan. Ia  tegas membantah memiliki hubungan dengan militer Tiongkok.

Dalam surat dakwaan yang dikeluarkan pada 17 Juli 2020, disebutkan bahwa Song Chen yang melakukan penipuan visa besar kemungkinan akan menghadapi 10 tahun hukuman penjara, setelah itu 3 tahun bebas bersyarat dan denda uang sebesar USD. 250.000,- 

Rumah Sakit Pusat Angkatan Udara “Disulap” menjadi Rumah Sakit Barat Daiyitai

Menurut surat dakwaan FBI, Song Chen yang ketika mengajukan permohonan visa non-imigran (NIV) pada sekitar 10 November 2018, mengaku adalah seorang dokter neurolog yang ingin datang ke Universitas Stanford untuk tugas penelitian. Pada 23 November 2018, ia memperoleh visa J-1 untuk pertukaran studi-kunjungan. Dan pada 23 Desember 2018, Song Chen tiba di AS melalui Bandara Internasional San Francisco.

Disebutkan dalam surat dakwaan FBI, bahwa Song Chen pada kolom isian tentang mengikuti kegiatan pekerjaan/pendidikan/latihan yang menanyakan soal apakah pemohon visa pernah bertugas pada dinas militer ? dijawab oleh Song Chen dengan ‘Ya’ dan ‘Sejak 1 September 2000 hingga 30 Juni 2011’.

Pada kolom pemberi kerja, Song Chen mengisi bahwa sejak 30 Juni 2011 hingga saat ini, ia telah dipekerjakan di Rumah Sakit Barat Diaoyutai yang terletak di Jalan Fucheng No. 30, Beijing, kode pos 100142.

Dari Universitas Stanford FBI mendapat informasi bahwa sejak awal tahun 2019, Song Chen bekerja di laboratorium universitas tersebut selama 1 tahun di bawah bimbingan seorang dosen. Namun, program yang berakhir pada bulan Januari tahun ini telah diperpanjang 1 tahun lagi, sehingga baru akan berakhir pada 6 Januari 2021.

Namun baru-baru ini, akibat AS melarang para peneliti yang berasal dari pihak militer komunis Tiongkok masuk wilayah AS), Song Chen kemudian memberitahu dosen di Universitas Stanford bahwa dirinya bermaksud pulang ke daratan Tiongkok demi pendidikan putrinya. Dan, ia terus mencari tiket penerbangan untuk pulang.

Universitas Stanford juga menyediakan resume terbaru Song Chen pada tahun 2019. Di antara 4 makalah yang ditulis oleh Song Chen bersama ahli lainnya, ada 2 makalah yang ditandatangani oleh penulis dengan mengatasnamakan Departemen Neurologi Rumah Sakit Tangdu Universitas Kedokteran Militer Keempat. Sedangkan 2 makalah lainnya ditandatangani dengan mengatasnamakan Departemen Neurologi Rumah Sakit Pusat Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok.

Pada 13 Juli 2020, FBI menemukan informasi di situs : 

http://www.cnkang.com/yyk/docindex/356749/ mengenai resume Song Chen : Doctor of Medicine, Dokter praktek di Departemen Neurologi Rumah Sakit Pusat Angkatan Udara. Ia adalah dokter ahli dalam diagnosis dan pengobatan gangguan miastenia gravis. Di situs juga terlampir fotonya yang mengenakan seragam militer. Foto yang sama juga muncul di situs web youlai.cn. FBI menggunakan ExifTool untuk menganalisisnya, menemukan bahwa foto tersebut diambil pada tahun 2017.

FBI juga mencari di situs web Rumah Sakit Pusat Angkatan Udara Tiongkok. Menurut pengantarnya, Rumah Sakit tersebut berlokasi di Jalan Fucheng No. 30, Distrik Haidian, Barat Diaoyutai, Beijing, kode pos 100142 yang sesuai dengan alamat yang diberikan oleh Song Chen ketika mengajukan permohonan visa. Namun, Song Chen tidak menyebutkan nama resmi rumah sakit ini atau afiliasinya dengan Angkatan Udara Tiongkok.

Selain itu, FBI juga mengetahui bahwa pada bulan Januari 2015, Rumah Sakit Pusat Angkatan Udara menerbitkan sebuah artikel yang mengumumkan tentang meninggalnya mantan dokter kepala Departemen MRI dari rumah sakit tersebut. Song Chen dari Departemen Neurologi yang melakukan otopsi pada mendiang.

Pada tahun 2015, Komite Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Medis Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok mengadakan Konferensi Neurologi Profesional ke-16. Song Chen menghadiri dan memberikan nomor telepon yang sama dengan aplikasi visa.

Singkatnya, FBI menyimpulkan bahwa Song Chen bekerja untuk Angkatan Udara Tiongkok. Ia telah memegang berbagai posisi jauh sebelum ia mengaku berhenti pada bulan Juni 2011, sebagaimana yang tertera dalam permohonan visanya.

Informasi di website yang menyebutkan Song Chen adalah dokter neurolog di RS. Pusat Angkatan Udara. (foto internet.Epoch Times)

Identitas terbongkar, Song Chen berusaha menyangkal

Pada 13 Juli 2020, FBI melakukan wawancara tidak wajib dengan Song Chen. Selama wawancara, Song Chen dengan tegas menyangkal bahwa ia memiliki hubungan dengan Angkatan Udara Tiongkok, Rumah Sakit Militer Tiongkok atau Universitas Medis Militer Keempat.

Meskipun diberi banyak kesempatan untuk mengklarifikasi pernyataannya, Song Chen masih tetap teguh pada pendiriannya. Bahkan telah berulang kali dijelaskan bahwa berbohong kepada agen FBI merupakan kejahatan di Amerika Serikat.

Ketika dia melihat resume yang diajukan oleh Universitas Stanford, Song Chen mengkonfirmasi bahwa itu adalah miliknya dan isinya benar. Dia adalah salah satu dari 4 penulis makalah tersebut. Dia menjelaskan bahwa alasan mengapa dia mengatasnamakan militer Tiongkok adalah karena keterlambatan penerbitan makalah. Tetapi menolak untuk menjelaskan alasan dengan ketiga makalah lainnya, termasuk tentang hubungannya dengan Rumah Sakit Pusat Angkatan Udara atau Universitas Medis Militer Ke-4.

Saat ditunjukkan fotonya yang menggunakan kostum militer Song Chen mengatakan : “Saya pikir lebih baik saya memilih diam”, kemudian menolak untuk menjawab pertanyaan lebih lanjut.

Song Chen yang mengaku bahwa pengetahuan profesionalnya adalah di bidang miastenia gravis. Setelah meninggalkan Rumah Sakit Militer ke-4, lalu bekerja di rumah sakit yang berada di Barat Diaoyitai pada tahun 2011. Tetapi ketika ditanya tentang bagaimana alamatnya sama  dengan Rumah Sakit Pusat Angkatan Udara Tiongkok di Beijing, Song Chen tidak menjawab.

Song Chen menyatakan bahwa dirinya memperoleh dana bantuan dari Dewan Beasiswa Tiongkok untuk mengikuti pendidikan melalui program sarjana tamu di Universitas Stanford selama 1 tahun yang berakhir pada awal tahun 2020. dan rumah sakit Barat Diaoyutai yang kemudian meneruskan bantuan untuk tahun keduanya.

FBI yang berhasil mengembalikan data dalam USB yang dihapus Song Chen, dimana merupakan surat yang ditulisnya dan ditujukan kepada Bagian Pendidikan dari Konsulat Jenderal Tiongkok di New York. Dalam surat itu, Song Chen menyebutkan bahwa ia akan memperpanjang waktu studinya di Amerika Serikat selama 1 tahun lagi yang permintaan tersebut telah disetujui oleh pihak Rumah Sakit Pusat Angkatan Udara Tiongkok dan Universitas Kedokteran Militer Ke-4.

Dia dalam surat menjelaskan soal mengapa ia menggunakan rumah sakit di Barat Diaoyitai sebagai pemberi kerja, itu hanya untuk kepentingan mengurus izin di imigrasi. FBI menyimpulkan bahwa Song Chen sengaja menyesatkan dan berbohong selama wawancara dan tidak dapat memberikan alasan yang tepat untuk menjelaskan hubungannya dengan militer Tiongkok.

Kasus Song Chen adalah salah satu kasus kriminal berupa penipuan visa yang dilakukan oleh empat orang anggota militer komunis Tiongkok baru-baru ini, John C. Demers, Asisten Jaksa Agung untuk Urusan Keamanan Nasional mengatakan : “Para anggota PLA (militer Tiongkok) ini telah mengajukan permohonan untuk berpartisipasi dalam penelitian ilmiah (di AS) dengan  menyembunyikan identitas mereka yang sebenarnya adalah anggota militer Tiongkok”.

“Ini adalah aspek lain dari komunis Tiongkok menyalahgunakan institusi sosial dan akademik terbuka kita. Kita akan terus melakukan kerjasama dengan FBI untuk menyelidiki kasus serupa”, katanya.

Baru-baru ini FBI juga mengajak wawancara sejumlah orang asal daratan Tiongkok yang dicurigai tidak menyatakan hubungan mereka dengan pihak militer Tiongkok. Orang-orang ini berpencar di 25 kota di Amerika Serikat. 

Keterangan Foto: Song Chen, seorang wanita dokter ahli saraf yang bertugas di Rumah Sakit Pusat Angkatan Udara Tiongkok, dalam mengajukan visa J-1 Amerika Serikat sebagai sarjana tamu di Universitas Stanford telah menyembunyikan identitasnya sebagai anggota militer dan mengubahnya sebagai dokter yang bertugas di rumah sakit di Barat Diaoyitai. Itu sebagai alasan ia ditangkap oleh FBI. (Ed Jones/AFP/Getty Images)

(Sin/asr)

Video Rekomendasi

https://www.youtube.com/watch?v=yvL6jFVdp3s

Elang Peregrine Terbang Membawa Masker Wajah, Itu Bisa Membahayakannya

0

Dampak buruk dari membuang sampah sembarangan tertangkap di kamera ketika seorang fotografer satwa liar melihat masker wajah tersangkut dalam cakar elang peregrine.

Fotografer Steve Shipley melakukan perjalanan ke Yorkshire Utara dengan harapan melihat burung muda itu, yang dia yakini berusia tiga atau empat minggu, di habitat aslinya.

Sayangnya, aspek ‘alami’ dari adegan tersebut rusak oleh fakta bahwa burung tersebut terbang membawa masker yang telah dibuang; sebuah item yang telah menjadi umum digunakan oleh anggota masyarakat setelah wabah virus corona.

(Foto: Steve Shipley / BNPS)

Para pejabat kesehatan mendesak orang-orang untuk memakai masker untuk membantu mencegah penyebaran penyakit, dan sekarang menjadi wajib di banyak ruang publik. Sementara beberapa telah memilih untuk membeli masker yang dapat digunakan kembali, yang lain bergantung pada masker sekali pakai, yang dapat berakhir mengotori lingkungan jika tidak dibuang dengan benar.

Steve, 53 tahun, memperhatikan bahwa elang peregrine sedang membawa sesuatu ketika dia melihatnya, tetapi setelah dia melihat kembali gambar-gambar yang baru dia ambil, dia menyadari persis apa itu.

“Mereka adalah burung yang begitu indah. Awalnya saya pikir yang ini membawa tas plastik tapi kemudian saya melihat warna biru dan menyadari itu adalah masker wajah,” kata Fotografer.

(Foto: Shipley / BNPS)

Steve percaya topeng itu pasti telah dibuang oleh pengunjung di lokasi wisata terdekat, dan ketika elang peregrine melihat masker itu, dia turun untuk meraihnya.

Steve meyakini bahwa peregrine itu mengira masker itu adalah makanan, sambil menambahkan: “Itu bisa mati jika dimakan.”

Elang peregrine terbang dengan masker selama sekitar 10 menit, dan Steve percaya pada satu titik itu bisa menjerat cakar burung.

“Peregrine adalah salah satu burung yang paling dilindungi di negara ini dan ini adalah salah satu hal paling menyedihkan yang pernah saya lihat ketika saya melakukan fotografi satwa liar,” katanya.

“Mengapa orang tidak bisa membuang masker ini dengan benar? Itu seharusnya melindungi kita tetapi jelas bukan untuk satwa liar.”

(Foto: SteveShipley / BNPS)

Elang peregrine adalah burung tercepat di dunia, mencapai 200 mph saat terbang. Mereka biasanya bertahan hidup dengan makan burung berukuran sedang serta mamalia kecil seperti tikus dan tupai – bukan masker wajah.

Masker mungkin menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari untuk waktu yang lama, dan kita harus membuangnya dengan benar untuk memastikan mereka tidak menimbulkan masalah di planet ini dan membahayakan margasatwa.

Seperti yang ditunjukkan Steve: “Masker ada di sini untuk melindungi kita, tetapi tugas kita adalah melindungi lingkungan.”(yn)

Sumber: Unilad

Video Rekomendasi:

Beijing Masuk Jangkauan Rudal India, Bergeser dari Islamabad

0

Ntdtv, oleh Li Zhaoxi- Bulan lalu, setelah konflik militer antara komunis Tiongkok dengan India, India mulai mengambil tindakan pencegahan tambahan. Laporan penelitian terbaru menunjukkan bahwa strategi nuklir India telah bergeser dari Pakistan ke komunis Tiongkok. Beijing sekarang berada dalam jangkauan rudal New Delhi .

Media berita India ‘WION’ mengutip laporan analisis terbaru dari ‘Bulletin of the Atomic Scientists’ melaporkan pada 22 Juli, menyebutkan bahwa strategi nuklir India yang selama ini difokuskan pada Pakistan, sekarang tampaknya telah beralih dan lebih menekankan pada komunis Tiongkok. 

Selain itu, Beijing sekarang berada dalam jangkauan rudal India. Perubahan strategi tersebut membuat target sasaran rudal balistik antarbenua India yang baru ‘Agni’ adalah Beijing.

Menurut analisis, pembangunan gudang nuklir India adalah untuk memperkuat pertahanan India dalam melawan militer komunis Tiongkok yang semakin radikal. 

Bulan lalu, terjadi konflik militer paling mematikan setidaknya selama 45 tahun terakhir antara tentara perbatasan komunis Tiongkok dengan India, sehingga mengakibatkan 20 tentara India tewas. Sedangkan pihak Beijing menolak mengakui korban.

Setelah konflik perbatasan itu, India mulai mengambil langkah strategis dengan memperkuat pertahanan. Untuk waktu yang lama, India terus mempertahankan kebijakannya dalam menggunakan senjata nuklir yang NFU (No First Use). Hal mana mungkin telah membatasi skala dan strategi India dalam 20 tahun pertama era nuklir. 

Untuk waktu yang lama, orang-orang lebih percaya bahwa India memilih untuk memisahkan hulu ledak nuklir dari alat peluncurnya dalam penyimpanan. Namun, seiring dengan India mengembangkan kekuatan nuklir strategis tiga-satu di pangkalan-pangkalan lautnya, keefektifan tempur nuklirnya mungkin meningkat pesat.

Paling tidak, melalui cara pengoperasian kapal selam rudal balistik Amerika Serikat dan Rusia, dapat dengan mudah mempelajari cara melakukan pemasangan hulu ledak dengan alat peluncurnya.

Sebelum rudal balistik nuklir Prithvi II mulai digunakan pada tahun 2003, pembom-tempur adalah yang pertama dan satu-satunya kekuatan serangan nuklir India. Kekuatan serangannya yang fleksibel memungkinkannya untuk terus memainkan peran penting dalam postur nuklir India. 

Mirage 2000H Vajra, pembom tempur ditempatkan pada Pangkalan Udara Maharajpur yang berada di utara Madhya Pradesh bersama dengan Skuadron ke-1, ke-7 dan ke-9 dari Sayap ke-40.

Laporan menuliskan, India akan terus memodernisasi persenjataan nuklirnya dan saat ini sedang mengembangkan setidaknya tiga sistem senjata baru untuk menambah atau mengganti pesawat berkemampuan nuklir yang ada, sistem pengiriman darat dan sistem berbasis laut. 

Beberapa dari sistem ini sudah mendekati selesai dan segera akan dimasukkan ke dalam pertempuran. India dan Tiongkok berada dalam keadaan siaga tinggi karena perselisihan di dekat perbatasan dengan Bhutan, memaksa India untuk mengadopsi strategi yang lebih proaktif.

Keterangan foto: Pada 19 Juni, tentara India dengan truk yang menuju kota Leh menyaksikan jet tempur India. (Yawar Nazir/Getty Images)

sin/rp 

Video Rekomendasi

https://www.youtube.com/watch?v=RqSBVXu5p2o&t=1s

AS Ambil Alih Konsulat Tiongkok di Houston, Pejabat AS : Penutupan Fasilitas ‘Tidak Serampangan’

0

Theepochtimes..com- Agen federal dan penegak hukum AS  masuk dan mengambil alih konsulat Tiongkok di Houston, Texas, pada Jumat 24 Juli 2020. Itu setelah batas tenggat waktu yang diberikan oleh administrasi Trump terkait penutupan fasilitas tersebut.

Penggusiran itu dilakukan ketika pejabat pemerintah AS mengatakan kepada wartawan bahwa keputusan  memerintahkan penutupan fasilitas diplomatik Houston, dilakukan bukan secara serampangan.”

Departemen Luar Negeri Amerika Serikat pada 22 Juli memerintahkan konsulat untuk ditutup dengan batas waktu pada Jumat 24 Juli 2020.

Setelah lewat batas waktu, seorang pria yang diyakini sebagai seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS memasuki konsulat dengan sejumlah orang lainnya. Itu setelah sebuah pintu belakang dibuka secara paksa sebagaimana dilaporkan Houston Chronicle.

Menjelang tenggat waktu, polisi Houston sudah menyiapkan barikade untuk menutup jalan-jalan di dekat gedung seperti dilaporkan Chronic. Pejabat konsuler meninggalkan fasilitas dengan mobil van yang membawa plat diplomatik tepat sebelum batas waktu, seperti dilaporkan The Associated Press.

Pada saat itu, agen-agen federal  AS terlihat memeriksa pintu-pintu konsulat yang dikunci.  Seorang tukang kunci terlihat sedang bekerja untuk memecahkan kunci pada salah satu pintu itu.

Sementara itu, kantor berita Reuters melaporkan sekitar 100 pemrotes menentang Partai Komunis Tiongkok dengan menggelar aksi di seberang jalan di lokasi  saat penutupan dilakukan.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Morgan Ortagus pada 22 Juli mengatakan bahwa perintah penutupan  konsulat bertujuan “untuk melindungi kekayaan intelektual dan informasi pribadi rakyat Amerika.” 

Penjabat Ketua Komite Intelijen Senat AS, Marco Rubio (R-Fla.) menyebutkan fasilitas itu adalah “pusat mata-mata secara massif untuk Partai Komunis Tiongkok.  Sementara itu, Menlu AS Mike Pompeo menuduhnya sebagai” pusat mata-mata dan pencurian kekayaan intelektual.”

Pada Jumat pagi 24 Juli, Beijing memerintahkan konsulat AS di Chengdu di provinsi Sichuan, untuk ditutup sebagai aksi pembalasan.

Kekhawatiran Keamanan Nasional, Penutupan Fasilitas Houston ‘Tak Serampangan’

Seorang pejabat senior Departemen Kehakiman AS mengatakan kepada wartawan pada sebuah konferensi jarak jauh pada Jumat 24 Juli 2020 bahwa konsulat Tiongkok di Houston, terlibat  penyelidikan penipuan hibah di sebuah lembaga penelitian Texas. Ia menegaskan bahwa keputusan Amerika Serikat untuk menargetkan konsulat tertentu tak dilakukan secara serampangan. 

“Pejabat Konsulat  secara langsung terlibat dalam komunikasi dengan para peneliti dan memandu mereka terhadap informasi apa yang harus dikumpulkan,” kata seorang pejabat Departemen Kehakiman AS. Ia menambahkan bahwa konsulat Houston adalah di antara yang mempromosikan keanggotaan “bertalenta” yang dapat menciptakan insentif untuk mencuri kekayaan intelektual.

Amerika Serikat menuduh konsulat Tiongkok di Houston menyembunyikan mata-mata yang mencoba mencuri data dari fasilitas di Texas , termasuk sistem medis A&M Texas dan Pusat Kanker MD Anderson University di Texas.

Pejabat Kehakiman AS mengatakan bahwa penutupan satu konsulat “yang bertentangan dengan setiap fasilitas” dimaksudkan “untuk mengirim pesan kepada pejabat tersisa yang harus mereka hentikan.”

Pejabat itu menegaskan : “Kegiatan spionase dan pengaruh luar konsulat dapat meningkat pada akhirnya ke level yang mengancam keamanan nasional kita.”

Ia kemudian menambahkan bahwa “Terjadi peningkatan kegiatan pembusukan, kegiatan intelijen dari waktu ke waktu. Termasuk  sejumlah poin yang dikatakan ‘sudah cukup’, kemudian Anda memutuskan siapa yang merupakan sebagai pelanggar terburuk. “Mencatat” tentu saja dilakukan secara tidak serampangan hingga kami memilih Houston.”

Seorang pejabat senior intelijen mengatakan, bahwa pencurian kekayaan intelektual dan teknologi menjadi sorotan utama.

“Kami melihat perilaku semacam ini di seluruh badan. Houston khususnya, pengumpul [sains dan teknologi] mereka sangat agresif dan sangat sukses. Saya pikir itulah alasan mengapa kami cenderung ke Houston,” kata seorang pejabat intelijen itu kepada wartawan.

Departemen Kehakiman AS pada Kamis 23 Juli 2020 mengumumkan, tuduhan terhadap empat peneliti Komunis Tiongkok. Dikarenakan, menyembunyikan hubungan mereka dengan militer Komunis Tiongkok. Salah satu peneliti bernama Tang Juan, yang bekerja di University of California, Davis, ditahan pada Jumat 24 Juli.

Pejabat senior Kehakiman AS mengatakan bahwa tuduhan itu mewakili “mikrokosmos” dari “jaringan individu yang lebih luas pada lebih dari 25 kota.”

“Jaringan itu didukung melalui konsulat di sini. Konsulat memberikan individu dalam panduan jaringan tentang cara menghindari dan menghalangi penyelidikan kami,” kata pejabat itu.

Tang melarikan diri dan mengungsi ke konsulat Tiongkok di San Francisco setelah diinterogasi pada 20 Juni oleh agen-agen FBI, sebelum berhasil ditangkap.

Departemen Kehakiman AS mengumumkan pada 21 Juli, bahwa dua peretas Tiongkok didakwa  mencuri jutaan dolar rahasia dagang dan informasi sensitif lainnya, dari bisnis dan agen pemerintah, dan berusaha mencuri penelitian COVID-19.

Sekitar 80 persen dari semua penuntutan spionase ekonomi yang diajukan oleh Departemen Kehakiman AS, mendakwa tindakan kriminal yang dimaksudkan untuk menguntungkan rezim Komunis Tiongkok. Komunis Tiongkok terlibat dalam beberapa cara terhadap sekitar 60 persen dari semua kasus pencurian rahasia perdagangan.

Keterangan Gambar: Konsulat Tiongkok di Houston, Texas, pada 23 Juli 2020. (David J. Phillip / AP Photo)

 (asr)

 Ivan Pentchoukov, Frank Fang, dan The Associated Press berkontribusi dalam laporan ini.

Video Rekomendasi