Pada hari peringatan penindasan rezim Tiongkok terhadap protes mahasiswa di Lapangan Tiananmen, Amerika Serikat telah mendesak Beijing untuk “membuat penjelasan meyakinkan yang mengungkap penyebab dasar kepada publik selengkapnya atas peristiwa tersebut” yang terjadi 29 tahun lalu.
Para aktivis Tiongkok di luar negeri menandai ulang tahun tersebut dengan protes dan sebuah lembaga think tank baru yang didedikasikan untuk mengekspos kesalahan rezim tersebut dan mengadvokasi demokrasi.
Tindakan keras berdarah terhadap para demonstran mahasiswa Tiongkok pro-demokrasi di Lapangan Tiananmen pada tanggal 4 Juni 1989, tetap menjadi salah satu hal yang tabu secara politik yang paling disensor di Tiongkok hari ini, karena rezim Tiongkok secara konsisten mengecilkan arti “pembersihan” darah oleh Tentara Pembebasan Rakyat dari jalan-jalan Beijing dan Lapangan Tiananmen pada malam itu.
Jumlah korban tidak pernah sepenuhnya diungkapkan, meskipun perkiraan oleh kelompok-kelompok hak asasi manusia dan saksi berkisar dari beberapa ratus hingga beberapa ribu.
Sama seperti pada tahun-tahun sebelumnya, rezim Tiongkok secara dramatis meningkatkan keamanan di sekitar Lapangan Tiananmen di Beijing, dengan sejumlah besar pos pemeriksaan, polisi, dan bahkan robot-robot yang mengayunkan pistol dengan mempesona yang digunakan untuk mencegah apapun aktivitas pembangkang.
Penindasan domestik di Beijing, bagaimanapun, tidak dapat menghentikan dunia untuk memperingati pentingnya hari bersejarah ini dan untuk mendorong perubahan.
Pada hari Senin, peringatan ke-29 pembantaian tersebut, Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, merilis pernyataan yang menyerukan agar rezim Tiongkok bertanggung jawab.
“Pada peringatan ke-29 penindasan penuh kekerasan terhadap demonstrasi damai di dan sekitar Lapangan Tiananmen pada tanggal 4 Juni 1989, kita ingat tragisnya kehilangan jiwa yang tidak bersalah tersebut.” Pernyataan Pompeo mengatakan.
“Kita bergabung dengan orang lain di komunitas internasional dalam mendesak pemerintah Tiongkok untuk membuat penjelasan meyakinkan yang mengungkapkan penyebab dasar kepada publik selengkapnya tentang mereka yang dibunuh, ditahan atau hilang,” katanya.
“[Beijing harus bertindak untuk] membebaskan mereka yang telah dipenjara karena berusaha untuk menjaga memori tentang Lapangan Tiananmen hidup, dan mengakhiri pelecehan terus-menerus terhadap para peserta demonstrasi dan keluarga-keluarga mereka.”
Para pembangkang Tiongkok di Amerika Serikat dan di seluruh dunia juga menyelenggarakan berbagai acara memperingati tindakan keras 1989. Yang terbesar, yang diadakan di Hong Kong pada Senin malam, dilaporkan telah menarik lebih dari 110.000 orang.
Di tempat lain di dunia, banyak protes yang lebih kecil diadakan di banyak kota besar, seperti yang terjadi di depan Kedutaan Besar Tiongkok di Washington pada 2 Juni, di mana puluhan aktivis Tionghoa telah hadir.
Wang Dan, pemimpin mahasiswa Tiananmen Square yang terkenal yang sekarang tinggal di Amerika Serikat, juga memilih ulang tahun pada hari Senin sebagai tanggal untuk secara resmi meluncurkan sebuah lembaga think tank baru pro-demokrasi di Washington bernama Dialogue China.
Lembaga riset tersebut akan menjadi platform untuk mengadvokasi perubahan di Tiongkok menuju demokrasi, melalui keterlibatan bersama dan mempengaruhi para mahasiswa Tiongkok di luar negeri, terutama di Amerika, menurut situs webnya.
“Segala sesuatu yang terjadi di Tiongkok bukan berarti demokrasi tidak akan memiliki harapan. Sebaliknya, ketidakpastian besar yang dihasilkan oleh Tiongkok mungkin memberi kita beberapa peluang yang tidak pernah kita bayangkan,” kata Wang. “Kita harus siap untuk pembukaan ini.”
Wang tidak akan mengungkapkan rincian spesifik tentang pendanaan dari lembaga risetnya tersebut, tetapi mengatakan bahwa banyak pemilik usaha kecil Tiongkok dan para donor memberikan dukungan.
Berbicara di acara peluncuran Dialogue China pada Senin pagi, Carl Gershman, presiden National Endowment for Democracy yang didanai AS, mengatakan bahwa Partai Komunis Tiongkok membutuhkan sebuah “penulisan ulang sejarah” agar rezimnya dapat bertahan hidup, yang mana menutupi Pembantaian Lapangan Tiananmen 1989 adalah contoh utama.
Hu Ping, seorang pembangkang Tiongkok lainnya yang terkenal, mengatakan bahwa kurangnya demokrasi di Tiongkok pada akhirnya akan membawa konsekuensi bencana bagi Amerika Serikat dan dunia, karena Partai Komunis Tiongkok terus meningkatkan kekuatannya ketika bertindak agresif di luar negeri.
Di Taiwan, negara kepulauan demokratis yang semakin terancam oleh agresi Beijing, Presiden Tsai Ing-wen juga memperingati ulang tahun tersebut dan mengatakan dalam sebuah posting di Facebook bahwa ia berharap “kedua sisi Selat Taiwan dapat menikmati nilai-nilai universal kebebasan dan demokrasi.”
Postingan Tsai sengaja ditulis dalam bahasa Tiongkok yang disederhanakan (Taiwan masih menggunakan huruf tradisional), mungkin untuk memudahkan para netizen di daratan Tiongkok untuk membaca, meskipun Facebook diblokir di daratan Tiongkok dan tetap tidak dapat diakses bagi mereka yang tidak memiliki alat atau sarana untuk menghindari penyensoran. (ran)
ErabaruNews