Kehilangan cincin berlian pada saat liburan di luar negeri, orang biasanya berpikir tidak akan pernah melihat cincin itu lagi. Namun berbeda dengan kejadian langka yang dialami pasangan suami istri di Amerika Serikat ini.
Baru-baru ini pasangan itu, kembali lagi ke tempat liburan semula dan menemukan kembali cincin berlian milik mereka yang hilang 9 tahun silam.
Pasangan dari Amerika kehilangan cincin berlian saat berlibur di Italia. Pasangan itu bernama Justin dan Margaret Mussel, dari Brick, New Jersey, Amerika Serikat. Keduanya mengalami kejadian mukjizat.
Mereka menikah pada tahun 2006. Sejak mereka bertunangan, Justin menyematkan cincin berlian 1,1 karat yang diikat dengan emas putih ke Margareth. Cincin itu memiliki potongan seperti milik putri kerajaan
Pada 2008, keduanya memutuskan untuk melakukan perjalanan ke San Marco dei Cavoti, sebuah kota kecil di Italia selatan. Mereka memilih tempat itu karena keluarga Margaret punya rumah di sana.
Pasangan itu bersenang-senang. Suatu hari mereka menemukan bahwa cincin Margaret sudah raib entah kemana.
“Pada pagi hari itu, kami mengunjungi Pompeii dan saat itu cuaca sangat panas. Cincin istri saya sudah longgar sejak lama, tetapi dia tidak menyadari cincinnya telah hilang,” ujar Justin dalam sebuah wawancara dengan Asbury Park Press.
Justin mengatakan, setelah mereka kembali ke rumah Margaret, keduanya istirahat tidur siang. Setelah bangun, baru disadari cincin itu telah raib entah kemana, dan tidak ditemukan di tempat tidur.
Keduanya memeriksa sudut rumah yang dikunjungi Margaret pada hari itu. Nihil, cincin itu tidak ditemukan. Mereka berasumsi cincin tersebut jatuh di suatu tempat ketika berada di Pompeii. Tentu, pasangan ini mengira cincin itu akan hilang selamanya.
“Aku merasa sangat bersalah, karena seharusnya aku bisa mencegahnya terjatuh,” ujar Margaret.
“Cincin itu hilang di negara asing, bukan Amerika Serikat. Kami yakin cincin itu tidak bisa ditemukan lagi. Saya membeli cincin baru untuknya (Margaret) sekitar 2 tahun kemudian. Saya tidak berani berharap akan menemukan cincin itu lagi,” kata Justin.
Setelah kembali ke Amerika Serikat, perihal kehilangan cincin Justin dan Margaret Mussel itu pun diketahui oleh teman-teman dan kerabatnya. Mereka sering menggunakan kejadian itu untuk bercanda dengan Justin dan Margareth. Dan keduanya tidak menyangka suatu hari mereka dapat menemukan cincin itu lagi.
Pada musim panas 2017, keduanya yang sudah memiliki dua putra yang manis memutuskan kembali berlibur lagi di tempat semula di Italia sambil membawa serta anak-anak mereka. Jadi pada Agustus 2017, sekeluarga empat orang memulai perjalanan ke Italia.
Pada sore hari tanggal 5 Agustus 2017, sekeluarga beristirahat di sebuah kursi di halaman depan rumah, Justin tiba-tiba melihat sesuatu yang berkilauan di celah trotoar.
“Setiap saat ada mobil yang lewat. Saya melihat seberkas cahaya dari celah batu di trotoar,” kata Justin.
Justin kemudian berjalan ke celah itu untuk melihat-lihat, karena celahnya cukup dalam, Justin yang penasaran kemudian mencongkelnya dengan obeng. Tak disangka Justin benar-benar menemukan kembali cincin isterinya, Margaret yang hilang 9 tahun silam.
Margareth sampai tidak percaya melihat cincin di depan matanya
“Kupikir Justin gila,”kata Margaret, ketika Justin memberitahu temuannya itu. Margareth tidak percaya apa yang dikatakannya.
“Tidak mungkin ada cincin di situ. Aku tak percaya dan kupikir dia sedang bercanda,” kata Margaret.
Margaret terhenyak seketika saat benar-benar melihat cincin itu.
“Cincin itu sedikit tergores, tapi tidak parah, sementara berliannya masih terlihat bagus. Jika kamu melihatnya, kamu tak akan percaya cincin itu sudah sembilan tahun berada di celah-celah itu,” kata Margaret sambil menyematkan cincin itu ke jari manisnya.
Sembilan tahun berlalu. Pasangan itu dikaruniai dua anak laki-laki. Keduanya tak berencana mewariskan cincin itu dan memilih menyiapkan cincin baru untuk istri anak-anaknya kelak. (jon)
Warga Hong Kong menuliskan pesan pada ratusan kartu Natal pada 12 Desember. Kartu tersebut untuk mereka yang dipenjara dalam gerakan pro-demokrasi Hong Kong.
Melansir dari Associated Press, Warga berjanji bagi mereka yang ditangkap tidak akan dilupakan ketika mereka menghadapi musim perayaan di balik jeruji besi.
“Ketahuilah bahwa kamu tidak sendirian,” demikian bunyi tulisan salah satu kartu, yang kerap diungkapkan oleh banyak orang.
“Kami tidak akan pernah melupakanmu,” tulisan warga lainnya.
Polisi telah menggelar lebih dari 6.000 penangkapan selama enam bulan aksi protes. Kartu tersebut diperuntukkan bagi mereka yang mana jaminannya ditolak.
Penyelenggara mengatakan, kartu-kartu tersebut akan dikirim melalui pengacara dan anggota parlemen terdakwa.
Para pengunjuk rasa mengatakan, mereka percaya puluhan orang yang ditangkap selama gerakan itu bisa tetap di penjara selama liburan.
“Kami mencintai kamu! Kami menunggumu! Kami mendukung Anda!” demikian tulisan salah satu kartu natal tersebut.
Penyelenggara mengatakan mereka membagikan sekitar 2.000 kartu pada rapat umum tersebut yang dihadiri oleh ribuan orang pada 12 Desember Kamis malam.
Kegiatan tersebut untuk memperingati setengah tahun gerakan protes yang telah mengguncang kota yang dikuasai Komunis Tiongkok itu.
Massa berkumpul di tengah gedung pencakar langit di kawasan pusat bisnis Hong Kong, beberapa dari mereka menyalakan pencahayaan musim Natal yang meriah.
Mereka menulis kartu ucapan dengan tenang dan menyebut tahanan sebagai “saudara dan saudari seperjuangan.”
“Kami tidak dapat dipisahkan dan kami seperti satu tubuh,” demikian pernyataan salah satu penyelenggara. Seperti banyak pengunjuk rasa yang takut akan dampak dari aktivisme mereka, dia hanya memberi nama depannya dengan Emma.”
Kebanyakan warga menulis: ‘Kami peduli dengan Anda dan kami ingin menunggu Anda.”
Penyelenggara lain dengan nama Vivica, mengatakan: “Ini Natal. Semua orang senang di luar dan kami menikmati kebebasan yang mana kebebasan tidak diberikan begitu saja. Harga sedang dibayar oleh orang lain yang sekarang dipenjara.”
Banyak demonstran datang dari tempat kerja untuk bergabung dengan protes dengan tema “Bersatu Kita Berdiri.”
Mereka mengecam penggunaan gas air mata polisi dan penangkapan skala besar selama demonstrasi yang meletus sejak Juni lalu.
Seorang pekerja kantoran Judy Leung mengatakan, dia memprotes setiap minggu, sebagian menghadiri rapat umum mempertahankan moralnya untuk perlawanan jangka panjang.
Judy Leung menegaskan : “Mungkin tubuh kita lelah tetapi hati kita tidak, Kami memberi kekuatan satu sama lain sehingga kami bisa melanjutkan.”
Ketika dia berbicara, pengunjuk rasa lain, datang dengan sebungkus kue dan bertanya apakah dia menginginkannya.
Unjuk rasa terjadi sebelum pemimpin Hong Kong, Carrie Lam, melakukan perjalanan ke Beijing untuk melaporkan kepada para pemimpin Komunis Tiongkok.
Para pengunjuk rasa mengatakan, mereka tidak berharap bahwa perjalanan tersebut akan menghasilkan konsesi apa pun tentang tuntutan mereka. Warga mendorong pemilihan universal, penyelidikan tindakan polisi dan amnesti bagi mereka yang telah ditangkap.
“Dia hanya mendengarkan apa yang disuruh bosnya di Beijing,” kata pengunjuk rasa Fergie Chan, seorang pekerja industri perkapalan, tentang pemimpin Hong Kong.
Ia menambahkan, dirinya mempunyai perasaan bahwa warga mungkin dalam pertarungan yang sangat panjang. Itulah sebabnya masih keluar setelah enam bulan.” (asr)
Jika dikatakan Partai Komunis Tiongkok saat ini sudah kacau balau dalam menghadapi perang dagang melawan Amerika Serikat dan masalah Hong Kong, serta dalam mempertahankan rezimnya tidak ditemukan jalan keluar, maka kobaran api yang kian membara itu semakin mempercepat keruntuhan Komunis Tiongkok dari dalam. Satu ciri khas yang paling mencolok beberapa tahun terakhir ini adalah: soal rahasia internal Komunis Tiongkok terus menerus terungkap ke luar negeri.
Beberapa rahasia yang paling disoroti dunia luar di antaranya adalah:
Pertama. Terkait reaksi Beijing terhadap hasil pemilihan anggota legislatif distrik di Hong Kong.
Pada 3 Desember 2019 lalu, surat kabar “The Epoch Times” mengutip informasi dari tokoh yang dekat dengan petinggi Zhongnanhai.
Informasi itu menyebutkan setelah hasil pemilihan anggota legislatif distrik Hong Kong dirilis, Xi Jinping merasa “panik dan tak berdaya.” Pasalnya hampir semua caleg dari kubu pro-Beijing mengalami kekalahan. Informasi itu sangat bertolak belakang dengan laporan Kepala Eksekutif Carrie Lam yang menyatakan “pasti menang.”
Pemerintah pusat seketika itu tidak mampu mengeluarkan kebijakan untuk mengatasinya. Sama sekali tidak tahu apa yang harus dilakukan. Suasana internal partai Komunis Tiongkok sangat kacau. Hal itu jelas terkait dengan Kantor Penghubung Pusat, Kantor Urusan Hong Kong & Macau, serta salah prediksi Kepala Eksekutif Carrie Lam.
Khususnya Carrie Lam yang bersikeras harus menyelenggarakan pilihan legislatif sesuai jadwal semula, karena dia ingin membuat kelompok penentang pemerintah, kalah telak dan tak mampu berdalih”.
Selain itu, Kantor Penghubung Pusat mengutus personel ke setiap pos pemungutan suara. Berita yang didapat adalah banyak warga usia lanjut antre panjang untuk memberikan suara. Ternyata salah memrediksi kubu pro-Beijing yang keluar sebagai pemenang, padahal media massa Komunis Tiongkok telah mempersiapkan artikel kemenangan.
Kedua. CCTV mencabut dan mengganti artikel.
Pada tanggal 2 dan 3 Desember 2019, lewat salah satu saluran acara Reuters di luar negeri yang mengungkap sebuah informasi penting, disebutkan pada 1 Desember malam hari itu sekitar 50 menit sebelum acara “Xinwen Lianbo” CCTV disiarkan, mendadak dicabut satu artikel. Pencabutan itu disinyalir merupakan “perintah kepala negara” Xi Jinping, namun kontennya tidak dijelaskan.
Setelah itu, staf dari Kantor Penghubung yang bertanggung jawab atas kerahasiaan pekerjaan diberhentikan.
Ketiga. Pakar Amerika Serikat ungkap ketakutan petinggi Partai Komunis Tiongkok.
Belum lama ini, wartawan “The Epoch Times” edisi bahasa Inggris dalam acara “American Thought Leaders” mewawancarai seorang pakar permasalahan Tiongkok dari Amerika Serikat bernama Arthur Waldron.
Waldron mengatakan ada staf senior yang dekat dengan Xi Jinping mengatakan pada dirinya, sistem Partai Komunis Tiongkok telah memasuki jalan buntu. Mereka sudah tidak ada lagi jalan lain, begitu salah langkah, mungkin akan hancur. Oleh sebab itu Arthur Waldron mengusulkan pada pemerintah Amerika agar mulai mempertimbangkan kebijakan untuk masa “pasca Komunis Tiongkok”.
Keempat. Terungkapnya dokumen Partai Komunis Tiongkok terkait penganiayaan, kebijakan dan doktrinasi di Xinjiang.
Seorang pejabat Partai Komunis Tiongkok mempertaruhkan nyawanya memberikan dokumen setebal lebih dari 400 halaman bagi surat kabar New York Times. Dokumen terkait tindakan Komunis Tiongkok memenjarakan tokoh suku Uighur dan kaum minoritas lainnya di Xinjiang dengan dalih Pendidikan penataran dan pelatihan profesi.
Sebagai imbalannya, pada 24 November 2019 lalu, sebuah NGO di Washington yakni International Consortium of Investigative Journalists (ICIJ) juga telah mengungkap sebuah dokumen internal Komunis Tiongkok terkait Kamp Konsentrasi Baiwan di Xinjiang. Media Amerika Serikat menyebutkan, konten dokumen tersebut membuat orang merinding karena mengerikan.
Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat menyatakan, dokumen yang dibocorkan baru-baru ini jumlahnya sangat besar dan bukti yang terus bertambah saling menguatkan. Menjelaskan Partai Komunis Tiongkok dalam skala luas terus menindas HAM dan menyiksa para tawanan.
Kelima. Peristiwa mantan intelijen Partai Komunis Tiongkok yang membelot ke Australia terus berkembang.
Pada November 2019 lalu, media massa Australia mengungkap mantan mata-mata Partai Komunis Tiongkok bernama Wang Liqiang yang telah membelot ke Australia dan menyerahkan dokumen intelijen kelas berat bagi pemerintah Australia.
Wang Liqiang mengungkap mantan atasannya yang bernama Xiang Xin sebagai presiden komisaris sekaligus CEO Innovation Investment Limited (HK) beserta istrinya selaku kepala staf mata-mata yang bekerja bagi pihak militer Komunis Tiongkok.
Wang Liqiang juga mengungkap bagaimana Komunis Tiongkok mengacaukan aksi unjuk rasa di Hong Kong, bagaimana mempengaruhi pemilu di Taiwan, serta penyusupan Komunis Tiongkok terhadap Australia dan lain sebagainya.
Komunis Tiongkok memfitnah dengan cara-cara kotor, telah membuktikan nilai dan kebenaran data intelijen dari Wang Liqiang. Sedangkan Xiang Xin beserta istri yang diungkapnya saat ini telah dibatasi oleh instansi terkait sehingga tidak bisa meninggalkan Taiwan. Latar belakang mereka, pengalaman dan operasional perusahaannya, serta sumber dana, khususnya kaitannya dengan pihak militer Komunis Tiongkok, satu persatu muncul ke permukaan.
Keenam. Dokumen penting terkait kematian mantan Direktur Hainan Airlines bernama Wang Jian.
Pengusaha kaya Tiongkok bernama Guo Wengui alias Miles Kwok yang kini menetap di Amerika Serikat, mengungkap dokumen penting terkait kematian mantan Direktur Hainan Airlines bernama Wang Jian. Wang Jian adalah seorang pengusaha dan miliarder Tiongkok.
Guo Wengui bersama dengan Chen Feng, adalah co-founder dan co-chairman Hainan Airlines dan konglomerat terafiliasi HNA Group, dengan aset senilai US $ 230 miliar pada tahun 2018.
Sebagian dokumen ternyata bersumber dari Komisi Urusan Politik dan Hukum Pusat Partai Komunis Tiongkok. Dokumen itu menunjukkan, dalam kematian Wang Jian terdapat banyak kecurigaan. Oleh karena seseorang di Beijing ingin mencelakakan Wang Jian, sangat mungkin dia “berpura-pura mati”.
Rahasia di atas hanya sebagian dari yang paling penting yang baru terungkap baru-baru ini. Faktanya, sejak tahun 2012, tak terhitung sudah sedemikian banyaknya rahasia Komunis Tiongkok yang telah diungkap di luar negeri. Sebagai contoh skandal dan kasus korupsi pejabat tinggi Komunis Tiongkok, perebutan kekuasaan internal serta penyusupan terhadap negara asing, sampai kasus penganiayaan Komunis Tiongkok terhadap rakyatnya sendiri, termasuk merampas organ tubuh praktisi Falun Gong dan tahanan suku Uighur di Xinjiang.
Pengungkapan seperti itu seharusnya tak pernah terjadi sepanjang sejarah. Satu demi satu, kasus demi kasus, membuat masyarakat dunia melihat kejahatan, kekejian, dan hinanya Komunis Tiongkok.
Itu sekaligus juga membuat masyarakat memahami eksistensi Komunis Tiongkok, yang bagi rakyat Tiongkok dan dunia adalah ancaman besar. Banyak masyarakat dunia yang telah sadar mulai menapak jalan “anti-komunis”, dan memilih untuk terus mendukung pemerintah Amerika Serikat yang dipimpin Presiden Trump untuk “menentang komunis”.
Lalu, mengapa begitu banyak rahasia internal Komunis Tiongkok yang terungkap ke luar negeri? Apakah penguasa sekarang mampu menghentikannya?
Menurut Zhou Xiaohui, seorang penulis, penyebabnya ada dua hal. Penyebab yang pertama bersumber dari pertikaian para petinggi internal Komunis Tiongkok sendiri. Penyebab kedua karena tersadarnya sejumlah anggotanya yang masih berhati nurani.
Sejak Xi Jinping menjabat, pertikaian dengan kubu Jiang Zemin terus berlangsung diam-diam. Beberapa tahun lalu, dengan alasan pemberantasan korupsi, Xi Jinping menciduk tidak sedikit pejabat tinggi dari kubu Jiang Zemin. Pembersihan di kalangan pejabat, pada tingkatan tertentu memenangkan simpati rakyat. Akan tetapi, di saat rakyat mengira Xi Jinping akan menepati janjinya “meringkus dalang”, menjelang Kongres Nasional ke-19 yang dilangsungkan pada akhir Oktober 2019 lalu, Xi Jinping berkompromi dengan kubu Jiang Zemin serta menetapkan kekuasaan satu tangan.
Hal itu dengan dalih demi mempertahankan partai Komunis Tiongkok dan kekuasaan dirinya. Xi Jinping telah berbelok “ke kiri” secara ideologi.
Akibatnya adalah selain kehilangan peluang baik membawa Tiongkok ke jalan yang lebih baik, Xi Jinping juga kehilangan dukungan dari kubu reformasi di internal partai serta simpati rakyat. Dalam dua tahun terakhir ini Tiongkok mengalami banyak kekalahan baik dalam perang dagang dengan Amerika maupun dalam masalah Hong Kong. Juga memicu banyak ketidakpuasan di lingkungan internal Komunis Tiongkok.
Dalam pertikaian kalangan petinggi Partai Komunis Tiongkok yang berlangsung hingga kini, berbagai kubu kekuatan di dalam tuuh Partai Komunis Tiongkok berlandaskan pada tujuan masing-masing.
Tujuan itu, seperti mengalahkan saingannya, menaikkan bargain tawar menawar dan lain-lain. Berebutan memberikan berbagai macam informasi ke luar negeri, termasuk rahasia internal partai, sehingga semakin mempertajam sengitnya pertikaian antar kubu.
Dalam hal ini, Zhongnanhai selaku pemerintahan pusat Partai Komunis Tiongkok tak kuasa mencegah, juga tidak berdaya melakukan apa pun.
Partai Komunis Tiongkok yang selalu berlawanan dengan aspirasi rakyat, korup dan bobrok serta tidak memiliki kemampuan, juga membuat sebagian pejabatnya yang masih berhati nurani atau yang berkepentingan, mengungkap rahasia itu ke luar negeri.
Alasannya mungkin karena melindungi diri atau menegakkan kebenaran. Bisa juga dengan pertimbangan masa depan.
Ada yang menggunakan nama asli, seperti Wang Liqiang yang membelot ke Australia, ada pula yang menggunakan nama samaran atau membocorkannya dalam perbincangan tertutup.
Terhadap kejadian itu, Zhongnanhai pun tak berdaya mencegah, karena terhadap sebagian besar anggotanya, Komunis Tiongkok sama sekali tidak bisa sepenuhnya tahu dimana mereka bersembunyi. Pasalnya anggota yang melakukan hal itu tidak terbatas orang tertentu saja.
Bisa dikatakan, apa pun cara yang digunakan untuk membocorkan rahasia Komunis Tiongkok ke luar negeri, setelah rahasia terungkap bagi Komunis Tiongkok merupakan pukulan dengan berbagai tingkat kekuatan berbeda.
Hal itu, bisa terlihat mulai dari ketakutan Komunis Tiongkok terhadap Guo Wengui yang mengungkap rahasianya, memfitnah Wang Liqiang, mantan mata-matanya sendiri, hingga menyangkal keberadaan dokumen Xinjiang.
Sama sekali tidak berlebihan jika dikatakan pukulan seperti itu pada kenyataannya telah mempercepat kehancuran Partai Komunis Tiongkok. (SUD/WHS)
Pada 22 November 2019 lalu, Presiden Amerika Serikat, Donalde Trump diwawancarai via telepon oleh stasiun TV FOX dalam acara “Fox and Friends”. Pada kesempatan itu, Trump mengungkap sebuah informasi teramat rahasia yang menggemparkan dunia, yakni dirinya berhasil mencegah penguasa Beijing yang berupaya meratakan Hong Kong dalam 14 menit dengan mengerahkan jutaan pasukannya. Itu kembali menjelaskan perseteruan antara Amerika Serikat dengan Tiongkok jauh melampaui apa yang diberitakan oleh media massa.
Saat wawancara dengan TV FOX itu, Trump menyatakan, “Jika bukan karena saya, Hong Kong telah lenyap dalam 14 menit, akan ada ribuan warga Hong Kong dibunuh, tidak akan terlihat lagi kerusuhan apa pun.”
Trump lebih jauh menjelaskan, “Disini ada suatu faktor yang sangat rumit. Komunis Tiongkok memiliki pasukan 1 juta personel yang telah ditempatkan di perbatasan Hong Kong. Mereka tidak masuk, karena saya meminta Xi Jinping agar tidak melakukannya.
Trump katakana, “Anda sedang melakukan sebuah kesalahan yang sangat besar.”
Menurut Trump, Beijing tidak melakukan rencananya tersebut, adalah karena Xi Jinping tidak ingin merusak perundingan dagang yang tengah berlangsung. Trump memberitahu Xi Jinping, jika menekan Hong Kong, “akan menimbulkan dampak negatif yang luar biasa besar terhadap kesepakatan dagang”.
Dalam wawancara itu, Trump juga mengatakan pernyataan yang menarik untuk direnungkan: “Kami berdiri di pihak Hong Kong, tapi saya juga bersama Xi Jinping. Dia adalah teman saya, ia adalah orang yang sulit dipahami. Saya berharap mereka dapat menyelesaikannya masalah Hong Kong.”
Pada 24 November 2019 lalu, penasihat perdagangan Gedung Putih Navarro saat diwawancarai oleh Fox TV, membenarkan pernyataan Trump tersebut. Akan tetapi hingga 24 November 2019, baik juru bicara Kementereian Luar Negeri Tiongkok maupun media massa Komunis Tiongkok, tidak satu pun merespon perkataan Trump itu.
Hingga 25 November 2019saat juru bicara Kemenlu menjawab pertanyaan yang samar dari wartawan terkait hal itu, tidak menjawab secara langsung, dan hanya menanggapi: “Masalah Hong Kong merupakan urusan dalam negeri Tiongkok, pemerintah asing, organisasi, dan siapa pun tidak berhak turut campur.”
Menyikapi dengan diam, berarti tidak menyangkal, yang artinya mengakui fakta, sekaligus juga tidak mampu menjawab, jadi terpaksa bungkam.
Setelah tidak kuasa untuk terus bungkam dan menanggapi secara tidak langsung, berarti telah mengakui fakta yang diungkapkan oleh Trump, sekaligus mengisyaratkan rasa tidak senangnya. Tidak senang karena Trump dianggap telah “turut campur urusan dalam negeri”.
Mengapa tidak mampu menjawab?
Semua orang yang bisa berpikir, mengerahkan pasukan 1 juta personel, meratakan Hong Kong dalam 14 menit, berapa banyak warga Hong Kong akan jadi korban? Berapa banyak darah warga Hong Kong akan tertumpah? Berapa banyak keluarga di Hong Kong akan hancur berantakan? Apakah warga Hong Kong bukan rakyat Tiongkok? Bukan saudara setanah air Tiongkok?
Sebuah rencana keji membantai saudara setanah air dengan kekuatan militer sebesar itu, apakah itu bukan kekejaman tak terampuni, bukankah suatu perbuatan iblis? Dan rencana yang begitu menakutkan dan keji itu dengan sendirinya dianggap sebagai teramat rahasia oleh Komunis Tiongkok.
Yang tidak diduga Komunis Tiongkok adalah, sejak awal Amerika telah mengetahui adanya rencana itu. Terlepas dari dengan cara apa Amerika Serikat mengetahui informasi tersebut, terlepas apakah Komunis Tiongkok mengakui akurasi dari informasi intelijen Amerika tersebut, mau tidak mau Komunis Tiongkok harus mempertimbangkan peringatan yang dilontarkan AMerika.
Yang tak terbayangkan oleh Komunis Tiongkok adalah, setelah kedua kongres meloloskan “Resolusi HAM dan Demokrasi Hong Kong”, Presiden Trump mengungkap rencana yang dianggap sangat rahasia oleh Komunis Tiongkok. Membuat seluruh dunia menahan nafas, juga membuat internal Komunis Tiongkok terguncang.
Tidak berlebihan jika dikatakan, rahasia kelas berat yang diungkap Trump itu belum pernah ada sebelumnya, dan dipilihnya momentum seperti itu untuk mengungkapnya dengan tiga maksud.
Pertama, adanya kebutuhan pertarungan politik dalam negeri.
Pada saat yang sama menggerakkan kedua kongres Amerika Serikat meloloskan resolusi Hong Kong, Trump juga menunjukkan sikapnya pada Partai Republik, Partai Demokrat, dan warga Amerika, bahwa sebagai presiden, dirinya juga mengerahkan upaya besar demi kebebasan demokrasi Hong Kong. Trump berhasil mencegah rencana aksi pembantaian Beijing terhadap Hong Kong, dan bukan seperti yang terlihat oleh kalangan luar.
Kedua, adanya kebutuhan membentuk aliansi “anti-komunis”.
Bisa dikatakan, terungkapnya rencana itu, tidak hanya membuat pemerintah seluruh dunia, khususnya pemerintahan Barat terkesiap, membuat mereka semakin memahami sifat keji Komunis Tiongkok. Hal ini menimbulkan efek semakin memperkuat kekompakan aliansi “anti-komunis” di seluruh dunia.
Ketiga, kembali memberi kesempatan kepada Xi Jinping.
Setelah menjabat sebagai presiden, pemerintahan Trump mulai secara jelas membedakan antara “Partai Komunis Tiongkok” dengan “negeri Tiongkok, dan “rakyat Tiongkok”. Trump yang selalu bersifat bersahabat pada Xi Jinping, juga terus terus memisahkan Xi Jinping dengan “Komunis Tiongkok”, serta berkali-kali menyebut Xi Jinping adalah “temannya”.
Dalam hal konkrit seperti masalah Hong Kong, bisa dipahami kata-kata Trump yang memiliki makna mendalam, yakni “Kami berdiri di pihak Hong Kong, tapi saya juga bersama Xi Jinping.”
Makna yang terkandung di baliknya adalah satu-satunya pilihan Xi Jinping hanya mempertahankan Hong Kong dengan “satu negara dua sistem”. Memenuhi janji yang telah dibuat sebelumnya. Dengan demikian maka Xi Jinping telah bersama Trump, dan berdiri bersama warga Hong Kong yang berunjuk rasa.
Makna terselubung pernyataan Trump, tidak diragukan pasti sangat dipahami oleh Beijing, tapi mungkin karena terhambat oleh tekanan internal, Komunis Tiongkok sehingga tidak berdaya merespon.
Kini, hasil pemilihan anggota legislative Hong Kong, kubu Pan-Demokrasi berhasil meraih kemenangan mutlak, kubu pro-Beijing mengalami kekalahan tragis. Peristiwa itu kembali membuktikan penguasa Beijing salah menafsirkan aspirasi warga Hong Kong.
Jika petinggi Komunis Tiongkok dapat memanfaatkan momentum itu, mengikuti kehendak rakyat, merespon Trump, dan mewujudkan kelima tuntutan warga Hong Kong, sekaligus sejalan dengan tren dunia, mencapai kesepakatan dagang dengan Amerika, memulai reformasi di dalam negeri, mungkin akan mengalami perubahan yang membaik. (SUD/WHS)
Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS di San Diego mengumumkan penangkapan 11 orang warga Tiongkok yang diselundupkan dari Meksiko ke Amerika Serikat, Senin (9/12/2019).
Melansir dari situs resminya, warga yang diselundupkan ini disembunyikan dalam kemasan yang berisikan peralatan rumah tangga dan listrik.
Menurut foto-foto yang dikeluarkan oleh pihak berwenang, 11 orang warga Tiongkok yang berusaha memasuki Amerika Serikat secara ilegal disembunyikan dalam ruangan yang sangat sempit dalam kemasan yang berisi peralatan rumah tangga seperti furniture, dan peralatan listrik.
Salah satu foto menunjukkan bahwa setidaknya 2 orang bersembunyi dalam mesin cuci rumah tangga.
Pihak berwenang mengatakan insiden tersebut terjadi pada 7 Desember sore, pada saat penangkapan, seorang sopir truk Amerika berusia 42 tahun juga ikut ditangkap dan dipenjara bersama 11 orang penumpang gelap.
Pihak berwenang menekankan bahwa penyelundupan semacam itu sangat berbahaya, dan para penyelundup itu kemungkinan besar bisa mati lemas dalam perjalanan karena sulit bernapas.
Faktanya, pada bulan November tahun ini, pihak berwenang juga berhasil membongkar sebuah kasus penyelundupan warga Tiongkok lainnya di San Diego.
Keenam orang yang diselundupkan itu disembunyikan di dalam dinding truk palsu dalam upaya untuk mengelabui petugas perbatasan, tetapi mereka semua tertangkap oleh petugas yang jeli. (Sin/asr)
Sumber orang dalam mengkonfirmasi bahwa dalam rangka mendiskreditkan perusahaan tari dan musik klasik Tiongkok, Shen Yun Performing Arts, komunis Tiongkok telah mengerahkan 14 departemen pemerintahan dan 8 cara untuk mengganggu Shen Yun.
Sejatinya, Orang-orang perantauan Tionghoa sangat akrab dengan pertunjukan Shen Yun. Mereka mengetahui secara persis bahwa tiket pertunjukan Shen Yun sering ludes habis, programnya sangat brilian, dan para pemain utamanya adalah praktisi Falun Dafa.
Akan tetapi, ada satu hal yang mungkin tidak diketahui oleh para penonton – bahwa Komunis Tiongkok secara mati-matian telah menyabotase Shen Yun di seluruh dunia.
Kesuksesan Shen Yun Membuat Komunis Tiongkok Frustrasi
Menurut media Amerika Serikat, Shen Yun Performing Arts didirikan pada tahun 2006 dan berkantor pusat di New York. Anggotanya termasuk praktisi Falun Dafa.
Shen Yun mengungkapkan, misinya adalah untuk melahirkan kembali kebudayaan dewata di tanah Tiongkok yang berumur lima ribu tahun, dan “inspirasi artistiknya berasal dari Konfusianisme, Budha, dan Taoisme, yang merupakan esensi sejati dari kebudayaan tradisional Tiongkok.”
Shen Yun memiliki enam grup kelompok tur di lebih 150 kota di seluruh dunia, dengan lebih dari 1 juta penonton pada setiap tahun.
Pada Maret 2019, Shen Yun menggelar sebanyak 15 pertunjukan secara berturut-turut di Lincoln Center di New York City, hampir semua tiket terjual habis.
Meskipun Shen Yun sebagai produksi artistik yang didirikan oleh orang Tionghoa perantauan, orang-orang keturunan Tionghoa yang menjadi penontoton hanya berjumlah kurang dari 10 persen. Sebagian besar penonton adalah penduduk lokal. Pertunjukan ini telah menarik banyak politikus lokal, selebriti dan pebisnis.
Selama bertahun-tahun, Shen Yun telah menerima banyak penghargaan internasional. Justru penetrasi mendalam Shen Yun di antara segmen masyarakat arus utama yang membuat Komunis Tiongkok merasa frustrasi.
Komunis Tiongkok Matian-matian dengan Segala Cara untuk Memblokir Shen Yun
Komunis Tiongkok telah mencoba hampir segala cara untuk mengganggu dan melarang Shen Yun pentas di luar negeri. Namun demikian, tindakan tersebut hanya membuat Shen Yun malah semakin populer di kalangan penonton di seluruh dunia.
Menurut orang dalam Komunis Tiongkok yang memahami masalah tersebut, sejak awal pembentukan Shen Yun pada tahun 2006, lebih dari selusin lembaga dan departemen Partai Komunis Tiongkok, termasuk Kementerian Kebudayaan, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Keamanan Publik, Kementerian Keamanan Negara, Departemen Propaganda, antara lain, telah dikerahkan untuk mengganggu tur Shen Yun di seluruh penjuru dunia.
Langkah-langkah khusus tersebut dijelaskan berikut ini :
Pertama, Kementerian Kebudayaan bertanggung jawab untuk mengorganisir 60 tim pertunjukan tingkat tinggi untuk tampil di seluruh dunia. Tujuannya untuk “mengadakan pertunjukan saingan melawan Shen Yun,” sebagai upaya untuk memperebutkan audiensi Shen Yun.
Kedua, Kementerian Luar Negeri, atas nama kedutaan besar Tiongkok di masing-masing negara, akan mengirim memo diplomatik kepada pemerintah setempat, melakukan segala upaya untuk mencegah pertunjukan Shen Yun menggunakan cara-cara diplomatik. Dalam beberapa kasus, evaluasi kinerja konsulat dan staf kedutaan termasuk gangguan terhadap pertunjukan Shen Yun setempat.
Ketiga, Departemen Kerja Front Bersatu, Kementerian Keamanan, Kementerian Kebudayaan, Departemen Propaganda, dan Kementerian Luar Negeri akan mengkoordinasikan dan mengatur serikat mahasiswa Tiongkok, Kamar Dagang, Asosiasi Lokal, Perantauan Taiwan di luar negeri, Institusi Konfusius, dan organisasi lainnya yang berafiliasi dengan Partai Komunis Tiongkok untuk mengganggu pertunjukan Shen Yun.
Perintah kepada mereka termasuk memajang spanduk anti-Falun Dafa di pertunjukan, memprotes di depan bioskop, meneriakkan slogan-slogan dengan pengeras suara, dan mengganggu penonton dan mencegah Shen Yun menandatangani kontrak dengan Gedung Teater.
Selain itu, mengatur outlet media propaganda lokal untuk memfitnah Shen Yun dan Falun Dafa dan mengorganisir mahasiswa perantauan Tionghoa untuk menulis ulasan dan keluhan negatif terhadap Shen Yun.
Tak cukup itu, juga diperintahkan mengorganisasikan kampanye internet dan media sosial melawan Shen Yun serta merekrut geng-geng lokal untuk menimbulkan masalah selama pertunjukan Shen Yun. Termasuk, memborong dalam jumlah besar tiket Shen Yun sebelumnya, dan kemudian meminta pengembalian uang tepat sebelum pertunjukan dimulai.
Keempat, Departemen Propaganda akan mengorganisir wartawan lokal dari Kantor Berita Xinhua, CCTV, China News Agency, People’s Daily edisi luar negeri, China National Radio, dan media yang dikendalikan Komunis Tiongkok lainnya untuk memfitnah Shen Yun dan Falun Dafa, termasuk membayar media arus utama lokal untuk membantu mendistribusikan artikel semacam itu.
Kelima, Kementerian Luar Negeri bertanggung jawab untuk memerintahkan kedutaan dan konsulat untuk tidak mengeluarkan paspor kepada artis Shen Yun, atau memberitahukan kepada kementerian luar negeri untuk tidak mengeluarkan visa masuk kepada mereka.
Keenam, Administrasi Cyberspace akan mengatur kampanye kotor terhadap Shen Yun di portal internet dan mesin pencari. Selama audiens mencari “Shen Yun,” hasil pertama akan menampilkan informasi negatif yang dibuat oleh Komunis Tiongkok. Informasi tersebut terutama berasal dari tiga sumber: situs web kedutaan dan konsulat Tiongkok, “www. chinafxj.cn “(jaringan Anti-Cult Komunis Tiongkok), dan” www.kaiwind.com. “
Ketujuh, Kantor 610 domestik bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan personel Keamanan Publik dan Keamanan Negara di Tiongkok, mengancam dan mengintimidasi anggota keluarga artis Shen Yun yang tinggal di Tiongkok.
Kedelapan, Administrasi Cyberspace bertanggung jawab untuk mengatur buzzer “Pasukan 50 sen” Komunis Tiongkok – orang-orang yang dibayar postingan untuk menyebarkan propaganda – untuk menstigmatisasi Shen Yun dan Falun Dafa di Facebook, Twitter, dan media sosial lainnya di berbagai negara, serta mengorganisir serangan siber terhadap situs web resmi Shen Yun.
Dari Empat Kepercayaan Diri ke Empat Inferior
Strategi Komunis Tiongkok untuk memblokir dan menghalangi Shen Yun, justru memiliki efek sebaliknya yakni semakin populernya Shen Yun. Malahan, tindakan agresif Komunis Tiongkok terhadap Shen Yun hanya meningkatkan keingintahuan penonton.
Seorang jurnalis yang pernah telah terlibat dalam mengganggu pertunjukan Shen Yun mengakui : “Untuk merusak Shen Yun, pemerintah telah menghabiskan segala macam cara kecuali membunuh. Namun demikian, setelah lebih dari sepuluh tahun untuk menjatuhkan Shen Yun, pemerintah telah membuat semua yang terlibat berkurang dan tak percaya diri. Ada yang salah?”
Komunis Tiongkok mengklaim bahwa sosialisme dengan karakteristik Tiongkok memiliki “empat kepercayaan diri” yakni percaya diri dalam jalurnya, dalam teorinya, dalam sistemnya, dan dalam budayanya. Namun demikian, kompetisi selama sepuluh tahun Shen Yun telah mengubah moto Komunis Tiongkok “empat kepercayaan diri” menjadi “empat inferioritas.” Inferior adalah semacam rasa rendah dan tak berdaya.
Dampak Shen Yun kepada Komunis Tiongkok
“Pemerintahan yang Bajik” dan “Way of The King atau Jalan Raja” sebagaimana dianut oleh ajaran filsuf Tiongkok kuno, Mencius, memiliki beberapa manfaat bahkan hingga hari ini.
Komunis Tiongkok telah berkuasa melalui kekerasan dalam rumah tangga, penindasan terhadap rakyat, pelanggaran hak asasi manusia, dan penganiayaan terhadap keyakinan beragama.
Secara eksternal, Komunis Tiongkok telah kehilangan kepercayaan dari negara tetangganya dan melakukan spionase terhadap negara-negara sahabat.
Sementara itu, apa yang ditunjukkan Shen Yun kepada dunia bukan hanya pertunjukan tari dan musik yang agung dan desain latar belakang yang dinamis. Pertunjukan juga menggambarkan kepercayaan tradisional tentang keselarasan antara manusia dan alam, takzim kepada Ilahi, nilai kebajikan Tanpa Batas, Lurus, Etiket, kebijaksanaan, dan kesetiaan yang mana dipentaskan di panggung.
Nilai-nilai tradisional tersebut meningkatkan taraf hati penonton dan menginspirasi pikiran mereka. Ini adalah rahasia vitalitas Shen Yun yang tak tergoyahkan, dan alasan mengapa Komunis Tiongkok kehilangan kepercayaan menghadapi Shen Yun. (asr)
Para pemilik pabrik di Yiwu, Tiongkok, mungkin tidak mengetahui pandangan politik calon presiden Amerika Serikat pada tahun 2016. Akan tetapi lima bulan sebelum malam pemilihan umum, mereka sudah mengetahui bahwa Donald Trump akan menang.
Kini, sekitar setahun sebelum pemilihan umum tahun 2020, mereka memperkirakan Donald Trump akan menang lagi.
Yiwu adalah kota kecil di timur Provinsi Zhejiang, Tiongkok. Namun demikian, dikenal sebagai “tempat manufaktur grosir komoditas kecil terbesar di dunia.”
Melansir dari The Epochtimes, Pabrik-pabrik di Yiwu yang membuat produk-produk kain, menangani sebagian besar pesanan bendera dari seluruh dunia.
Pada tahun 2016, ketika pemilik pabrik di Yiwu memperhatikan bahwa pelanggan Amerika Serikat telah beralih menjadi memesan bendera yang mendukung Donald Trump daripada memesan bendera yang digunakan untuk mendukung Hillary Clinton.
Mereka mengetahui bahwa penjualan bendera Hillary Clinton secara tidak terduga menurun. Dikarenakan, Donald Trump memiliki lebih banyak pendukung dan kemungkinan akan memenangkan pemilihan umum.
Beberapa bos dan pekerja pabrik berbagi prediksi mereka di media sosial Tiongkok. Beberapa bulan sebelum pemilihan umum.
Ketika hasil akhir keluar, banyak orang Tionghoa merasa lucu bahwa orang-orang di Yiwu lebih akurat dalam memprediksi siapa yang akan memenangkan pemilihan umum, daripada agen-agen pemungutan suara di Amerika Serikat.
Dalam persiapan untuk pemilihan umum tahun 2020, pengecer Amerika Serikat kembali mengirim pesanan pembelian untuk spanduk, bendera, dan produk kain lainnya.
Mr Qian, manajer Pabrik Tekstil Rumah Tangga Mufan di Yiwu, mengatakan kepada China Consumer Journal pada tanggal 29 November lalu, bahwa pesanan terakhir yang ia terima sebagian besar untuk produk-produk yang terkait dengan pemilihan umum Amerika Serikat tahun 2020.
Qian berkata : “Sejauh ini, hampir semua pesanan adalah untuk dukungan Donald Trump, seperti bendera dengan tulisan ‘Trump 2020,‘ ‘Make America Great Again,’ dan bendera yang memiliki gambar Donald Trump. Sejauh ini, saya telah menerima beberapa pesanan yang mendukung kandidat lain. Saya pikir pendukung Donald Trump lebih banyak.”
Haite Clothing Co pabrik garmen dan aksesoris lainnya di Yiwu, menjual topi untuk memancing dan topi bisbol di Amazon dan Alibaba.
Manajer Cheng Chenjie mengatakan topi bisbol yang mendukung Donald Trump adalah sangat laris, terutama topi merah bertuliskan “Make America Great Again” yang dikenakan Donald Trump selama kampanyenya di tahun 2016.
Menurut China Consumer Journal, Cheng Chenjie mengatakan pesanan terbesar yang ia terima baru-baru ini adalah 5.000 topi bisbol Donald Trump.
Pencarian di platform internasional Alibaba, menggunakan kata kunci “bendera pemilihan 2020” atau “spanduk pemilu 2020,” menghasilkan 651 hasil pencarian.
Saat mengurutkan hasil berdasarkan volume penjualan, bendera yang mendukung Donald Trump saat ini lebih diminati daripada bendera yang mendukung kandidat presiden lainnya.
Mengutip dari sejumlah sumber, Pemilihan umum presiden Amerika Serikat 2020, dijadwalkan pada Selasa, 3 November 2020. Para pemilih akan diawali dengan memilih elektoral kepresidenan yang pada gilirannya pada 14 Desember 2020, akan memilih presiden dan wakil presiden baru atau memilih kembali petahana.
Untuk diketahui, jumlah anggota elektoral kepresidenan adalah 538 orang sejak pemilihan umum 1964. Setiap negara bagian diberi jatah elector sebanding dengan jumlah penduduknya.
Kemudian, jika tidak ada kandidat yang memperoleh minimum 270 suara elektoral sebagai pemenang pemilu. Maka Dewan Perwakilan Amerika Serikat akan memilih presiden dari tiga kandidat yang memperoleh suara elektoral paling banyak. Sedangkan Senat Amerika Serikat akan memilih wakil presiden dari kandidat yang memperoleh dua total tertinggi. (asr)
Enam orang termasuk seorang perwira polisi tewas dalam baku tembak yang terjadi pada hari Selasa 10 Desember 2019, di sebuah supermarket Yahudi di Jersey City, New Jersey, Amerika Serikat. 5 orang tewas di dalam toko, terdiri dari 2 orang pria bersenjata dan 3 orang warga sipil. 3 orang petugas polisi lainnya terluka. Seorang tersangka masih buron.
Pihak berwenang mengatakan bahwa penembakan itu terjadi pada hari Selasa 10 Desember 2019 tengah hari. Walikota Jersey City, Steven Fulop menyebutkan dalam konferensi pers singkat bahwa 2 orang petugas polisi yang terkena tembakan, salah satunya meninggal di rumah sakit. Steven Fulop mengatakan bahwa 2 orang petugas polisi lainnya dan seorang warga sipil terluka dalam insiden itu.
Penembakan terjadi di sekitar Bay View Cemetery dan sebuah toko yang berada di sudut jalan. Steven Fulop mengatakan bahwa banyak orang meninggal di dalam toko, seorang anggota polisi tertembak di bahunya dan 2 orang polisi lainnya terkena pecahan peluru. Tiga orang petugas polisi yang terluka berada dalam kondisi stabil.
Pihak berwenang mengatakan insiden itu kemungkinan terkait dengan konflik dalam perdagangan narkoba. Disebutkan bahwa perwira polisi yang tewas adalah Joseph Seals, berusia 40. Dia adalah perwira polisi yang telah bertugas selama 13 tahun, memiliki 5 orang anak.
Joseph Seals tertembak di area Bay View Cemetery dan seorang petugas polisi lainnya menderita cedera di bahu. Pihak berwenang mengatakan insiden itu melibatkan perdagangan narkoba dan transaksi jual-beli senjata api.
“Bagi Jersey City, hari ini adalah hari yang berat. Sejauh yang saya tahu, polisi yang meninggal bukan hanya seorang perwira polisi yang mencintai Jersey City, tetapi mungkin juga termasuk salah seorang perwira yang paling sering terlibat langsung dalam insiden baku tembak dengan penjahat. Dia juga seorang suami dan ayah bagi kelima orang anaknya,” kata Steven Fulop.
Tidak ada tanda-tanda terorisme
Setelah kejadian itu, 2 orang tersangka, 1 pria dan 1 wanita, melarikan diri ke dalam sebuah U-Haul cargo van yang berada di sekitar supermarket Yahudi yang terletak di Martin Luther King Drive. Di tempat itu mereka terus melepaskan tembakan kepada personil yang tiba di lokasi dan orang lain yang mendekat.
Ratusan petugas polisi, tim SWAT, personel dari Tobacco, Guns and Explosives Authority serta FBI, tiba di lokasi.
Direktur Keamanan Publik James Shea mengatakan bahwa tidak ada tanda-tanda terorisme dalam insiden penembakan di Jersey City. Juru bicara Gedung Putih Hogan Gidley mengatakan bahwa Presiden Amerika Serikat, Donald Trump telah diberitahu tentang kejadian dan sedang memantau kejadian ini.
Trump dalam pesan Tweet menyebutkan bahwa dirinya telah mendapatkan laporan tentang baku tembak yang mengerikan di Jersey City, New Jersey.
“Pada saat yang sangat sulit dan tragis ini, pikiran kami bersama para korban dan keluarga mereka. Kami akan terus memantau situasi, sedang membantu pejabat lokal dan negara bagian,” bunyi tweet Trump.
Suara tembakan terdengar selama 1 jam lebih
Pihak berwenang mengatakan bahwa pejabat penegak hukum dan tersangka berbaku tembak dengan sengit selama lebih dari satu jam. Suara tembakan baru mulai mereda sekitar pukul 14:00 waktu setempat.
Stasiun berita ABC Channel 7 melaporkan bahwa pihak berwenang mengirim sebuah robot revolver ke tempat toko, yang diikuti oleh aparat penegak hukum. Di dalam toko, mereka menemukan mayat 2 orang tersangka dan 3 orang warga sipil. Tersangka ketiga yang melarikan diri adalah seorang pria berkulit hitam dengan pakaian serba hitam, dan kini ia masih buron.
Andy Patel, seorang pekerja pada toko minuman keras di sekitar tiga blok dari lokasi penembakan, mengatakan bahwa baku tembak terus menerus terjadi selama sekitar satu jam.
“Saya mendengar suara tembakan seperti bunyi petasan yang berangkai. Sekitar 1 jam sebelumnya, mereka melepaskan tembakan seperti orang gila. Kemudian suara tembakan berhenti sekitar 20 atau 30 menit. Polisi sedang menghalau dan mengarahkan warga sipil yang melintas di jalan,” kata Andy Patel.
Setidaknya 1 orang yang selamat di dalam toko sedang dirawat dan berbicara dengan anggota polisi. Pria itu mengatakan kepada polisi bahwa ada sebanyak 4 orang di toko pada saat penembakan terjadi.
Beberapa sekolah di lokal sekitar tempat kejadian diblokir polisi. Jersey City Public School melalui akun di Twitter menyampaikan bahwa semua siswa dan staf pengajar dalam kondisi aman.
Gubernur New Jersey Phil Murphy mengatakan dalam sebuah pernyataan, “Pikiran dan doa kami menyertai seluruh petugas polisi pria dan wanita dari Departemen Kepolisian Kota Jersey. Terutama untuk petugas polisi yang meninggal dunia dalam baku tembak insiden ini, dan para orang tua dan murid yang terjebak dalam sekolahan karena diblokade pada saat kejadian. Saya memiliki kepercayaan terhadap para penegak hukum kami yang profesional dalam memastikan keselamatan masyarakat dan mengatasi situasi ini. Tuhan mengingatkan kita tentang keberanian mereka dan pengorbanan yang mereka dan keluarga mereka berikan buat masyarakat”.
Walikota New York City, Bill de Blasio menyatakan Departemen Kepolisian New York pada sedang memantau perkembangan situasi di Jersey City, dan pihaknya siap untuk memberikan bantuan semaksimal mungkin kepada kepolisian. (sin)
Kanada dan organisasi pakta atlantik utara atau NATO sedang berjuang untuk bersaing dengan Komunis Tiongkok di samping Rusia yang revisionis.
Hal itu adalah mirip dengan motivasi untuk aliansi militer yang didirikan 70 tahun silam — untuk melawan Uni Soviet yang komunis di awal Perang Dingin.
Melansir dari The Epochtimes, akan tetapi kesamaan antara agresi Tiongkok dengan Rusia adalah paling mengkhawatirkan bagi NATO dan dunia Barat.
Dalam kasus Kanada, Kanada telah mengalami penindasan Tiongkok selama 12 bulan terakhir tanpa memberikan apa pun selain ekspresi ketidaksenangan diplomatik sebagai tanggapan.
Meskipun Kanada menghadapi ancaman Rusia dengan retorika yang lebih kuat dan kehadiran militer di Latvia.
NATO terlibat dalam banyak bidang, di mana ancaman Rusia terhadap Eropa Barat selalu menjadi yang terpenting.
Akan tetapi Rusia bukanlah ancaman bagi dunia seperti Tiongkok, kata Richard Fadden, mantan penasihat keamanan nasional untuk Perdana Menteri Kanada.
Hal demikian disampaikannya saat berbicara di panel ahli pertahanan yang dipandu oleh Lembaga Macdonald-Laurier di Ottawa pada tanggal 2 Desember 2019
Sentimen tersebut tercermin dalam Deklarasi London yang diterbitkan tanggal 4 Desember oleh para pemimpin NATO di akhir pertemuan puncak peringatan ke-70 organisasi yang berlangsung selama dua hari di London, Inggris.
Deklarasi tersebut mencantumkan Tiongkok dalam sebuah paragraf yang membahas ancaman dunia maya dan ancaman lain, terhadap masyarakat di berbagai bidang seperti bidang infrastruktur serta keamanan energi dan komunikasi yang penting.
“Kami menyadari bahwa pengaruh dan kebijakan internasional Tiongkok yang semakin besar menghadirkan peluang dan tantangan yang perlu kita atasi bersama sebagai sekutu,” demikian sebagian bunyi paragraf tersebut.
Bahaya dari negara-negara seperti Komunis Tiongkok dan Rusia adalah bahwa negara tersebut adalah otokratis — negara tersebut sangat gesit. Sedangkan demokrasi Barat biasanya lambat bereaksi karena prioritas internal yang saling bertentangan.
Secara analog, NATO memiliki perselisihan internal sendiri akhir-akhir ini. NATO yang gelisah menghadirkan lahan subur bagi Komunis Tiongkok — dan Rusia — untuk memajukan tujuan kedua negara tersebut.
Etos NATO baru-baru ini dikeruhkan, di mana Presiden Prancis Emmanuel Macron pada tanggal 28 November menyebut aliansi militer “mati otak.” Bolak-balik antara Prancis dengan Turki untuk tindakan militer Turki baru-baru ini terhadap Kurdi di Suriah. Koalisi negara-negara Barat adalah tidak sama kompaknya.
Banyak yang mengkritik nada Emmanuel Macron yang khas, termasuk Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Selama kunjungannya ke London pada tanggal 3 Desember untuk pertemuan NATO, Donald Trump mengatakan bahwa kata-kata karakterisasi Emmanuel Macron adalah “jahat” dan “tidak sopan” dan bahwa, dengan tujuan yang dilayani oleh NATO.” kata-kata itu adalah pernyataan yang sangat berbahaya untuk dibuat oleh Emmanuel Macron.”
Donald Trump, yang merupakan pendukung kuat NATO, juga mengambil pendekatan yang menentukan sebagai pemimpin negara yang paling kuat di dunia dan negara yang secara tradisional menjadi orang yang menjaga ketertiban dunia.
Di antara 29 anggota NATO, Amerika Serikat terus menghabiskan persentase tertinggi 3,42 persen dari Produk Domestik Bruto untuk pertahanan.
Selain itu, Donald Trump tidak terhindarkan untuk menjadi vokal dalam mendesak anggota lain untuk membayar bagian mereka yang adil dan memenuhi target pengeluaran pertahanan sebesar 2 persen Produk Domestik Bruto. Hanya sembilan negara yang saat ini memenuhi target ini.
NATO 2.0
Pada saat yang sama, karena bahaya yang ditimbulkan oleh Tiongkok dan Rusia saat ini, beberapa ahli menunjukkan bahwa NATO memang perlu memikirkan kembali.
“NATO berada dalam masalah setelah Perang Dingin berakhir. NATO harus menemukan misi,” kata Elliott Tepper, ketua panel Lembaga Macdonald-Laurier serta seorang profesor politik komparatif dan hubungan internasional di Universitas Carleton.
Richard Fadden mengatakan NATO perlu mengembangkan “Mark II” — aliansi Barat yang lebih luas.
Negara-negara seperti Australia dan Jepang, antara lain, memiliki keprihatinan yang sama terhadap Rusia dan Tiongkok, di mana Tiongkok terus mendapatkan pengaruh dunia.
Misalnya, sebagai negara non-Arktik, Tiongkok memperoleh status pengamat di Dewan Arktik pada tahun 2013 dan menjadi tuan rumah forum Lingkaran Arktik pertama di Shanghai bulan Mei lalu.
“NATO perlu memikirkan hal ini secara kolektif. NATO membutuhkan kebijakan atau doktrin untuk berurusan dengan Tiongkok secara komprehensif,” demikina Richard Fadden.
Komunis Tiongkok adalah ahli dalam memecah belah dan menaklukkan. Di Eropa, Komunis Tiongkok menyukai negara-negara kecil dan menawarkan diri sebagai pengganti Jerman dan Prancis.
Dan, sementara Rusia, dengan memasok gas, telah memanfaatkan daya ungkit atas sebagian besar Eropa Barat. Kegiatan Komunis Tiongkok untuk membiayai proyek infrastruktur negara-negara kecil di seluruh dunia bahkan lebih mengkhawatirkan dalam skala global.
‘Mengerikan’
Richard Fadden berada di kubu yang mendukung pemulihan hubungan dengan Rusia — strategi yang ditekankan Emmanuel Macron. Alasannya adalah, setidaknya dengan cara ini, Komunis Tiongkok dan Rusia tidak dipaksa untuk semakin akrab.
“Gagasan bahwa Rusia dan Tiongkok bekerja sama sepanjang waktu juga menakutkan,” kata Leah West, mantan Departemen Kehakiman, pengacara keamanan nasional dan dosen saat ini di Universitas Carleton, yang juga mendukung adanya dialog dengan Rusia.
Ancaman besar yang ditimbulkan oleh kemitraan Komunis Tiongkok-Rusia adalah upaya kedua negara itu untuk melemahkan tatanan dunia berbasis aturan dan menggeser keseimbangan kekuasaan demi kepentingan mereka.
Contoh yang diberikan Barat adalah pengetatan kendali negara Barat atas internet yang semakin meningkat. Sangat kontras dengan gagasan internet gratis dan terbuka yang didukung oleh anggota NATO pada umumnya.
Ketika berhadapan dengan ancaman dunia maya, NATO masih berada dalam tahap awal.
Rusia dan Komunis Tiongkok memiliki pendekatan berbeda untuk melakukan serangan dunia maya. Akan tetapi Barat percaya bahwa Tiongkok dapat belajar dari pendekatan Rusia yang lebih bersifat membedah.
Leah West mengatakan : “Disinformasi misalnya — spesialisasi Rusia. Saat anda berusaha mempengaruhi komunitas diaspora di Kanada, itu adalah taktik yang solid.”
Bukanlah urusan NATO untuk mempertahankan pemilihan nasional, dan pemilihan umum Kanada baru-baru ini tampaknya telah terjadi tanpa campur tangan NATO. Akan tetapi itu adalah ancaman yang perlu dipantau.
Pengeluaran Dana untuk Pertahanan
Richard Fadden mengatakan Kanada perlu menghabiskan lebih banyak uang untuk pertahanan. Ini telah menjadi titik lekat lama dengan sekutu-sekutunya — terutama Amerika Serikat.
Pada pertemuan NATO pada tanggal 3 Desember, Donald Trump secara langsung menanyai Perdana Menteri Justin Trudeau mengenai pengeluaran Kanada untuk pertahanan.
“Sudah sampai di mana Kanada kini? Dalam hal jumlah Kanada…1,3 ?” tanya Donald Trump. Isitlah 1,3 merujuk 1,3 persen Produk Domestik Bruto.
Justin Trudeau menanggapi dengan menjawab “1,4,” dengan menambahkan bahwa “Kanada telah ada di sana untuk setiap penyebaran NATO, Kanada terus melangkah seperti kebanyakan sekutunya.”
Menanggapi hal ini, Donald Trump menjawab: “Sekutu sudah sampai di sana. Sekutu tahu bahwa hal itu adalah penting, ini untuk keuntungan sekutu.”
Menurut perkiraan NATO tahun 2019, yang diterbitkan pada tanggal 29 November, Kanada berada di jalur yang tepat untuk menghabiskan 1,31 persen PDB.
“Kami telah mengambil keuntungan selama bertahun-tahun setelah Perang Dingin, Kami tidak melihat ancaman yang sangat jelas,” kata Richard Fadden, mantan wakil menteri pertahanan nasional Kanada, dalam sebuah wawancara.
Richard Fadden menambahkan, Masalah Kanada adalah bahwa Kanada tidak merasa terancam, karena secara geografis Kanada dipisahkan oleh tiga samudera.
Untuk mencapai 2 persen, Kanada harus menghabiskan sekitar 11,5 miliar dolar AS lebih banyak setiap tahun, berdasarkan perkiraan NATO terhadap PDB Kanada tahun 2019.
Pemerintah federal menekankan bahwa Kanada, anggota pendiri NATO, adalah salah satu kontributor utamanya.
Di antara operasi lain, pasukan Kanada memimpin kelompok pertempuran NATO di Latvia dan memimpin misi NATO di Irak. Kanada juga menyediakan pelatih tentara untuk misi pelatihan NATO di Ukraina.
Pada akhir pertemuan NATO pada tanggal 4 Desember, Justin Trudeau mengumumkan bahwa Kanada meningkatkan kontribusinya terhadap Prakarsa Kesiapan NATO dengan menyiapkan enam pesawat tempur dan fregat, atas permintaan Sekretaris Jenderal NATO.
Tidak mungkin Kanada mengumpulkan dukungan yang lebih besar dari sekutu-sekutunya di London atas keluhannya terhadap Komunis Tiongkok sedemikian rupa. Sehingga akan menyebabkan perubahan besar dalam hubungan yang tegang antara kedua negara itu.
Akan tetapi jika dan saat Kanada memutuskan untuk mengambil langkah-langkah untuk secara konkret mendorong mundur Tiongkok. Maka adalah sangat penting bagi Kanada untuk memiliki sekutu, seperti yang ada di NATO, untuk mendukung Kanada.
Aliansi militer yang didanai dengan baik dan kohesif adalah sangat penting untuk menghadapi bahaya ganda Komunis Tiongkok dan Rusia di abad ke-21 dari berbagai bidang, termasuk dunia maya. (vv/asr)
Aksi protes menentang Rancangan Undang Undang ekstradisi di Hong Kong kini meluas hingga ke daratan Tiongkok. Dalam beberapa hari terakhir, warga Wenlouzhen, kota kabupaten Huazhou, prefektur Maoming, provinsi Guangdong, Tiongkok menggelar aksi unjuk rasa menentang pembangunan krematorium di desanya.
Untuk menghadapi unjuk rasa itu, pemerintah daerah/ pemda setempat menerjunkan ribuan polisi anti huru hara. Polisi memukul warga dengan tongkat, termasuk banyak orang tua dan anak-anak.
Selain pentungan, polisi juga menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa dan mengerahkan kendaraan lapis baja. Polisi memblokir desa dan merangsek ke desa untuk menangkap orang-orang. Beberapa warga desa luka-luka dan ditangkap dalam aksi unjuk rasa itu.
Berikut duduk aksi protes tersebut
Pada 29 November 2019, surat kabar harian di Taiwan The China Times mempertanyakan apa yang dipropagandakan Komunis Tiongkok, efek dari unjuk rasa anti ekstradisi di Hong Kong ?
Polisi menembakkan gas air mata pada pengunjuk rasa yang memprotes pembangunan krematorium. Weibo Tiongkok juga melaporkan bahwa warga di prefektur Maoming, Provinsi Guangdong, memprotes pembangunan krematorium. Eskalasi protes yang meningkat disambut dengan tindakan represif polisi.
Menurut penuturan warga Wenlouzhen, Kota Huazhou, beberapa hari sebelum kejadian, pemerintah setempat mengadakan pertemuan dengan tokoh masyarakat di sebuah desa. Warga itu, mengatakan akan membangun sebuah taman ekologis. Pengumuman pemberitahuan resmi dirilis di situs web Pemerintah Kota Huazhou yang berlangsung selama 10 hari sejak tanggal 15-25 November 2019.
Namun tak disangka, pengumuman selanjutnya yang dikeluarkan oleh pemda setempat tertanggal 24 November 2019 adalah membangun krematorium, sehingga memicu kemarahan penduduk desa.
Seluruh warga Wenlouzhen segera menentang pembangunan krematorium itu. Untuk mencegah perlawanan massa secara kolektif, pemerintah daerah setempat menerjunkan ribuan polisi dan pasukan keamanan ke lokasi pada 23 November 2019 untuk memberi efek kejut pada warga. Selain mengusir para demonstran, beberapa orang juga dibawa pergi untuk interogasi.
Pada saat yang sama, pihak berwenang juga diam-diam mengedarkan informasi bernada ancaman berbunyi, “Barang siapa yang berani membicarakan hal ini, akan segera digiring ke kantor polisi dan dikurung beberapa hari atau dijatuhi hukuman penjara dengan alasan lain yang dibuat-buat.”
Namun, masyarakat setempat tidak takut diintimidasi. Di Weibo, semacamn media sosial seperti facebook versi Tiongkok, mereka menuding polisi menangkap orang semena-mena, menembakkan gas air mata, dan mengerahkan kendaraan lapis baja untuk memblokir desa dan masuk ke desa menangkap orang.
Beberapa warga mengatakan, “Pemerintah tidak peduli dengan keluhan warga, secara paksa membangun krematorium di Lahan Hutan Wenlou, kota kabupaten Huazhou, prefektur Maoming, provinsi Guangdong, Tiongkok. Segenap warga desa berusaha melawan, tetapi mereka ditekan oleh aparat polisi, mereka dipukul dan ditangkap semena-mena, dimana keadilan dan hukumnya ?
Polisi khusus telah melukai beberapa siswa, dan juga orang tua. Rekaman video tidak bisa dikirim, beberapa video yang dikirim sebelumnya sekarang telah diblokir.
“Diharap pejabat yang berhati nurani tolonglah bantu kami yang tak berdaya ini,” kata warga.
Pada 28 November 2019, perlawanan warga setempat semakin meningkat. Pihak berwenang mengirim sejumlah besar polisi anti huru hara untuk memblokir semua jalan utama di kota kabupaten. Polisi melarang siapa pun dan mobil lewat, sehingga memicu bentrokan polisi dan warga.
Video langsung dari lokasi tampak terjadi aksi dorong mendorong antara polisi anti huru-hara dengan warga. Beberapa polisi anti huru hara memukul demonstran dengan tongkat, dan melempar dengan batu ke arah pengunjuk rasa. Beberapa demonstran yang terluka diangkat dengan tandu. Otoritas setempat kemudian menembakkan gas air mata untuk membubarkan kerumunan demonstran.
Di lokasi kejadian, orang-orang membalikkan kendaraan pemerintah dan merusak mobil polisi yang dibalas polisi dengan melepaskan tembakan peringatan dan menembakkan gas air mata untuk membubarkan kerumunan massa.
Hanya saja entah kenapa mereka tidak belajar dari orang-orang Hong Kong untuk memakai masker atau topeng? Setidaknya itu bisa membuat pemerintah otoriter lebih sulit untuk membuat perhitungan dengan demonstran pasca unjuk rasa nantinya.
Huang, seorang warga Kota Wenlou yang ikut serta dalam aksi protes, mengatakan bahwa polisi anti huru hara memukul warga yang tak berdaya, termasuk orang tua dengan tongkat hingga luka-luka, dan dilarikan ke rumah sakit. Sementara itu ada juga siswa yang melempar dengan batu, dan dihajar oleh sejumlah polisi khusus, kemudian menangkap orang-orang yang ditemuinya.
Huang mengatakan, otoritas setempat mengirim pasukan ke desa dan menangkap sejumlah besar demonstran pada malam 28 November 2019. Penduduk desa memasang penghalang jalan untuk mencegah polisi memasuki desa, tetapi pihak berwenang mengerahkan kendaraan lapis baja untuk menyingkirkan penghalang jalan itu pada 29 November 2019. Kemudian mengirim sejumlah besar petugas polisi khusus untuk memblokir desa.
Sementara para demonstran di desa terdekat juga dihadang, sehingga tidak dapat menerobos barisan polisi untuk mengadu ke pemerintah kota setempat.
“Saya mendengar banyak anak-anak muda yang ditangkap ketika polisi memasuki desa pada pagi hari 29 November 2019,” kata Huang
Adapun penyebabnya, menurut beberapa warga desa, bahwa pemerintah Wenlouzhen, Kota Huazhou menipu para orang tua desa untuk menandatangani penyerahan lahan atas nama pembangunan taman ekologi. Kemudian, oleh pihak berwenang, penggunaannya diubah menjadi pembangunan krematorium.
Penduduk setempat sangat tidak puas dengan rencana seperti itu, mereka menganggap pemda setempat sengaja membohongi warga dan juga khawatir pembangunan krematorium akan menyebabkan pencemaran lingkungan dan mempengaruhi reputasi daerah setempat setelah selesainya pembangunan krematorium.
Oleh karena itu, warga melakukan aksi protes atas pembangunan krematorium. Selama aksi protes, seorang lelaki tua dibekuk oleh polisi anti huru hara hingga tersungkur ke tanah. Rekaman videonya tersebar luas di komunitas WeChat, sehingga memicu kemarahan penduduk desa.
Setelah melihat berita itu, warga desa di atas kemudian ke kota kabupaten dekat kantor pemerintah kota. Penduduk desa berusaha menyerbu kantor pemerintah kota, namun diusir oleh polisi. Dari lokasi kejadian, tampak dua siswa dan dua orang tua terluka.
Selain itu, seorang siswa dan seorang warga desa perempuan dibawa pergi polisi. Sementara seorang lelaki tua diseret keluar dari kantor pemerintah kota.
Polisi menembakkan bom gas air mata pada penduduk desa selama bentrokan, para pengunjuk rasa dibuat sesak napas dan mata perih oleh tembakan air mata.
Pasca kejadian itu, pemda setempat segera memblokir berita, demikian juga dengan media setempat tidak melaporkan kejadian tersebut. Penduduk desa terpaksa meminta bantuan dengan mengirim video ke media sosial luar negeri.
Terbetik berita, sampai pada tanggal 29 November 2019, masih ada yang melakukan aksi unjuk rasa lanjutan di Wenlouzhen, kota kabupaten Huazhou, povinsi Guangdong menentang pembangunan krematorium.
Kota Huazhou terletak di daerah pegunungan di Guangdong dekat Guangxi. Insiden itu adalah konflik antar polisi dengan warga terbesar dalam lima tahun terakhir.
Pada tahun 2014, pernah terjadi bentrokan sengit polisi dengan warga di Ligang, kota Huazhou karena menentang pembangunan sebuah rumah duka, hingga akhirnya proyek pembangunan itu dihentikan. (jon)
Gerakan warga Hong Kong terhadap anti Undang-Undang ekstradisi yang kini terlah ditarik, telah berlangsung selama setengah tahun. Kobaran api perlawanan tak pernah redup dan masih tetap panas membara.
Pada Minggu 8 Desember lalu, digelar pawai akbar Hari HAM sedunia yang diorganisir Civil Human Right Front.
Pawai tersebut telah menarik perhatian lebih dari 800.000 orang tua, muda mudi warga Hong Kong untuk turut berpartisipasi. Kehadiran lautan massa memadati sekitaran kawasan Causeway Bay sampai Central.
Berbagai spanduk seperti “Penuhi Lima Tuntutan”, “Usut Tindak Kekerasan Polisi”, “Langit Tumpas Komunis Tiongkok” dan lain-lain terlihat dimana-mana.
Tak sedikit warga dari peserta pawai menyatakan, perlawanan kali ini membuat warga Hong Kong sadar.
Demi masa depan Hong Kong dan demi generasi penerus, mereka harus tetap teguh memperjuangkan “lima tuntutan satu pun tidak boleh kurang yang mana dalam bahasa Tionghoa berbunyi wǔ dà sù qiú quē yī bù kě. Mereka juga menyatakan tak akan pernah menyerah.
Kali ini juga merupakan pertama kalinya Civil Human Right Front mendapatkan surat pemberitahuan Tidak Keberatan dalam 4 bulan terakhir, topik pawai adalah “Lindungi Hong Kong, Berjalan Bersamamu”.
Barisan pawai berkumpul di lapangan rumput di tengah Taman Victoria pada pukul 2 siang 8 Desember. Pada pukul 3 sore barisan berangkat, melalui jalur Causeway Bay, Wan Chai, Admiralty, dan berakhir di zona pejalan kaki di jalan Chater Road, distrik Central.
Berbeda dengan pawai dalam beberapa bulan sebelumnya, dimana sebelum pawai polisi sudah melepaskan tembakan gas air mata membubarkan massa dan secara besar-besaran menangkap para demonstran, pada pawai kali ini walaupun polisi berjaga-jaga di sepanjang jalan. Termasuk di garis akhir pawai di Central telah ditempatkan water canon dan polisi anti huru-hara.
Akan tetapi tidak ada aksi kekerasan dengan gas air mata dan lain-lain yang memprovokasi demonstran. Pada saat yang sama kereta bawah tanah juga beroperasi secara normal, hal ini membuat lalu lintas pengunjuk rasa menjadi lebih lancar daripada sebelumnya.
Jelang malam hari, walaupun barisan pihak Civil Human Right Front mengumumkan pawai telah berakhir di Central, dan peserta dapat meninggalkan lokasi, namun banyak peserta pawai tidak mau pergi.
Di sepanjang jalan Des Voeux Road dan jalan Queen’s Road dipasang blockade jalan, sekaligus menduduki jalan raya. Pihak polisi pun menyusun barisan dengan kekuatan besar untuk mengantisipasi.
Civil Human Right Front : 800 Ribu Orang Tunjukkan Aspirasi Warga, Desak Carrie Penuhi Tuntutan
Malam hari lewat pukul 8 malam, di garis akhir pawai di kawasan Central, Civil Human Right Front mengumumkan jumlah peserta pawai. Sepanjang hari sebanyak 800.000 orang telah ikut pawai. Sementara pihak kepolisian mengatakan, pada saat puncak hanya terdapat 183.000 orang.
Walaupun peserta pawai tidak mencapai jutaan seperti pawai sebelumnya, namun koordinator Civil Human Right Front yakni Jimmy Sham Tsz-Kit menegaskan, peserta 800.000 orang tetap suatu angka yang besar. Menurutnya bila Carrie Lam berniat introspeksi, maka seharusnya segera akan membentuk komisi investigasi independen yang sejati.
Jimmy Sham Tsz-Kit juga mengkritik polisi di garis depan, terus menerus memprovokasi peserta pawai secara verbal, juga membuat banyak blokade di beberapa ruas jalan. Hingga membuat peserta pawai kesulitan meninggalkan lokasi. Blokade yang ada menciptakan semacam perasaan seakan terkepung, khususnya dengan blokade berlapis oleh polisi pada malam hari. Sepertinya berniat menciptakan kesan suasana tegang.
Koordinator Civil Human Right Front lainnya yakni Figo Chan Ho-Wun juga mengkritik, sebelumnya di sepanjang jalan Pedder St. walaupun peserta pawai tidak melakukan apa pun.
Namun demikian, dengan tuduhan ada peserta mencaci maki, polisi turun dari kendaraan dan menangkapi warga.
Hal ini merefleksikan polisi di barisan depan melakukan tindakan lepas kendali, Chan menuntut agar Komisaris Polisi yang baru yakni Chris Tang Ping-Keung agar memberikan penjelasan.
108 Boneka dari “Singjai”, Bawakan Kejutan Bagi Warga Hong Kong
Situs internet “Singjai” menghabiskan waktu seminggu membuat 108 buah topeng boneka yang berbahan fiber glass yakni “Pepe” dan “Piggy.” Kelompok fans membentuk tim jelajah. Mereka pagi hari pergi ke jalan-jalan di Kwun Tong, sore hari pergi ke Wan Chai. Mereka memberikan semangat pada warga. Mereka juga menarik perhatian media massa. Aksi mereka menjadi kejutan menyenangkan bagi warga Hong Kong.
Pemrakarsa pertunjukan keliling boneka kartun yakni Simon Lau Sai-Leung berkata, “Semoga dengan humor, keyakinan, dan sikap yang relax dapat memberitahu seluruh dunia, Hong Kong yang telah mengalami siksaan tirani selama setengah tahun, namun warga Hong Kong belum menyerah, masih tetap kompak, menghadapi masa depan dengan penuh keyakinan.”
Puluhan orang “Singjai” memakai topeng “Pepe” dan “Piggy” muncul di barisan pawai, warga pun berebut mengabadikannya.
Sadar 21 Juli, Semakin Komunis Tiongkok Menindas Warga Semakin Melawan
Seorang peserta pawai wanita bermarga Li, turun ke jalan bersama sekelompok tetangganya. Nona Li yang tadinya tidak peduli politik, kemudian memutuskan untuk maju setelah terjadinya peristiwa oknum berbaju putih di Yuen Long pada 21 Juli silam:
“Apa alasan pemerintah menganiaya kami sebagai warga, membuat kami takut. Saya beritahu mereka, orang Hong Kong tidak takut, Komunis Tiongkok semakin menindas kami, kami akan semakin tampil maju. Kami adalah orang Hong Kong, dan Hong Kong adalah milik kami, adalah warisan dari pendahulu kami, sekarang akan kami wariskan pada generasi berikutnya.”
Selama setengah tahun terakhir, yang paling membuatnya sedih adalah melihat pemrotes muda ditangkap dan dianiaya, bahkan meninggal dunia.
Dengan berderai air mata dia mengatakan, diri sendiri yang juga seorang ibu. Umumnya keluarga di Hong Kong hanya memiliki 1-2 anak saja, luka akibat kehilangan anak, sangat sulit diterima oleh para orang tua. Melihat anak-anak Hong Kong dianiaya dan disiksa oleh polisi Hong Kong, membuatnya ikut menderita, maka dia memutuskan untuk bangkit dan melindungi generasi penerus.
Terhadap kontroversi istilah “perusuh” yang dipropagandakan oleh Komunis Tiongkok, dia mempertanyakan, “Memang ada sebagian bertindak sebagai perusuh, mungkin saja orang tertentu di pemerintah yang melakukannya, saya tidak tahu, tapi semua orang di dalam hatinya memahami apa sebenarnya yang sedang terjadi.”
Dia juga mengklarifikasi, anak-anak itu bukan perusuh seperti yang dituduhkan Komunis Tiongkok. Melainkan muda mudi dari satu generasi yang paling cemerlang.
“Setiap kali saya selalu ikut pawai, kalau anak-anak ini memang perusuh, semua polisi itu tidak akan bisa berdiri disitu lagi. Karena mereka sungguh baik, mereka bahkan berkata, kalian jangan ikut pawai, pergilah, kalian tidak memiliki perlengkapan, kami ada, kami akan bertahan untuk kalian.
Mendengar hal ini, ia merasa sungguh sedih, perasaan seperti itu adalah: Mengapa anak-anak ini begitu hebat, begitu cerdas? Ini membuat dirinya terharu, bahkan dirinya tidak bisa melindungi mereka.”
Anak Kecil 9 Tahun: Maju Demi Keamanan Hong Kong
Seorang pelajar SD bermarga Chan berusia 9 tahun, sembari memainkan biolanya sembari mengikuti pawai, dan di garis akhir di Central, bersama beberapa orang pemusik memainkan lagu “Glory to Hong Kong.”
Yang menarik tidak sedikit pengunjuk rasa menonton berkerumun, yang kemudian memberi semangat baginya dengan lautan sinar dari hp dan suara tepuk tangan.
Massa yang hadir di lokasi ikut menyanyikan lagu tersebut, lalu berteriak “Liberate Hong Kong, Revolution of Our Time”, suasananya sangat mengharukan.
“Demi keamanan Hong Kong, memutuskan untuk ikut melangkah keluar.” Anak bermarga Chan itu menyatakan pada wartawan, ini bukan pertama kalinya dirinya ikut turun ke jalan, sebelumnya juga pernah ikut berunjuk rasa.
Soal apakah tidak takut ditangkap polisi, ia mengakui, “Kadang saya merasa cemas, tapi dengan didampingi keluarga saya pun merasa tenang.”
Yang paling membuatnya tidak puas adalah, Undang-Undang ekstradisi yang telah dibuat oleh pemerintah ini, dan polisi menggunakan kekerasan berlebihan terhadap para pengunjuk rasa.
Kardinal Joseph Zen Menyanyi Memberi Semangat
Kardinal Joseph Zen, Pastor Chu Yiu-Ming dan lain-lain, berada di Wan Chai Station. Mereka menggalang sumbangan bagi Yayasan Pembela Keadilan. Mereka juga ikut menyanyikan lagu “Glory to Hong Kong”, dan memberi semangat kepada peserta pawai.
Pastor Chu Yiu-Ming menyatakan pada wartawan, selama setengah tahun terakhir lebih dari 5.000 orang warga yang dipenjara, termasuk tidak sedikit pemuda.
Oleh karena itu, warga ikut turun ke jalan selain menyampaikan tuntutan, juga sebagai dukungan bagi warga lain yang dipenjara atau sedang menantikan diadili.
“Dengan kata lain, mereka tidak sendirian, kami akan menggunakan berbagai cara, entah dengan pawai, atau dengan aksi makan siang dengan Anda” sekarang, atau dengan bernyanyi, adalah sebagai dukungan bagi mereka.”
Dibandingkan dengan Umbrella Movement 5 tahun silam, Pastor Chu Yiu-Ming sebagai salah seorang dari “Tiga Tokoh Occupy Central” mengatakan, gerakan kali ini pada dasarnya “akan mereformasi sistem yang lama.”
Pastor Chu Yiu-Ming mengatakan“oleh sebab itu majunya mereka memiliki makna yang sangat besar, bagi masa depan Hong Kong, akan menciptakan masa depan Hong Kong, adalah langkah yang sangat penting.”
Ia percaya walaupun jalan di depan masih sangat panjang dan berliku, namun terhadap perang melawan totalitarian ini, “Selama kami tidak menyerah, maka selalu ada harapan”.
Perang Habis-Habisan Hong Kong Melawan Komunisme
Terhadap jumlah peserta pawai kali ini yang kembali mencapai puncak baru-baru ini. Komentator bernama Sangpu dengan akun fb: @sangpu2, berpendapat, ini menunjukkan tekad kuat warga Hong Kong dalam memperjuangkan lima tuntutannya.
Dari kelima tuntutan tersebut, selain pemerintah hanya menjanjikan dicabutnya Undang-undang ekstradisi, selebihnya empat tuntutan lainnya sampai sekarang belum ada realisasi. Ini juga sebagai alasan warga Hong Kong kembali turun ke jalan.
Menghadapi tekanan Komunis Tiongkok, ia mendeskripsikan warga Hong Kong sedang “perang habis-habisan”.
Sementara Komunis Tiongkok sendiri dengan berbagai boroknya, seperti ekonomi yang terus merosot, semakin parahnya perseteruan kekuasaan internal partai Komunis, memburuknya hubungan dengan AS mulai dari perang dagang, perang teknologi, hingga perang finansial, tren ini akan terus berlanjut.
Ditambah lagi Hong Kong yang berada di antara Tiongkok dan AS. Amerika baru saja meloloskan “Resolusi HAM dan Demokrasi Hong Kong”, sehingga bagi masa depan Hong Kong adalah sangat penting.
Baru-baru ini perlawanan warga di kota Maoming, Tiongkok, juga menyerukan slogan “Revolution of Our Time.”
Sangpu percaya perlawanan Hong Kong akan menyebar hingga ke Tiongkok, ia perlahan-lahan akan menjamur.
Sebenarnya perlawanan di Maoming sangat mirip dengan Hong Kong, perlawanan di Maoming juga mengajukan lima tuntutan. Jadi informasi mereka dengan Hong Kong saling terhubung, semangat mereka sangat kompak, ada dua tuntutan mereka yang sama dengan tuntutan di Hong Kong: Menindak tegas kekerasan yang dilakukan oleh polisi; dan membebaskan orang-orang yang ditangkap. Terakhir mereka sementara berhasil memperjuangkan pembebasan orang-orang yang ditangkap.”
Sangpu juga menyebutkan, pada pawai kali ini muncul lautan bendera bertuliskan “Langit Menumpas Komunis Tiongkok.” Menandakan warga Hong Kong dan kelompok yang tertindas telah berdiri di pihak yang sama, bersama-sama melawan tirani Komunis Tiongkok.
Sangpu menegaskan : “Jika kekuatan kami ini terus melangkah maju, saya yakin jika terus bertahan, bertahan tanpa kenal lelah, masalah Hong Kong ini telah memicu perubahan teramat besar di dunia. Kita tidak boleh menyerah.”
Mantan dosen pengajar ilmu politik dari City University of Hong Kong yang bernama Joseph Cheng Yu-Shek berpendapat, gerakan anti UU ekstradisi kali ini membuat dunia melihat karakteristik Komunis Tiongkok.
Yang mana, “sama sekali tidak menghormati HAM, sama sekali tidak menghargai kehormatan warga, segala yang dilakukan hanyalah demi mempertahankan kekuasaan rezim ini semata.”
Ini juga membuat negara Barat mulai waspada, khususnya setelah Amerika meloloskan resolusi HAM untuk Hong Kong, ia yakin masyarakat internasional akan menilai kembali karakteristik Komunis Tiongkok. “
Joseph Cheng berkata : Jika Anda tidak mempedulikan karakteristik rezim ini, tidak mempedulikan mereka menginjak kehormatan HAM, dan terus berbisnis dengan mereka, saya yakin hanya akan menimbulkan kerugian bagi perdamaian dunia dan bagi segala hal perdamaian manusia di dunia, serta tidak akan ada manfaat.”
Pasca Pemilu Legislatif, Pemerintah Kehilangan Peluang Berdamai
Kepala Pusat Penelitian Kebijakan Sosial di Hong Kong Polytechnic University yang merangkap dosen jurusan ilmu sosial terapan yakni Dr. Chung Kim-Wah berpendapat, setelah melalui pemilihan anggota legislatif distrik, teorinya warga dapat melampiaskan kekesalan.
Akan tetapi pemerintah tidak menanggapi tuntutan rakyat secara serius. Apalagi dalam waktu kurang dari seminggu, di distrik Central polisi menyemprotkan gas merica, lalu menangkap sekelompok pelajar kelas 12.
Kemudian minggu lalu, memfitnah dengan mengatakan banyak orang melepaskan gas air mata, lalu polisi terus menembakkan gas air mata, “Yang mengkhawatirkan adalah baik pemerintah maupun polisi tidak memanfaatkan peluang ini untuk menciptakan masyarakat kembali pada ketenangan, Ia merasa hal ini sangat disayangkan.”
Di saat yang sama sebelum pawai, polisi juga banyak mengancam, “Sekali waktu mengatakan ditemukan persenjataan dan akan terjadi pembunuhan terhadap polisi dan lain-lain.” Namun demikian, benar tidaknya berita itu tidak bisa diketahui.
Baru-baru ini Hong Kong Public Opinion Program juga telah merilis sebuah laporan riset, yang dengan jelas mengetahui benar atau salah terletak pada hati manusia. Ia yakin warga Hong Kong tidak akan semudah itu membiarkan pemerintah, dan akan terus bertahan, “Kami menuntut fakta kebenaran, menuntut pertanggung jawaban.” (SUD/WHS/asr)
Beberapa waktu lalu, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump menanggapi secara keras provokasi nuklir Korea Utara terhadap Amerika. Trump mengatakan akan menggunakan kekuatan militer jika dipandang perlu.
Begitu ucapan tersebut dikeluarkan, dua buah pesawat pengintai RC-135 Amerika Serikat langsung terbang bersama menuju Semenanjung Korea. Diperkirakan bahwa Amerika Serikat telah memahami kemungkinan Korea Utara akan meluncurkan putaran baru provokasi militer, sehingga 2 pesawat pengintai itu dikirim untuk memberi peringatan kepada Pyongyang.
Pada 6 Desember 2019, Aircraft Spots, akun Twitter yang didedikasikan untuk melacak pergerakan pesawat menyebutkan bahwa dua pesawat pengintai RC-135 sedang melakukan pengintaian di Korea Selatan. Masing-masing pesawat berada di perairan bagian timur Korea Selatan dan di atas udara kota Seoul.
Sebelumnya, dua buah pesawat pengintai Amerika Serikat yang terbang bersamaan di atas udara Semenanjung Korea termasuk jarang terjadi.
Media ‘Yonhap’ memberitakan bahwa salah satu pesawat pengintai RC-135S yang membawa rudal balistik lepas landas dari Okinawa, dan melintas di udara Jepang lalu terbang menuju bagian timur Semenanjung Korea.
Pesawat itu dapat digunakan untuk mendeteksi peluncuran rudal balistik dari kapal selam Korea Utara dan pergerakan pangkalan kapal selam Korea Utara di lepas pantai timur Semenanjung Korea.
Pada saat yang sama, pesawat pengintai strategis Amerika Serikat lainnya RC-135V juga muncul di udara kota Seoul. RC-135V adalah kekuatan utama armada pengintaian elektronik militer Amerika Serikat dan pernah terbang di atas udara Seoul pada saat menjelang Korea Utara meluncurkan rudal jarak pendek.
Sebelum ini, pada 3 Desember 2019 waktu Amerika Bagian Timur, Presiden Trump dalam pidatonya di Konferensi Tingkat Tinggi NATO menyebutkan bahwa Kim Jong-un suka meluncurkan roket, sehingga ia dijuluki sebagai Orang Roket. Trump juga menekankan bahwa Amerika Serikat memiliki kekuatan militer yang tangguh yang dapat digunakan jika dipandang perlu.
Namun Trump juga menekankan bahwa ia berharap Kim Jong-un akan menepati janjinya untuk membongkar program senjata nuklirnya.
Dialog denuklirisasi antara Korea Utara dengan Amerika Serikat dalam keadaan mandek. Pada 3 Desember 2019, Lee Tae Sung, wakil menteri luar negeri Korea Utara yang bertanggung jawab untuk urusan Amerika Serikat mengeluarkan dialog akhir tahun kepada Amerika Serikat.
Lee Tae Sung mengatakan “Hadiah Natal” seperti apa yang dipilih oleh Korea Utara, semuanya tergantung pada pilihan Amerika Serikat. Perkataan tersebut diduga menyiratkan arti bahwa Korea Utara bermaksud untuk melanjutkan peluncuran rudal jarak menengah dan jauh.
Ada dugaan, Amerika Serikat telah mengetahui bahwa Korea Utara mungkin bermaksud untuk meluncurkan uji coba nuklir sebagai provokasi militer putaran baru. Oleh karena itu Amerika Serikat meluncurkan pesawat pengintai untuk memberi peringatan kepada Pyongyang.
Sejak dialog denuklirisasi putaran ketiga Trump – Kim Jong-un pada bulan Juni 2019, Korea Utara telah melakukan serangkaian uji coba peluncuran rudal balistik jarak pendek.
Beberapa ahli percaya bahwa sementara Korea Utara secara diam-diam mengembangkan teknologi senjata, ia juga berulah dengan tujuan agar pemerintahan Trump melonggarkan sanksi ekonomi dan jaminan keamanan dengan imbalan beberapa denuklirisasi. (Sin/asr)
FOTO : Gambar ilustrasi pesawat pengintai RC-135 milik militer AS. (USAF / Getty Images)
Setelah Korea Utara mengklaim telah melakukan uji coba signifikan, Presiden Trump mengatakan pada hari Minggu 8 Desember 2019, bahwa kerugian yang dialami Korea Utara bakal membesar jika bermusuhan dengan AS.
Trump menuntut Korea Utara untuk melaksanakan denuklirisasi, jika tidak Kim Jong-un berarti mengambil risiko kehilangan segalanya.
Reuters melaporkan bahwa Trump menulis pesan melalui akunnya di Twitter pada hari Minggu : Kim Jong-un sangat cerdas, dia tahu bahwa jika memusuhi (AS), dia akan kehilangan terlalu banyak dan dia benar-benar akan kehilangan segalanya. Dia dan saya telah menandatangani perjanjian kuat tentang denuklirisasi saat bertemu di Singapura.
Pada 12 Juni 2018, KTT pertama Trump dan Kim Jong-un berakhir di Hotel Capella di Sentosa, Singapura.
Trump dan Kim Jong-un telah menandatangani pernyataan bersama setelah perundingan, dan kedua belah pihak sepakat untuk merealisasikan denuklirisasi lengkap di Semenanjung Korea dan akan bekerja sama untuk membangun hubungan baru AS – Korut.
Trump menulis pesan dalam cuitan pada 8 Desember : Dia (Kim Jong-un) tidak ingin membatalkan hubungan istimewanya dengan presiden AS atau ikut campur dalam pemilihan presiden AS bulan November. Di bawah kepemimpinan Kim Jong-un, Korea Utara memiliki potensi ekonomi yang sangat besar, tetapi denuklirisasi harus dicapai seperti yang dijanjikan. NATO, Tiongkok, Rusia, Jepang, dan dunia semuanya selaras dengan masalah ini !
Media pemerintah Korea Utara melaporkan pada 8 Desember, bahwa Daerah Peluncuran Satelit Sohae di Tongch’ang-ri kembali melakukan uji coba yang sangat penting pada hari Sabtu.
Korea Utara sebelumnya telah berjanji untuk menutup tempat uji coba peluncuran roket tersebut.
Para ahli rudal mengatakan bahwa Korea Utara mungkin telah melakukan uji coba statis pada peluncur roket, tetapi bukan peluncuran rudal.
Korea Utara telah sering melakukan uji coba rudal tahun ini. Korut juga telah melakukan 13 kali peluncuran rudal jarak pendek dan menengah sejak bulan Mei lalu.
Korea Utara terus menekankan bahwa pihaknya menghadapi tenggat waktu hingga akhir tahun ini. Mereka menuntut Amerika Serikat untuk mengalah dalam negosiasi nuklir yang menemui jalan buntu. (Sin/asr)
Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un duduk sebelum obrolan satu-satu selama KTT AS-Korea Utara kedua di Metropole Hotel di Hanoi, Vietnam 27 Februari 2019. (REUTERS / Leah Millis via The Epoch Times)
AT&T Cybersecurity menemukan bahwa rezim Komunis Tiongkok telah meluncurkan serangan terhadap forum online populer yang digunakan oleh pengunjuk rasa Hong Kong.
Langkah tersebut dalam upaya untuk memberangus gerakan pro-demokrasi yang sedang berlangsung untuk menuntut Hong Kong yang otonom.
Dalam tulisan blognya terbaru pada 4 Desember 2019, firma tersebut berhasil mengidentifikasi serangkaian serangan siber yang dikaitkan dengan negara sejak 31 Agustus 2019.
Serangan tersebut menargetkan LIHKG — forum percakapan media sosial mirip Reddit yang terlokalisasi.
Platform tersebut telah menjadi pusat percakapan bagi para aktivis Hong Kong untuk mengorganisir dan mengkoordinasikan aksi protes sejak Juni lalu. Ketika itu, aksi demonstrasi besar-besaran pertamakalinya pecah untuk menentang tindakan rezim komunis di Hong Kong.
Serangan terbaru terhadap forum tersebut terjadi pada 25 November 2019.
Dari Great Firewall Komunis Tiongkok
Dijuluki ‘Great Cannon,’ serangan denial of service atau DDoS terdistribusi bekerja dengan mencegat lalu lintas dari server berbasis di Tiongkok, selanjutnya memasukkan Javascript berbahaya ke jutaan pengguna internet. Kemudian membajak koneksi para pengguna untuk membombardir situs yang ditargetkan dengan traffik yang menyebabkan server sasaran kolaps.
Sebuah laporan tahun 2015 oleh Citizen Lab yang berbasis di Kanada menemukan, bahwa ‘Great Cannon’ berbagi infrastruktur yang sama dengan mekanisme sensor online canggih rezim Komunis tiongkok yang dikenal dengan nama Great Firewall.
Menurut laporan itu, Great Cannon’ adalah “bukan hanya perpanjangan dari Great Firewall, tetapi alat serangan berbeda yang membajak traffic online. Bahkan dapat secara sewenang-wenang mengganti konten yang tidak dienkripsi.”
Kode berbahaya mengirimkan permintaan berulang ke halaman beranda LIHKG dalam upaya melumpuhkannya.
Kode ini juga menargetkan beberapa belasan meme dan situs web yang muncul di LIHKG, kemungkinan besar dalam upaya untuk membuat jumlah permintaan yang diterima oleh LIHKG berbaur dengan “Traffik normal.”
Permintaan tersebut juga mengarahkan LIHKG untuk memproses lebih jauh meme yang tidak perlu ke ukuran baru, sebelum disajikan kepada pengguna —untuk menguras sumber daya komputasi server.
Namun demikian, menurut peneliti AT&T Cybersecurity Chris Doman, kegiatan pembajakan tersebut tidak mungkin berhasil, karena layanan anti-DDoS yang kuat milik LIHKG telah ada dan beberapa bug dalam kode berbahaya.
Chris Doman mengatakan itu sangat “mengganggu” bagi penggunaan baru dari senjata siber seperti itu, yang mana “lagi-lagi menyebabkan kerusakan pada layanan berbasis AS.”
Dalam sebuah unggahan bertanggal 31 Agustus, LIHKG melaporkan bahwa sudah mengalami “serangan DDoS yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam 24 jam terakhir,” dengan lebih dari 1,5 miliar total permintaan dan maksimum lebih dari 6,5 juta pengunjung per jam. Dampaknya menyebabkan internet macet dan overload.
LIHKG mengatakan ada “alasan untuk percaya” bahwa kekuatan nasional berada di belakang serangan yang diatur tersebut. Pihaknya menyatakan penghargaan kepada penyedia keamanan internet Cloudflare untuk mengurangi serangan siber.
Serangan pada Telegram
Sebelumnya pada 12 Juni, Pavel Durov dari Telegram telah melaporkan serangan DDoS dengan kapasitas “aktor-negara” dengan mayoritas alamat IP berasal dari daratan Tiongkok.
Pada 12 Juni 2019 adalah hari di mana sekitar dua juta warga Hongkong turun ke jalan. Mereka menuntut pemerintah kota setempat untuk menarik undang-undang ekstradisi yang kontroversial. RUU tersebut dianggap mengikis aturan hukum Hong Kong yang bebas dari kendali Komunis Tiongkok.
Seperti LIHKG, Telegram juga menjadi alat koordinasi utama yang digunakan oleh para demonstran Hong Kong. Durov mencatat bahwa serangan dunia maya serupa telah terlihat bertepatan dengan kegiatan aksi protes Hong Kong selama beberapa bulan terakhir.
Serangan Siber Lainnya
Pada 31 Agustus 2017, Great Cannons membidik situs web berita berbahasa Tionghoa yang bermarkas di New York, Mingjing News.
AT&T Cybersecurity mengatakan, terus mengamati serangan selama setahun terakhir, dan mencatat bahwa kode Javascript dalam serangan 31 Agustus terhadap LIHKG “sangat mirip” dengan yang digunakan untuk menargetkan Mingjing News.
Pada bulan Maret 2015, platform berbagi perangkat lunak milik Microsoft, GitHub mengalami serangan DDoS terbesar dalam sejarahnya, dengan maksud memaksa platform untuk “menghapus kelas konten tertentu,” menurut laporan GitHub.
Volume traffik berbahaya melumpuhkan situs webnya selama lima hari.
Pada bulan yang sama, GreatFire, organisasi nirlaba yang mendedikasikan dirinya untuk memantau dan melawan sensor internet rezim Komunis Tiongkok, juga mengalami beberapa serangan serupa.
Organisasi tersebut mengatakan, jumlah permintaan pengunjung mencapai 2,6 miliar per jam — sekitar 2.500 kali lebih tinggi dari tingkat normal.
Waktu serangan bertepatan dengan meningkatnya tekanan dari Administrasi Siber Tiongkok – regulator internet komunis Tiongkok – yang mengklaim GreatFire sebagai “situs web anti-Tiongkok” dan menekan mitra Teknologi Informasi untuk menghentikan kolaborasi dengan GreatFire. (asr)
Pada masa
pemerintahan Kaisar Yongle (Cheng Zu atau Zhu Di) dari Dinasti Ming, juga
secara aktif membina hubungan diplomatik dengan negara di sekitarnya, serta
mengubah kebijakan “larangan laut” (Haijing) yang diberlakukan pada masa
pemerintahan Kaisar Hongwu (Tai Zu atau Zhu Yuanzhang).
Seperti pada 1403
Kaisar Zhu Di mulai mengirim utusannya ke Annan (sebutan Vietnam pada abad
ke-12), Jepang, Siam (Thailand), Goryeo (sebutan Korea sebelum abad ke-15),
Jawa, wilayah Barat dan lain-lain, untuk membangun hubungan persahabatan, dan
berlayarnya Zheng He (di Indonesia lebih pupuler dengan
sebutan: Chéng Ho) ke Barat telah memperluas pengaruh Dinasti Ming di
berbagai negara lain di luar negeri.
Mengutip pernyataan
dalam kitab “Ming Shi (Sejarah Ming)” adalah “menunjukkan kekuatan dan kekayaan
Tiongkok.”
Mengutip pernyataan Kaisar Yongle adalah “menyebarkan budaya ke berbagai
negara asing”, menyampaikan idealisme indah “berbagi kesejahteraan dan kedamaian bersama”,
dan mewujudkan idealisme yang indah ini tertuang sepenuhnya dalam semua
hubungan diplomatik yang telah dibangunnya.
Cheng Ho Berlayar ke
Barat
Cheng Ho bermarga
asli Ma, memiliki nama julukan San Bao (Sam Po), etnis Hui, leluhurnya berdiam
di Kunyangzhou provinsi Yunnan (sekarang Jinning, Yunnan).
Menurut catatan
sejarah, Cheng Ho “memiliki tinggi badan 7 kaki, lingkar pinggangnya 1 meter, berkepribadian mulia dan hidung kecil. Mata dan alis
tajam/terpisah jelas, telinga lebih tinggi daripada wajah, gigi rapi bersih,
melangkah laiknya harimau, suara ibarat genta besar”.
Setelah Kaisar
Hongwu mempersatukan Yunnan, Cheng Ho dibawa ke istana dan dikebiri, pada saat
terjadi Pemberontakan Jingnan di masa awal Dinasti Ming ia menjadi pengikut
Raja Yan (Kaisar Yongle) dan berjasa besar. maka Kaisar Yongle pun memberinya
marga Zheng (dialek Hokian: Thè), dan diangkat
sebagai pejabat kasim pengawas internal.
Pada masa itu terdapat 12 orang kasim yang melayani keluarga kaisar, kasim pengawas internal mengurus pembangunan makam kekaisaran, pembuatan hiasan dari timah dan tembaga serta belanja berbagai perlengkapan kerajaan dan lain-lain. Karena ia memiliki nama julukan lama “San Bao” (Sam Po), maka ia juga disebut sebagai “Kasim San Bao”.
Rute Armada Cheng Ho ke Barat (Zhao Qiaozai / Wikipedia)
Ketika Kaisar Yongle
memutuskan untuk mengirimkan armada utusannya berlayar ke Barat, Laksamana Cheng
Ho yang “berpenampilan gagah dan cerdas, tidak ada abdi istana yang
menandinginya” pun menjadi kandidat yang paling cocok.
Kaisar Yongle
memerintahkan Cheng Ho menjadi duta besar Barat, mengkomando armada yang sangat
besar. Makna “Barat” pada setiap dinasti kuno berbeda-beda. Pada masa Dinasti
Ming konsep “Barat” yang dimaksud sangat berbeda dengan “Barat” pada masa
Dinasti Yuan sebelumnya, di sini Barat yang dimaksud adalah wilayah utara
Samudera Hindia di sebelah barat Pulau Sumatera dan pesisirnya, termasuk juga
Teluk Benggala (Bangladesh) berikut pesisir pantainya, Semenanjung India, Laut
Arab dan pesisirnya, Semenanjung Arab hingga pesisir pantai Afrika Timur.
Selama 28 tahun
mulai dari tahun ketiga pemerintahan Kaisar Yongle (1405 M) hingga tahun
kedelapan masa pemerintahan Kaisar Xuande (1433), Cheng Ho telah 7 kali
berlayar ke Barat, menjadikannya suatu peristiwa akbar yang tersohor di dunia.
Armada yang dipimpin
Laksamana Cheng Ho telah menjangkau Asia Tenggara, Asia Selatan, Asia Barat,
jauh hingga mencapai wilayah Arab dan Afrika Timur, melalui
Asia dan Afrika, kerajaan Champa (kerajaan kuno di selatan Vietnam),
Chenla (atau Zhenla, Kamboja), Siam (Thailand), Malaka, Pahang, Sumatera,
Palembang, Jawa (di Indonesia), Benggala (Bangladesh), Calicut (Kozhikode di
pesisir barat daya India), Kochi, Soli, Cail (Semenanjung India), Ceylon
(Srilanka), Maladewa, Hormuz (Teluk Persia), Zufar, Aden (Semenanjung Arab),
Mogadishu, Brava, Juba (Somalia), Malin (sekarang kota Malindi, Kenya), dan
negara lainnya total sebanyak lebih dari 30 negara, dalam sejarah disebut
“pelayaran Cheng Ho ke Barat”.
Armada Kapal
Berskala Terbesar Abad ke-15
Armada kapal yang dipimpin Laksamana Cheng Ho bisa disebut armada
berskala terbesar pada abad ke-15.
Jumlahnya yang besar, jenisnya juga banyak, tidak pernah ada sebelumnya dalam sejarah, mencerminkan teknik
pembuatan kapal Tiongkok Dinasti Ming yang sangat maju.
Armada kapal ini terbentuk dari lebih 200 unit
kapal laut samudera jauh (ocean going) yang berbeda bentuk dengan
kegunaan sama, di antaranya terdapat “kapal pusaka”, yang yang merupakan kapal
komando bagi armada campuran itu.
Menurut catatan yang
disaksikan sendiri oleh salah seorang crew Cheng Ho yang bernama Gong Zhen,
kapal pusaka seperti ini “memiliki postur yang sangat megah, besarnya tak
tertandingi”.
Menurut catatan
“Sejarah Ming – Riwayat Cheng Ho”, kapal pusaka Cheng Ho yang berlayar sebanyak
63 unit, yang terbesar memiliki panjang 44 depa dan 4 kaki, lebarnya 18 depa,
merupakan kapal laut terbesar di dunia pada masanya.
Jika dihitung
berdasarkan “Sistem Konversi Sejarah Tiongkok”, satuan kaki pada masa Dinasti
Ming adalah 31,1 cm (1 depa = 10 kaki), panjang kapal mencapai 138 meter, dengan lebar 56 meter. Jika berdasarkan
artifak berupa penggaris kayu dari Dinasti Ming yang ditemukan yakni 28 cm,
maka panjang kapal itu adalah 124 meter dengan lebar 50 meter.
Kapal pusaka
memiliki 4 lantai, 9 tiang kapal dapat menggantung 12 layar, jangkarnya
berbobot ribuan kati, harus membawa awak 200 orang untuk bisa dilayarkan, satu
unit kapal dapat memuat 1.000-an penumpang.
Selain kapal pusaka, armada Cheng Ho juga meliputi kapal jenis lain, yakni “kapal kuda”, yang merupakan sejenis kapal pengangkut samudera jauh. Kegunaannya untuk mengangkut kuda perang, panjang kapal kuda mencapai 37 depa, dengan lebar 15 depa.
Lalu “kapal pangan”, adalah kapal angkut samudera jauh yang digunakan mengangkut bahan makanan, panjangnya mencapai 28 depa, dan lebar 12 depa. “kapal tumpang”, yaitu kapal angkut jarak jauh untuk mengangkut personel dan barang.
Panjang kapal mencapai 24 depa, dan lebar 9 depa 4 kaki; “kapal air”, yang digunakan untuk menyimpan air tawar dan memurnikan air laut; dan ada juga “kapal perang”, yang memuat prajurit perang, memiliki panjang 18 depa dan lebar 6 depa 8 kaki.
Setiap kali armada ini berangkat setidaknya membawa
serta 27.000 orang, awak kapal armada ini terutama
terbagi menjadi lima bagian: Bagian
komando, bagian berlayar, bagian perdagangan diplomatik, bagian jaminan
logistik, dan bagian militer perlindungan pelayaran, dengan kata lain di antara
para awak kapal terdapat utusan, pejabat diplomatik, pelaut, nahkoda, komando
militer dan prajurit, tukang, dokter, penerjemah, staf pengadaan, pengamat
langit/cuaca dan lain-lain.
Disebutkan rata-rata setiap 150 personel
didampingi seorang dokter, hal ini belum pernah ada di dalam sejarah
pelayaran di dunia.
Selain itu, di kapal
juga terdapat peta pelayaran, alat kompas, memiliki perlengkapan dan teknik
pelayaran yang canggih pada masa itu. Berkat adanya persiapan sangat matang dan
teknologi yang hebat, armada Cheng Ho dapat beberapa kali menyelesaikan misi
lintas samudera, meninggalkan catatan pelayaran laut yang mengagumkan.
Kapal pusaka yang ditumpangi oleh Cheng Ho adalah kapal yang diperuntukkan khusus bagi Cheng Ho dan para staf komandonya, staf misi berikut para utusan diplomatik.
Pada saat yang sama juga digunakan untuk membawa benda berharga, di antaranya termasuk hadiah yang diberikan Kaisar Dinasti Ming bagi negara-negara di Barat, benda berharga seperti porselen Tiongkok, daun teh, peralatan dari besi, alat tani, sutra, sutra tenun, emas perak, dan lain sebagainya.
Ada pula persembahan dan barang berharga dari berbagai negara di Barat bagi Kaisar Ming, juga benda-benda yang dibeli oleh armada Cheng Ho dari negeri lain.
Bayangkan, armada sebesar ini, ketika berlayar di tengah lautan dan samudera yang begitu luas, memang megah dan mengagumkan.
Tak hanya tidak tertandingi oleh negara mana pun di masa itu, bahkan ratusan tahun kemudian armada para pelaut besar dari Eropa, baik dari segi skala maupun perlengkapan, personel dan lain sebagainya, jika dibandingkan dengan armada Cheng Ho terkesan redup.
Perangko Cheng Ho
Sejak
tahun 1405, Cheng Ho telah 7 kali berlayar ke selatan. Pertama kali berlayar
adalah: 1405 – 1407, kedua kali: 1407 – 1409, ketiga kali: 1409 – 1411, keempat kali: 1413 – 1415, kelima kali:
1417 -1419, keenam kali: 1421 – 1422, dan ketujuh kali: 1432 – 1433, enam kali
terdahulu dilakukan pada pemerintahan Kaisar Yongle, dan yang terakhir
dilakukan di masa pemerintahan Kaisar Xuande.
Dari ketujuh pelayaran ini, tiga pelayaran pertama yang terjauh berhasil menjangkau Guri (kota ketiga terbesar di negara bagian Kerala sebelah selatan India sekarang), keempat kali mencapai Hormuz (dekat Teluk Hormuz, dekat Minab di sebelah tenggara Iran sekarang), dan tiga kali terakhir mencapai pesisir timur Afrika, dan ada suatu pernyataan, bahwa dalam pelayaran keenam. Sebagian kapal armada Cheng Ho pernah mencapai Benuar Amerika dan Australia, dan melalui Selat Magellan. Dengan kata lain, yang pertama kali menemukan Benua Amerika dan Australia serta Selat Magellan adalah orang Tiongkok.
Sebarkan
Idealisme “Berbagi Kesejahteraan Dalam Damai” Kaisar Yongle
Misi
utama Cheng Ho berlayar ke selatan bukan seperti tertulis pada buku sejarah
dalam rangka mencari Kaisar Jianwen, melainkan untuk menyebarkan idealisme
agung dari Kaisar Yongle Dinasti Ming.
Ketiga
kalinya Cheng Ho berlayar ke selatan, Kaisar Yongle menyerahkan sepucuk surat
titah kaisar, untuk dibawakan kepada para raja dan pemimpin berbagai negara di
selatan.
Di
dalam titah tersebut disebutkan: “Atas perintah Langit, saya menjadi pemimpin
negeri, sepaham dengan niat Langit, memberi berkat membalas kebajikan; di mana
langit menaungi, disitulah bumi menampungnya, matahari dan bulan menyinarinya,
salju menutupi, semua ingin menjalani hidup, dimana pun berada. Sekarang kami
mengutus Cheng Ho membawa pesan ini, menyampaikan maksud saya.”
“Jika Anda
semua mengikuti kehendak Langit, menghormati pesan saya, saling menghormati dan
mawas diri, tidak melampaui batas, tidak menekan minoritas, tidak menindas yang
lemah, maka akan dapat menikmati kesejahteraan yang damai. Jika ada niat tulus
datang berkunjung, akan disambut dengan baik dan diberi hadiah. Demikian pesan
kami, agar diketahui.”
Dari
isi titah ini dapat dilihat visi dan misi serta harapan Kaisar Yongle terhadap
dunia, kaisar adalah pemimpin bersama di kolong langit, di bawah pemimpin
dunia, tidak memandang ras semuanya adalah sama.
Kaisar yang mengemban amanat langit itu memiliki idealisme tinggi yakni berharap dirinya mampu menjaga ketertiban dunia ini menjadi baik, berharap agar semua orang di dunia ini menikmati kesejahteraan yang damai.
Dan, untuk dapat melakukan hal ini, maka harus “mengikuti kehendak Langit, mengikuti perkataan kaisar, saling menghormati dan mawas diri, tidak melampaui batas, tidak menekan yang minoritas, tidak menindas yang lemah”.
Dalam
titahnya Kaisar Yongle juga mengungkapkan, putra langit tidak menuntut apa pun
dari para kerajaan di empat penjuru, dan asalkan datang ke Tiongkok, maka
semuanya akan mendapat hadiah, prinsip yang dianutnya adalah “banyak memberi
sedikit menerima”.
Jelas,
tujuan utama ekspedisi Laksamana Cheng Ho ke selatan adalah menyebarkan
pemahaman “saling berbagi kesejahteraan dalam damai” dan sistem pemberian
hadiah dinasti langit.
Membawa harapan Kaisar Yongle, tiap kali tiba di suatu kerajaan, hal pertama yang dilakukan Cheng Ho adalah menyampaikan titah Kaisar Yongle, menyatakan pada semua negara: Kaisar Dinasti Ming adalah pemimpin imperium yang diutus Langit, menata seluruh kerajaan dengan menaati maksud “utusan dan kehendak Langit”, semua negara dari empat penjuru harus melakukan sesuai perkataan Kaisar Dinasti Ming.
Antar setiap kerajaan tidak boleh menekan yang minoritas, yang kuat tidak boleh menindas yang lemah, harus saling berbagi kesejahteraan dalam damai. Jika datang memenuhi undangan dan membawa upeti, maka akan mendapat hadiah sebagai penghormatan, semuanya akan diberi hadiah besar.
Hal
kedua yang dilakukan adalah memberikan hadiah. Cheng Ho mewakili Kaisar Yongle
memberikan stempel perak kerajaan, menghadiahkan raja dan berbagai tingkatan pejabatnya
dengan pakaian dan berbagai hadiah lain, menunjukkan kesediaan menjalin
hubungan baik dengan negara-negara yang dikunjunginya.
Selain
menjalin hubungan diplomatik, Cheng Ho juga mengemban amanat meredakan konflik
antar negara, Kesultanan Melayu Malaka (sekarang Malaysia) yang selalu ditindas
negara kuat lainnya, meraih kebebasannya berkat bantuan Cheng Ho.
Hal ketiga yang dilakukan adalah melakukan perdagangan, yakni membarter produk seni kerajinan tangan Tiongkok yang indah dengan hasil bumi dari berbagai negara.
Semua negara sangat mengagumi produk porselin dan sutera buatan Tiongkok, sehingga semuanya berduyun-duyun mau berdagang, membawa upeti dan menjalin hubungan diplomatik (Negara Vasal) dengan Tiongkok.
Utusan
dan Persembahan Semua Negara Berdatangan
Idealisme
agung seorang kaisar Dinasti Ming, sikap memberi yang royal, serta kemegahan
negeri Tiongkok dalam hal politik, ekonomi, budaya, militer dan sopan santun
yang diperlihatkan oleh Cheng Ho beserta armadanya. Membuat tidak sedikit negara sahabat menaruh
hormat, para raja, utusan berikut persembahan negara sahabat yang berdatangan
berkunjung ke Tiongkok mengiringi armada Cheng Ho pun semakin bertambah banyak.
Kitab
sejarah “Ming Shi” mencatat, selama masa kekuasaan Kaisar Yongle, dari berbagai
negara yang telah dikunjungi oleh Cheng Ho, diantaranya terdapat 318 kali
kunjungan balasan dari utusan pejabat dari berbagai negeri (tidak termasuk
Jepang, Korea, dan Kerajaan Ryukyu).
Sebanyak
11 raja dari 4 kerajaan yang kemudian datang sendiri ke Tiongkok, ini adalah
hal yang belum pernah terjadi sepanjang sejarah Tiongkok.
Seperti
di tahun 1422 saat Cheng Ho berlayar pulang kembali setelah keenam kalinya
berlayar ke selatan, di kapalnya membawa serta lebih dari 1.200 pejabat dari 16
negara berikut keluarga mereka. Di antaranya termasuk raja dan ratu Kerajaan Borneo
(Kalimantan) dan juga Kerajaan Melayu Malaka, juga 340 orang rombongan dari
Kerajaan Sulu (Filipina) yang dipimpin oleh rajanya. Mereka semua mendapat
perlakuan tamu negara yang istimewa.
Selain
itu, raja Walaiton dari Kerajaan Malin di Afrika Timur memimpin sendiri rombongannya
berkunjung ke Tiongkok, namun sangat disayangkan sang raja meninggal dunia setelah
tiba di Fuzhou.
Perkembangan hubungan Dinasti Ming dengan kerajaan lain terbagi menjadi tiga jenis, yang pertama adalah kepemilikan langsung, seperti Palembang di Sumatera, Dinasti Ming mengirim utusan untuk menanganinya.
Ada juga hubungan yang lebih dekat, saling mengirim utusan sangat intens, raja pun terkadang datang sendiri membawa persembahan, seperti Malaka, Brunei, dan juga Sulu; ada pula hubungan hanya saling memberi persembahan, ini yang jumlahnya paling banyak.
Faktanya, hubungan saling memberi
persembahan ini terlihat seperti negara sahabat memberikan semacam upeti bagi
Dinasti Ming, tapi sebenarnya adalah hubungan dagang. Seperti yang dikatakan
Kaisar Yongle dalam surat titahnya: “Jika berniat tulus berkunjung ke kekaisaran,
maka akan disambut baik dan diberi hadiah.”
Banyak
Memberi Sedikit Menerima, Berbagi Kesejahteraan Dalam Damai
Karena
menempuh kebijakan “banyak memberi sedikit menerima”, yakni bila kekaisaran
Dinasti Ming menerima persembahan berupa rempah-rempah dan berbagai mustika berharga,
akan membalas pemberian itu berlipat ganda, hadiah dan pemberian umumnya 1
hingga 20 kali lipat lebih besar.
Seperti
merica di pasaran Sumatera dihargai 1 tael untuk setiap kuintal, namun sebagai
“persembahan”, pemerintah Dinasti Ming memberikan 20 tael untuk setiap
kuintalnya. Dan saat memberikan hadiah bagi para raja dan keluarga kerajaan
dengan kain sutra, porselen dan lain sebagainya, mencapai ribuan potong sutra.
Ini
merupakan perwujudan sistem etika dari suatu dinasti langit, semakin memperlihatkan
kekayaan dan kebesaran jiwa suatu kekaisaran besar dinasti langit, juga
merupakan pembiasan dari tingkatan “seluruh dunia berbagi perdamaian” yang
ingin dicapai Kaisar Zhu Di.
Selain
memberi, Dinasti Ming juga sangat berupaya mengundang para duta. Akomodasi dan
transportasi bagi duta kerajaan dalam perjalanan pergi-pulang semuanya
ditanggung oleh Dinasti Ming, di samping itu ditunjang juga dengan keping perak
sebagai biaya perjalanan.
Maka,
banyak duta dan utusan berikut rombongan mereka, sembari dengan tenang mengurus
perdagangannya, sembari menantikan tanpa rasa khawatir. Ada utusan yang bahkan
harus menunggu tiga tahun agar dapat pulang ke negaranya dengan kapal mewah
secara gratis.
Selain
itu, barang-barang yang dibawa oleh para utusan untuk dijual di Tiongkok,
Dinasti Ming hanya mengutip pajak atas sebagian produk, ada yang bahkan tidak
dipungut pajak dan mereka diijinkan berdagang di pasar Tiongkok.
Terhadap hal ini, pandangan Kaisar Zhu Di adalah “Pajak dari pengusaha, negara menekannya sehingga lupa pada prinsip utamanya bagi rakyat, pantaskah mengambil keuntungan darinya? Sekarang para utusan datang dari jauh, lalu kita ingin mengambil keuntungan darinya, pantaskah begitu? Apalagi ini sangat memalukan bagi pamor kekaisaran kita.”
Oleh sebab itu, para utusan berbagai negara juga merangkap datang ke Tiongkok untuk berdagang, dan memperoleh laba.
Tindakan
Agung dan Pengaruhnya Dalam Sejarah Pelayaran Dunia
Pelayaran
Cheng Ho yang sangat jauh adalah tindakan agung yang belum pernah ada dalam
sejarah pelayaran dunia, mencapai pesisir timur Afrika di sebelah selatan garis
khatulistiwa. Setengah abad lebih awal dalam menemukan jalur pelayaran baru
dibandingkan dengan Colombo dari Italia atau Vasco da Gama dari Portugal.
Cheng Ho membawa Dinasti Ming mengembangkan hubungan dengan negara luar, menyebarkan kewibawaan Dinasti Ming hingga mencapai Asia Tenggara, Asia Selatan, Asia Barat bahkan Afrika.
Pelayaran jauhnya, menyebarkan peradaban Tiongkok ke seluruh dunia, telah menimbulkan pengaruh yang sangat mendalam di bidang politik, ekonomi dan budaya serta ilmu pengetahuan di setiap negara yang disinggahinya.
Selain
itu, juga telah memperluas perdagangan luar negeri Tiongkok dengan negara lain
dan telah membuka wawasan rakyat Tiongkok.
Dan
lukisan “Jalur Pelayaran Cheng Ho” adalah sebuah peta Asia dan Afrika yang
paling mendetil sebelum abad ke-15, menandai lebih dari 500 wilayah di Asia dan
Afrika, sebanyak 200 wilayah di antaranya adalah bagian dari Tiongkok, dan 300
wilayah lainnya adalah milik negara Asia Afrika lainnya.
Armada
Cheng Ho Mungkin Telah Mencapai Amerika dan Australia
Gavin
Menzies yang pernah menjabat sebagai komandan kapal selam Kerajaan Inggris
dalam bukunya yang berjudul “Tahun 1421 — Tiongkok Menemukan Dunia” terbitan
tahun 2002 mengemukakan suatu hipotesa baru, yakni orang Tiongkok bernama Cheng
Ho “menemukan” daratan baru 72 tahun lebih awal daripada Colombus.
Menzies mengemukakan teori baru tersebut berdasarkan berbagai benda penemuan yang ditemukannya pada jalur pelayaran Cheng Ho seperti porselen dari Dinasti Ming, prasasti, peta Tiongkok dan peta perbintangan: Armada Cheng Ho sejak tahun 1421 hingga 1423 telah berhasil menggambarkan peta dunia; daratan Benua Amerika dan Benua Australia ditemukan oleh orang Tiongkok, dan bukan orang Eropa.
Dua orang wakilnya yakni jendral Hong Bao dan Zhou Man hampir satu abad lebih awal telah tiba di Selat Magellan yang terletak di ujung selatan dari Amerika Selatan dibandingkan Magellan sendiri.
Terhadap teori baru Menzies itu,
para akademisi dari dalam maupun luar negeri mempunyai pandangan berbeda. Ada
yang mendukung dan ada yang membantah. Ada juga yang bersikap netral, tapi dari
teori yang dikemukakan, memang terdapat bukti yang menunjukkan bahwa sebagian
orang dari armada Cheng Ho telah mencapai Benua Amerika dan Australia.
Selain
itu, ada juga sejarawan modern yang berpendapat, pelayaran Cheng Ho ke selatan merupakan
beban keuangan yang teramat besar bagi Dinasti Ming, pandangan ini tidak benar.
Dalam
kitab “Guang Zhi Yi” yang ditulis pada masa Kaisar Zhu Yijun tertulis: “Pada
awal pemerintahan, kas negara sangat banyak, saat Kasim Cheng berlayar ke
selatan, kaisar memberikan 7 juta tael, sekembalinya Cheng Ho masih menyisakan
1 juta tael lebih.”
Wang Shizhen dari Dinasti Ming menulis kitab “Yan Shan Tang Bie Ji” pada bagian keempat “Huang Ming Shen Shi Shu Si” juga menuliskan: “………Selain itu Kasim Cheng Ho pada 1406 memimpin armada beranggotakan 27.000 personel berlayar ke perairan selatan dan barat. Persembahan dari lebih 30 negara yang dibawa utusannya datang ke kekaisaran serta keuntungan saling berdagang sangat mengagumkan.
Apalagi, berlayarnya Cheng Ho ke selatan dengan membawa kembali pemandangan megah ‘Istana kaisar dibuka selama sembilan hari guna menerima audiensi dari utusan ribuan negara yang didampingi oleh ratusan pejabat istana memberikan penghormatan bersujud kepada kaisar”, bagaimana bisa diukur hanya dengan uang? Visi dan wawasan Kaisar Zhu Di yang begitu luar biasa, sangat jarang ditemui.
Cheng Ho yang selalu setia dan mengemban amanat kaisar, sewaktu kembali dari pelayarannya yang ketujuh dari Laut Barat meninggal dunia di perjalanan. Pelayaran berskala besar yang dipimpinnya pun berakhir sudah.
Namun tindakan agungnya dan cita-cita agung Kaisar Zhu Di telah meninggalkan satu bab yang tak terhapuskan dalam sejarah peradaban Tiongkok selama lima ribu tahun. (SUD/WHS)