Home Blog Page 1810

Kisah Pilu Penyiksaan dan Kematian di Penjara Jahanam Komunis Tiongkok

0

Joan Delaney – The Epochtimes

Kota Benxi di Provinsi Liaoning, Tiongkok, pernah menawarkan objek wisata yang unik. Wisata itu adalah di lokasi danau terkecil di dunia. Lokasinya hanya berukuran 15 meter persegi.

Akan tetapi ada aspek lain dari Benxi yang tidak bisa dibanggakan – adalah  rumah bagi salah satu penjara paling jahanam di negara itu, terutama bagi pengikut Falun Gong.

Tak lama setelah Komunis Tiongkok melancarkan kampanye penganiayaan terhadap pengikut Falun Gong pada tahun 1999 silam, semua penjara di provinsi tersebut diinstruksikan untuk memulai “proyek khusus.” Tujuannya, untuk “mengubah” penganut Falun Gong yang dipenjara. Dengan kata lain, memaksa mereka untuk meninggalkan disiplin spiritual kuno dan berhenti berlatih.

Falun Gong atau Falun Dafa telah diperkenalkan ke publik pada tahun 1992 silam oleh Master Li Hongzhi. Latihan itu berdasarkan pada prinsip-prinsip moral dari sejati, baik dan sabar, termasuk latihan meditasi.

Falun Gong menyebar secara luas, lebih dari 100 juta praktisi yang berlatih di Tiongkok pada 1999 silam. Khawatir soal popularitasnya disebut mengancam kekuasaan Komunis Tiongkok, mantan pemimpin Komunis Tiongkok saat itu, Jiang Zemin meluncurkan penganiayaan pada Juli 1999.

Sejak itu, ratusan ribu orang diperkirakan telah ditangkap dan ditahan di dalam penjara, kamp-kamp kerja paksa, pusat pencucian otak, dan fasilitas-fasilitas penahanan lainnya. Falun Gong juga menjadi sasaran ujaran kebencian untuk memantik permusuhan. Berbagai tuduhan dan fitnahan juga disematkan, dari tudingan sesat versi Komunis Tiongkok hingga pembangkang dan berbagai stempel lainnya. Kali ini kita membahas salah satu penjaranya yakni Penjara Benxi.

Penjara Benxi berada di garis depan proyek itu. Selama bertahun-tahun telah menggunakan berbagai metode penyiksaan. Tujuannya, untuk memaksa pengikut Falun Gong agar melepaskan keyakinan mereka dan mencapai tujuan tingkat transformasi 100 persen.

Menurut Minghui.org, yang mengumpulkan informasi dan statistik tentang kampanye penganiayaan Falun Gong, penjara tersebut ditunjuk oleh pihak berwenang sebagai “Penjara Model” bagi penjara lainnya untuk diikuti.

Benxi mengadopsi pendekatan menggunakan narapidana, biasanya penjahat, untuk mengatur narapidana lainnya. Para narapidana itu berada di atas aturan dan peraturan. Mereka diizinkan untuk menggunakan kekuatan apa pun untuk menaklukkan tahanan dan membuat mereka menyerah.

Jika mereka menghadapi perlawanan, mereka akan melapor ke penjaga penjara yang mendukung mereka. Hingga membuat narapidana yang berbeda pendapat mengalami penyiksaan yang lebih buruk.

Dengan cara ini, tahanan hati nurani Falun Gong yang ditahan di Benxi, seringkali menjadi sasaran penyiksaan dan penganiayaan terus menerus, tanpa ada yang bertanggung jawab.

Berikut ini adalah empat kasus yang didokumentasikan oleh Minghui, yang mana hanyalah salah satu puncak gunung es :

Pendarahan Otak dan Koma

Pria bernama Hu Guojian pertama kali ditangkap pada tahun 2000. Ia dijatuhi hukuman 10 tahun penjara karena berlatih Falun Gong. Selama waktu itu, dia menjadi sasaran siksaan yang berkelanjutan. Akan tetapi, dia selamat dan dibebaskan pada akhir masa hukumannya.

Hu ditangkap lagi pada 2015 dan dijatuhi hukuman empat tahun. Dia dipindahkan ke Penjara Benxi pada Mei 2016. Di mana dia dipaksa untuk melakukan kerja berat, dilarang tidur, dan diberikan sangat sedikit untuk dimakan.

Ketika istrinya mengunjunginya selama lima hari ke masa hukumannya, dia terkejut menemukan bahwa dia telah kehilangan sepertiga dari berat badannya. Hu dihukum jika dia tidak dapat menyelesaikan tugasnya atau memenuhi kuota kerjanya.

Dia dipaksa menanggalkan pakaiannya, disiram dengan air dingin, dipaksa duduk di bangku kecil, dan tidak diizinkan tidur. Suatu malam, setelah dia kehilangan kesadaran dan jatuh dari bangku, para tahanan menendang kepalanya dan memaki-maki dia.

Ketika cara itu gagal untuk membuat dirinya sadar, ia dibawa ke rumah sakit, di mana ia didiagnosis dengan pendarahan otak yang parah dan membutuhkan pembedahan.

Dua puluh dua hari setelah pemindahannya ke Penjara Benxi, Hu menjadi koma dan tidak pernah siuman. Mirisnya, setelah delapan bulan di rumah sakit, terlepas dari keadaan vegetatifnya, ia dibawa kembali ke penjara untuk menyelesaikan masa hukumannya. Saat itu dengan mempekerjakan tenaga medis yang merawatnya. Dia tetap koma sampai dia meninggal dunia dua tahun kemudian.

Kurungan Soliter, Dicekoki dengan Makanan

Pada September 2010, Liang Yuncheng, mantan hakim pengadilan kota di Provinsi Liaoning, Tiongkok dijatuhi hukuman tiga tahun penjara. Dikarenakan menolak untuk melepaskan keyakinannya kepada Falun Gong.

Setelah Liang menulis surat pengaduan tentang perawatannya, justru berakhir di tangan manajemen penjara, yang memberi perintah agar dia disiksa lebih lanjut.

Dia dimasukkan ke dalam sel isolasi. Di penjara  dia disiksa tanpa henti selama 60 hari. Lengannya direntangkan dan tangannya diikat untuk diborgol di ujung tempat tidur. Kakinya diluruskan dan diikat ke cincin di tempat tidur. Bola lampu bertegangan tinggi diarahkan ke matanya.

Sebagai bentuk protes, Liang melakukan mogok makan. Ia menjadi sasaran pencekokan makanan secara brutal, menurut Minghui. Para penjaga memasukkan selang makanan melalui lubang hidung ke perutnya dan memberinya larutan garam berkonsentrat tinggi.

Mereka biasanya meninggalkan selang di perutnya selama empat hari, sebelum membawanya keluar untuk pembersihan minimal. Sekali-sekali, dokter penjara akan melapisi tabung dengan bahan kimia untuk mengiritasi hidung dan kerongkongan Liang.

Di penjara yang dioperasikan Komunis Tiongkok, praktek mencekok secara paksa makanan telah menjadi metode, untuk melukai atau bahkan membunuh praktisi Falun Gong. Mereka-mereka inilah yang melakukan mogok makan untuk memperjuangkan hak asasi dan martabat mereka.

Penyiksaan Sadis oleh Sipir dan Narapidana

Meng Xianguang pertama kali ditangkap pada tahun 2001 dan menjalani hukuman empat tahun penjara. Dia kembali ditangkap pada Maret 2014. Dia dijatuhi hukuman tiga setengah tahun di Penjara Benxi, di mana dia disiksa dengan kejam, menurut laporan Minghui.

Dalam satu contoh, sipir penjara memerintahkan narapidana untuk memasukkan kaus kaki ke mulut Meng dan menutup kepalanya dengan kantong plastik. Tak cukup tindakan seperti itu, narapidana juga mengikat lengan dan kakinya ke kursi. Kemudian seorang penjaga membuka bajunya dan menuangkan air dingin ke kepalanya sebelum memukulinya. Penjaga lain menyetrum Meng sampai tongkat listriknya kehabisan daya listriknya.

Beberapa jam kemudian, Meng dipindahkan ke ruangan yang berbeda. Di sana, para tahanan memegang lengannya. Sementara dua orang sipir bergiliran mencambuk punggungnya dengan pipa karet. Dia kemudian dikembalikan ke selnya, ditelanjangi, dan diikat ke kursi. Para tahanan secara bergantian mengawasinya untuk mencegahnya tertidur.

Keesokan paginya, seorang sipir memerintahkan salah satu narapidana untuk menyentuh kulit Meng dengan kawat yang terbuka, kemudian ia menghubungkan ujung kabel yang lain ke tongkat listrik. 

Pada satu titik, sipir penjara menyentuh kemaluan Meng dengan kawat yang terbuka dan berkata, “Saya akan membuat Anda tidak dapat memiliki anak.” Meng mengejang karena sengatan listrik, hanya untuk membuat penjaga menertawakannya.

Sore itu, tiga sipir menempelkan buku ke paha Meng, lalu mulai memukul buku-buku itu dengan tabung plastik. Idenya adalah untuk menyebabkan cedera, tetapi tidak menunjukkan memar di permukaan. Pemukulan itu berlangsung selama lebih dari dua jam. Pemukulan pun berakhir dikarenakan para penjaga penjara sudah kelelahan.

Kematian karena Penyiksaan Dua Bulan Setelah Dibebaskan

Pada Juni 2015, Lu Yuanfeng dihukum tiga tahun penjara karena berlatih Falun Gong. Dia kemudian diseret ke Penjara Benxi. Keluarga Lu hanya diizinkan untuk melihatnya dua kali selama tiga tahun penjara, menurut laporan Minghui.

Dia memberi tahu orang-orang yang dicintainya bahwa penjaga di penjara memukulinya, menyetrumnya dengan tongkat listrik, dan memaksanya berjongkok untuk waktu yang lama.

Lu mengalami stroke dua bulan sebelum pembebasannya yang dijadwalkan. Akan tetapi penjara menolak untuk memberikan perhatian medis yang tepat. Mereka juga tidak akan memberikan kunjungan keluarga atau pembebasan bersyarat secara medis.

Selama dua bulan terakhir masa penahanannya, para tahanan diperintahkan untuk memasukkanya ke bengkel penjara setiap hari untuk melakukan kerja paksa. Ketika Lu dibebaskan pada November 2017, bicaranya tidak jelas, dia lumpuh, dan kakinya patah.

Dia mengalami koma selama 21 hari setelah pembebasannya dan meninggal dunia. Dia berusia 63 tahun.

Menurut Pusat Info Falun Dafa, setiap penjara di Provinsi Liaoning diharuskan untuk menghitung berapa banyak pengikut yang telah mereka “ubah” selama tahun ini. Penjara model Komunis Tiongkok sering melancarkan putaran penganiayaan intensif pada akhir setiap tahun. Harapannya, memaksa lebih banyak praktisi untuk melepaskan keyakinan mereka. (asr)

FOTO : Penjara Benxi di Provinsi Liaoning Tiongkok adalah salah satu penjara paling brutal di negara itu bagi tahanan nurani Falun Gong. (Minghui.org)

Huawei Luncurkan Smartphone Terbaru Tanpa Aplikasi Google dan Sistem Operasi Android, Bagaimana Jadinya?

0

Nicole Hao – The Epochtimes

Seri smartphone terbaru Huawei, Mate 30, akan menjadi yang pertama kalinya tanpa aplikasi Google. Dikarenakan, perusahaan teknologi Tiongkok dilarang membeli perlengkapan dan perangkat lunak teknologi AS.

Huawei kini telah kehilangan akses ke produk eksklusif Google, termasuk sistem operasi Android yang dikembangkan oleh Google dan aplikasi populer lainnya seperti Gmail, Google Play Store dan Google Maps. Beberapa aplikasi berbasis lokasi yang mengandalkan Google Maps, seperti transportasi online dan pengiriman makanan, tidak akan dapat berfungsi pada ponsel Huawei terbaru itu.

Saat acara peluncuran di Munich, Jerman, pada 19 September lalu, Richard Yu Chengdong, kepala divisi bisnis konsumen Huawei, memperkenalkan seri terbaru itu yang akan memiliki empat model yakni : Mate 30, Mate 30 Pro, Mate 30 Pro 5G dan Mate 30 RS.

Sistem operasi smartphone didasarkan pada open source Android. Akan tetapi, tidak akan memiliki layanan atau aplikasi Google. Smartphone tersebut sudah diinstal sebelumnya dengan browser web Huawei untuk menggantikan Google Chrome. 

Ponsel tersebut akan memiliki AppGallery, platform distribusi aplikasi yang dirancang oleh Huawei dengan sekitar 45.000 aplikasi tersedia. Sebagai perbandingan, Google Play Store memiliki sekitar 2,7 juta aplikasi. Yu kepada wartawan mengatakan, setelah peluncuran bahwa Huawei akan menghabiskan 1 miliar dolar AS untuk mendorong pengembang global membuat aplikasi yang kompatibel dengan AppGallery-nya. 

Sebelum sanksi Amerika Serikat, AppGallery terutama digunakan di ponsel Huawei untuk pasaran Tiongkok, tempat Google dan banyak merek teknologi Barat dilarang beroperasi. Yu tidak mengungkapkan di wilayah mana, ponsel  terbaru tersebut akan tersedia untuk dijual.  Namun demikian, media Eropa melaporkan, mengingat kurangnya aksesibilitas ke produk Google, ponsel terbaru itu tidak mungkin untuk dijual di Eropa.

Desain Huawei

Desain Mate 30 bersaing dengan iPhone 11 dan iPhone 11 Pro terbaru Apple, dengan kamera tiga lensa; Tiga kamera Galaxy Note 10 milik Samsung; dan Google Pixel 4 yang akan datang, bakal diluncurkan pada 15 Oktober.

Mate 30 Pro memiliki empat lensa kamera, termasuk lensa ultra lebar, lensa telefoto, dan lensa sensor kedalaman 3D. Dikarenakan, sanksi Amerika Serikat Huawei juga tidak dapat membeli chip elektronik buatan Amerika Serikat. Seri Mate 30 akan menggunakan desain Huawei sendiri, chipset Kirin 990. Model Mate 30 akan dijual antara 799 euro atau sekitar 880 dolar AS dan 2.095 euro atau 2.300 dolar AS. 

Praktis Tidak Berguna

Media Belanda LetsGoDigital mengutip orang dalam Huawei, pada 19 September lalu yang mengungkapkan, bahwa Huawei tidak berencana untuk menjual seri terbarunya di Eropa Tengah. Orang dalam itu mengatakan, Huawei menyadari bahwa meluncurkan smartphone mahal dan canggih tanpa aplikasi Google di Eropa, maka praktis tak berguna. 

Laporan itu menunjukkan bahwa selama sesi pra-acara di Munich, Jerman, perusahaan Tiongkok  itu tidak memberikan informasi tentang ponsel baru, insiden “aneh” yang membuat jurnalis di sana “bingung dan kesal.”

Jean Baptiste Su, seorang analis utama di Atherton Research, juga mengatakan kepada The Associated Press, bahwa operator Eropa tak akan mengambil risiko dengan menjual seri terbaru.

Jean Baptiste Su mengatakan, dirinya tidak berpikir bahwa operator akan mengambil risiko memiliki jutaan pelanggan yang kecewa. Dikarenakan, mereka bergantung kepada layanan Google yang tak beroperasi kepada perangkat terbaru mereka. Huawei adalah pemasok smartphone terbesar kedua di dunia pada tahun 2018. 

Pendiri dan CEO perusahaan Ren Zhengfei mengatakan, perusahaan tersebut berambisi untuk menjadi produsen Smartphone nomor satu di dunia pada tahun 2020. Akan tetapi, sanksi Amerika Serikat meredam rencana tersebut. 

Tak lama setelah pemerintah AS mengumumkan larangan ekspor terkait Huawei, dengan alasan keamanan nasional. Sejumlah operator seluler mengumumkan, bahwa mereka akan menghentikan penjualan model Smartphone Huawei. Termasuk EE, operator seluler terbesar di Inggris dan operator seluler berbasis di Inggris, Vodafone.

Chunghwa Telecom, perusahaan telekomunikasi terbesar di Taiwan, juga mengumumkan, bahwa mereka tidak akan lagi membeli ponsel Huawei terbaru karena “pemeliharaan dan perbaikan di masa depan tidak dapat dijamin.”

Dalam negosiasi perang dagang saat ini, Beijing mencari pelonggaran sanksi AS terhadap Huawei. Akan tetapi tidak jelas, apakah pihak AS akan memangkas kesepakatan itu. (asr)

Amnesty International Temukan Polisi Hong Kong Terlibat Pemukulan Brutal, Penyiksaan dan Penangkapan Sewenang-wenang

0

The Epochtimes

Amnesty International telah memperingatkan tentang “pola yang mengkhawatirkan” dari kekerasan yang digunakan oleh polisi Hong Kong. Tindakan tersebut terkait penanganan terhadap aksi protes pro-demokrasi yang sedang berlangsung, termasuk memukuli demonstran selama penangkapan. Bahkan, dilaporkan terlibat penyiksaan terhadap demonstran yang sudah ditahan.

Hal demikian dicantumkan oleh Amnesty International dalam laporannya yang dipublikasikan pada 19 September. Laporan tersebut berdasarkan sebanyak 38 wawancara dengan pengacara, profesional medis, dan aktivis yang ditangkap. 

Direktur Amnesty International Asia Timur, Nicholas Bequelin mengatakan, kelompok hak asasi manusia menemukan bahwa “berkali-kali, petugas polisi melakukan kekerasan sebelum dan selama penangkapan. Bahkan ketika individu telah dikendalikan atau ditahan. Aparat telah ”melanggar hukum hak asasi manusia internasional.”

Bequelin menegaskan, bukti yang ditemukan menyisakan sedikit ruang untuk keraguan – dalam memenuhi dahaga untuk balas dendam, pasukan keamanan Hong Kong telah terlibat dalam pola yang mengganggu dengan taktik sembrono. Termasuk, melanggar hukum terhadap orang-orang selama aksi protes digelar. 

Para demonstran yang diwawancarai menceritakan pemukulan berat dari aparat polisi, penundaan akses ke perawatan medis dan pengacara. Bahkan, mereka mengalami sejumlah penyiksaan lainnya bahkan ketika mereka tidak menunjukkan perlawanan.

Kelompok hak asasi manusia mengatakan, bahwa sebanyak 18 dari 21 pemrotes yang ditangkap diwawancarai dirawat di rumah sakit. Mereka terluka atau penderitaan yang berkaitan dengan penangkapan atau penahanan mereka,  termasuk patah tulang dan luka di kepala.

Seorang pengunjuk rasa mengatakan kepada Amnesty, bahwa polisi memukulnya dari belakang dengan tongkat ketika dia mundur saat aksi protes di Tsian Sha Tsui pada bulan Agustus lalu.

Pemrotes itu mengatakan, dirinya dipukuli di tanah. Tiga dari aparat menyerang dirinya dan menempelkan wajahnya dengan keras ke tanah. Sedetik kemudian, mereka menendang wajahnya. Pemrotes tersebut  menambahkan, bahwa dirinya kemudian merasakan sakit yang tajam di dada kirinya dan kesulitan bernapas.

Pria itu menghabiskan dua hari di rumah sakit karena tulang rusuknya patah. Dalam kasus lain, Amnesty mengatakan, polisi terus memukuli seorang pemrotes wanita setelah menjatuhkannya ke tanah dan mengikat tangannya.

Laporan itu juga menemukan bukti, bahwa polisi melakukan kekerasan balasan terhadap pengunjuk rasa yang ditahan. Beberapa di antaranya juga mengalami penyiksaan. Seorang pengunjuk rasa, yang ditahan di kantor polisi setelah aksi protes di Wilayah Baru pada bulan Agustus lalu, mengatakan bahwa petugas memukulinya dengan keras. Selain itu, mengancam akan mematahkan tangannya setelah ia menolak menjawab pertanyaan.

Pria itu mengatakan, dirinya  merasakan di kakinya karena dihantam sesuatu yang sangat keras. Kemudian seseorang membalik badan dan berlutut di dadanya. Ia mencoba berteriak, tetapi  tidak bisa bernapas dan berbicara. 

Seorang petugas juga memaksa matanya terbuka saat menjepitnya ke tanah.Petugas juga menyinari pena laser ke dalamnya, sebagai pembalasan nyata dari penggunaan laser pointer oleh para pemrotes selama aksi protes. Pria tersebut kemudian menderita patah tulang dan pendarahan luka dalam. Para demonstran telah menggunakan pena laser selama aksi protes. Aksi itu dilakukan sebagai taktik untuk membutakan kamera dan menghalangi polisi.

Laporan Amnesty mendapati para pengunjuk rasa yang terluka telah ditahan di fasilitas penahanan hingga selama 10 jam, tanpa menerima perawatan medis. 

Seorang pria mengatakan bahwa polisi mengikat tangannya ke punggung selama berjam-jam. Meskipun ia sudah mengalami patah tulang. Aparat tetap tak menghiraukannya.  

Temuan-temuan itu secara langsung bertentangan dengan klaim pemerintah dan polisi Hong Kong. Secara langsung telah menunjukkan “pengekangan tingkat tinggi” saat membubarkan para pengunjuk rasa. Demonstran secara konsisten menyerukan penyelidikan secara independen terhadap dugaan kekerasan aparat polisi. 

Komisioner Tinggi Hak Asasi Manusia PBB sebelumnya mengutuk polisi Hong Kong. Dikarenakan, melanggar norma-norma internasional dalam penggunaan kekuatan mereka, yang menyebabkan “risiko besar kematian atau terluka secara serius.”

Bequelin juga mengatakan, bahwa penggunaan kekerasan oleh polisi “berlebihan, melanggar hukum hak asasi manusia internasional.” Demonstran terus menyuarakan agar digelar penyelidikan secara independen terhadap aparat kepolisian. Bequelin mengatakan, mengingat besarnya pelanggaran yang ditemukan, sangat jelas bahwa Kepolisian Hong Kong tidak lagi dalam posisi untuk menyelidiki dirinya sendiri atau memperbaiki penindasan yang meluas terhadap para demonstran. 

Sementara itu, Menurut berbagai laporan media, polisi telah menembakkan lebih dari 2.000 putaran gas air mata di Hong Kong. Polisi juga menembakkan sejumlah besar bean bags dan peluru karet. Polisi juga menyemprotkan meriam air kepada para demonstran dalam tiga bulan terakhir. Orang-orang curiga bahwa polisi daratan selaku aparat Komunis Tiongkok telah hadir di kepolisian Hong Kong. 

Sebuah video yang diambil oleh seorang saksi pada 8 September menunjukkan beberapa polisi berbicara mandarin satu sama lain, yang mendukung pernyataan itu. Bahasa Mandarin adalah dialek utama di Tiongkok, dituturkan oleh 70 persen dari semua penutur Tiongkok atas wilayah geografis yang luas. Sementara penutur asli bahasa Kanton ditemukan di Provinsi Guangdong, Hong Kong, dan Makau. 

Karena perbedaan mencolok antara dialek-dialek itu, sangat sulit bagi orang Hongkong asli untuk berbicara bahasa mandarin dengan lancar dan seakurat penutur asli. Penduduk setempat pasti akan berbicara dengan aksen Kanton. Fakta itu menjelaskan, mengapa seorang perwira polisi yang berbicara dalam bahasa mandarin hampir pasti berasal dari daratan Tiongkok. 

Dalam video lain yang diambil oleh seorang wartawan Epoch Times edisi Hong Kong, seorang perwira polisi anti huru hara mengatakan kepada rekan-rekannya yang artinya “Semua kawan kami ada di sini. Kita bisa pergi sekarang. “

Istilah kawan biasa digunakan di daratan Tiongkok, ketika merujuk pada kolega. Kadang-kadang, warga Hongkong dapat menggunakannya dalam konteks yang sinis atau bercanda, mengolok-olok kata itu sebagai etiket komunis. 

Tetapi dalam video itu, petugas itu mengucapkan kata itu secara alami. Hal demikian suatu tanda yang tidak salah lagi, bahwa itu adalah kata-kata yang biasa ia gunakan dalam keseharian mereka. (asr)

Senator AS Patrick Leahy Menyerukan Rezim Komunis Tiongkok untuk Mengakhiri Kebrutalan Terhadap Praktisi Falun Gong

0

Cathy He – The Epochtimes

ETIndonesia- Senator Amerika Serikat Patrick Leahy menyerukan kepada rezim Komunis Tiongkok untuk mengakhiri penahanan dan “kebrutalan” terhadap pengikut yang berlatih disiplin spiritual Falun Gong pada Kamis 12 September.  

Selama dua puluh tahun setelah rezim Komunis Tiongkok meluncurkan kampanye secara besar-besaran untuk memberangus latihan spiritual itu, hingga kini penganiayaan tersebut masih terus berlanjut.

“Pemerintah Tiongkok harus segera menghentikan penahanan sewenang-wenang dan kebrutalan terhadap para praktisi Falun Gong dan minoritas agama dan etnis lainnya,” demikian pernyataan Leahy.

Patrick Leahy menegaskan, pemerintah Komunis Tiongkok harus membebaskan tahanan politik dari pusat pendidikan ulang, mendekriminalisasi praktik keagamaan dan spiritual, dan memungkinkan kelompok hak asasi manusia internasional dan jurnalis untuk mewawancarai korban yang selamat. Komunis Tiongkok juga diserukan, harus berkomitmen untuk mengakhiri penggunaan penyiksaan, pengambilan organ narapidana, dan propaganda melawan kaum minoritas. 

Falun Gong atau dikenal sebagai Falun Dafa, adalah latihan meditasi tradisional yang berasal dari Tiongkok dengan ajaran moral berdasarkan Sejati-Baik-Sabar.  

Latihan tersebut dilarang oleh Komunis Tiongkok pada tahun 1999. Pelarangan tersebut setelah terjadinya peningkatan popularitas Falun Gong pada awal dekade. 

Perkiraan pemerintah pada saat itu, menemukan bahwa sebanyak 70 juta hingga 100 juta orang berlatih Falun Gong di Tiongkok.

Leahy mengatakan, dikarenakan Komunis Tiongkok takut dengan agama atau asosiasi terorganisir yang tidak dapat mereka kendalikan, maka Komunis Tiongkok memandang kebangkitan agama tradisional Tiongkok sebagai ancaman bagi keberlangsungan Komunis Tiongkok. 

Pada Juli tahun ini, menandai peringatan 20 tahun berlangsungnya penganiayaan brutal terhadap Falun Gong.

Menurut Leahy, pada 20 Juli 1999 lalu, ratusan praktisi Falun Gong ditangkap di rumah mereka di tengah malam. Selama minggu-minggu berikutnya, sebanyak 50.000 Falun Gong dilaporkan ditahan. 

Pada tahun-tahun sejak itu, penindasan rezim terhadap pengikut Falun Gong telah berlangsung “tanpa henti,” demikian bunyi pernyataan senator dari wilayah Vermont, AS. 

Leahy mengatakan, Praktisi Falun Gong telah ditangkap, dikuburkan di kamp pendidikan ulang, dipukuli, mengalami kurang tidur, kelaparan, diserang secara seksual, disetrum, dicekok secara paksa, dibelenggu, dan anggota badannya perlahan-lahan rusak, sampai melepaskan keyakinan dan latihan mereka. 

Rincian-rincian penindasan telah didokumentasikan oleh kelompok-kelompok hak asasi manusia internasional. Bahkan, didokumentasikan para pengikut Falun Gong yang berhasil selamat dari penahanan dan menceritakan pengalaman mereka.

Menurut perkiraan dari investigator independen, Ethan Gutmann, antara setengah juta dan satu juta praktisi Falun Gong ditahan di berbagai fasilitas penahanan di seluruh negeri Tiongkok pada waktu tertentu.

Menurut Minghui.org, situs website yang berfungsi sebagai clearing untuk penganiayaan Falun Gong, menyebutkan, hingga saat ini sebanyak 4.136 pengikut Falun Gong telah diverifikasi meninggal dunia. Mereka tak bernyawa saat berada dalam tahanan polisi atau di Tiongkok.  

Namun demikian, jumlah kematian sebenarnya kemungkinan akan jauh lebih tinggi. Dikarenakan, kesulitan memperoleh dan memverifikasi informasi tersebut di Tiongkok.

Senator Leahy mengatakan, Mereka telah mengambil organ di luar kehendak praktisi Falun Gong dan praktisi Falun Gong telah dibunuh. 

Pernyataan tersebut merujuk kepada praktik yang disetujui negara untuk memanen organ dari tahanan nurani dengan operasi transplantasi bertujuan nirlaba.

Pada bulan Juni lalu, tribunal independen di London, menyimpulkan bahwa ada bukti yang jelas, tentang pengambilan organ secara paksa telah terjadi di Tiongkok selama bertahun-tahun “dalam skala yang signifikan,” dengan pengikut Falun Gong dijadikan sebagai sumber utama organ tubuh.

Pernyataan senator Leahy menegaskan, semuanya mungkin tidak akan pernah mengetahui berapa banyak orang tak bersalah yang menjadi korban kekejaman Tersebut. Dikarenakan, pemerintah Tiongkok menyangkal dunia luar bahwa praktik seperti itu sedang terjadi. Sembari membenarkannya kepada warga mereka sendiri.

Pejabat dan parlemen AS, telah semakin menyoroti terhadap pelanggaran mengerikan terhadap kebebasan beragama rezim Komunis Tiongkok di Tiongkok. 

Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, berbicara dalam rilis laporan tahunan departemen luar negeri AS tentang kebebasan beragama global pada bulan Juni lalu. Ia mengatakan, Komunis Tiongkok melakukan “permusuhan ekstrem terhadap semua agama sejak berdiri.” Menurut Pompeo, Komunis tiongkok meminta dirinya disebut sebagai Tuhan. 

Leahy adalah anggota Senat AS yang paling senior. Ia telah mendukuki kursi di Parlemen AS selama 44 tahun. Ia mengatakan, bahwa kisah-kisah yang telah dia dengar dari para penyintas penganiayaan agama yang dilakukan oleh rezim Komunis Tiongkok, serta anggota keluarga korban sangat mengejutkan dirinya. 

“Falun Gong layak untuk diingat, dan mereka layak bagi tindakan secara kolektif dari komunitas internasional,” demikian pernyataan resmi Leahy. 

FOTO : Senator AS Patrick Leahy (Sumber : Leahy.senate.gov)

Sudah Dimulaikah Perang Dingin Kedua?

0

Wei Jingsheng – Epochtimes.com

Wadah pemikir dan media massa AS telah membicarakan soal perang dingin kedua sudah sejak lama. Baru-baru ini mendadak mencuat lagi. Isunya menjadi topik utama, serta jumlahnya melonjak. Sejumlah kalangan berpendapat, hal itu tak terhindarkan. Ada pula yang berpendapat kelihatannya tidak seperti itu. 

Mayoritas memperdebatkannya dan membandingkannya dengan model perang dingin melawan Uni Soviet sebelumnya. Menurut penulis, nampaknya agak dipaksakan. Apalagi, tidak menemukan poin utamanya.

Sejumlah akademisi telah mengenali perbedaannya dengan perang dingin pertama dengan Uni Soviet dulunya. Sehingga kemudian menyimpulkannya bukan perang dingin. Apakah tidak terpikir oleh mereka bahwa perang dingin juga bisa terjadi dalam wujud yang berbeda? Dalam kondisi yang berbeda menempuh strategi berbeda pula, berkat hikmah dari pendahulunya para penerus itu menyesuaikan kembali taktik dan strateginya, itu sangat lumrah bukan?

Apa pelajaran dari kegagalan Uni Soviet pada perang dingin terdahulu? Selain tekanan politik mengakibatkan rasa tidak puas terjadi dimana-mana, yaitu melambatnya pertumbuhan ekonomi, sulit memenuhi kebutuhan rakyat akan materi serta kebutuhan pokok yang terus meningkat.  

Yang mana, pada akhirnya mengakibatkan bangkitnya perlawanan rakyat dan pemberontakan internal partai. Akhirnya, partai komunis Uni Soviet pun kehilangan kekuasaan dan sistem kediktatoran satu partai.

Kelompok partai komunis generasi kedua Tiongkok yang diwakili oleh Deng Xiaoping kala itu, setelah mendapat pelajaran, lalu menerapkan strategi.  Yakni, pertumbuhan ekonomi harus diprioritaskan di atas segalanya sebagai prinsip mutlak. 

Tahap pertama, mengembangkan ekonomi negeri sendiri adalah prinsip mutlak. Tahap kedua, melampaui ekonomi musuh adalah prinsip mutlak. Sedangkan, pada tahap kedua ini termasuk merusak ekonomi musuh dan memecah belah internal musuh.

Maka Jiang Zemin dan Zhu Rongji memiliki andil besar bagi Komunis Tiongkok yakni, dengan memanfaatkan kebocoran/kelengahan dalam organisasi perdagangan dunia WTO. Selain dapat, mengembangkan perekonomian Tiongkok dengan cepat, juga telah merusak perkembangan ekonomi Amerika dan negara Barat lainnya. 

Langkah demikian, membuat musuh menjadi lemah, adalah cara efektif pada perang dingin sejak dulu. Sejak zaman Dinasti Han, lebih dari dua ribu tahun silam, telah menerapkan berbagai kebijakan seperti melarang ekspor logam seperti besi dan tembaga. Termasuk, perdagangan barter teh dari produk Tiongkok dengan kuda dan lain-lain. Tujuannya, untuk melemahkan dan memecah belah serta menjatuhkan suku nomaden di wilayah utara.

Apakah kebijakan ketua Komunis Tiongkok, Jiang Zemin dan Perdana Menteri Zhu Rongji kala itu? Yaitu memanfaatkan sifat dasar kaum kapitalis Barat, yang demi mendapat keuntungan siapa pun bisa dikorbankan. 

Dengan upah buruh rendah sebagai akibat HAM yang buruk sebagai umpan, mendorong mereka memindahkan perusahaan dan investasinya ke Tiongkok. Seperti yang diprediksi oleh Deng Xiaoping: Buatlah mereka supaya menginvestasikan uangnya kesini, maka mereka pun akan tunduk kepada kita.

Maka sejak lebih dua puluh tahun lalu, antara partai komunis dengan kalangan kapitalis seluruh dunia telah terjalin aliansi baru. Yang didengungkan oleh para akademisi, bahwa kaum kapitalis sejak lahir mencintai demokrasi, telah menjadi lelucon terbesar masa kini. 

Kekuatan utama yang melakukan lobi bagi partai komunis dan membantu partai komunis mendesak para politisi AS, agar condong ke pihak Komunis Tiongkok, Kini tidak lagi dari pihak Kedubes Tiongkok. Melainkan para pelobi dari perusahaan bisnis besar dan para politisi Amerika, termasuk Presiden AS.

Kelemahan pada sistem demokrasi AS, dengan canggih telah dimanfaatkan oleh Komunis Tiongkok. Pengaruh berlebihan dari uang di tengah perpolitikan, adalah penyebab utama kekalahan demokrasi di dalam kancah perang dingin ini. 

Akibat serangan strategi sukses Komunis Tiongkok, banyak politisi yang berhati nurani dan memiliki prinsip, ada yang menyembunyikan hati nuraninya sendiri. Ada pula yang telah kehilangan kualifikasi karir politiknya. Misi demokrasi dan HAM Tiongkok pun, tidak lagi menjadi perhatian masyarakat internasional, dan memasuki masa surut yang terabaikan. 

Sementara itu, penindasan dan eksploitasi oleh Komunis Tiongkok, justru telah mengalami masa klimaks. Termasuk secara perlahan menggerogoti demokrasi Barat, yang menyebabkan demokrasi di seluruh dunia pun memasuki masa kemundurannya. Yang dimaksud dengan model Tiongkok, juga merupakan model ekonomi pasar di bawah pemerintahan politik otoriter. Kini telah menjadi contoh yang dikagumi banyak negara ketiga di dunia. Juga dianggap sebagai suatu model perkembangan yang dipuji oleh banyak akademisi Barat. 

Demokrasi bebas lebih baik atau diktator otoriter, telah menjadi suatu topik yang dibahas mendetil oleh para akademisi yang tak berhati nurani. Ini menandakan budaya pemikiran seluruh umat manusia telah mengalami kemerosotan.

 Setelah para akademisi membahasnya dari hulu ke hilir, mereka pun melupakan prakondisi sebelum mereka membicarakannya. Apakah yang disebut perang dingin? Apakah hanya perang dingin antara AS dengan Uni Soviet yang bisa disebut perang dingin? 

Definisi perang dingin yang dengan sengaja diabaikan oleh para intelektual yang tak berhati nurani. Sebenarnya sangat sederhana dan lugas: Mengalahkan musuh tanpa melakukan tindakan berperang, itu yang disebut perang dingin. Dalam sistem kosa kata modern, perang dingin adalah suatu konsepsi yang berlawanan dengan perang panas yakni menggunakan senjata modern.

Komunis Tiongkok  dan para politisi yang dibeli oleh kaum kapitalis, tanpa melancarkan peperangan dan tanpa menggunakan cara-cara dalam perang panas seperti meriam dan kapal perang dan lain-lain, sudah akan dapat memenangkan perang melawan musuh mereka. Inilah yang disebut perang dingin jilid dua. 

Akibat disesatkan oleh para akademisi yang tak berhati nurani, orang Amerika mengira partai komunis bukanlah musuh mereka. Sedangkan setiap hari dipropagandakan oleh partai komunis kepada anggota partai dan rakyatnya adalah: Paham imperialisme dan demokrasi bebas Amerika adalah musuh mereka. Yang paling mengerikan bukanlah Anda memiliki seorang musuh yang kuat, melainkan tidak mengetahui siapa musuh Anda itu. (SUD/WHS)

KPK Tetapkan Menpora Imam Nahrowi Tersangka Suap Rp 26,5 Miliar

0

EtIndonesia. Komisi Pemberantasan Korupsi menetapkan Menteri Pemuda dan Olahraga di Kabinet Pemerintahan Jokowi-JK 2014-2019, Imam Nahrowi dan asistennya, sebagai tersangka dalam dugaan suap. Kasus yang menjeratnya adalah penyaluran pembiayaan dengan skema bantuan pemerintah melalui Kemenpora pada KONI Tahun Anggaran 2018. 

Menurut keterangan KPK, dana hibah dari Kemenpora untuk KONI yang dialokasikan adalah sebesar Rp 17,9 miliar. Dalam perkara tersebut, diduga KONI pada tahap awal mengajukan proposal kepada Kementerian Pemuda dan Olahraga untuk mendapatkan dana hibah tersebut.

Pengajuan dan penyaluran dana hibah tersebut diduga sebagai akal-akalan dan tidak didasari kondisi yang sebenarnya. Sebelum proposal diajukan, diduga telah ada kesepakatan antara pihak Kemenpora dan KONI untuk mengalokasikan fee sebesar 19.13% dari total dana hibah Rp17,9 miliar, yaitu sejumlah Rp 3,4 miliar.

Dalam rentang 2014 – 2018, Menpora melalui MIU selaku asisten pribadi Menpora diduga telah menerima uang sejumlah Rp14,7 miliar. Selain penerimaan uang tersebut, dalam rentang waktu 2016-2018, Menpora diduga juga meminta uang sejumlah total Rp11,8 miliar, hingga total dugaan penerimaan Rp26,5 miliar. Uang sebesar itu diduga merupakan commitment fee atas pengurusan proposal hibah yang diajukan oleh pihak KONI kepada Kemenpora TA 2018. Penerimaan terkait Ketua Dewan Pengarah Satlak Prima dan penerimaan lain yang berhubungan dengan jabatan IMR selaku Menpora. Uang tersebut diduga digunakan untuk kepentingan pribadi Menpora dan pihak lain yang terkait.

Para tersangka diduga melanggar pasal 12 huruf a atau huruf b atau Pasal 12 B atau Pasal 11 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 jo. Pasal 64 ayat (1) KUHP. 

KPK menjelaskan, perkara suap ini berawal dari peristiwa tangkap tangan yang dilakukan KPK pada 18 Desember 2018 silam. Saat itu, kasus terkait dengan penyaluran bantuan dari pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga kepada Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Tahun Anggaran 2018. Dalam kegiatan tangkap tangan tersebut, KPK mengamankan uang tunai di kantor KONI sebesar Rp7,4 miliar dan menetapkan lima orang sebagai tersangka.

KPK menjelaskan, praktik penerimaan suap, gratifikasi yang dianggap suap, dan ketidakpatuhan melaporkan penerimaan gratifikasi oleh para penyelenggara negara sangat mengganggu upaya pemerintah dalam mencapai tujuannya. Kali ini dalam bidang kepemudaan dan olahraga yang sangat krusial mengingat pada tahun 2045 Indonesia akan mengalami bonus demografi.

Jika anggaran-anggaran yang seharusnya digunakan untuk memajukan prestasi atlet dan meningkatkan kapasitas pemuda-pemuda Indonesia malah dikorupsi, dampaknya akan sangat buruk untuk masa depan bangsa. Apalagi kali ini dilakukan oleh pucuk pimpinan teratas dalam sebuah kementerian yang dipercaya mengurus atlet dan pemuda Indonesia. (asr)

Menpora Imam Nahrowi (Foto: Raiky/kemenpora.go.id)

Greenland, Siapa yang akan Membelinya, Amerika Serikat, Tiongkok atau Rusia?

0

Bowen Xiao

Banyak manfaat ekonomi dan strategis Greenland, terutama dalam hal keuntungan militer, tidak luput dari perhatian, di mana Tiongkok dan Rusia menunjukkan minat yang tinggi pada pulau yang jarang dihuni ini.

Menurut seorang pakar pertahanan, niat Tiongkok dan Rusia yang berusaha untuk meningkatkan pengaruhnya terhadap Greenland adalah menyangkut Amerika Serikat. Selain nilai strategis Greenland sehubungan dengan geografi dan posisinya, pulau itu juga mengandung banyak mineral dan minyak.

Sementara itu menurut Peter Huessy, seorang konsultan pertahanan senior dan direktur studi penangkal strategis di Mitchell Institute for Aerospace Studies, kepada The Epoch Times mengatakan bahwa gagasan Presiden Donald Trump untuk berpotensi membeli pulau itu tidak seberani kedengarannya.

“Jika Greenland seperti Guam, kami dapat mengerahkan rudal ofensif konvensional di utara Greenland di sepanjang Kutub Utara dan kami akan mencakup sebagian besar Rusia dan Tiongkok, yang  bertindak sebagai pencegah yang sangat baik untuk mencegah Tiongkok dan Rusia menggunakan rudal balistik dalam bentuk apa pun terhadap Amerika Serikat atau sekutunya,” kata Peter Huessy.

Ada juga manfaat perdagangan. Tiongkok melihat Greenland sebagai sumber logam tanah jarang dan mineral lainnya serta pelabuhan untuk pengiriman melalui Kutub Utara ke bagian timur Amerika Serikat. 

Pada tahun 2018, Tiongkok menyerukan untuk pengembangan bersama “Jalan Sutra Kutub,” sebagai bagian inisiatif “One Belt, One Road – OBOR” Beijing untuk membangun kereta api, pelabuhan, dan fasilitas lainnya di puluhan negara.

“Tiongkok dan Rusia berharap seperti Terusan Panama, Tiongkok dan Rusia ingin menjadi penjaga gerbang untuk transit ke Kutub Utara. Hal itu memiliki implikasi besar untuk perdagangan dan perniagaan serta masalah ekonomi. Tiongkok dan Rusia melakukan hal yang sama di Laut Tiongkok Selatan,” kata Peter Huessy.

Menurut Peter Huessy, pembicaraan Donald Trump baru-baru ini guna pembelian pulau itu mengirim sinyal ke Tiongkok dan Rusia untuk meredam rencana ekspansi Tiongkok dan Rusia di Kutub Utara. 

Pada dasarnya, Denmark adalah pemilik Greenland, yang memiliki populasi lebih dari 56.000 jiwa.

Secara strategis, Greenland membentuk bagian dari apa yang dilihat oleh Amerika Serikat sebagai koridor utama untuk operasi angkatan laut antara Kutub Utara dengan Atlantik Utara. 

Greenland juga merupakan bagian wilayah Kutub Utara yang lebih luas serta dianggap penting secara strategis karena kedekatannya dengan Amerika Serikat dan dianggap penting secara ekonomi untuk sumber daya alamnya.

“Akan sangat bagus jika kita dapat melakukan semua hal itu sendiri dan kita tidak harus pergi meminta kepada pemerintah Denmark. Apa yang dilakukan Donald Trump pada dasarnya adalah mengkritik pepatah Tiongkok, ‘Tidak terlalu cepat.’ Pada dasarnya, Donald Trump menunjukkan  kepada Tiongkok bahwa ia sanggup mewujudkannya,” kata Peter Huessy.

Peter Huessy menilai Donald Trump berpikir secara strategis serta bertindak secara strategis dan taktis.

Greenland terletak di antara Atlantik Utara dan samudra Arktik serta bergantung pada dukungan ekonomi Denmark. Greenland menangani urusan dalam negerinya sendiri, sementara Kopenhagen menjaga pertahanan dan kebijakan luar negeri Greenland.

Menurut Peter Huessy, Greenland akan mendapat manfaat besar bila menjadi bagian Amerika Serikat, terutama secara ekonomi. Pada tahun 1946, Presiden Harry S. Truman juga mengajukan rencana untuk membeli Greenland.

Mineral dan minyak tersedia sesuai kesepakatan dengan pemerintah dan aturan Uni Eropa; ada hambatan untuk investasi dan kepemilikan asing; membeli wilayah itu akan menghilangkan hambatan ini.

Pada tanggal 23 Agustus 2019, Donald Trump mengatakan ia menerima panggilan telepon Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen, beberapa hari setelah ia mengemukakan gagasan untuk membeli Greenland yang “tidak masuk akal” itu.

Pada saat itu, Donald Trump mengkritik tanggapan Mette Frederiksen, yang menggambarkannya sebagai hal yang “tidak menyenangkan.”

“Seorang wanita yang luar biasa. Kami memiliki percakapan yang hebat. Kami memiliki hubungan yang sangat baik dengan Denmark,” kata Donald Trump kepada wartawan.

Trump menilai bahwa “Mette Frederiksen sangat baik.  Sebelumnya, Trump mengatakan bahwa ia tertarik dengan Greenland “secara strategis,” tetapi membeli Greenland “bukanlah priorotas nomor 1.”

Rusia telah meningkatkan profilnya di Kutub Utara, membuat atau membuka kembali enam pangkalan militer yang ditutup setelah Perang Dingin berakhir pada tahun 1990. Rusia juga memodernisasi Armada Utara miliknya, termasuk 21 kapal baru dan dua kapal selam nuklir, dan sering mengadakan latihan angkatan laut di Kutub Utara.

Pada bulan Mei 2019 lalu, Sekretaris Negara Amerika Serikat Mike Pompeo mengatakan Rusia berperilaku agresif di Kutub Utara, dan tindakan Tiongkok di sana juga harus diawasi dengan ketat.

Amerika Serikat mempertahankan pangkalan udara di Thule di barat laut Greenland di bawah perjanjian tahun 1951 dengan Denmark. Washington menginginkan kehadiran militer yang lebih besar di Greenland untuk lebih mempertahankan pangkalan tersebut dan meningkatkan pengawasan perairan antara pulau dan benua Eropa.

Greenland diperkirakan memiliki cadangan mineral langka di luar Tiongkok, yang digunakan untuk membuat baterai dan ponsel. 

Mineral semacam itu dianggap penting bagi keamanan ekonomi dan nasional oleh Departemen Dalam Negeri Amerika Serikat pada tahun 2018 silam.

Laporan The Wall Street Journal pada tahun 2018 itu, menyebutkan bahwa Menteri Pertahanan Amerika Serikat James Mattis berhasil menekan Denmark untuk tidak membiarkan Tiongkok membiayai tiga bandara komersial di Greenland. Hal itu dikarenakan khawatir Denmark memberi Beijing pijakan militer di dekat Kanada. 

Perdana Menteri Li Keqiang : Sangat Sulit untuk Mempertahankan Pertumbuhan Ekonomi Tiongkok 6%

0

oleh Luo Tingting

Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang dalam sebuah wawancara dengan media Rusia mengungkapkan, bahwa ekonomi Tiongkok menghadapi tekanan ke bawah dan sangat sulit untuk mempertahankan tingkat pertumbuhan ekonomi 6%. 

Ia juga menekankan bahwa mempertahankan lapangan kerja sekarang ini merupakan tugas utama. Selama lapangan kerja masih memadai, penurunan pertumbuhan ekonomi dapat ditolerir.

“Troika” ekonomi Tiongkok mengalami gangguan fungsi

Li Keqiang pada 16 September mengunjungi Rusia atas undangan dari Perdana Menteri Rusia Dmitry Medvedev. Kunjungan itu untuk menghadiri pertemuan reguler ke-24 antara perdana menteri Tiongkok dan Rusia di St Petersburg. Istri Li Keqiang, Cheng Hong, Anggota Dewan Negara dan Menteri Luar Negeri Wang Yi dan yang lainnya ikut mendampingi.

Sebelum berangkat, Li Keqiang mengatakan dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Rusia, Tass pada 15 September, bahwa perkembangan ekonomi Tiongkok tahun ini diperkirakan tumbuh antara 6% hingga 6,5%. Tingkat pengangguran perkotaan menurut survei adalah 5,5%, dan kenaikan harga konsumen sekitar 3%. Namun, ekonomi Tiongkok menghadapi tekanan ke bawah. Sedangkan, untuk mempertahankan tingkat pertumbuhan 6% dirasakan sangat sulit.

Dunia luar memperkirakan bahwa “troika” atau tiga serangkai yang diharapkan untuk menggerakan pertumbuhan ekonomi Tiongkok yakni bidang investasi, ekspor, dan konsumsi, saat ini sedang mengalami perlambatan. Jarang sekali Li Keqiang mau mengungkapkan realitas kemerosotan ekonomi Tiongkok yang tampaknya sudah benar-benar dalam kesulitan.

Menurut data yang dirilis oleh Biro Statistik Nasional dan unit lainnya pada 31 Agustus, keseluruhan indikator ekonomi Tiongkok, Purchasing Managers’ Index -PMI- turun menjadi 49,5 pada bulan Agustus, lebih rendah dari perkiraan pasar yang 49,7, berada di bawah angka 50 yang merupakan indikator stabil berarti pertumbuhan minus dan tidak diharapkan pasar.

Pada bulan Agustus, Industrial added value untuk perusahaan industri di atas ukuran meningkat sebesar 4,4% Year over Year. Namun, menjadi pertumbuhan yang terendah dalam 17 tahun terakhir (sejak bulan Februari 2002), dan tingkat pertumbuhan tersebut lebih rendah 0,4 % dari bulan Juli.

Tingkat pertumbuhan total penjualan ritel di bulan Agustus juga turun menjadi 7,5%, padahal sudah selama lebih dari sepuluh tahun pertumbuhannya terus terjaga di angka 10%. Ini adalah level terendah kedua tahun ini.

Namun, Wall Street Journal baru-baru ini, mencoba untuk menyimpulkan berdasarkan berbagai hasil penelitian para analis dan peneliti, bahwa data riil ekonomi Tiongkok jauh lebih rendah daripada angka yang dikeluarkan resmi oleh pemerintah. Para analis percaya bahwa tingkat pertumbuhan PDB Tiongkok paling banter 3%.

Li Keqiang : Lapangan Kerja Lebih penting daripada Pertumbuhan Ekonomi

Selain itu, hal yang menarik perhatian adalah Li Keqiang juga menekankan pentingnya untuk mempertahankan lapangan kerja. 

Dia mengatakan bahwa pertumbuhan yang stabil terutama untuk melindungi lapangan kerja, selama lapangan kerja masih memadai, penurunan pertumbuhan ekonomi dapat ditolerir.

Saat ini, tingkat pengangguran perkotaan di Tiongkok sekitar 5%. Angka itu lebih buruk dari yang diperkirakan. The Wall Street Journal melaporkan, bahwa mengatasi masalah pengangguran adalah prioritas utama bagi para pemimpin komunis Tiongkok saat ini. Karena, mereka menganggap ekonomi sebagai dasar untuk mempertahankan eksistensi kekuasaannya. Namun, banyak ekonom mengatakan bahwa tingkat pengangguran aktual Tiongkok jauh lebih tinggi daripada data resmi.

China International Capital Corporation Ltd -CICC- dalam sebuah laporan penelitian pada bulan Juli menyebutkan, bahwa sektor industri Tiongkok dalam setahun lalu telah kehilangan 5 juta kesempatan kerja, yang mana 1,8 juta – 1,9 juta di antaranya itu hilang sebagai akibat dari perang dagang.

Sejak awal perang dagang berkobar pada tahun lalu, otoritas Beijing telah menempatkan program pengamanan lapangan kerja di atas keenam program stabilitas. Tentu saja, masalah lapangan kerja paling membuat pemimpin puncak komunis Tiongkok ketar-ketir. 

Menteri Keuangan Tiongkok Liu Kun kepada Reuters mengatakan, bahwa ia sebenarnya lebih khawatir terhadap dampak dari hilangnya kesempatan kerja di dalam negeri akibat perang dagang.

Li Keqiang juga berulang kali memberi tekanan dalam berbagai kesempatan pertemuan. Ia menegaskan, bahwa lapangan kerja terkait langsung dengan stabilitas masyarakat secara keseluruhan. Li Keqiang juga menegaskan, bahwa semua pihak wajib untuk ikut memperjuangkan agar pengangguran massal agar tidak terjadi. Langkah itu, mencerminkan bahwa perang dagang menimbulkan dampak besar terhadap stabilitas ekonomi dan sosial Tiongkok.

Gelombang Perusahaan Pailit dan Pengangguran Melanda Daratan Tiongkok

Dalam suasana suhu perang dagang yang semakin tinggi seperti sekarang ini, pukulan bertubi-tubi dari tarif, telah mempercepat laju hengkangnya perusahaan-perusahaan asing dari daratan Tiongkok. 

Menurut data resmi, jika seluruh perusahaan asing menarik diri dari Tiongkok, setidaknya 45 juta orang akan menganggur. Itu pun belum termasuk para pekerja di perusahaan pemasok yang menggantungkan pekerjaan dari perusahaan-perusahaan asing. Sejumlah perusahaan hulu dan hilir yang jika dijumlahkan, mungkin bisa mencapai lebih dari 100 juta orang.

Pada saat yang sama, Gelombang perusahaan pailit dan pengangguran melanda daratan Tiongkok. Baru-baru ini, banyak perusahaan besar Tiongkok, perusahaan yang sudah memiliki reputasi, dan perusahaan bintang mengalami kepailitan. 

Pada 27 Agustus, Rushan Shipbuilding Co., sebuah perusahaan tulang punggung di Provinsi Shandong, secara resmi dipailitkan oleh pengadilan negeri karena kekurangan modal.

Pada 26 Agustus, Guowei Technology, perusahaan pemasok mesin utama mobil daratan, dinyatakan pailit karena kekurangan modal. Adapun gaji sekitar 5.000 orang karyawannya selama 6 bulan juga belum dibayar.

Pada hari yang sama, setelah raja sepatu Tiongkok ‘Fuguiniao’ 2 kali gagal menyelamatkan diri, menyatakan pailit dengan tunggakan hutang sebesar RMB. 3 miliar. Perusahaan sepatu terkenal ‘Daphne’ menutup 612 toko dan PHK 1.900 orang dalam 6 bulan.

Menurut pengumuman pengadilan Tiongkok, dalam 22 hari di bulan Agustus, sebanyak 32 perusahaan real estat Tiongkok mengalami kepailitan. Kebanyakan dari mereka adalah “raja tanah” lokal dan perusahaan real estat favorit.

Perusahaan yang bergerang di bidang IT juga “berteriak”. Menurut data kewirausahaan dan investasi yang disediakan oleh situs web ‘itjuzi.com’ hingga 7 Agustus tahun ini, 15 platform Internet teratas yang merupakan perusahaan keuangan yang baru berkembang telah “menelan” uang nasabah mereka sebesar RMB. 15,45 miliar. Setelah itu mereka dinyatakan pailit dengan 1001 alasan.

Liu He : Perlu Menjaga Agar Rakyat Tidak Bergolak

Dewan Negara Tiongkok dalam beberapa hari terakhir, mengadakan 3 pertemuan “kelas berat” untuk membahas bagaimana menyelamatkan ekonomi. Pihak berwenang mengatakan bahwa, mereka akan ikut campur tangan dalam pemutaran roda ekonomi untuk mencegah kejatuhan pertumbuhan dan memicu krisis keuangan. Itu juga mencerminkan bahwa ekonomi Tiongkok sedang luar biasa sulit.

Pada 5 September, Liu He, Wakil Perdana Menteri Tiongkok dan Ketua Komite Pengembangan Stabilitas Keuangan, memberikan tekanan dalam pertemuannya dengan pemerintah daerah. Pada pertemuan itu, ia mengatakan bahwa pemerintah daerah selain harus mencegah terjadinya krisis keuangan, juga tidak kalah pentingnya untuk menjaga agar rakyat tidak bergolak. (Sin/asr)

Pada konferensi pers, Li Keqiang membantah bahwa pemerintah memaksa perusahaan Tiongkok di luar negeri untuk melakukan kegiatan spionase. (Lintao Zhang/Getty Images)

Ratusan Cendekiawan dari Seluruh Dunia Mendesak Amerika Serikat untuk Meloloskan Undang-undang HAM dan Demokrasi bagi Hong Kong

0

Zhang Dun

Aksi protes menolak Undang-undang ekstradisi yang telah berlangsung selama beberapa bulan yang mendapatkan dukungan dari berbagai kalangan. Baru-baru ini, lebih dari 400 cendekiawan, aktivis, dan masyarakat internasional mengirim surat kepada Ketua parlemen Amerika Serikat, Nancy Pelosi. Surat itu mendesak agar meloloskan Rancangan Undang Undang RUU Hak Asasi Manusia dan Demokrasi Hong Kong secepat mungkin.

RUU tersebut bisa memberi wewenang yang lebih besar bagi pemerintah Amerika Serikat dalam memantau Pemerintah Hong Kong dan Komunis Tiongkok. Hal itu untuk memastikan rakyat Hong Kong menikmati otonomi tingkat tinggi di bawah prinsip “satu negara, dua sistem” dan memberi sanksi kepada pejabat yang merusak hak asasi manusia di Hong Kong.

Media Hong Kong ” The Stand News” melaporkan pada Rabu, 11 September 2019 lalu  bahwa surat bersama yang dikirim kepada Nancy Pelosi itu, ditandatangani sejumlah besar cendekiawan terkemuka Amerika Serikat. Beberapa nama diantaranya, Jerome A. Cohen, mantan rektor Harvard Law School, Larry Diamond, peneliti senior di The Hoover Institution at Stanford University, Andrew Nathan, profesor politik di Columbia University, dan Michael C. Davis, ahli hukum Amerika dan tokoh terkemuka lainnya.

Menurut surat bersama itu, Undang-Undang Kebijakan Hong Kong yang disahkan oleh Kongres Amerika Serikat pada tahun 1992 menunjukkan komitmen Amerika Serikat terhadap hak asasi manusia dan demokrasi di Hong Kong. Juga menganggap Hong Kong sebagai wilayah independen yang tidak sama dengan Tiongkok dalam kebijakan perdagangan, investasi, keuangan, dan imigrasi Amerika Serikat.

Namun, mengingat krisis di Hong Kong dalam beberapa tahun terakhir, Surat Bersama tersebut menyatakan bahwa pemerintah Amerika Serikat perlu memilih lebih banyak cara di luar posisi istimewa Hong Kong untuk mempertahankan atau mengakhiri dalam memantau pemerintah Hong Kong.

Surat bersama itu meminta Senat dan Parlemen Amerika Serikat untuk meloloskan Undang-Undang Hak Asasi Manusia dan Demokrasi Hong Kong saat ini. Kongres mengatur kementerian Luar Negeri Amerika Serikat untuk meninjau kembali otonomi Hong Kong setiap tahun, meminta laporan Departemen Perdagangan Amerika Serikat, Kementerian Keuangan, dan Kementerian Luar Negeri untuk melaporkan apakah pemerintah Hong Kong menerapkan kebijakan impor dan ekspor Amerika Serikat yang relevan. Di samping itu juga memberi wewenang kepada departemen terkait untuk memberikan sanksi kepada pejabat yang menindas hak asasi manusia di Hong Kong, dan menolak pengajuan visa Amerika Serikat tokoh atau pejabat Hong Kong yang menetapkan kejahatan terkait demonstrasi.

Surat bersama itu menyatakan bahwa komunis Tiongkok menetapkan posisi istimewa Hong Kong dalam Deklarasi Bersama Tiongkok dengan Inggris pada 1984 dan menjanjikan Hong Kong akan menikmati tingkat otonomi dan demokrasi, aturan hukum dan hak asasi manusia di bawah prinsip “Satu Negara, Dua Sistem”. 

Namun, komunis Tiongkok telah mengikis otonomi dan aturan hukum Hong Kong dalam beberapa tahun terakhir. Tiongkok melanggar komitmen yang dijanjikan pada saat pengalihan kedaulatan, dan fakta-fakta telah membuktikan bahwa Pemerintah Special Administrative Region – SAR Hong Kong  tidak dapat dan tidak bermaksud untuk mempertahankan otonomi tingkat tinggi Hong Kong.

Surat bersama itu juga menyatakan bahwa komunis Tiongkok dan pemerintah SAR telah merusak kebijakan dasar Hong Kong dalam beberapa tahun terakhir. Mereka dituding telah membuat cemas mereka, termasuk diundangkannya “Buku Putih tentang Satu Negara, Dua Sistem” pada tahun 2014, menghapus hak anggota yang dipilih rakyat Hong Kong, dan menjatuhkan hukuman pada demonstran yang memperjuangkan demokrasi.

Surat bersama juga menyebutkan bahwa Pemerintah Hong Kong memilih untuk menekan demonstran yang menolak undang-undang ekstradisi daripada menanggapi tuntutan mereka. Komunis Tiongkok dan Pemerintah SAR Hong Kong bahkan mendorong polisi bertindak represif, sehingga memicu kekacauan sosial yang berkelanjutan.

Sementara itu ada lebih dari 100.000 orang menyerukan agar Amerika Serikat meloloskan Undang-Undang Demokrasi. Itu adalah petisi lain yang diprakarsai oleh rakyat Hong Kong setelah meluncurkan aksi pengumpulan tanda tangan di situs web resmi Pemerintah Amerika yang menyerukan Kongres Amerika Serikat untuk mengesahkan RUU Hak Asasi Manusia dan Demokrasi Hong Kong.

Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam mengumumkan pada Rabu, 4 September 2019 lalu, bahwa ia telah menarik draf revisi Undang-undang Pelanggar Hukum. Namun, para pengunjuk rasa dari berbagai lapisan masyarakat di Hong Kong mengatakan bahwa penarikan amandemen itu sudah “terlambat, dan tidak tulus”. Demonstran menuntut lima tuntutan yang harus dipenuhi.

Empat tuntutan utama lainnya adalah: mencabut pernyataan bahwa aksi demonstran sebagai bentuk “kerusuhan”, mencabut tuduhan terhadap semua pengunjuk rasa, membentuk komite investigasi independen untuk menyelidiki penyalahgunaan kekuasaan oleh polisi, dan segera implementasikan hak pilih universal yakni pemilihan anggota dewan dan kepala eksekutif Hong Kong.

Pada hari pencabutan amandemen, rakyat Hong Kong meluncurkan petisi di situs web resmi Gedung Putih menyerukan Kongres Amerika Serikat agar mengesahkan Undang-Undang Hak Asasi Manusia dan Demokrasi Hong Kong. Hanya dalam waktu dua hari, yaitu, pada Jum’at 6 September 2019 sekitar pukul 9:00 waktu setempat, jumlah orang-orang menandatangani surat petisi telah melebihi 100 ribu orang.

Menurut peraturan pemerintah Amerika Serikat, Gedung Putih perlu menanggapi petisi yang telah ditandatangani lebih dari 100.000 orang. Sebenarnya, banyak pejabat senior Gedung Putih, termasuk Presiden Amerika Serikat, Donald Trump menghimbau pemerintah komunis Tiongkok untuk duduk bersama dengan para pemrotes Hong Kong dan secara damai menyelesaikan situasi di Hong Kong.

Pada Minggu, 8 September 2019, pukul 1:30 siang waktu Hong Kong, warga Hong Kong mengadakan pertemuan dan doa bersama terkait RUU Hak Asasi Manusia dan Demokrasi Hong Kong di Chater Garden. 

Tujuan utama rapat umum itu adalah meminta Kongres Amerika Serikat untuk mengesahkan RUU Hak Asasi Manusia dan Demokrasi Hong Kong. Di Taman itu juga digelar “Deklarasi bersama tentang Hak Asasi Manusia dan Demokrasi Hong Kong”. Kemudian, makalah bersama itu akan ditempel di dinsing mosaic di depan Konsulat Amerika Serikat di Hong Kong.

Sekitar jam 2 siang waktu Hong Kong, para peserta berangkat dari Chater Garden Park, berjalan ke konsulat Amerika Serikat dan menyerahkan petisi. Mereka meminta Kongres Amerika Serikat untuk meloloskan RUU Hak Asasi Manusia dan Demokrasi Hong Kong.

Para peserta mengangkat spanduk dan slogan yang bertuliskan, “Presiden Trump, tolong bantu bebaskan Hong Kong”, “lima tuntutan utama, “Loloskan RUU Hak Asasi Manusia dan Demokrasi Hong Kong” serta slogan lainnya dalam bahasa Inggris

Selain itu, ada demonstran yang mengangkat bendera Amerika, sambil meneriakkan slogan “Berjuang demi kebebasan, berdiri bersama dengan Hong Kong” dan menyanyikan lagu kebangsaan Amerika saat menuju ke konsulat Amerika Serikat.

Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Hong Kong menerima surat petisi dari para demonstran.

Lalu apa saja isi dari Undang-Undang Demokrasi?

Aksi protes anti undang-undang ekstradisi yang digelar massa Hong Kong mulai meluas secara bertahap pada bulan Juni 2019 lalu. Pada saat ketika Dewan Legislatif Hong Kong yang awalnya berencana untuk melakukan pembacaan kedua draf revisi Undang-undang ekstradisi pada 12 Juni 2019 lalu, para demonstran menerjang ke Gedung Dewan Legislatif. Pada saat kejadian itu, Pemerintah Hong Kong mengatakan para demonstran sebagai “perusuh.”

Pada 13 Juni 2019 lalu, Senator Republik Amerika Serikat Marco Rubio dan Anggota Kongres dari partai Republik Chris Smith mencetuskan Rancangan Undang-Undang Hak Asasi Manusia dan Demokrasi Hong Kong di Senat dan Dewan Perwakilan Rakyat.

RUU terutama mencakup konten berikut ini:

1. Meminta Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat untuk menyerahkan laporan kepada Kongres Amerika Serikat setiap tahun untuk menentukan apakah status otonomi Hong Kong masih terus mematuhi Undang-Undang Kebijakan Hong Kong yang disahkan pada tahun 1992;

2. Meminta Presiden Amerika Serikat untuk menentukan siapa yang harus bertanggung jawab atas insiden di “Toko Buku Causeway” dan penindasan terhadap kebebasan mendasar di Hong Kong, termasuk orang-orang yang terkait dengan insiden toko buku yang diekstradisi ke Tiongkok, membekukan aset mereka di Amerika Serikat, dan menolak memberikan Visa Amerika Serikat;

3. Meminta Presiden Amerika Serikat menetapkan strategi untuk melindungi warga negara dan perusahaan Amerika Serikat dari ancaman revisi Ordonansi Pelanggar Hukum Hong Kong, termasuk menentukan apakah perjanjian ekstradisi antara Amerika Serikat dan Hong Kong akan diubah, dan peringatan perjalanan ke Hong Kong dari Departemen Luar Negeri Amerika Serikat.

4. Meminta Departemen Perdagangan Amerika Serikat menyerahkan laporan tahunan untuk menentukan apakah pemerintah Hong Kong menerapkan undang-undang kontrol ekspor Amerika Serikat tentang produk sensitif untuk tujuan militer dan komersial, serta sanksi yang diberlakukan oleh Amerika Serikat atau PBB untuk Korea Utara atau Iran. 

Dalam keadaan yang memungkinkan, departemen-departemen Amerika Serikat yang relevan akan meninjau apakah ada produk-produk terkait, mengekspor kembali melalui Hong Kong, dan digunakan sebagai sistem pemantauan skala besar dan “kredit sosial”. 

Draf tersebut secara spesifik menyebutkan bahwa Tiongkok dapat menggunakan Hong Kong sebagai gerbang independen dan dapat menggunakan Hong Kong sebagai saluran untuk teknologi input sensitif Tiongkok atas nama Distrik Dawan atau Guangdong-Hong Kong-Macao Greater Bay Area.

5. Memastikan bahwa mereka yang berpartisipasi dalam demonstrasi tanpa kekerasan dan memperjuangkan demokrasi, hak asasi manusia dan supremasi hukum di Hong Kong tidak akan ditolak visanya oleh otoritas Amerika Serikat dikarenakan mereka telah ditangkap, dipenjara, atau terkena dampak negatif oleh Pemerintah Hong Kong.

6. Program mengacu pada proses perbaikan politik di Hong Kong dan memastikan bahwa pemilih Hong Kong memiliki hak untuk memilih Ketua Eksekutif dan semua Anggota Dewan Legislatif secara hak pilih universal. 

Isi draf itu dengan jelas menyebutkan akan mendukung Hong Kong dalam membangun “opsi demokrasi sejati”, yaitu, pemilih Hong Kong dapat “secara bebas dan adil mencalonkan dan menentukan pilihan” dan pada tahun 2020 mendatang, dapat secara terbuka memilih semua anggota Dewan Legislatif secara langsung;

7. Jika Hong Kong memiliki undang-undang pasal 23 terkait keamanan nasional di masa mendatang, Presiden dan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat akan memeriksa undang-undang yang relevan, apakah melanggar Deklarasi Bersama Tiongkok-Inggris dan apakah hak asasi warga negara Hong Kong dan penduduk asing akan dibatasi.

Radio France Internationale -RFI dan Voice of America melaporkan bahwa Undang-Undang Hak Asasi Manusia dan Demokrasi Hong Kong, yang dicetuskan oleh anggota parlemen bipartisan Amerika Serikat, membuat komunis tidak tenang.

Melansir laman Radio France Internationale, analis menyebutkan bahwa setelah RUU tersebut disahkan, status Zona Pabean Independen Hong Kong akan diubah dari pengaturan penetapan otomatis Amerika Serikat menjadi “inspeksi tahunan.” Disamping itu juga membentuk mekanisme sanksi bagi pejabat dan pihak-pihak terkait yang merusak sistem otonomi di Hong Kong yang berdampak besar pada Hong Kong, dan dampaknya pada Beijing juga tidak kecil.

Pejabat dan individu yang dikenai sanksi dan merusak otonomi tingkat tinggi Hong Kong mungkin adalah pejabat Hong Kong, atau mungkin juga pejabat Kantor Perwakilan Tiongkok di Daerah Administratif Khusus Hong Kong atau pejabat senior Beijing. 

Seperti diketahui, terjamin tidaknya status otonomi Hong Kong, keputusan mendasar berada di tangan pucuk pimpinan Beijing. Skala protes yang belum pernah terjadi sebelumnya di Hong Kong itu disebabkan oleh ketakutan orang-orang Hong Kong akan status otonomi yang dinikmati Hong Kong selama ini. 

Lalu dari mana asal kekhawatiran orang-orang Hong Kong itu, semua jelas berasal dari akibat menyusutnya prinsip “satu negara, dua sistem” dalam beberapa tahun terakhir.

Laporan itu mengatakan bahwa siapa yang menculik lima penjual buku Hong Kong di Causeway Bay? Bagaimana miliarder Tiongkok-Kanada Xiao Jianhua menghilang di Hong Kong dalam semalam? Siapa yang terlibat dalam penganiayaan terhadap kebebasan mendasar Hong Kong? Biang keladi semua ini diarahkan ke Beijing. 

Miliarder Xiao Jianhua terkenal karena mengelola aset untuk anggota Partai Putra Mahkota Tiongkok. Dia diculik ke Tiingkok pada tahun 2017.

Menurut analisis, begitu RUU Hak Asasi Manusia Hong Kong disahkan, komunis Tiongkok akan menjadi sangat sulit untuk menekan Hong Kong.

Sementara itu, Dr. Wang Youqun, mantan kontributor Komite Tetap Politbiro dan Sekretaris Komisi Inspeksi Disiplin Pusat menulis di harian the Epoch Times pada Rabu 11 September 2019, bahwa Undang-Undang Hak Asasi Manusia dan Demokrasi Hong Kong adalah undang-undang pendamping dari Undang-Undang Kebijakan Hong Kong. 

Undang-undang tersebut memberi Hong Kong status “zona pabean independen” yang tidak sama dengan semua wilayah di daratan Tiongkok, sehingga Hong Kong menikmati preferensi tarif khusus. “Tarif pajak ekstrem rendah” Hong Kong adalah salah satu syarat terpenting bagi Hong Kong untuk menjadi pelabuhan bebas internasional.

RUU itu juga menetapkan bahwa dolar Hong Kong dapat ditukar secara bebas dengan dolar Amerika Serikat. Itu adalah salah satu syarat terpenting bagi Hong Kong untuk menjadi pusat keuangan internasional ketiga terbesar di dunia. Setelah dolar Hong Kong tidak dapat dikonversi secara bebas ke dolar Amerika Serikat, maka status keuangan internasional Hong Kong akan segera pudar.

Kebijakan preferensi khusus yang diberikan oleh Amerika Serikat ke Hong Kong didasarkan pada komitmen komunis Tiongkok yang mematuhi prinsip “satu negara, dua sistem”.

Jika komunis Tiongkok tidak mematuhi prinsip “satu negara, dua sistem”, “Undang-Undang Kebijakan Hong Kong” menetapkan bahwa Presiden Amerika Serikat memiliki hak untuk mengeluarkan perintah administratif untuk menangguhkan undang-undang itu.

Namun, undang-undang itu tidak memiliki mekanisme hukum yang spesifik dalam pengawasan, penegakan yang bisa dijalankan. Sementara RUU Hak Asasi Manusia dan Demokrasi Hong Kong kebetulan dapat melengkapi semua kekurangan itu.

Wang Youqun mengatakan bahwa fungsi terpenting dari RUU Hak Asasi Manusia dan Demokrasi Hong Kong adalah untuk mengawasi implementasi komunis Tiongkok atas “satu negara, dua sistem” di Hong Kong. Itu bukan hanya bermanfaat bagi rakyat Hong Kong tetapi juga untuk kepentingan rakyat Tiongkok dan Amerika.

Jika RUU disahkan, maka dapat secara efektif melindungi kebebasan dan hak asasi manusia rakyat Hong Kong, sehingga Hong Kong akan terus mendapat manfaat dari kebijakan preferensi khusus dari Amerika Serikat.  Hong Kong akan terus mempertahankan posisinya sebagai pusat keuangan internasional ketiga terbesar di dunia.

RUU itu juga melindungi kepentingan rakyat Tiongkok. Hong Kong adalah jembatan antara Tiongkok dan dunia bebas, juga merupakan jendela penting bagi Tiongkok untuk mendapatkan dana, talenta, dan informasi dari dunia bebas. 

Selain itu, Hong Kong juga merupakan kota penting bagi keuangan perusahaan Tiongkok. Dari tahun 2015 hingga 2019, perusahaan-perusahaan daratan Tiongkok menanamkan US $ 400 miliar di pasar obligasi Hong Kong.

RUU itu juga melindungi kepentingan rakyat dan perusahaan Amerika. Hingga tahun 2018, sekitar 1.300 perusahaan Amerika Serikat beroperasi di Hong Kong, termasuk hampir semua lembaga keuangan besar Amerika Serikat. Sebanyak 290 perusahaan Amerika  membangun kantor pusat regional di Hong Kong dan 434 perusahaan memiliki kantor regional. 

Pada 2017, Amerika Serikat secara langsung menginvestasikan 41,5 miliar dolar Amerika Serikat di Hong Kong, menjadikannya sebagai sumber investasi terbesar ketujuh di Hong Kong. 

Saat ini, sekitar 85.000 warga Amerika tinggal di Hong Kong. Pada tahun 2018, sekitar 1,3 juta warga Amerika memasuki Hong Kong atau transit di Hong Kong.

Namun terkait RUU itu, Wang Youqun mengatakan bahwa RUU itu merupakan pukulan besar bagi komunis Tiongkok. Jika RUU disahkan, akan secara akurat menyerang “penjahat Hak Asasi Manusia – HAM” yang merusak Hong Kong. Misalnya, “Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam, yang mendukung kekerasan polisi menekan demonstran, Wang Zhimin, Direktur Kantor Penghubung Komunis Tiongkok di Hong Kong, dan Zhang Xiaoming, Direktur Kantor Dewan Negara Urusan Hong Kong dan Makau kemungkinan besar akan dikenakan sanksi.”

Pada 9 September 2019, Kongres Amerika Serikat telah mengakhiri liburan musim panasnya. Ketua Parlemen Amerika Serikat Nancy Pelosi baru-baru ini mengeluarkan beberapa pernyataan yang menyatakan bahwa mereka akan mendorong pengesahan RUU Hak Asasi Manusia dan Demokrasi Hong Kong. Hal itu karena tuntutan kedua partai di Amerika Serikat untuk secepatnya mengesahkan RUU tersebut sangat tinggi.

Sementara Chris Smith, seorang Republikan senior Amerika Serikat dan salah satu pendiri RUU itu, mengatakan pada 5 September 2019 bahwa ia berharap pemerintah Hong Kong akan mencabut amandemen itu. 

“Tetapi itu saja tidak cukup. Pemerintah Hong Kong perlu mengambil lebih banyak tindakan untuk memastikan sistem pemilihan dan demokrasi yang bebas serta otonomi tingkat tinggi,” kata Chris Smith.

Chris Smith menekankan bahwa setelah dimulainya kembali Kongres Amerika Serikat, hal itu akan menjadi prioritas pada pengesahan “RUU Hak Asasi Manusia dan Demokrasi Hong Kong” yang diusulkan bersama kedua partai di Amerika.

Pemimpin Senat Amerika Serikat Chuck Schumer juga mengatakan pada 5 September 2019 lalu, bahwa pengesahan UU Hak Asasi Manusia dan Demokrasi Hong Kong setelah dimulainya kembali Kongres pada 9 September 2019, itu akan menjadi salah satu prioritas utama yang diusulkan anggota Partai Demokrat.

Schumer mengatakan dalam sebuah pernyataan, “Pada  saat rakyat Hong Kong menjalankan kebebasan berbicara dan hak-hak dasar demokrasi lainnya, kita harus menanggapi tindakan Komunis Tiongkok terhadap rakyat Hong Kong, ini sangat penting.”   

Pemimpin Mayoritas Senat Amerika Serikat, Mitch McConnell mengatakan di Twitter bahwa “Amerika Serikat pasti akan membuat respons besar terhadap segala upaya pemerintah komunis Tiongkok untuk menekan upaya orang-orang Hong Kong untuk secara damai mempertahankan hak-hak mereka. Pemerintah komunis Tiongkok sedang bermain dengan api, saya harap mereka tidak akan melangkah terlalu jauh.”

Selain itu, lebih dari 80 cendekiawan dan mantan politisi di Amerika Serikat baru-baru ini mengirim surat kepada Nancy Pelosi dan pemimpin Senat McConnell. Surat berisi seruan kepada anggota parlemen Amerika Serikat untuk mengesahkan RUU mendukung rakyat Hong Kong. 

Jon

FOTO : Siswa saat menggelar aksi di Hong Kong. (Liang Zhen / Epoch Times)

Silicon Valley Menyamai Tiongkok Dalam Hal Kendali Pikiran

0

Roger L. Simon, co-founder and CEO emeritus of PJ Media

Silicon Valley telah lama memiliki hubungan asmara dengan Tiongkok. Sebagian besar dari hubungan itu, termotivasi oleh iming-iming keuntungan yang besar dari negara terpadat di dunia itu.
Tetapi ketika anda berbisnis dengan negara totaliter, mungkin beberapa ideologinya meresap ke dalam diri anda. Hal ini terutama berlaku di planet kita yang semakin berteknologi-tinggi, di mana banyak pihak bersaing untuk mendapatkan kemajuan terbaru dan uang yang diperoleh dari kemajuan tersebut. 

Namun, Tiongkok memanfaatkan kemajuan itu untuk tujuan berbahaya. Dengan cara yang sangat mirip dengan yang diprediksi bertahun-tahun yang lalu dalam “Nineteen Eighty-Four” karya George Orwell dan “Brave New World,” karya Aldous Huxley, Tiongkok telah melembagakan sistem kredit sosial.

Program yang diluncurkan di seluruh Tiongkok yang berpopulasi mendekati 1,5 miliar, mengukur kepatuhan warganya di wilayah-wilayah dari agama warganya hingga apakah warganya menyeberang jalan. Warga Tiongkok kemudian dihargai atau dibatasi di hampir semua aspek kehidupannya, sesuai dengan skor yang telah diterimanya.

Itu adalah Big Brother yang mengendalikan seketat mungkin. Hal itu akan menyeragamkan orang sampai pada tingkat yang hanya diimpikan Mao selama Revolusi Kebudayaan Kaum Kelas Bawah yang Hebat. Karena hal itu bahkan akan terjadi tanpa orang-orang menyadari apa yang sedang dilakukan terhadap mereka. 

Semuanya tampak dalam semangat kesenangan online yang kompetitif. Inilah sebabnya mengapa beberapa orang menyebut skor kredit sosial “otoriterianisme yang diperjelas.”

Tetapi Tiongkok tidaklah sendiri. Google, Facebook, dan lainnya berada tepat di belakang Tiongkok bahkan mungkin di depan Tiongkok dalam perlombaan untuk masyarakat yang taat dan homogen, Meskipun raksasa teknologi mengklaim sebaliknya. 

Lagi pula, Google yang diduga merancang mesin pencari yang disensor secara politis untuk orang Tiongkok, sampai raksasa teknologi itu menarik kembali di bawah kritik keras.

Dan pendekatan itu sedang diadopsi oleh berbagai sumber, tidak hanya oleh raksasa Google dan Facebook. Perusahaan asuransi dan pemasok restoran menggunakan teknologi baru itu untuk mensurvei media sosial atau daftar bersama untuk memberikan versi “skor” kepada klien potensial.

Kita semua diawasi setiap saat, hampir selalu tanpa mengetahui bahwa hal itu benar-benar terjadi. Hanya rayuan yang dibayarkan. Tetapi kita semua mendapatkan skor kredit sosial dari jenis apa pun.

Tren yang tidak menyenangkan itu dimotivasi sebagian oleh keseragaman ideologis manajemen dan karyawan yang kita lihat di Google, Facebook, dan sebagainya. Mereka pikir mereka melakukan hal yang benar. Tetapi keserakahan perusahaan global yang tidak terkendali sama-sama berperan, yang satu memperkuat yang lain.

Apa pun motivasinya, hasilnya merupakan ancaman serius, bahkan mungkin terminal, terhadap demokrasi seperti yang kita ketahui. 

Dalam sebuah artikel penting di Fast Company, Mike Elgan menulis bahwa Lembah Silikon mereplikasi sistem kredit sosial setara Tiongkok untuk Amerika Serikat dan audiens Barat yang lebih besar.

“Banyak orang Barat terganggu oleh apa yang mereka baca mengenai sistem kredit sosial Tiongkok. Tetapi sistem seperti itu, ternyata, tidak unik untuk Tiongkok. Sistem paralel sedang berkembang di Amerika Serikat. Sebagian sebagai hasil Silicon Valley dan kebijakan pengguna industri-teknologi, dan sebagian oleh pengawasan aktivitas media sosial oleh perusahaan swasta,” tulis Mike Elgan.

Jika ada keadaan darurat di masyarakat kita, itu bukanlah masalah pemanasan global, tetapi adalah kendali pemikiran yang berkembang.

Orang Tiongkok dan Big Tech memang mengubah otoritarianisme menjadi permainan yang kita semua mainkan. Kesenangan adalah beban kita sendiri, dan kebebasan kita berbiaya. (vv)

Roger L. Simon, salah satu pendiri dan CEO emeritus PJ Media, adalah penulis pemenang penghargaan dan penulis skenario nominasi Academy Award. Novel barunya, “The Goat,” tersedia di Amazon.

“Dua Kali Reunifikasi” Adalah Mimpi Buruk Bersama Tiongkok & Hongkong

0

oleh He Qinglian

Semangat perjuangan dan pengorbanan para pemrotes Hongkong, telah meraih dukungan dan penghormatan luas dari luar Tiongkok, tapi merasa sangat tak berdaya.  Saya bisa diingat setelah gerakan Menduduki Central pada 2014 lalu di Hongkong, Beijing telah merencanakan “reunifikasi jilid 2”, setelah diperiksa, ternyata memang benar demikian.

Penguasa Nantikan Momentum Yang Tepat Untuk “Keruk tulang Buang Racun”

Sebelum aksi protes 31 Agustus, Beijing telah melontarkan sinyal kepada pihak luar. Untuk menyelesaikan masalah Hongkong, saat ini dilakukan “menghentikan kerusuhan meredam kekacauan”, setelah itu akan “keruk tulang buang racun”, kemudian akan mencapai “reunifikasi jilid 2”.

Pada 27 Agustus DuoWei News mempublikasi artikel berjudul “Hentikan Kerusuhan Redam Kekacauan Bukan Akhir Dari Kerusuhan Hongkong”, disebutkan bersamaan dengan “menghentikan kerusuhan meredam kekacauan.”

Untuk jangka panjang, perlu dilakukan “keruk tulang buang racun” secara tuntas terhadap Hongkong — yang dimaksud dengan “racun”, adalah kondisi saat ini. Tentunya yang dimaksud adalah para muda-mudi Hongkong yang berinisiatif bersikeras melawan.

Walaupun pihak pemrotes senantiasa mengumumkan protes ini “tanpa forum”, tapi pihak kepolisian Hongkong mengaku telah menyusupkan mata-mata ke dalam kelompok pengunjuk rasa untuk mencari tahu siapa saja penggerak utamanya.

Dikabarkan total mencapai ribuan orang, termasuk beberapa orang anggota Dewan Legislatif dari kubu demokrasi dan tokoh gerakan masyarakat. Sekarang yang telah ditangkap jumlahnya tidak sedikit lebih dari 1000 orang.

Pada 30 Agustus, Reuters mempublikasikan berita eksklusif: Beijing perintahkan tolak 5 tuntutan demonstran Hongkong, dengan instruksi khusus bahwa tidak boleh melakukan penyelidikan terhadap polisi yang represif berlebihan.

Pemerintah Komunis Tiongkok secara terbuka membantah berita tersebut sebagai berita palsu, tak diduga pada 2 September, Reuters kembali mengungkap rekaman suara pembicaraan Carrie Lam dengan pengusaha minggu lalu.

Carrie Lam menyatakan, jika bisa memilih, dia akan mengajukan pengunduran diri pada kesempatan pertama. Perihal mengatasi krisis Hongkong ini telah melampaui batas kemampuan dirinya. Pernyataan Carrie Lam ini telah melanggar pantangan terbesar di kancah politik komunis Tiongkok. 

Pada 1989 menjelang Pembantaian Tiananmen, Perdana Menteri Zhao Ziyang yang waktu itu menemui Sekretaris Partai Komunis Uni Soviet, Gorbachev membicarakan Deng Xiaoping adalah penguasa politik yang sebenarnya di Tiongko.

Ia sempat dituduh sebagai “pengkhianat.” Carrie bersedia secara terbuka menyampaikan maksudnya ini, bisa dibilang sebagai semacam pernyataan sikap dan berterus terang secara tidak langsung.

Beijing sedang menunggu momentum yang tepat untuk “menghentikan kerusuhan meredam kekacauan”. Pada 31 Agustus itu, seorang wartawan surat kabar “Le Monde” Prancis yang meliput di lokasi menemukan sejumlah fenomena yang sangat aneh.

Polisi Hongkong membiarkan demonstran mendekati kantor pusat pemerintahan dan Dewan Legislatif yang simbolis, lalu melemparkan gas air mata ke arah “barikade air” atau pembatas keamanan. Yang mana melindungi polisi. Bahkan, membiarkan sebagian demonstran mendekati serta melampaui “barikade air” yang dipasang polisi. Dalam hal ini, polisi dianggap dengan sengaja membiarkan demonstran bertindak berlebihan.

Wartawan itui tentu saja tidak tahu, dalam menghadapi aksi unjuk rasa Komunis Tiongkok telah mendapatkan warisan asli ala Mao Zedong.

Pada 18 Februari 1959, terhadap “Briefing Situasi Pemberontakan Bersenjata Tibet”, memo Mao Zedong berbunyi bagi Liu Shaoqi, Zhou Enlai, Chen Yi, Deng Xiaoping, Peng Dehuai dan kawan-kawan :

“Semakin rusuh Tibet akan semakin baik, bisa untuk melatih pasukan militer, juga bisa melatih basis massa, juga menjadi alasan yang kuat untuk menekan pemberontakan dan menerapkan reformasi di masa mendatang.”

Setelah 31 Agustus, propaganda KOMUNIS TIONGKOK terhadap unjuk rasa di Hongkong bisa dikatakan “didominasi gambar dan tulisan”, dipenuhi dengan konten “perusuh” Hongkong membakar dan menyerang polisi.

Tapi tidak sepatah kata pun menyebutkan tindakan kekerasan polisi menggunakan gas air mata, meriam air (water cannon) dengan cairan berwarna biru, peluru karet dan lain-lain, khusus kepada warga di TIONGKOK, telah diperlihatkan sebuah versi “kerusuhan Hongkong” yang sama sekali berbeda.

Berita-berita itu jelas mengarah ke satu tujuan, pemerintah Komunis Tiongkok akan mengambil tindakan keras, untuk mengakhiri perlawanan yang telah berlangsung selama tiga bulan ini.
Penyelesaian dari peristiwa ini tidak akan berakhir seperti tragedi Pembantaian Tiananmen, melainkan dengan metode lain, aksi polisi Hongkong pada 31 Agustus hanyalah permulaan saja.
Pendidikan Kebencian Internal Komunis Tiongkok Terhadap Hongkong

Setelah menghentikan kerusuhan meredam kekacauan, akan ada perhitungan pasca kejadian, itu yang dimaksud dengan “keruk tulang buang racun”.
Apa yang dimaksud “racun”? Di mata penguasa Tiongkok, semua yang tidak sepaham dengan rezim totaliter dan semua warga Hongkong yang secara terbuka menentangnya, termasuk dalam kategori itu.

Setelah terjadi gerakan anti ekstradisi di Hongkong, pada situs internet di Tiongkok beredar sepotong rekaman video pidato.

Video itu dari salah seorang dosen Fakultas Pengajaran dan Penelitian Strategis pada Universitas Pertahanan Nasional Tiongkok yakni Mayjend Xu Yan.

Intinya adalah: Pondasi masyarakat Hongkong adalah yang terburuk di Tiongkok, bahkan lebih buruk daripada Taiwan, komposisi warga Hongkong: 1/3-nya adalah penduduk asli yang mengenyam pendidikan Inggris-Hongkong, ⅓ lainnya, adalah pelarian dari daratan Tiongkok pada 1949 hingga 1950 ketika partai komunis Tiongkok melakukan pembersihan terhadap oposisi.
Ini yang paling buruk, yang membenci partai komunis begitu mendalam; 1/3-lainnya adalah yang melarikan diri ke luar dari Tiongkok pada saat terjadi bencana kelaparan parah selama 3 tahun pada 1958-1961.

Mobilisasi kebencian seperti itu, di luar negeri terdengar sangat konyol. Tapi dipercaya adalah pernyataan mobilisasi opini internal pasca peristiwa “Gerakan Occupy Central” yang dibuat oleh Komunis Tiongkok untuk melakuan “Reunifikasi jilid 2.

Sama seperti yang dilakukan internal daratan Tiongkok menciptakan “musuh kelas” ketika melakukan konflik antar kelas, sebagai judul utama di masa Revolusi Kebudayaan.
Pidato Xi Jinping 1 Juli 2017 di Hongkong

Selama ini ada pandangan seperti ini: Aksi protes di Hongkong jikalau tidak begitu sengit, apakah Hongkong akan bertahan dengan satu negara dua sistem?
Bagi yang pernah membaca pidato Xi Jinping dalam peringatan 20 tahun penyerahan kembali kedaulatan Hongkong pada 1 Juli 2017 lalu, akan menyadari orientasi ideologi “Reunifikasi jilid 2” yang dimaksud sudah tersistematis pada saat itu.

Alasan yang membuat Xi mempertimbangkan hal itu adalah, karena pemikiran politiknya itu memang digodok lewat politik totaliter. Ayah Xi Jinping yakni Xi Zhongxun menyaksikan sendiri arus pelarian ke Hongkong, juga lebih memahami Hongkong.

Sebaliknya Xi Jinping hampir seumur hidupnya tidak pernah hidup di provinsi Guangdong yang berdekatan dengan Hongkong. Setelah menjadi kepala negara, ia hanya dua kali pergi ke Hongkong, yang pertama adalah pada Juli 2008 dengan status sebagai wakil kepala negara, kedua kalinya adalah pada Juli 2017.

Sebelum kunjungan pertamanya ke Hongkong, perselisihan antara Tiongkok dengan Hongkong terus berlanjut hingga kini: Mulai dari perselisihan legislatif “hukum dasar” pasal ke-23, pergolakan badan pendidikan nasional, anti penumpang jalur laut dari Tiongkok, sampai konflik reformasi politik, menduduki (Occupy) Central, kerusuhan Mong Kok dan pergolakan sumpah Dewan Legislatif, termasuk survei identitas Hongkong terbaru yang dilakukan oleh Public Opinion Program yang diprakarsai University of Hongkong. Serta bermunculannya kaum lokalisme radikal dan Hongkong Merdeka. Semua itu menjelaskan semakin menjauhnya hati warga Hongkong dari pemerintah pusat Beijing, kian hari kian kuat.

Fenomena di atas, bagi yang memahami Hongkong, maka akan tahu semua itu hanyalah rasa tidak puas dan penolakan warga Hongkong yang telah terbiasa dengan kehidupan bebas dari pemerintahan totaliter.

Tapi Komunis Tiongkok yang berpegang pada pemikiran pemersatuan, terbiasa menggunakan kekuasaan mutlak menguasai masyarakat. Pasti akan mengartikannya sebagai pemberontakan terhadap negeri leluhur dan penentangan terhadap pemerintahan pusat.

Di bawah efek pemikiran totaliter seperti ini, kebijakan pengaturan Hongkong dengan “Reunifikasi jilid 2” pun perlahan terbentuk.

Umbrella Movement di tahun 2014 semakin memantapkan tekad Komunis Tiongkok untuk memperkuat pengaturan secara menyeluruh. Hanya saja waktu itu Xi Jinping disibukkan dengan sentralisasi internal partai, fokusnya terletak pada perombakan dan reformasi militer, masalah Hongkong untuk sementara terpaksa dikesampingkan.

Pada 1 Juli 2017, Xi Jinping melakukan inspeksi ke Hongkong dan menghadiri perayaan 20 tahun peralihan kedaulatan Hongkong.

Pada saat itu disampaikanlah pidato yang cukup to the point, selain mengkritik Hongkong telah “dipolitisir”, juga secara lugas menyebutkan: penerapan “satu negara dua sistem” di Hongkong mengalami sejumlah masalah dan kondisi baru.

Hongkong dalam hal melindungi kedaulatan negara, keamanan dan sistem kepentingan pengembangan masih perlu adanya perbaikian; pendidikan terhadap sejarah negara dan budaya bangsa, harus diperkuat lagi di Hongkong, kaum muda harus cinta negara.

Sedangkan, kesepahaman masyarakat dalam sejumlah masalah politik dan hukum masih sangat kurang dan lain sebagainya. Adapun, batas bawah kebijakan Beijing terhadap Hongkong dari era Deng Xiaoping yang melakukan “reunifikasi dengan mulus dan peralihan yang stabil” sepenuhnya diubah menjadi “kedaulatan negara, keamanan dan kepentingan pengembangan”.

Dalam pidatonya, Xi Jinping bahkan menggunakan kata-kata yang bersifat memperingatkan: “Ada suatu ungkapan di Hongkong, ‘setelah melewati Suzhou tidak ada lagi kapal yang dapat ditumpangi’, artinya kesempatan tidak terulang dua kali. Semua pihak harus memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin, energi utama harus difokuskan pada pembangunan dan pengembangan.” Makna lain dari pernyataan ini adalah jangan membuat keonaran lagi, jika mengacau lagi maka pemerintah pusat tidak akan memberikan kesempatan lagi.

“Reunifikasi jilid 2” Sebagai Tujuan Dekolonisasi

Kantor berita Xinhua telah menerbitkan seluruh naskah pidato 1 Juli itu dilengkapi dengan penjelasannya. Tapi tidak sejelas dan se-sistematis seperti editorial oleh DuoWei News pada 2 Juli tahun yang sama. Isinya yang berjudul “Harus Rampungkan Reunifikasi Hongkong jilid 2”.

Artikel itu menyebutkan, alasan penyebab “satu negara” mengalah tanpa prinsip kepada “dua sistem”, adalah “karena tidak seketika itu juga melakukan proses secara benar transformasi dekolonisasi yang dianggap perlu”. Ini mencakup tiga lapisan:

Pertama pada lapisan legislatif yang “keras”, karena tidak bisa menerapkan pasal 23. Menyebabkan penanganan keamanan nasional di Hongkong muncul kehampaan hukum, di tengah sistem nilai inti Hongkong belum bisa dimasukkan elemen anti separasi.

Kedua pada lapisan Pendidikan yang “lunak”, kurang berupaya dalam mendorong pemahaman “satu negara”, cara-caranya sangat canggung, tidak hanya efektivitasnya rendah, bahkan dampaknya adalah kontraproduktif.

Ketiga tidak hanya tidak mampu secara sistem memperbaiki model pemerintahan bersama pejabat dan pengusaha dari era kolonial dulu, sebaliknya dalam proses mengatur Hongkong baik disadari maupun tidak disadari justru memperkuat model itu. Membuat kalangan pemerintah dan pengusaha di Hongkong memonopoli,sebagian besar bonus prioritas Hongkong dari pusat dan hasil pengembangan ekonomi, sehingga dalam tingkatan tertentu membuat “warga Hongkong mengatur Hongkong” menjadi “pejabat dan pengusaha mengatur Hongkong”.

Hasilnya adalah yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin. Konflik masyarakat semakin sengit, sambil membawa hubungan Tiongkok-Hongkong dan pemerintah pusat menjadi kambing hitam sekaligus obyek pelampiasan.

Dari ketiga hal di atas, hanya poin ketiga agak masuk akal. Fenomena itu sebelum peralihan kedaulatan telah disindir oleh media massa Hongkong. Sindiran itu mengatakan Komunis Tiongkok yang bermisi melenyapkan kalangan kapitalis berikut kapitalisme itu, setibanya di Hongkong justru menjadi bersahabat dengan para kapitalis.
Penjabaran terkait “reunifikasi jilid 2” yang dimaksud pemerintah Tiongkok banyak dimuat di DuoWei News.

Melihat keunikan media DuoWei News ini, penulis berpendapat “reunifikasi jilid 2” sejak awal telah dipersiapkan. Hanya saja bercermin pada dampak buruk dari Pembantaian Tiananmen, dan pengalaman menangani Gerakan Occupy Central di Hongkong, yang disebut “reunifikasi jilid 2” telah menempuh cara “memasak katak dengan air hangat. Setahap demi setahap diterapkan secara berkesinambungan. RUU ekstradisi hanyalah salah satu mata rantai dari perubahan terhadap sistem hukum di Hongkong saja.

Mempertahankan Satu Negara Dua Sistem di Hongkong, Siapkan Pintu Darurat Bagi Tiongkok

Jika “reunifikasi jilid 2” seperti itu terwujud, bagi pihak Tiongkok maupun Hongkong, adalah mimpi buruk yang sangat menakutkan.

Beijing jangan melupakan, pemerintahan Tiongkok dapat memanfaatkan “reformasi keterbukaan” untuk membalikkan situasi. Yang pertama mendukungnya adalah Hongkong yang waktu itu masih berstatus koloni Inggris, simpati warga Hongkong terhadap rekan sebangsa lebih dulu berinvestasi ke Tiongkok. Telah membuat Tiongkok berhasil menapakkan langkah pertama reformasi keterbukaannya — sewaktu Uni Soviet runtuh dan terjebak dalam krisis. Kaum intelek Rusia, rata-rata berpendapat, adalah para pemodal etnis Tionghoa dari Taiwan dan Hongkonglah yang telah membantu Tiongkok mewujudkan kemakmurannya.

Berlandaskan pertimbangan kepentingan diri, mempertahankan Hongkong sebagai tempat satu negara dua sistem, berarti mempertahankan pintu darurat bagi Tiongkok.
Sebelumnya disebutkan Kepala Eksekutif Hongkong Carrie Lam menyatakan sikapnya pada pihak Kantor Dagang, sebenarnya merupakan pernyataan terbuka dalam kondisi terpaksa. Berharap pemerintah pusat yang menguasai situasi Hongkong berdiri di depan, dan berdialog secara langsung dengan warga Hongkong sebelum situasi di Hongkong berkembang ke arah yang semakin memburuk, memikirkan aspirasi warga Hongkong secara serius.

Pemahaman Beijing terhadap “warga Hongkong mengatur Hongkong”, selama ini begitu dangkal. Saat menandatangani pernyataan bersama Tiongkok-Inggris, mengira biarkan saja kuda Hongkong ini terus berlari, dan tarian ini terus dilanjutkan.

Selama tidak mengubah kehidupan warga Hongkong saja maka masalah sudah selesai; pada 2001 setelah Tiongkok bergabung dalam WTO, Komunis Tiongkok mengira dengan mengembangkan pariwisata Hongkong, membuat warga Hongkong memiliki sumber pendapatan ekonomi baru sudah cukup.

Yang tak terpikirkan oleh Beijing adalah manusia itu hidup untuk kebebasan. Warga Tiongkok yang telah melalui sistem politik otoriter jangka panjang sehingga menjadi begitu menyedihkan seperti sekarang ini.

Tapi warga Hongkong yang dulunya menikmati kebebasan, tidak bisa menerima tekanan dan kekangan politik otoriter ala Komunis Tiongkok seperti ini.

Sekarang sinyal yang dilontarkan warga Hongkong sangat jelas: Mereka berharap mempertahankan Hongkong dengan “satu negara dua sistem”, dengan menghormati kedaulatan negara, membiarkan Hongkong tetap memiliki model pengaturan Hongkong seperti semula.

Justru karena warga Hongkong masih memiliki sedikit harapan terhadap pemerintah pusat, ujung tombak itu diarahkan pada Carrie Lam yang dijadikan boneka Komunis Tiongkok.

Di saat Wang Qishan menginspeksi provinsi Guangdong pada 29-31 Agustus lalu, kalangan luar umumnya berpendapat ini adalah Xi Jinping yang berharap mendengar pendapat selain dari Kantor Urusan Hongkong dan Makau dan Kantor Penghubung Hongkong.

Karena warga Hongkong masih memiliki secercah harapan terhadap Beijing, berharap Xi Jinping dengan bijaksana menyelesaikan urusan di Hongkong. Jangan gunakan “reunifikasi jilid 2” yang dapat menghancurkan eksistensi Mutiara Timur itu. (SUD/whs/asr)

*Kolumnis soal Tiongkok

200 Tahun Lebih Awal Dari Xuan Zang (Tom Sam Cong) : Kisah Orang Tiongkok Pertama Pengambil Kitab Suci dari India: Fa Xian (1)

0

Qin Shuntian – Epochtimes.com

Pada zaman dahulu di Tiongkok, yang melakukan perjalanan jauh bukanlah pedagang, bukan pula tentara dan cendekiawan, namun para biksu. Fa Xian (dibaca: fa sièn), Xuan Zang (dibaca: süèn cang, di Indonesia dikenal dengan: biksu Tong Sam Cong) pernah melakukan perjalanan puluhan ribu KM menuju Asia Selatan, disaat Xuan Zang melewati Pamir*, ia berusia 30 tahun, sedangkan Fa Xian saat itu sudah berumur 60 tahun.

Pada umur 3 tahun sudah menjadi biksu cilik

Fa Xian, dengan nama marga Gōng (dibaca: kung, 龔), dilahirkan di Lin Fen provinsi Shanxi pada 337 Masehi. Pada saat itu daerah itu bernama Pingyang, dan Kabupaten Pingyang merupakan pemerintahan pasca-Zhao yang didirikan oleh orang-orang jié (羯). Suku Jie menganut agama Buddha.

Fa Xian mempunyai 3 kakak, semuanya meninggal saat masih kanak-kanak. Kedua orang tuanya yang percaya kepada agama Buddha, mengkhawatirkan kejadian serupa akan menimpa Fa Xian kecil.

Pada saat ia berumur 3 tahun maka digundulilah rambutnya untuk dijadikan biksu cilik (bahasa Sansekerta: śrāmaṇera), dengan harapan agar sang Buddha dapat melindunginya. Karena umurnya masih sangat muda, Fa Xian kecil masih tetap tinggal di rumah.

Beberapa tahun kemudian, si kecil Fa Xian menderita sakit berat, dan hampir meninggal, ayahnya buru-buru mengantarkannya ke Biara Bao Feng*, ia baru tinggal di sana selama 2 hari. Tidak dinyana langsung sehat kembali. Setelah sembuh total, Fa Xian cilik tidak ingin kembali ke rumahnya lagi.

Untuk sang ibu apabila merindukannya, maka dibuatlah sebuah rumah kecil diluar Biara, agar dapat sering bertemu dengan sang putra. Pada saat Fa Xian berumur 10 tahun, ayahnya meninggal dunia. Tak lama kemudian, ibunya juga meyusul. Fa Xian pulang kerumahnya untuk mengurus pemakaman, dan segera balik kembali ke biara.

Pada waktu itu biara itu mempunyai lahan garapannya sendiri. Suatu kali, Fa Xian dan beberapa puluh rekan biksu cilik sedang memotong padi. Tiba-tiba muncul sejumlah pencuri yang kelaparan menyerbu ke arah mereka, dan hendak merampok padi hasil panen mereka, teman-temannya pada berlarian ketakutan, tinggal Fa Xian sendiri berdiri mematung, dan ia berkata kepada kawanan pencuri itu: “Jika kalian membutuhkan bahan pangan maka ambillah.

Tetapi taukah kalian kemiskinan yang menimpa kalian saat ini, adalah akibat dari perbuatan kalian dimasa lampau. Jika sekarang kalian masih ingin merampas padi ini, di kehidupan nanti dikhawatirkan kalian akan menjadi lebih miskin daripada sekarang ini, saya sebagai biksu sangat mengkhawatirkan masa depan kalian!”

Selesai berucap demikian, Fa Xian pulang ke biara. Para pencuri padi itu, sontak tercerahkan setelah mendengar perkataannya, mereka pergi dan meninggalkan padi tersebut. Biksu-biksu di biara itu sangat mengagumi Fa Xian karena kejadian tersebut.

Pada usia dua puluh, Fa Xian dinobatkan menjadi biksu dengan dua ratus lima puluh pantangan, sejak itu, ia menjadi lebih gigih maju, dapat menjelaskan dengan fasih isi kitab suci dan mematuhi aturan dan ritual Buddha.  Saat itu, ia dipuji sebagai “Zhì xíng míngmǐn, yí guǐ zhěngsù (iman dan tekad sangat teguh, berperilaku sesuai aturan dan berdisiplin)

Menyabung nyawa demi memperoleh dharma

Fa Xian menjadi biksu selama 60 tahun lebih, ia sering mengeluhkan tentang sutera dan aturan biara yang tidak lengkap.

Waktu itu ajaran pantangan dan aturan termasuk longgar, tiada aturan baku yang bisa dijadikan patokan bagi para biksu, sejumlah biksu tingkat atas malah berperilaku mengacau dharma dan merusak ajaran, tiada hukum yang menjadi rambu bagi perilaku mereka.

Fa Xian berpendapat, hanya dengan memperoleh kitab suci sejati dan menerjemahkannya ke dalam bahasa Tionghoa, baru dapat memperbaiki keadaan waktu itu agar para biksu benar-benar memahami arti sebenarnya dari hukum Buddha.

Pada 399 Masehi atau tahun ke 3 dibawah kekuasaan kaisar Long An dari Dinasti Jin Timur, Fa Xian  yang sudah mulai uzur memutuskan untuk pergi ke wilayah barat yakni, Tianzhu (India) untuk mencari ilmu (pantangan dan kedisiplinan dalam agama Buddha), di saat itu Fa Xian didampingi oleh 4 biksu: Hui Jing, Dao Zeng, Hui Ying dan Hui Wei.

Di tahun 400, Fa Xian dan 4 orang lainnya tiba di kota Zhangye*, provinsi Gansu, dan mereka bertemu dengan Zhì Yán, Huì Jiǎn, Sēng Shào, BǎoYún, Sēng Jǐng, terakhir bertemu dengan Huì Dá, total berjumlah 11 orang, menuju arah Barat sampai ke kota Dun Huang.

Setelah mendapatkan bantuan dana dari Li Hao, sang kepala prefektur, mereka berjalan menyusuri daerah Barat Yang Guan, yang merupakan pintu gerbang ke Jalur Sutra Selatan.

Melewati gurun Bai Long Dui, meskipun mengalami terpaan angin panas dan gangguan iblis, dan bertemu dengan “Sungai Pasir” yang dapat membinasakan manusia dengan menyedot mereka ke dalam pasir. Tiada burung di langit, tiada hewan liar di gurun, pemandangan empat penjuru remang dan kabur, dengan bantuan posisi matahari sebagai penentu arah dan berdasarkan tulang yang berserakan di jalanan, mereka menetapkan tujuan serta melanjutkannya.

Setelah melewati 17 hari siang  dan  malam, dengan perjalanan sepanjang 750 km, Fa Xian akhirnya tiba di Negara Kota di wilayah barat Tiongkok yakni: Shan Shan, dahulu dinamakan Lou Lan. Mereka tinggal selama satu bulan, baru kemudian melanjutkan perjalanannya. 

Setelah memakan waktu selama 1 bulan lebih, Fa Xian dan kawan-kawan dengan aman dapat melewati  Gurun Taklamakan* dimana biasanya ditakuti setiap orang karena barang siapa yang masuk ke gurun tersebut sulit untuk dapat keluar lagi dengan kondisi bernyawa. Pada awal 401, mereka tiba di negara Tian, kini Hetian*, provinsi Xinjiang.

Pada 402 M, Fa Xian dan yang lainnya akhirnya melewati  puncak lembah hijau (Pamir Plateau*), yang merupakan “tanah kematian di Jalur Sutera”, perampok merajalela, banyak pedagang yang meregang nyawa karenanya.

Salju membeku sepanjang tahun, Fa Xian sering menyaksikan longsor salju. Jalan gunung itu sulit didaki dan tebing-tebingnya menjulang tinggi. Dahulu kala, ada orang yang sudah membangun jalan batu tersebut dan membuatkan trap tangga.

Fa Xian yang kala itu berusia 65 tahun menaiki lebih dari 700 anak tangga dan kadangkala harus berjalan merambat dengan berpegangan pada tali railing yang melintang antara dua tepian sungai dengan jurang menganga dibawahnya, ada lusinan jalan berbahaya seperti itu, yang sama sekali belum pernah ditapaki oleh Zhang Qian* dan Gan Ying*.

Ketika dari selatan melewati Gunung Suleyman*di Afghanistan, di awal perjalanan tersebut, sekelompok pejalan ini ada yang tersesat meninggalkan kelompok, ada yang mengalami sakit, dan sebagian memutuskan untuk kembali, hanya tersisa 3 orang saja yakni: Fa Xian, Hui Jing dan Dao Zeng.

Mereka bertiga melewati gunung Suleyman yang membeku sepanjang tahun, menaiki bagian utara gunung, tiba-tiba datang angin dingin menyerang, Hui Jing tak kuasa menahan dingin, sembari menggigil mengatakan kepada Fa Xian: ”Ajalku hampir tiba, lanjutkanlah perjalanan kalian, daripada kita semua terkubur disini.” Usai berkata, ia menghembuskan nafas terakhir. Fa Xian mengelus tubuh Hui Jing dan sambil menangis ia berkata: ”Tujuan sakral mengambil kitab suci belum terlaksana, kenapa kamu sudah meninggal, benar-benar sudah suratan takdir!”

Fa Xian dan Dao Zheng melanjutkan perjalanan sambil mengusap airmata, mengarungi pegunungan salju Suleyman, sesampainya di Negara Luoyi*, tidak berhenti berjalan, ketika hampir tiba di Negara Tianzhu (sekarang India), yang berjarak 15 km dari kota Rajgir*, hari sudah senja, Fa Xian bermalam di sebuah kuil, bersiap untuk melanjutkan perjalanan esok harinya ke Gunung Lingjiu*, dimana gunung tersebut terkenal karena sang Buddha Sakyamuni menyebarkan dharma di sana. Biksu di kuil tersebut menasehatinya: “Jalanannya rusak, juga terdapat banyak singa hitam yang pernah menerkam orang, bagaimana kamu bisa kesana?”.

Fa Xian bersikeras tetap ingin pergi, mereka melihat kegigihannya dan tidak menghambatnya lagi, lalu mengutus 2 orang biksu untuk menemaninya. Setelah sampai di Gunung Lingjiu, hari sudah hampir senja, Fa Xian ingin bermalam di gunung itu, tetapi kedua biksu itu ketakutan, mereka meninggalkan Fa Xian dan pulang.

Fa Xian bermalam sendirian di gunung itu, membakar dupa untuk sembahyang dan berharap ada mukjizat yang terjadi. Pada tengah malam, tiba-tiba muncul 3 ekor singa hitam, yang mengambil posisi duduk di depan Fa Xian, mereka menjilat-jilat bibir, menggoyangkan ekor dan menatap tajam Fa Xian. Fa Xian konsentrasi berdoa dalam hati, seolah tidak melihat keberadaan singa-singa di depannya, terus menerus membaca doa tanpa henti, ia berkata dalam hati: ”Jika kalian ingin mencelakakan saya, tunggu sampai saya selesai membaca doa; jika kalian ingin menguji saya, maka kalian secepatnya pergi saja.” Tak berapa lama kemudian, singa-singa itu pergi meninggalkannya.

Fa Xian tiba di Tianzhu (kini negara India) pada 402 Masehi. Pada waktu itu Tianzhu terdiri dari 30 negara besar dan kecil. Fa Xian dan Dao Zheng berkelana ke berbagai negara dan menikmati situs situs bersejarah, sembari mempelajari hukum-hukum Buddha melalui sutra-sutra dalam bahasa aslinya (Sansekerta).

Kala itu biksu mengajarkan agama melalui pewarisan dari generasi ke generasi, kitab suci sangat jarang ditemui, itu sebabnya Fa Xian mulai mempelajari bahasa dan aksara Sansekerta, menulis dan menyalin kitab dan aturan-aturan kuil tersebut, dengan cara mendengarkan ceramah langsung dari biksu, mendengar sepatah kata, lalu merekamnya, setelah tiga tahun berlalu, Fa Xian telah merekam  enam kitab yang dikumpulkan didalam sutra klasik “Mahasangha-vinaya”.

Dao Zheng menyaksikan ajaran agama Buddha di negeri asalnya, Tianzhu, sangat rapi penyusunannya, para biksunya sangat berdisiplin dalam pelaksanaan. Ia menyesalkan mengapa aturan dan pantangan agama Buddha di negeri leluhurnya begitu kacau dan berantakan, ditambah lagi sering terjadi gejolak dalam politik, membuatnya tidak ingin meninggalkan tanah suci agama Buddha, maka ia pun memutuskan untuk menetap selamanya di Tianzhu.

Tetapi tidak demikian dengan Fa Xian, niat awalnya tetap teguh yaitu demi merealisasikan aturan dan pantangan dalam agama Buddha tersampaikan ke Tiongkok, ia tetap memutuskan untuk kembali ke negaranya. Usai mengucapkan perpisahan dengan Dao Zheng, ia sendirian berkeliling ke bagian Selatan dan Timur Tianzhu.

Pada akhir 409, Fa Xian menyeberangi Teluk Benggala dan tiba di Kerajaan Singa (kini Sri Lanka), di mana ia berhasil memperoleh empat kitab suci Buddha yang tidak tersedia di Tiongkok. Ketaatan dan ketulusannya terhadap sang Buddha telah membuat haru seorang penganut awam setempat dan menyalinkan kitab “Mahāyāna Mahāparinirvāṇa Sūtra atau Nirvana Sutra” untuknya.

Suatu pagi, ia datang ke Biara Abhayagiri yang merupakan salah satu biara Buddha tertua dan paling penting dalam sejarah Sri Lanka, tiba-tiba ia melihat seorang pedagang memberikan persembahan kipas sutra putih untuk patung Buddha berbahan batu giok, ia merasakan keakraban saat melihat persembahan itu, karena kipas sutra putih semacam itu hanya terdapat di kampung halamannya yakni Negara Jin dinasti Jin yang berkuasa di Tiongkok saat itu.

Terbayang bahwa dirinya telah berkelana lebih dari 10 tahun dimana rekan seperjalanannya ada yang meninggal, tersesat atau berimigrasi di negara lain, kini ia merasakan kesepian yang amat sangat di dalam hatinya, tak terasa air matanya berderai. Kepulangan yang sulit diprediksikan waktunya, samudera terbentang luas di hadapannya, Fa Xian yang kini sudah uzur menantikan kapal untuk pulang ke kampung halaman.

Pulang kampung melalui laut

Pada bulan ke 8 tahun 411, Fa Xian yang sebatang kara, memanggul sejumlah koleksi kitab Buddha berbahasa Sansekerta beserta patung Buddha. Akhirnya menaiki kapal pedagang besar yang dapat menampung 200 orang menuju ke timur pulang ke kampung halamannya.

Tanpa dinyana, baru melaut 2 hari badai dan angin kencang menyambut, air laut memasuki kapal, untuk mengurangi beban kapal maka dibuanglah barang-barang yang sekiranya tidak penting ke laut, Fa Xian juga membuang perlengkapan mandi dan peralatan bela dirinya, lalu memeluk erat koper yang berisi kitab kitab Buddha. Karena takut para pedagang membuang buku-buku tersebut, Fa Xian berdoa dengan tulus meminta Bodhisatwa Avalokiteswara menjaga keselamatannya, pada akhirnya kapal tidak sampai karam.

Badai angin bertiup selama 13 hari siang dan malam, akhirnya kapal terdampar di suatu pulau kecil, setelah dilakukan penambalan badan kapal yang bocor, lalu mereka melanjutkan pelayarannya kembali.

Lautan yang maha luas sulit untuk menentukan arah, mereka hanya mengandalkan petunjuk berdasarkan bulan dan bintang. Terkadang ombak besar datang menghantam, terkadang menyaksikan kemunculan penyu besar dan ikan-kian raksasa lainnya. Selama hampIr 3 bulan terombang ambing di lautan, akhirnya kapal tiba di pulau Jawa. Setelah menetap selama 5 bulan di Jawa, Fa Xian lalu mengikuti para pedagang melanjutkan perjalanan dengan menaiki kapal yang lain berlayar menuju Utara, ia berniat mendarat di kota Guang Zhou, Tiongkok.

Setelah berlayar selama 20 hari, di suatu malam, tiba-tiba mereka diserang badai angin hitam langka. Para penumpang kapal sangat ketakutan, ada seorang penumpang penganut Brahmanisme berkata: “Ini gara-gara terdapat seorang biksu di kapal ini, maka terjadi musibah ini.”

Para penumpang pun berniat melempar Fa Xian ke laut. Seorang pedagang yang membiayai kepulangan Fa Xian berkata dengan lantang: “Jika kalian menenggelamkam biksu ini ke laut, sekalian juga lemparkan saya, atau bunuhlah saya. Kaisar Tiongkok menganut agama Buddha dan sangat menghormati biksu, saya akan menyampaikan ke sang kaisar atas perbuatan kalian, kalian pasti akan dihukum.” Maka para penumpang itu akhirnya mengurungkan niat itu. (LNA/whs)

bersambung

*Pamir: Pamir (juga disebut Bam-i Dunya, dalam bahasa mandarin: Congling atau gunung Bawang Bombai) adalah wilayah fisik Asia Tengah, yang terdiri dari dataran tinggi seluas 100.000 km² dengan ketinggian antara 3.000 – 4.000 meter di atas permukaan laut. Terletak di selatan Tian Shan dan di utara Karakorum, Kunlun, Hindu Kush. Wilayahnya dibagi antara Tajikistan (khususnya wilayah Gorno-Badakhshan), Afghanistan, Kirgistan, Pakistan dan Tiongkok. Berkat ketinggiannya disebut: atap dunia.

*Tianzhu adalah nama historis Asia Timur untuk India

*Zhangye adalah kota yang berada di provinsi Gansu, berbatasan dengan Mongolia Dalam di utara dan Qinghai di selatan.

*Dunhuang, bermakna “mercusuar yang bersinar”, adalah kota Tiongkok di prefektur Jiuquan. Terletak di bagian barat provinsi Gansu, di sepanjang Jalan Sutra yang terkenal, dan terletak di salah satu persimpangan budaya paling signifikan di planet ini.

* Yangguan adalah kota untuk transportasi asing di Tiongkok kuno, dan merupakan pintu gerbang ke Jalur Sutra Selatan.

*Gurun Qumluqi Taklamakan terletak di tengah Cekungan Tarim di Xinjiang, Tiongkok, merupakan gurun pasir terbesar di Tiongkok dan gurun pasir ke 10 terbesar di dunia, juga merupakan gurun pasir bergerak terbesar kedua di dunia.

* Kota oasis Hetian adalah ibu kota-kota dari prefektur Hotan, Xinjiang, Tiongkok. Sebelumnya dikenal dalam bahasa Tionghoa sebagai 于窴 / Yu Tian, dengan populasi 114.000 jiwa, Hotan terletak di lembah Tarim, tepat di utara pegunungan Kunlun, dilintasi oleh Sanju, Hindutash, dan Ilchi.

*Pamirs, dalam Bahasa Persia, yang berarti rumah-rumah datar. Dalam bahasa mandarin kuno disebut Congling, dilewati Jalur Sutra. 蔥嶺/Cong Ling julukan untuk Pamir high plateau. Dataran Tinggi Pamir terletak di perbatasan antara  Xinjiang dan Tajikistan.

*Zhang Qian, diplomat terkemuka, penjelajah pada zaman Dinasti Han, seorang pelopor Jalur Sutra. Kampung halamannya terletak di Desa Bowang, 2 km sebelah selatan Kabupaten Chenggu, Kota Hanzhong, Provinsi Shaanxi.

*Gan Ying, orang Han Timur. Pada tahun ke-9 pemerintahan Kaisar Yongyuan (97M) dari Han, ia diutus ke Daqin (Kekaisaran Romawi), tetapi hanya berhasil mencapai daerah Teluk Persia. * Gunung Suleyman di Kyrgyztan

*Luoyi: di India Utara.

* Rajgir adalah kota di India yang berpenduduk 33.691 jiwa, terletak di distrik Nalanda, di negara bagian Bihar.

*Gunung Lingjiu (靈鷲山) yakni: Puncak Burung Nasar (dalam bahasa Pali: Gijjhakuta, Sansekerta: Gṛdhrakūṭa) atau Gádhrakúta, adalah tempat retret favorit umat Buddha di Rajagaha (kini Rajgir) dan merupakan tempat berlangsungnya banyak khotbah sang Buddha. Rajgir kini masuk wilayah negara bagian Bihar, India.

Mengungkap Operasi Sistematis Menargetkan Demonstran Hong Kong dengan Kampanye Disinformasi Ala Komunis Tiongkok

0

Frank Fang- The Epochtimes

Penyelidikan oleh lembaga pemikir Australia menemukan Beijing membeli akun spam Twitter. Tujuannya, untuk menyebarkan informasi yang menyesatkan. Tidak hanya untuk unjuk rasa di  Hong Kong, namun juga beberapa peristiwa terkait hingga tahun 2015 lampau.

The Australian Strategic Policy Institute -ASPI- sebuah lembaga pemikir kebijakan pertahanan dan non-partisan, baru-baru ini merilis sebuah laporan yang menganalisis akun Twitter yang ditangguhkan oleh Twitter. Penangguhan itu pada bulan Agustus dan 3,6 juta cuitan. Yang mana, diterbitkan antara bulan Desember 2007 hingga Mei 2019.

Dalam sebuah postingan blog pada tanggal 19 Agustus, Twitter mengumumkan bahwa Twitter telah menangguhkan sebanyak 936 akun yang berasal dari Tiongkok. Menurut Twitter, akun-akun itu “secara sengaja dan spesifik berusaha menabur perselisihan politik di Hong Kong, termasuk melemahkan legitimasi dan posisi politik dari gerakan unjuk rasa di lapangan.” Twitter juga merilis data terkait akun tersebut.

Warga Hong Kong melakukan unjuk rasa massal sejak bulan Juni lalu. Aksi digelar sebagai perlawanan terhadap rancangan undang-undang ekstradisi -RUU- yang kini ditarik sudah ditarik. Jika disahkan,  memungkinkan rezim komunis Tiongkok mengupayakan ekstradisi individu untuk diadili di Tiongkok Daratan. Yang mana sudah terkenal dengan tempat tidak ada aturan hukum.

The Australian Strategic Policy Institute menemukan, bahwa “jumlah konten yang secara langsung menargetkan unjuk rasa Hong Kong, hanya merupakan sebagian kecil dari total dataset yang dirilis oleh Twitter. Yang terdiri hanya 112 akun dan sekitar 1.600 tweet, di mana sebagian besar berbahasa Mandarin. Hanya sangat sedikit yang berbahasa Inggris.

Laporan itu menduga bahwa karena penggunaan bahasa Mandarin yang dominan dalam tweet itu, target audiennya kemungkinan adalah warga Hong Kong serta warga Tiongkok yang menetap di luar negeri. Twitter dilarang oleh Komunis Tiongkok di Tiongkok Daratan.

Selain dari Hong Kong, laporan itu menemukan bahwa akun-akun tersebut terlibat dalam operasi masa lalu, termasuk menyerang Gui Minhai, penjual buku Hong Kong yang diculik oleh otoritas Tiongkok pada tahun 2015. Dikarenakan, menerbitkan buku-buku yang kritis terhadap kepemimpinan Tiongkok. Pada tahun 2018, akun-akun tersebut memposting pesan yang menyerang pengacara HAM Tiongkok, bernama Yu Wensheng.

Kampanye Informasi Komunis Tiongkok

Kampanye informasi Komunis Tiongkok yang menargetkan unjuk rasa Hong Kong “dibangun dengan tergesa-gesa” dan “tumpul.” Kampanye itu, hanya mengandalkan akun spam dan pemasaran yang telah diubah untuk menyebarkan informasi.

Menurut laporan, akun-akun tersebut biasanya dibeli dengan mudah dan murah dari pengecer online. Tidak ada “koordinasi yang canggih” di antara para aktor di balik akun Twitter itu. Hal demikian menunjukkan, bahwa kampanye tersebut tidak direncanakan sebelumnya.

Tom Uren, analis senior keamanan dunia maya di The Australian Strategic Policy Institute dan salah satu penulis laporan, mengatakan dalam wawancara email dengan The Epoch Times, banyak akun yang mereka lihat sangat ‘spam.’ Bahkan, jelas dapat dipilih karena tidak terlihat seperti asli. 

Laporan itu menyatakan, langkah itu adalah pendekatan otoriter klasik untuk mempengaruhi — banjir pesan  satu arah, terutama untuk warga Hong Kong.” Karena langkah cepat dari peristiwa yang berlangsung di Hong Kong, kemungkinan membuat Komunis Tiongkok lebih sulit untuk membangun “infrastruktur pengaruh,” sehingga Komunis tiongkok mengandalkan akun yang ada, menurut laporan itu.

Tom Uren mengatakan temuan laporan itu adalah bermakna. Dikarenakan menunjukkan, bahwa Komunis Tiongkok berada di antara “daftar negara yang diketahui berusaha untuk secara diam-diam memanipulasi media sosial Barat yakni Rusia, Iran, dan kini Tiongkok.”

Tom Uren menyarankan, cara menangkis pengaruh operasi tersebut, yang mencakup membuat iklan dan sumbangan politik yang transparan di platform media sosial. Selain itu, membangun standar kerja sama dengan jejaring sosial.

Hong Kong

Laporan tersebut mencatat bahwa pengaruh operasi yang terkait dengan unjuk rasa Hong Kong, dimulai pada tanggal 14 April, saat sebuah akun bernama @HKpoliticalnew memposting tweet mengenai RUU ekstradisi. 

Pada tanggal 14 Juni, ada lonjakan jumlah tweet yang diterbitkan oleh 112 akun. Ketika dianalisis Lembaga Kebijakan Strategis Australia, akun-akun itu sebagai bagian kampanye pengaruh Hong Kong.

Tanggal 9 Juni, menandai dimulainya unjuk rasa massa, ketika lebih dari 1 juta orang turun ke jalan untuk menyerukan agar RUU itu ditarik dari pertimbangan oleh legislatif Hong Kong.

Kemudian pada tanggal 12 Juni, unjuk rasa damai berubah menjadi kekacauan sekitar pukul 3 sore waktu setempat, setelah beberapa pengunjuk rasa mencoba menerobos garis polisi di luar gedung legislatif. Polisi setempat menggunakan gas air mata, semprotan merica, peluru karet, dan bean bag. Tujuannya, upaya untuk membubarkan para pengunjuk rasa dari jalan.

Pada tangal 15 Juni, pemimpin Hong Kong Carrie Lam menangguhkan RUU tersebut tanpa batas waktu. Pada tanggal 4 September, ia mengumumkan bahwa RUU itu akan ditarik secara resmi, tetapi para pengunjuk rasa mengatakan, mereka akan terus mengajukan banding untuk tuntutan mereka yang lain. Termasuk komisi independen untuk menyelidiki contoh-contoh kekerasan yang dilakukan oleh pihak kepolisian.

Lonjakan tweet lainnya terjadi tanggal 1 Juli, saat sekitar 550.000 orang turun ke jalan, menurut penyelenggara pawai. Laporan menemukan bahwa, tweet dalam bahasa Inggris juga dimulai pada hari itu. Mungkin sebagai tanggapan atas perhatian internasional pada peristiwa di Hong Kong.

Laporan itu merangkum bahwa ada tiga narasi utama yang diluncurkan dari tweet: Pengutukan terhadap para pengunjuk rasa Hong Kong; dukungan untuk kepolisian Hong Kong dan “aturan hukum”; dan teori konspirasi mengenai pemerintah Barat yang memicu unjuk rasa. 

Komunis Tiongkok telah secara konsisten mendorong narasi itu. Propaganda itu dilakukan, sejak Komunis Tiongkok mengumumkan mengenai unjuk rasa tersebut pada bulan Juli. Misalnya, satu tweet berbunyi: “‘Markas besar kepolisian wilayah administrasi khusus Hong Kong dikepung dan diserang. Siapa orang yang memakai pakaian hitam? Mereka bertindak di bawah arahan pasukan Barat yang anti-Tiongkok. Mereka memanipulasi hal-hal di balik layar.”  (Vv)

KPK Shutdown, Pimpinan KPK Serahkan Tanggungjawab ke Jokowi

0

EtIndonesia. Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) secara resmi menyerahkan tanggungjawab lembaga itu kepada Presiden Joko Widodo. Hal demikian disampaikan oleh Ketua KPK RI, Agus Rahardjo, di Gedung KPK RI, Jumat (13/09/2019).

Polemik ini terjadi setelah gencarnya isu minggu-minggu terkait pelemahan dan skenario penghancuran lembaga anti pemberantasan korupsi itu. Bahkan, konspirasi dari sejumlah pihak untuk melemahkan KPK.

Berikut pernyataan lengkap oleh pimpinan KPK

Ketua KPK RI Agus Rahardjo :

Selamat malam, salam sejahtera untuk kita semua. Saya akan membacakan beberapa poin yang sudah kami diskusikan dengan seluruh pimpinan.

Ada poin-poin yang perlu saya sampaikan.

Pertama, kita sangat prihatin kondisi pemberantasan korupsi semakin mencemaskan. Kemudian KPK rasanya seperti dikepung dari berbagai macam sisi. Namun dalam hal pimpinan, rasanya Presiden telah mengirimkan ke DPR.

DPR menyetujui, kalau nanti paripurna juga menyetujui, wajib KPK tidak melawan. Itu sudah menjadi keputusan dan Pak Saut, kami semua, sifatnya bukan personal, sama sekali bukan personal.

Kemudian yang terkait dengan yang sangat kami prihatin dan mencemaskan adalah mengenai RUU KPK.

Karena sampai hari ini kami draf yang sebetulnya saja kami tidak mengetahui. Jadi rasanya pembahasannya seperti sembunyi-sembunyi.

Kemudian saya juga mendengar rumor, dalam waktu yang sangat cepat kemudian akan diketok, disetujui.

Nah, ini kita betul-betul sangat bertanya-tanya, sebetulnya seperti kemarin disampaikan Pak Syarif, ada kepentingan apa sih? Sehingga buru-buru disahkan.

Jadi poin kami yang paling utama terkait undang-undang. Kami ini kalau ditanya anak buah, seluruh pegawai, (kami) tidak mengetahui apa isi undang-undang itu.

Bahkan, kemarin kami menghadap Menkumham untuk sebetulnya ingin mendapat draf resmi seperti apa.

Nah, kemudian Pak Menteri menyatakan nanti akan diundang. Tapi kalau kita baca Kompas pagi ini sudah tidak diperlukan lagi konsultasi dengan banyak pihak, termasuk dengan KPK. Oleh karena itu terhadap undang-undang kami sangat memprihatinkan.

Dan kami menilai mungkin ini apa memang betul mau melemahkan KPK. Terus terang penilaian yang masih sementara, tapi kami mengkhawatirkan itu.

Kepentingan yang paling penting sebetulnya selalu kami tak bisa menjawab isi undang-undang itu apa. Oleh karena itu setelah kami pertimbangkan sebaik-baiknya yang keadaannya semakin genting ini.

Maka kami, pimpinan yang merupakan penanggung jawab tertinggi di KPK. Dengan berat hati, pada hari ini, Jumat 13 September 2019, kami menyerahkan tanggung jawab pengelolaan KPK kepada Bapak Presiden RI.

Kami menunggu perintah. Kemudian apakah kami masih akan dipercaya sampai Bulan Desember, kami menunggu perintah itu.

Dan kemudian akan tetap beroperasional seperti biasa, terus terang kita menunggu perintah itu.

Mudah-mudahan kami diajak bicara, Bapak Presiden, untuk menjelaskan kegelisahan seluruh pegawai kami. Dan juga isu-isu yang sampai hari ini kami tak bisa menjawab.

Jadi demikian, semoga Bapak Presiden segera mengambil langkah-langkah untuk penyelamatan. Mohon maaf kalau sekiranya kami menyampaikan hal-hal kurang berkenan bagi banyak pihak.

Wakil Ketua KPK RI Laode Muhammad Syarif :

Jadi untuk menjelaskan yang tadi bahwa kita sangat berharap pada pimpinan tertinggi di Indonesia.Kami dimintai juga lah pendapat untuk agar kami bisa menjelaskan kepada publik dan pegawai di KPK. Kami serahkan tanggung jawabnya, dan kami tetap akan melaksanakan tugas, tapi kami menunggu perintah dari Presiden.

(asr)

Beijing Lebih Takut Kekurangan Daging Babi daripada Perang Dagang dan Isu Hongkong

0

Xu Jian

Pada 9 September 2019, Anna Fifield, Kepala Kantor ‘Washington Post’ di Beijing, Tiongkok merilis sebuah artikelnya tentang masalah politik paling mendesak yang sedang dihadapi komunis Tiongkok saat ini. Anna menyebut bahwa masalah yang paling ditakuti rezim Beijing saat ini bukan protes yang sedang berlangsung di Hongkong, juga bukan perang dagang dengan Amerika Serikat yang bisa berlangsung lama, tetapi keluhan masyarakat Tiongkok karena kekurangan daging babi.

Anna Fifield mengatakan bahwa dalam tahun babi ini, kekurangan pasokan daging babi telah menjadi masalah politik yang lebih serius, sampai-sampai kalangan penguasa komunis Tiongkok menyerukan pentingnya untuk menstabilkan pasokan dan harga daging babi. Itu merupakan tugas politik utama saat ini.

Warga di daratan Tiongkok gemar mengonsumsi daging babi, seperti daging babi goreng, iga babi asam manis, streaky pork, kaki babi, pangsit babi, dan lain-lainnya. Warga Tiongkok setiap orang setahunnya menghabiskan rata-rata 120 pon daging babi dan setengah dari jumlah babi di dunia dikonsumsi oleh rakyat Tiongkok.

Artikel itu menyebutkan bahwa dengan datangnya serangkaian liburan seperti Festival Pertengahan Musim Gugur pada hari Jumat 13 September 2019, ketika warga mengadakan makan malam keluarga, pejabat komunis Tiongkok sangat khawatir bahwa kemarahan yang meningkat dari masyarakat akan mengurangi keceriaan perayaan.

Namun yang lebih dikhawatirkan oleh komunis Tiongkok adalah bahwa kekurangan pasokan daging babi akan merusak peringatan 70 tahun hari jadi Republik Rakyat Tiongkok pada 1 Oktober 2019 mendatang. Khususnya, kejengkelan dari para warga berpenghasilan rendah yang tidak mampu membeli daging babi dapat mengguncang pondasi kekuasaan komunis Tiongkok karena salah satu kebohongan komunis Tiongkok itu berbunyi, “Pemerintah membiarkan rakyat menjalani kehidupan yang lebih baik.”

Hu Chunhua, Wakil Perdana Menteri Tiongkok pada akhir bulan lalu mengatakan bahwa pemerintah harus memastikan pasokan daging babi melalui berbagai cara yang dimungkinkan. Pasokan daging babi di Tiongkok untuk kuartal terakhir tahun ini dan paruh pertama tahun 2020 sangat berkurang. Menurut Hu Chunhua, pemerintah perlu memperkuat kontrol untuk membimbing opini publik. 

Untuk mengatasi situasi kekurangan itu,Hu Chunhua mengatakan bahwa pemerintah bermaksud memasok sejumlah persediaan daging babi beku. Sama seperti pemerintah Amerika Serikat menimbun persediaan minyak bumi. Pemerintah Tiongkok juga memiliki persediaan daging babi beku.

Seiring dengan semakin mendekatnya hari perayaan, pemerintah pusat dan daerah mengambil tindakan untuk mempersempit kesenjangan antara penawaran dan permintaan daging babi. Akhir pekan lalu, Guangzhou mulai melepaskan 1.800 ton cadangan daging babi beku ke pasar lokal.

Andrew Polk, seorang analis dari perusahaan konsultan di Beijing ‘Trivium’ mengatakan bahwa pemerintah Tiongkok sangat takut terhadap meningkatnya harga pangan, karena itu akan menyebabkan ketidakpuasan publik terhadap pemerintah terutama pada peringatan tahun ke-70 pemerintahan rezim komunis. Ketersediaan dan keterjangkauan harga pangan semakin terasa penting. 

Lalu apakah saat ini lebih baik daripada 70 tahun silam ? Masalah seperti ini cenderung menyulut kemarahan rakyat.

Masalah daging babi di Tiongkok menjadi parah setelah terjadinya wabah demam babi Afrika setahun yang lalu, yang menyebabkan pemusnahan hampir 1,2 juta babi. Dilaporkan pihak berwenang bahwa populasi babi di Tiongkok telah turun sepertiga dibandingkan tahun lalu, dan produksi daging babi jelas ikut turun.

Menurut statistik resmi, Tiongkok pada tahun 2018 memproduksi 54 juta ton daging babi tetapi tahun ini diperkirakan hanya memproduksi 40 juta ton. Rabobank, Belanda memperkirakan bahwa produksi daging babi Tiongkok akan turun lebih jauh menjadi 34 juta ton tahun depan.

Selain itu, mulai bulan September 2019 ini, pemerintah Beijing memberlakukan tarif impor tambahan 10% terhadap produk pertanian Amerika Serikat yang ikut meningkatkan harga daging babi impor dari Amerika menjadi 72%.Selain itu pemerintah Tiongkok juga membatalkan beberapa pembelian besar daging babi Amerika.

Faktor-faktor tersebut telah menyebabkan harga daging babi di pasar Tiongkok melambung tinggi. Tercatat sejak bulan Juli 2019 harga daging babi telah naik 50%, melampaui level rekor tahun 2016. Data inflasi yang dirilis pada hari Selasa 10 September 2019  menunjukkan bahwa harga daging babi di bulan Agustus 2019 naik 46,7% year over year atau YoY, naik hampir 20% dari harga bulan Juli 2019 lalu.

Pada saat yang sama, komunis Tiongkok sedang menciptakan opini publik untuk mendorong konsumen mengurangi makan daging babi.

Sebuah artikel di halaman depan web sites lifetimes.cn yang berafiliasi dengan ‘People’s Daily’ mencoba untuk “mendorong” pembaca mengurangi konsumsi daging babi karena berbahaya bagi kesehatan. 

Artikel itu langsung mendapat respon dari netizen.  Salah satunya berkomentar, “Apakah makan rumput itu yang sehat? Tulis seorang netizen meledek. Itu semua ulah komunis Tiongkok untuk menipu masyarakat. (sin)