Greenland, Siapa yang akan Membelinya, Amerika Serikat, Tiongkok atau Rusia?

Bowen Xiao

Banyak manfaat ekonomi dan strategis Greenland, terutama dalam hal keuntungan militer, tidak luput dari perhatian, di mana Tiongkok dan Rusia menunjukkan minat yang tinggi pada pulau yang jarang dihuni ini.

Menurut seorang pakar pertahanan, niat Tiongkok dan Rusia yang berusaha untuk meningkatkan pengaruhnya terhadap Greenland adalah menyangkut Amerika Serikat. Selain nilai strategis Greenland sehubungan dengan geografi dan posisinya, pulau itu juga mengandung banyak mineral dan minyak.

Sementara itu menurut Peter Huessy, seorang konsultan pertahanan senior dan direktur studi penangkal strategis di Mitchell Institute for Aerospace Studies, kepada The Epoch Times mengatakan bahwa gagasan Presiden Donald Trump untuk berpotensi membeli pulau itu tidak seberani kedengarannya.

“Jika Greenland seperti Guam, kami dapat mengerahkan rudal ofensif konvensional di utara Greenland di sepanjang Kutub Utara dan kami akan mencakup sebagian besar Rusia dan Tiongkok, yang  bertindak sebagai pencegah yang sangat baik untuk mencegah Tiongkok dan Rusia menggunakan rudal balistik dalam bentuk apa pun terhadap Amerika Serikat atau sekutunya,” kata Peter Huessy.

Ada juga manfaat perdagangan. Tiongkok melihat Greenland sebagai sumber logam tanah jarang dan mineral lainnya serta pelabuhan untuk pengiriman melalui Kutub Utara ke bagian timur Amerika Serikat. 

Pada tahun 2018, Tiongkok menyerukan untuk pengembangan bersama “Jalan Sutra Kutub,” sebagai bagian inisiatif “One Belt, One Road – OBOR” Beijing untuk membangun kereta api, pelabuhan, dan fasilitas lainnya di puluhan negara.

“Tiongkok dan Rusia berharap seperti Terusan Panama, Tiongkok dan Rusia ingin menjadi penjaga gerbang untuk transit ke Kutub Utara. Hal itu memiliki implikasi besar untuk perdagangan dan perniagaan serta masalah ekonomi. Tiongkok dan Rusia melakukan hal yang sama di Laut Tiongkok Selatan,” kata Peter Huessy.

Menurut Peter Huessy, pembicaraan Donald Trump baru-baru ini guna pembelian pulau itu mengirim sinyal ke Tiongkok dan Rusia untuk meredam rencana ekspansi Tiongkok dan Rusia di Kutub Utara. 

Pada dasarnya, Denmark adalah pemilik Greenland, yang memiliki populasi lebih dari 56.000 jiwa.

Secara strategis, Greenland membentuk bagian dari apa yang dilihat oleh Amerika Serikat sebagai koridor utama untuk operasi angkatan laut antara Kutub Utara dengan Atlantik Utara. 

Greenland juga merupakan bagian wilayah Kutub Utara yang lebih luas serta dianggap penting secara strategis karena kedekatannya dengan Amerika Serikat dan dianggap penting secara ekonomi untuk sumber daya alamnya.

“Akan sangat bagus jika kita dapat melakukan semua hal itu sendiri dan kita tidak harus pergi meminta kepada pemerintah Denmark. Apa yang dilakukan Donald Trump pada dasarnya adalah mengkritik pepatah Tiongkok, ‘Tidak terlalu cepat.’ Pada dasarnya, Donald Trump menunjukkan  kepada Tiongkok bahwa ia sanggup mewujudkannya,” kata Peter Huessy.

Peter Huessy menilai Donald Trump berpikir secara strategis serta bertindak secara strategis dan taktis.

Greenland terletak di antara Atlantik Utara dan samudra Arktik serta bergantung pada dukungan ekonomi Denmark. Greenland menangani urusan dalam negerinya sendiri, sementara Kopenhagen menjaga pertahanan dan kebijakan luar negeri Greenland.

Menurut Peter Huessy, Greenland akan mendapat manfaat besar bila menjadi bagian Amerika Serikat, terutama secara ekonomi. Pada tahun 1946, Presiden Harry S. Truman juga mengajukan rencana untuk membeli Greenland.

Mineral dan minyak tersedia sesuai kesepakatan dengan pemerintah dan aturan Uni Eropa; ada hambatan untuk investasi dan kepemilikan asing; membeli wilayah itu akan menghilangkan hambatan ini.

Pada tanggal 23 Agustus 2019, Donald Trump mengatakan ia menerima panggilan telepon Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen, beberapa hari setelah ia mengemukakan gagasan untuk membeli Greenland yang “tidak masuk akal” itu.

Pada saat itu, Donald Trump mengkritik tanggapan Mette Frederiksen, yang menggambarkannya sebagai hal yang “tidak menyenangkan.”

“Seorang wanita yang luar biasa. Kami memiliki percakapan yang hebat. Kami memiliki hubungan yang sangat baik dengan Denmark,” kata Donald Trump kepada wartawan.

Trump menilai bahwa “Mette Frederiksen sangat baik.  Sebelumnya, Trump mengatakan bahwa ia tertarik dengan Greenland “secara strategis,” tetapi membeli Greenland “bukanlah priorotas nomor 1.”

Rusia telah meningkatkan profilnya di Kutub Utara, membuat atau membuka kembali enam pangkalan militer yang ditutup setelah Perang Dingin berakhir pada tahun 1990. Rusia juga memodernisasi Armada Utara miliknya, termasuk 21 kapal baru dan dua kapal selam nuklir, dan sering mengadakan latihan angkatan laut di Kutub Utara.

Pada bulan Mei 2019 lalu, Sekretaris Negara Amerika Serikat Mike Pompeo mengatakan Rusia berperilaku agresif di Kutub Utara, dan tindakan Tiongkok di sana juga harus diawasi dengan ketat.

Amerika Serikat mempertahankan pangkalan udara di Thule di barat laut Greenland di bawah perjanjian tahun 1951 dengan Denmark. Washington menginginkan kehadiran militer yang lebih besar di Greenland untuk lebih mempertahankan pangkalan tersebut dan meningkatkan pengawasan perairan antara pulau dan benua Eropa.

Greenland diperkirakan memiliki cadangan mineral langka di luar Tiongkok, yang digunakan untuk membuat baterai dan ponsel. 

Mineral semacam itu dianggap penting bagi keamanan ekonomi dan nasional oleh Departemen Dalam Negeri Amerika Serikat pada tahun 2018 silam.

Laporan The Wall Street Journal pada tahun 2018 itu, menyebutkan bahwa Menteri Pertahanan Amerika Serikat James Mattis berhasil menekan Denmark untuk tidak membiarkan Tiongkok membiayai tiga bandara komersial di Greenland. Hal itu dikarenakan khawatir Denmark memberi Beijing pijakan militer di dekat Kanada.