Oleh Zhang Bingkai
Di tahun 2017 ini telah terjadi perubahan di dunia yang mencengangkan. Penemuan baru di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mengguncang hati manusia. Menatap langit, perubahan besar alam semesta kian hari kian mencolok. Matahari tidak lagi seperti diramalkan para ilmuwan yang mengatakan aktivitasnya melemah, justru sebaliknya memancarkan gelombang energi yang sangat kuat ke bumi, yang sempat memengaruhi sistem telekomunikasi seluruh dunia.
Tahun ini lagi-lagi terdapat puluhan asteroid yang terus menerus melewati bumi dari jarak relatif dekat, bahkan salah satu asteroid yang berasal dari luar sistem tata surya kita yang disebut “utusan dari jauh” atau “Oumuamua”, melayang dekat dari bumi kita di posisi 60 kali lipat jarak bumi ke bulan dengan kecepatan 95.000 km per jam.
Analisa Materi Galaksi: Manusia Bukan Berasal dari Bumi
Hasil riset astronomi terbaru di bulan Juli lalu menunjukkan, 50% materi yang berada di Galaksi Bimasakti ini berasal dari galaksi lain dan bukan miliknya sendiri.
Pada majalah “Monthly Notice of the Royal Astronomical Society”, para ilmuwan memaparkan, sebanyak setengah dari partikel atom yang ada di sistem tata surya, bumi dan manusia bukan berasal dari tempat ini, melainkan berasal dari galaksi yang jauh.
Fox News mengatakan, jika istilah akademis yang rumit itu diubah sedikit, dengan kata lain “setengah dari materi di dalam tata surya kita berasal dari luar sistem tata surya ini”.
Selain itu menurut pemberitaan oleh American Association of Advancement of Science, pakar astrofisika dari Northwest University bernama Claude-André Faucher-Giguère menyatakan, badan asosiasi riset itu telah mengubah pemahaman manusia terhadap alam semesta.
“Ini sangat berbeda dengan pemahaman kita sebelumnya. Pada dasarnya kita tidak berasal dari sini,” katanya.
Faucher-Giguère mengatakan, “Riset tersebut membuat kita berpikir, segala sesuatu di sekitar kita terkait erat dengan angkasa luar yang jauh di sana.”
Cahaya Terkuat Alam Semesta Pertama Kali Bisa Dilihat Mata Manusia
Pada 25 Juli lalu, pakar astronomi untuk kali pertama secara detil mengukur pancaran sinar Gamma, ini adalah semacam gumpalan energi dari alam semesta paling kuat yang terpancar ke arah bumi, dan pancaran ini bisa terlihat dengan mata manusia, hal ini sangat mengejutkan.
Hari berikutnya tanggal 26 Juli situs ilmiah Gizmodo mengatakan, pada 25 Juli pukul 6 malam hari, tiba-tiba terlihat kilauan cahaya yang terlihat oleh mata manusia muncul di langit. Ini bukan cahaya biasa dari lampu sorot biasa, melainkan suatu gumpalan energi yang sangat kuat dari alam semesta — pancaran cahaya Gamma (Gamma Burst) yang terpancar ke bumi dari angkasa luar yang sangat jauh.
Teropong Fermi Gamma-Ray Space Telescope milik NASA adalah yang pertama kali menangkap cahaya kuat alam semesta ini, dan diperkirakan berasal dari jarak 9 milyar tahun cahaya jauhnya. Empat menit kemudian, ilmuwan Spanyol juga melihatnya lewat teropong Master-IAC, spectrum yang bisa terlihat dari cahaya alam semesta ini menampakkan ciri khas polarisasi yang di luar dugaan.
Oleh para ilmuwan cahaya tersebut diberi nama GRB 160625B, tapi tidak bisa dilacak asal muasalnya. Yang mengejutkan ilmuwan adalah pancaran sinar Gamma yang tak terlihat oleh mata manusia ini ternyata disertai oleh cahaya yang dapat terlihat.
Pakar astrofisika dari University of California bernama Alexander Tchaikovsky berkata, “Kenyataannya, kami pun tidak mengerti, apa yang menyebabkan sinar Gamma kali ini dapat terlihat secara kasat mata.”
Matematika Tingkat Tinggi Klasik 3500 Tahun Silam
Bulan Agustus lalu, ilmuwan Australia dalam majalah “Historia Mathematica” menjelaskan, aksara Kuneiform (huruf paku) pada papan tanah liat dari zaman Babilonia menunjukkan semacam ilmu matematika Babilonia klasik yang muncul sedikitnya 3.500 tahun silam.
Ini adalah metode fungsi Trigonometri yang luar biasa rumit, tidak hanya 1.500 tahun lebih awal daripada fungsi Trigonometri Yunani kuno, tapi cara perhitungannya juga berbeda.
Ahli matematika dari University of New South Wales yang melakukan riset ini mengatakan, orang Babilonia telah menggunakan Hukum Sexagesimal untuk menganalisa segitiga siku-siku, hal ini juga memiliki makna pencerahan bagi para ahli matematika modern. Namun ilmuwan juga menyatakan, tidak mampu menjelaskan mengapa bangsa Babilonia memiliki ilmu matematika yang sedemikian maju.
15.000 Orang Ilmuwan Mengimbau, Manusia Sedang Akibatkan Kehancuran Bumi
Tahun 1992, Union of Concerned Scientists pernah mengundang 1.700 orang ilmuwan dari seluruh dunia, untuk bersama-sama membuat pernyataan “world scientists warned humans” versi pertama, menegaskan lagi bahwa aktivitas manusia telah merusak lingkungan secara serius. Jika tidak dihentikan, maka akan mengakibatkan bencana yang membuat punah bumi ini.
Pada 13 November lalu sebanyak 15.000 ilmuwan dari 184 negara di seluruh dunia membuat versi kedua dari pernyataan bersama serupa di majalah “Bio Science”, yang menjelaskan bahwa perilaku tidak benar umat manusia telah menyebabkan bumi sedang menuju kehancuran tuntas.
Pernyataan ini menghimbau agar manusia memperhatikan nasib bumi ini, dan sudah seharusnya segera mengambil tindakan.
Tahun ini ilmuwan menyebutkan, walaupun pada versi pertama telah dijelaskan agar manusia segera menghentikan tindakan tidak terpujinya.
Tapi selama 25 tahun ini, keadaan justru semakin memburuk, manusia tetap menggunakan bahan bakar fosil dalam jumlah besar, merusak hutan, menangkap organisme laut secara berlebihan, pencemaran, menghamburkan air bersih dan lain sebagainya.
Menghadapi kenyataan manusia tidak menerapkan perilaku yang baik, ilmuwan yang tidak berdaya hanya bisa menyatakan, “Manusia tidak akan bisa terlepas dari bencana karena sudah terlambat, waktunya telah habis.” (SUD/WHS/asr)
Sumber : epochtimes.com