Epochtimes.id- Setelah dikenal dengan kota hijau, Bengaluru, India dengan cepat kehilangan identitasnya sebagai ‘kota taman’ karena menyusutnya ruang hijau yang bisa dinikmati.
Menurut sebuah studi baru-baru ini, hanya 3 persen area dihiasi oleh taman yang dulunya banyak tersebar di seluruh kota.
Tidak hanya itu laporan dari Indian Institute of Science menemukan bahwa 78% permukaan tanah Bengaluru saat ini diaspal. Angka ini menunjukkan trennya hingga mencapai 94% pada akhir dekade ini.
Salah satu alasan utama untuk Bengaluru kehilangan kehijauan yang dimilikinya adalah proyek infrastruktur yang bermunculan di kanan kiri pusat ibukota Karnataka.
Kota berpenduduk 10,1 juta jiwa ini didesaki dengan konstruksi, sehingga tak ada ruang tersisa untuk pepohonan.
Salah satu proyek infrastruktur terbesar yang sedang berlangsung di sini adalah proyek rel kereta Metro Bengaluru.
Memasuki konstruksi tahap II, ceritanya tidak berbeda. Proyek ini memakan korban sebanyak 225 pohon. Nasibnya akan ditebang untuk pembangunan jalur di rute Kanakapura dekat Whitefield.
Tapi warga Bengaluru yang baik bahu membahu untuk menyelamatkan pohon mereka agar tak ditebang.
Setelah berkonsultasi dengan Komite Pengadilan Tinggi setempat, diputuskan bahwa 115 pohon harus ditebang untuk konstruksi.
“Mereka memeriksa 225 pohon di sepanjang jalan 1,5 km dan mengatakan hampir 115 dari mereka (pohon) tegak tinggi dan umurnya hampir sama, cukup untuk direlokasi, ” kata penduduk setempat Ram.
Namun para warganya tak patah arang. Mereka meminta pilihan lain agar pohon-pohon itu tetap hidup. Warga memutuskan untuk memindahkannya.
“Seseorang dipanggil Ram mendekati saya dan Akshay Heblikar yang mencari bantuan untuk mencangkok pepohonan. Kami dengan mudah setuju untuk melakukan pekerjaan itu.” tambah warga.
“Kabar terbaik adalah bahwa sebuah perusahaan yang memiliki usaha patungan dengan Bangalore Metro Rail Corporation mengusulkan tawaran bantuan peralatan dan tenaga kerja, Secara gratis, ” kata pakar konservasi kota Vijay Nishanth.
Dengan bantuan Sri Sathya Sai dari Institute of Higher Medical Sciences yang setuju untuk mengangkut pohon-pohon ke dalam kampus mereka. Proses pemindahan terus berlanjut.
Penduduk setempat bersama Nishanth dan timnya memulai translokasi pepohonan.
“Kami memutuskan hanya untuk mentranslokasi pohon-pohon yang memiliki kesempatan tinggi bertahan di tempat baru. Karena semua pohon berumur 4-5 tahun itu adalah proses yang relatif mudah,” kata Nishanth kepada Indiatimes.com.
Setelah direlokasi ke tempat baru, pepohonan ditanam di lubang yang dipenuhi pasir yang akan membantu akar tumbuh dengan mudah.
Bahkan pohon-pohon dirawat memadai dan dipantau secara teratur agar tumbuh dalam beberapa hari mendatang.
Sejauh ini tiga pohon, dua Thespesia populnea (pohon tulip India) dan satu pongamia pinnata (Honge) telah dipindahkan dengan hati-hati dari habitat aslinya dan ditanam kembali di kampus Sai Institute.
Semua pohon dipotong pendek dan ditranslokasi dengan sangat hati-hati agar tak cacat.
“Kami mengidentifikasi dan menandai pepohonan pada hari-hari pertama. Pohon-pohon itu ditarik keluar dengan akar yang utuh, kalau tidak pohonnya tak akan bertahan, ” kata Nishanth menambahkan.
“Kami telah menerapkan campuran obat-obatan agar pohon cepat tumbuh dan menggunakan crane untuk translokasi pepohonan. Bagian pohon yang terpotong disemprot dengan fungisida, ” ujar Nishanth yang menggambarkan dirinya sebagai dokter pohon.
Nishanth yang dulu pernah terlibat dalam translokasi massal pohon mengatakan bahwa dia yakin dapat memindahkan 112 pohon yang tersisa dalam hitungan hanya 10 hari. (asr)
Sumber : Indiatimes.com
ErabaruNews