Home Blog Page 2

Peretasan Komunikasi: Aplikasi yang Pernah Dipakai Staf Trump Dibobol, Data 60 Pejabat Pemerintah AS Bocor

EtIndonesia. Menurut laporan Reuters pada 21 Mei, platform komunikasi TeleMessage mengalami serangan siber besar-besaran pada bulan ini. Akibatnya, pesan-pesan dari lebih dari 60 pejabat Pemerintah AS diketahui telah bocor. Beberapa media menyebut bahwa mantan Penasihat Keamanan Nasional AS, Mike Waltz juga pernah menggunakan aplikasi ini.

Data hasil kebocoran tersebut dibagikan oleh organisasi nirlaba asal AS, Distributed Denial of Secrets (DDoSecrets), yang dikenal mengarsipkan dokumen-dokumen yang bocor akibat peretasan atas nama kepentingan publik.

Dari hasil analisis terhadap data yang dibocorkan, diketahui bahwa lebih dari 60 pengguna berasal dari instansi pemerintah. Di antara mereka terdapat petugas penanganan bencana, pejabat bea cukai, diplomat, staf Gedung Putih, hingga anggota Dinas Rahasia (Secret Service).

Reuters telah memverifikasi bahwa sebagian pesan yang bocor memang otentik. Meskipun tidak ditemukan percakapan langsung dari Waltz maupun pejabat lain di pemerintahan Trump, namun beberapa pesan yang bocor memuat informasi sensitif mengenai aktivitas dan rencana perjalanan pejabat tinggi, termasuk kunjungan ke Vatikan dan Yordania.

TeleMessage, Aplikasi yang Tiba-Tiba Menjadi Sorotan

Sebelum kejadian ini, TeleMessage adalah aplikasi yang nyaris tidak dikenal di luar lingkup lembaga pemerintah dan keuangan. Namun, pada 30 April, sebuah foto dari Reuters memperlihatkan Mike Waltz tengah memeriksa aplikasi tersebut—yang merupakan versi modifikasi dari aplikasi terenkripsi Signal—saat berada dalam rapat kabinet. Momen tersebut sontak menarik perhatian media.

TeleMessage diketahui mengembangkan versi modifikasi dari Signal, WhatsApp, Telegram, dan WeChat, yang dirancang untuk mengarsipkan pesan secara terpusat, umumnya digunakan oleh institusi resmi.

Awalnya berbasis di Israel, TeleMessage diakuisisi pada Februari 2024 oleh perusahaan teknologi Smarsh, yang berbasis di Portland, negara bagian Oregon, AS.

Serangan Siber: Cuma Butuh 20 Menit

Peretasan terhadap server TeleMessage terjadi sebanyak dua kali pada tanggal 4 Mei, dilakukan oleh lima peretas berbeda. Salah satu hacker bahkan membanggakan diri karena hanya membutuhkan waktu kurang dari 20 menit untuk menembus sistem.

Selanjutnya, seorang pakar keamanan siber melakukan investigasi terhadap kode sumber versi modifikasi aplikasi Signal yang dikembangkan TeleMessage. Pada 6 Mei, dia menyimpulkan bahwa aplikasi tersebut tidak menerapkan enkripsi end-to-end, sehingga rawan dibobol.

Menanggapi kejadian ini, pada 6 Mei, Smarsh selaku pemilik TeleMessage mengumumkan telah menutup seluruh layanan TeleMessage untuk sementara waktu guna menghindari risiko lebih lanjut dan melakukan evaluasi keamanan secara menyeluruh.

Kesimpulan: Ancaman Siber Kembali Mengguncang Dunia Pemerintahan

Insiden ini menunjukkan betapa rentannya sistem komunikasi bahkan di lingkungan pemerintahan tertinggi terhadap serangan siber. Dengan melibatkan data pejabat Gedung Putih, diplomat, dan badan keamanan, peretasan terhadap TeleMessage menjadi peringatan serius akan pentingnya keamanan data dan transparansi teknologi dalam komunikasi resmi.(jhn/yn)

Pengalaman Mati Suri: Bertemu “Dewi” yang Mengubah Hidup Seorang Ateis

EtIndonesia. Nancy Rynes dulunya adalah seorang ateis sejati. Dia mengedepankan logika dan percaya bahwa sains mampu menjelaskan segalanya. Namun, hanya dalam beberapa menit menjelang kematiannya, pandangannya tentang hidup dan keberadaan Tuhan berubah total.

Wanita asal negara bagian Colorado, Amerika Serikat, ini adalah seorang penulis sains sekaligus pelatih korporat. Dia tidak pernah tertarik pada hal-hal spiritual atau agama. Padahal sejak kecil, Nancy cukup memiliki sisi spiritual, dibesarkan dalam keluarga Katolik. Tapi saat dia berusia 15 tahun, sejumlah berita tentang pelecehan anak yang dilakukan oleh pendeta menghancurkan kepercayaannya. Dia mulai meragukan keyakinannya dan bahkan menganggap bahwa semua yang dia lihat dan alami tentang Tuhan dan roh semasa kecil hanyalah ilusi.

Setelah lulus dari universitas dan bekerja di Departemen Energi AS, Nancy tumbuh menjadi seorang ilmuwan yang sangat rasional dan berpijak pada realitas material. Dia memeluk ateisme sepenuhnya. Namun takdir mempertemukannya dengan sebuah “pintu tak terlihat” yang membawanya masuk ke dunia yang selama ini dia pandang sebelah mata.

Kecelakaan Sepeda yang Mengubah Segalanya

Pada usia 46 tahun, Nancy tengah berada di titik terendah dalam hidupnya. Dia baru bercerai, pekerjaannya tidak berjalan baik, dan dia memutuskan pindah ke Boulder, Colorado untuk memulai lembaran baru. 

Suatu hari, saat bersepeda, dia ditabrak oleh sebuah SUV dan terlempar jauh. Dia dilarikan ke ruang gawat darurat dengan luka serius dan dijadwalkan menjalani operasi besar tiga hari kemudian.

Hasil pemeriksaan menunjukkan cedera parah di bagian kepala, tulang selangka, tulang rusuk, tulang leher, tulang belakang, serta paru-paru. 

Sebagai seorang ateis, ketakutan terbesar Nancy adalah kematian. Ketika obat bius mulai bekerja dan dia tertidur di meja operasi, dia justru “terbangun” di sebuah dunia lain—sebuah lereng bukit yang indah, dipenuhi bunga dan rumput hijau. Dunia itu tidak mengikuti hukum fisika yang dikenalnya di dunia nyata.

Nancy mulai menyadari bahwa dia telah mati. Dia teringat akan perkataan orangtuanya di masa kecil, bahwa ateis akan masuk neraka. Namun, yang dia lihat sangat bertolak belakang. Sebuah suara lembut menyambutnya, berkata: “Selamat datang di rumah.” Suara itu berasal dari sosok perempuan yang samar namun memancarkan kasih dan kebijaksanaan. Nancy menyebut sosok itu sebagai “dewi”.

Pelajaran dari Dunia Lain: Energi, Peta Kehidupan, dan Pertobatan Jiwa

Dewi itu mulai mengajarkan Nancy berbagai pengetahuan tentang alam spiritual. Dia menjelaskan bahwa segalanya di alam semesta ini dibangun di atas dasar energi. Nancy menyerap ilmu itu dengan kecepatan luar biasa, jauh melebihi kecepatan belajar di dunia manusia. Hal-hal yang biasanya membutuhkan waktu tiga bulan untuk dipahami di bumi, di sana hanya membutuhkan beberapa menit.

Nancy juga ditunjukkan sebuah “peta kehidupan”, semacam peta energi yang menggambarkan seluruh pilihan hidupnya—jalur mana yang dia pilih, mana yang dia tinggalkan, dan bagaimana semuanya saling terhubung. 

“Aku berdiri di sana, memandangi peta itu, dan menyadari: itulah hidupku,” kenangnya.

Dia juga menjalani momen yang disebut “tinjauan jiwa”, di mana dia melihat kembali seluruh kejadian dalam hidupnya, tak hanya dari sudut pandangnya sendiri, tapi juga dari sudut pandang orang lain. Salah satu momen yang membekas adalah ketika dia berusia 17 tahun dan berkata kasar pada adiknya. Dari perspektifnya dulu, hal itu tampak sepele. Namun ketika dia melihatnya dari sudut pandang sang adik, dia merasakan betapa sakit dan terpukulnya hati sang adik.

Ingin Tinggal, Namun Sudah Ada Perjanjian Jiwa

Dalam pengalaman itu, Nancy memohon kepada dewi agar diperbolehkan untuk tetap tinggal di dunia tersebut. 

“Aku tidak ingin kembali,” pintanya. 

Namun, sang dewi menjawab dengan lembut: “Kamu sudah menyetujui untuk kembali.” 

Nancy lalu diperlihatkan bahwa sebelum lahir ke dunia, dia sebenarnya telah menyepakati untuk mengalami kecelakaan itu, serta segala penderitaan dan pelajaran yang menyertainya.

Sang dewi akhirnya mengantar Nancy kembali ke dunia nyata. Ketika Namcy membuka mata, dia masih terbaring di meja operasi. Rasa sakit langsung menyeruak, namun kenangan dan pengalaman yang baru saja dialaminya tetap terasa sangat nyata, bahkan lebih nyata dibanding dunia fisik.

Kebangkitan Jiwa dan Misi Baru

Sejak kembali dari pengalaman itu, Nancy menjalani hidup dengan cara yang sama sekali berbeda. Dia setiap hari mengingat apa yang dialaminya di “dunia seberang”, dan hal itu mengubah cara dia berinteraksi dengan sesama manusia. Dia yang dulu menolak semua bentuk kepercayaan spiritual, kini menjadi seorang penyampai pesan-pesan spiritual. Namun yang dia bawa bukanlah ajaran agama tertentu, melainkan pengalaman langsung dari dunia misterius yang pernah dia masuki.

Nancy kini meyakini bahwa dunia spiritual bukan ilusi atau mitos, melainkan sebuah kenyataan yang sangat dalam dan penuh kasih. Dia mengajak orang untuk berpikir ulang: mungkinkah “pintu pulang” itu tidak hanya terbuka di akhir hayat, tetapi juga bisa disadari lebih awal dalam kehidupan kita?(jhn/yn)

Pembicaraan Putin dan Trump Lewat Telepon Terkuak! Rusia Gagalkan Rencana Serangan Ukraina Menjelang “Hari Kemenangan”

EtIndonesia. Pada hari Senin (19/5), Presiden Amerika Serikat, Donald Trump melakukan percakapan telepon selama dua jam dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin. Isi percakapan mereka bocor ke publik melalui berbagai media asing dari berbagai saluran. Yuri Ushakov, penasihat kebijakan luar negeri Putin, mengungkapkan bahwa dalam pembicaraan tersebut, Putin memberi tahu Trump bahwa menjelang perayaan “Hari Kemenangan” pada 9 Mei, Moskow berhasil menggagalkan beberapa rencana serangan teroris besar-besaran yang didalangi oleh Ukraina.

Putin Sebut Ukraina Gagal Lakukan Serangan Teroris ke Moskow

Menurut laporan media Pemerintah Rusia, RT, dalam wawancara pada 20 Mei, Ushakov menjelaskan bahwa pada 19 Mei, Putin memberi tahu Trump bahwa sebelum dimulainya perayaan Hari Kemenangan dan deklarasi sepihak gencatan senjata selama tiga hari oleh Moskow, militer Ukraina pada dini hari 7 Mei meluncurkan lebih dari 500 drone bunuh diri serta rudal jelajah “Storm Shadow” buatan Inggris. Sebagian besar sasaran serangan adalah wilayah Moskow, namun hampir seluruhnya berhasil dicegat oleh sistem pertahanan Rusia.

Ushakov menambahkan bahwa Putin mengatakan kepada Trump: “Selain itu, terdapat pula ancaman serangan teror yang menargetkan pusat Kota Moskow, termasuk wilayah Kremlin dan Lapangan Merah. Untungnya, serangan ini berhasil digagalkan tepat sebelum perayaan dimulai.”

Putin juga menegaskan bahwa : “Pihak Ukraina secara langsung mengancam keselamatan tamu-tamu asing yang hendak menghadiri perayaan Hari Kemenangan, dan bahkan berupaya mencegah mereka datang ke Moskow.” 

Ushakov menambahkan bahwa Putin menyebut “dalang di balik ancaman-ancaman ini adalah pihak-pihak yang mengagungkan penjahat perang Nazi.”

Zelenskyy Lepas Tangan, Namun 28 Pemimpin Tetap Hadir

Sebelumnya, menjelang parade Hari Kemenangan yang menandai 80 tahun berakhirnya Perang Dunia II, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy menyatakan bahwa Kiev “tidak bertanggung jawab atas apa yang terjadi di wilayah Rusia.” Pernyataan ini disinyalir sebagai sindiran terhadap kehadiran sejumlah pemimpin dunia, termasuk Ketua Partai Komunis Tiongkok, Xi Jinping. Meski ada ancaman, sebanyak 28 pemimpin dunia tetap menghadiri acara tersebut.

Trump Serahkan Peran Mediasi Perang ke Vatikan

Pada 19 Mei, setelah berbicara selama lebih dari dua jam dengan Putin, Trump menyatakan kepada publik bahwa pembicaraan berjalan sangat lancar dan mengumumkan bahwa “Rusia dan Ukraina akan segera memulai negosiasi gencatan senjata.” 

Dunia, khususnya negara-negara Eropa, menganggap momen ini sebagai titik balik penting dalam perang Rusia-Ukraina yang telah berlangsung selama tiga tahun.

Namun, menurut laporan Axios, setelah berbicara dengan Putin, Trump melanjutkan komunikasi dengan Presiden Zelenskyy dan sejumlah pemimpin Eropa. Anehnya, dalam pembicaraan ini, Trump tidak menyebutkan rencana gencatan senjata sama sekali. Justru, para pemimpin Eropa dikejutkan ketika mendengar bahwa Trump menyatakan Putin bersedia berunding, namun Amerika Serikat tidak akan ikut serta dan bahkan menolak menerapkan sanksi terhadap Rusia.

Sumber yang terlibat dalam pembicaraan tersebut menyebutkan bahwa setelah Trump berbicara, para peserta terdiam selama beberapa detik, dan sebagian dari mereka mengaku “terkejut.” Sikap Trump dinilai sebagai tanda bahwa dia ingin menarik diri dari proses mediasi konflik Rusia-Ukraina.

Trump kemudian menulis pernyataan bahwa mekanisme negosiasi dan detail kesepakatan akan diserahkan sepenuhnya kepada Rusia dan Ukraina, “karena hanya mereka yang benar-benar memahami rincian yang tidak bisa dipahami oleh pihak luar.” 

Trump juga mengatakan kepada wartawan bahwa selama proses negosiasi berjalan, dia tidak akan menambah sanksi terhadap Rusia, karena menurutnya “masih ada kemungkinan kemajuan menuju gencatan senjata.” 

Dia menambahkan: “Saya pikir masih ada peluang untuk mencapai sesuatu. Namun jika kita memberi tekanan sekarang, bisa jadi justru memperburuk keadaan.”

Trump juga secara resmi menyerahkan peran mediator perdamaian kepada pihak Vatikan.

Putin Kunjungi Pembangkit Nuklir di Kursk, Kunjungan Pertama Sejak Wilayah Direbut Kembali

Pada 22 Mei, Kremlin mengumumkan bahwa Presiden Putin telah mengunjungi wilayah Kursk, yang merupakan kunjungan pertamanya sejak pasukan Rusia berhasil merebut kembali wilayah tersebut dari tangan Ukraina bulan lalu.

Wilayah Kursk sempat diduduki oleh pasukan Ukraina sejak Agustus 2024 dalam sebuah serangan balik yang disokong oleh drone dan senjata berat dari Barat. Serangan Ukraina saat itu berhasil menguasai hampir 1.400 kilometer persegi wilayah Kursk. Namun pada akhir April, dengan bantuan pasukan Korea Utara, Rusia mengklaim telah berhasil memukul mundur militer Ukraina dan kembali menguasai wilayah tersebut.

Militer Rusia menyatakan bahwa keberhasilan merebut kembali Kursk mengakhiri bentuk invasi terbesar ke wilayah Rusia sejak Perang Dunia II. (jhn/yn)

Bagaimana Alkohol Berkaitan dengan Penyakit Kanker

Manfaat hidup tanpa alkohol jauh melampaui teori lama bahwa konsumsi alkohol ringan baik untuk kesehatan kita

 Zena le Roux

Selama bertahun-tahun, Sarah van Niekerk percaya bahwa segelas anggur merah setiap malam bermanfaat bagi jantungnya. Namun, keyakinan itu runtuh setelah ia didiagnosis menderita kanker payudara—dan mendengar komentar pelan dari onkologisnya—bahwa bahkan konsumsi alkohol dalam jumlah rendah pun dapat meningkatkan risiko kanker.

“Saya merasa dikhianati,” katanya. “Tidak ada yang pernah memperingatkan saya.”

Menyalakan rokok di ruangan yang ramai mungkin akan membuatmu dilirik tajam, tapi menuangkan segelas anggur? Itu masih dianggap cukup aman—bahkan sehat oleh sebagian orang. Namun, sedikit orang yang menyadari bahwa alkohol adalah karsinogen Kategori 1, dalam kelompok yang sama dengan tembakau dan asbes. Menurut Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC), karsinogen Kategori 1 dapat menyebabkan kanker pada manusia.


Hubungan Alkohol dan Kanker

Gagasan bahwa alkohol dapat menyebabkan kanker bukanlah hal baru dan telah diakui sejak hampir 40 tahun yang lalu.

Saat ini, alkohol dikaitkan dengan setidaknya tujuh jenis kanker: rongga mulut, faring, laring, esofagus, kolorektal, hati, dan payudara wanita. Secara global, konsumsi alkohol terkait dengan sekitar 740.000 kasus kanker baru setiap tahun. Kanker payudara, esofagus (kerongkongan), dan hati adalah tiga yang paling kuat dikaitkan dengan penggunaan alkohol.

Penyebab utamanya adalah etanol—bentuk murni dari alkohol yang ditemukan dalam semua minuman beralkohol. Ketika tubuh memecah etanol, ia menghasilkan asetaldehida, suatu zat beracun yang dapat merusak DNA.

Efek etanol dan asetaldehida pada sel dan DNA kita dapat mengubah cara sel berkembang biak dan menghambat kemampuan tubuh untuk memperbaiki kerusakan.

“Semua jenis minuman beralkohol mengandung etanol—bir, anggur, dan minuman keras semuanya menimbulkan risiko,” kata Carina Ferreira-Borges, pakar kesehatan masyarakat dan penasihat regional WHO untuk alkohol, kepada The Epoch Times.

Alkohol juga mendorong stres oksidatif dan peradangan, yang dapat semakin merusak DNA. Selain itu, alkohol bisa memengaruhi kadar hormon, terutama estrogen, yang dapat meningkatkan risiko kanker payudara.

Meskipun sudah ada indikasi yang jelas, banyak orang—seperti Sarah van Niekerk—masih percaya bahwa satu minuman per hari itu tidak berbahaya, atau bahkan bermanfaat.


Tidak Ada Tingkat Aman

Penelitian telah menetapkan bahwa alkohol merupakan penyebab kanker, bahkan pada tingkat konsumsi yang rendah.

Misalnya, telah terbukti bahwa wanita yang mengonsumsi kurang dari satu gelas minuman per hari tetap memiliki risiko kanker payudara yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak minum sama sekali.

Minum ringan hingga sedang—didefinisikan sebagai kurang dari 20 gram alkohol murni per hari—dikaitkan dengan sekitar 23.000 kasus kanker baru di Uni Eropa pada tahun 2017. Jumlah itu kira-kira setara dengan kurang dari 1,5 liter anggur, 3,5 liter bir, atau 450 ml minuman keras per minggu.

Lebih dari sepertiga dari kasus tersebut terkait dengan konsumsi ringan, yaitu kurang dari 10 gram per hari.


Kesadaran Publik Masih Rendah

Terlepas dari bukti ilmiah yang kuat, kesadaran publik tentang hubungan antara alkohol dan kanker masih rendah.

Di Amerika Serikat, kesadaran bahwa alkohol meningkatkan risiko kanker paling tinggi untuk minuman keras (sekitar 31 persen), diikuti oleh bir dan anggur. Beberapa orang bahkan percaya bahwa alkohol mungkin memberikan perlindungan—atau setidaknya tidak berbahaya.

Untuk mengatasi kesenjangan kritis dalam kesadaran publik ini, salah satu strategi utama, menurut Ferreira-Borges, adalah membuat peringatan kesehatan pada produk beralkohol lebih terlihat dan eksplisit, mirip dengan label pada produk tembakau.

“Label harus secara jelas menyatakan risiko kanker dan bahaya kesehatan lain yang terkait dengan konsumsi alkohol,” kata Ferreira-Borges.

Ia juga menekankan perlunya regulasi yang lebih kuat untuk membatasi pengaruh industri alkohol terhadap kebijakan dan penelitian.

“Pemerintah harus memprioritaskan kesehatan masyarakat daripada keuntungan,” ujarnya.

Akhirnya, para profesional kesehatan harus mengedukasi pasien tentang bahaya konsumsi alkohol, bahkan dalam jumlah sedang. Namun, mereka memerlukan panduan dan dukungan yang jelas agar dapat melakukannya secara efektif, tambahnya.


Meningkatnya Alternatif Non-Alkohol

Seiring meningkatnya kesadaran tentang risiko kesehatan alkohol, semakin banyak orang beralih ke alternatif tanpa alkohol.

“Kita melihat semakin banyak variasi minuman bebas alkohol di pasaran,” kata Ferreira-Borges.

Pilihan yang lebih sehat umumnya rendah gula dan bisa berupa air infus, teh herbal, air soda beraroma, jus alami 100 persen, teh atau kopi tanpa pemanis, serta mocktail (minuman non-alkohol) segar, tambahnya.

“Saya sudah melihat beragam produk non-alkohol atau mocktail di toko swalayan dan minimarket—dan banyak teman saya memilih opsi ini saat berkumpul,” kata Amy Bragagnini, ahli gizi onkologi klinis dan juru bicara Academy of Nutrition and Dietetics, kepada The Epoch Times.

Teman-teman Bragagnini benar-benar menikmati rasa minuman non-alkohol, dan mereka juga senang karena terhindar dari efek samping seperti kabut otak, tidur yang buruk, dan gangguan pencernaan yang bisa ditimbulkan oleh alkohol.

Ia membagikan beberapa pengganti favoritnya:

“Saya suka soda cranberry dengan perasan jeruk nipis, atau segelas anggur bebas alkohol atau jus berkarbonasi. Teh matcha atau bir jahe juga jadi alternatif yang bagus.”


Tips untuk Mempermudah Transisi

Berhenti mengonsumsi alkohol bisa menjadi tantangan—meskipun tersedia banyak alternatif tanpa alkohol.

“Saya menyarankan untuk mengubah rutinitas Anda,” saran Bragagnini.

Jika biasanya Anda bertemu teman di bar setelah bekerja, ia menyarankan mencoba kegiatan baru yang tidak berfokus pada minuman. Itu bisa berupa kelas yoga, menonton film, atau jalan kaki atau hiking.

Jika segelas anggur biasanya menjadi cara Anda bersantai di akhir hari, Anda bisa mencoba menggantinya dengan mandi air hangat, secangkir teh herbal, atau meditasi singkat.

Bragagnini juga menunjukkan bahwa tekanan sosial, terutama di kalangan anak muda, bisa membuat transisi semakin sulit.

“Banyak lingkungan sosial masih berpusat pada alkohol, dan sering kali ada tekanan untuk minum agar bisa diterima,” katanya. “Akan sangat membantu jika Anda dikelilingi oleh orang-orang yang memiliki nilai yang sama.”

Ketika seseorang menekan Anda untuk minum, ia menyarankan untuk bersikap tegas dan mengakui alasan mengapa Anda memilih untuk tidak minum.

“Tidak semua orang akan memahami pilihan Anda, tapi itu bukan urusan Anda—dan semoga Anda merasa kuat dalam keyakinan untuk tetap jernih dan sehat.” (asr)

Ancaman Gagal Bayar Perusahaan Pialang Obligasi di Xi’an, Tiongkok, Mengancam Tabungan Bernilai Miliaran dan Ungkap Krisis Utang Pemerintah Daerah

0

Gagal bayar yang dialami sebuah perusahaan pialang kota berusia 30 tahun mengancam lebih dari 6.000 pensiunan dan menyoroti utang pemerintah daerah Tiongkok sebesar Rp 160.000 triliun  yang berusaha disembunyikan oleh Beijing

Sean Tseng

Jika sebuah perusahaan pialang di AS bangkrut, obligasi pemerintah AS yang dimiliki individu tetap ada; pemerintah federal—bukan pialangnya—yang berutang. Namun, jaring pengaman semacam itu tidak ada di Tiongkok.

Ketika Jingwei Treasury Bond Service—perusahaan pialang milik kota di Xi’an yang telah beroperasi hampir 30 tahun—berhenti menebus apa yang oleh masyarakat lokal diyakini sebagai obligasi pemerintah, kwitansi yang dicap dan dimiliki oleh lebih dari 6.000 investor tiba-tiba berubah menjadi selembar kertas tak bernilai.

Selama berbulan-bulan, banyak investor tersebut berkumpul di depan balai kota Xi’an, ibu kota Provinsi Shaanxi, untuk menuntut pengembalian dana investasi mereka, namun tidak membuahkan hasil.

Kasus ini membuka masalah besar secara nasional yang terkait dengan kendaraan pembiayaan pemerintah daerah—perusahaan cangkang yang digunakan oleh provinsi dan kota-kota di Tiongkok untuk meminjam uang di luar pembukuan resmi.

Pemerintah kota mendirikan Jingwei Treasury Bond Service untuk mengumpulkan dana lokal. Selama bertahun-tahun, mereka menjual obligasi dan mengambil pinjaman bank guna membiayai pembangunan jalan, jalur kereta bawah tanah, dan kawasan industri, dengan harapan pendapatan dari penjualan lahan serta pasar properti yang berkembang pesat akan mampu menutup biaya tersebut.

Gagal bayarnya Jingwei pada Maret lalu mengancam akan menghapus lebih dari 10 miliar yuan (sekitar Rp22,7 triliun.) tabungan keluarga yang diperuntukkan untuk pensiun, biaya pengobatan, dan pendidikan cucu mereka, menurut para investor lokal.

Ketika penjualan properti dan penerimaan pajak merosot, kendaraan pembiayaan pemerintah daerah kini kesulitan untuk membayar kembali kewajiban mereka, yang oleh para analis diperkirakan mencapai sekitar 78 triliun yuan (sekitar $10 triliun)—lebih dari separuh ukuran ekonomi Tiongkok.

Setiap kuartal, setidaknya 1 triliun yuan (sekitar $137 miliar) obligasi kendaraan pembiayaan pemerintah daerah jatuh tempo, memicu perburuan dana segar yang tiada henti.

Beijing telah meluncurkan program tukar utang sekali pakai sebesar 10 triliun yuan  yang memungkinkan provinsi mengonversi sebagian dari pinjaman “tersembunyi” ini menjadi obligasi yang dijamin negara dengan jangka waktu lebih panjang, namun program ini hanya mencakup sebagian kecil dari total kewajiban dan hanya menunda pembayaran ke masa depan.

Kericuhan di Xi’an ini terjadi saat para penabung Tiongkok masih trauma akibat pembekuan rekening bank pedesaan di Henan pada 2022 dan hampir bangkrutnya Zhongrong Trust bulan lalu.

“Kami pikir obligasi pemerintah lebih aman daripada deposito bank,” kata Nyonya Fang, yang menghabiskan 20 tahun mengumpulkan 400.000 yuan dari pekerjaannya di toko dan berjualan di kaki lima, kepada The Epoch Times. “[Ini adalah] uang pensiun kami—uang hidup dan mati kami.”

Kantor Obligasi Jingwei

Dokumen yang ditinjau oleh The Epoch Times menunjukkan bahwa Jingwei dijalankan oleh Xi’an Industrial Investment Group Co., sebuah perusahaan milik negara sepenuhnya yang dibentuk oleh pemerintah kota Xi’an.

Kantor tersebut dibuka pada 1996 dengan lisensi dari Biro Keuangan Xi’an, Departemen Keuangan Provinsi Shaanxi, dan Kementerian Keuangan Tiongkok.

Ketika provinsi memerintahkan penutupan pialang obligasi pada Desember 1999, 13 dari 14 kantor di kota ditutup. Hanya Jingwei yang tetap beroperasi—dengan alamat, papan nama, staf, kwitansi, dan nomor telepon yang sama—di bawah pengawasan Biro Keuangan Distrik Beilin.

Selama hampir tiga dekade, Jingwei menjual produk yang tampak seperti obligasi pemerintah biasa, tanpa pernah gagal membayar, kecuali insiden kekurangan likuiditas singkat pada 2003 yang diselesaikan pejabat dalam waktu enam minggu.

“Dengan kantor sebesar itu, mana mungkin bisa bertahan 30 tahun tanpa dukungan pemerintah?” kata Nyonya Li kepada The Epoch Times, yang menaruh 100.000 yuan (sekitar $13.500) dalam obligasi tersebut untuk biaya sekolah cucunya setelah suaminya melihat “orang-orang mengantre membawa uang tunai” di sana pada 2023.

Uang Tiba-tiba Terhenti

Pada 24 Maret, Jingwei gagal menebus obligasi yang jatuh tempo, menurut para investor lokal. Seminggu kemudian, kantor perusahaan disegel polisi dan penyelidikan pidana diumumkan. Para korban yang membuat laporan diminta memindai kode QR polisi—dan segera menyadari bahwa ponsel mereka dilacak.

“Kalau kami sekadar bicara soal mengadu ke Beijing, kami langsung ditelepon [oleh polisi],” kata Li.

Hingga 10 Mei, sebanyak 300 hingga 400 investor berkumpul setiap hari di depan balai kota Xi’an, menurut Li.

Video yang diposting di media sosial Tiongkok menunjukkan spanduk tuntutan pengembalian dana dan petugas berseragam mengepung para demonstran.

Li mengatakan beberapa pengadu ditahan selama seminggu, sementara seorang pengacara yang mencoba mewakili mereka dipenjara, mogok makan, dan dibebaskan setelah lima hari.

Para investor lokal mengatakan kepada The Epoch Times bahwa sekitar 6.000 hingga 7.000 orang—kebanyakan berusia 60 hingga 80 tahun—membeli obligasi senilai lebih dari 10 miliar yuan (sekitar $1,4 miliar) di Jingwei selama beberapa dekade terakhir, sering kali mengumpulkan tabungan dari beberapa generasi.

Seorang mantan warga desa menjual lima apartemen yang didapat dari kompensasi redevelopmen dan memasukkan semua hasilnya ke dalam obligasi yang ia yakini sangat aman. Seorang buruh migran yang menjual tanah pertanian dan menyimpan gaji dari pabrik menangis di sebuah aksi dan mengancam akan terjun ke parit kota Xi’an.

Seorang pria berusia 90 tahun yang mengumpulkan 190.000 yuan (sekitar $26.000) dari mengumpulkan botol kini mengemis di luar pos pengaduan; pejabat pernah memberinya 200 yuan (sekitar $27) agar ia pergi.

Nyonya Zhang mengatakan dia tidak bisa mengambil kembali 700.000 yuan (sekitar $97.000) dari hasil kerja kerasnya. “Pemerintah tidak memberi penjelasan apa pun,” katanya kepada The Epoch Times.

Sikap Diam dari Balai Kota

Pejabat Xi’an mendirikan meja pengaduan darurat di halaman hotel lokal, tempat para petugas—salah satunya disebut Li adalah pensiunan perwira militer—mengulang naskah yang sama: “Pulang saja dan tunggu; polisi sedang menangani.”

Ketika The Epoch Times menelepon Biro Keuangan Distrik Beilin, lembaga pemerintah yang mengawasi kantor penerbit obligasi Jingwei, staf menyangkal tahu apa-apa, merujuk pertanyaan ke meja pengaduan, dan menolak menyebutkan nama siapa pun yang bertanggung jawab.

Hampir dua bulan setelah gagal bayar, pihak berwenang belum mengumumkan temuan apa pun atau menawarkan rencana pengembalian dana, menurut Li.

“Setiap lembar obligasi yang kami pegang memiliki cap resmi pemerintah. Kami percaya pada itu. Sekarang mereka harus menepatinya,” kata Li, seraya menambahkan bahwa protes harian akan terus berlangsung.

Apa yang terjadi di Xi’an mencerminkan gejolak yang lebih dalam. Protes bank pedesaan di Henan pada 2022 berubah menjadi kekerasan setelah aplikasi kode kesehatan nasabah tiba-tiba berubah menjadi merah untuk mencegah mereka bepergian.

Tahun lalu, Sichuan Trust menawarkan pengembalian dengan potongan besar kepada lebih dari 8.000 investor lanjut usia setelah mengalami kekurangan dana hingga 30 miliar yuan.

Pada April, regulator memulai proses likuidasi Zhongrong International Trust, yang pernah mengelola produk investasi dengan imbal hasil tinggi senilai $108 miliar.

Para ekonom mengaitkan kegagalan-kegagalan ini dengan kendaraan pembiayaan pemerintah daerah yang memiliki utang gabungan sebesar 78 triliun yuan ($10–11 triliun)—lebih dari setengah PDB Tiongkok—yang kini sedang di-refinancing oleh Beijing melalui obligasi negara jangka sangat panjang.

Karena investor selama ini berasumsi bahwa Beijing tidak akan membiarkan kendaraan pembiayaan pemerintah daerah gagal bayar, setiap risiko gagal bayar menimbulkan krisis kepercayaan publik terhadap sistem keuangan yang lebih luas.

Laporan ini turut disumbangkan oleh Gu Xiaohua.

Menteri Keuangan G7 Berkumpul di Kanada, Fokus Bahas Isu Non-Tarif

EtIndonesia. Dari tanggal 20 hingga 22 Mei 2025, para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral dari negara-negara Kelompok Tujuh (G7) mengadakan pertemuan tahunan di Banff, Provinsi Alberta, Kanada. Pertemuan ini diselenggarakan di tengah polemik global terkait kebijakan tarif baru Presiden AS, Donald Trump, dengan tujuan untuk mengalihkan perhatian ke isu-isu non-tarif dan menunjukkan semangat kebersamaan. Fokus utama pertemuan ini adalah memperkuat dukungan terhadap Ukraina, menghadapi kebijakan ekonomi non-pasar, serta bekerja sama dalam memerangi kejahatan keuangan lintas negara dan penyelundupan narkoba. Pertemuan ini juga menjadi langkah persiapan menuju KTT Pemimpin G7 yang akan berlangsung di Kananaskis pada bulan Juni mendatang.

Kebijakan Tarif Trump Picu Kontroversi

Kebijakan tarif baru Presiden Trump menjadi isu utama yang mendominasi pertemuan. Jepang, Jerman, Italia, dan Prancis menghadapi kenaikan tarif “resiprokal” hingga lebih dari 20% mulai Juli. Inggris terkena dampak tarif sebesar 10%, sementara Kanada menghadapi tekanan dari tarif ekspor sebesar 25%. 

Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyatakan bahwa kebijakan tarif ini bertujuan untuk memperbaiki ketidakseimbangan perdagangan global, dengan fokus utama pada subsidi dan kelebihan kapasitas produksi Tiongkok. Dia memperingatkan bahwa jika dalam masa tenggang 90 hari tidak tercapai kesepakatan dagang, maka tarif akan kembali diberlakukan secara penuh.

Bessent dipandang sebagai sosok moderat dalam agenda perdagangan Trump. Mantan pejabat Departemen Keuangan AS, Mark Sobel, mengatakan bahwa para Menkeu G7 akan mendorong Bessent untuk mendorong kebijakan dagang yang lebih fleksibel. 

Dalam wawancara dengan CNN, Bessent menegaskan bahwa AS bersedia bernegosiasi untuk menurunkan tarif dengan negara-negara seperti Jepang, namun akan menerapkan tarif lebih tinggi terhadap negara-negara yang dinilai tidak bernegosiasi dengan itikad baik. 

Meski isu tarif menimbulkan perbedaan pandangan, Kanada sebagai tuan rumah bertekad mendorong lahirnya pernyataan bersama yang menekankan semangat kerja sama G7.

Alih Fokus ke Isu Non-Tarif

Untuk menghindari terulangnya ketegangan seperti dalam pertemuan G7 tahun 2018 yang diwarnai kontroversi tarif baja dan aluminium (dijuluki “G6+1”), fokus diskusi dialihkan ke isu-isu non-tarif. Draf pernyataan bersama diperkirakan akan mencakup tiga target utama:

1. Memperkuat dukungan keuangan dan institusional terhadap Ukraina,

2. Menghadapi kebijakan ekonomi non-pasar seperti yang diterapkan Tiongkok,

3. Meningkatkan kerja sama dalam memerangi kejahatan keuangan lintas negara dan penyelundupan narkoba.

Menteri Keuangan Italia, Giancarlo Giorgetti, melalui media sosial menyebut bahwa tercapainya kesepakatan bersama merupakan “langkah yang sangat penting.”

Sementara itu, Menteri Keuangan Prancis, Eric Lombard, mengatakan: “Pertemuan G7 ini memperkuat keselarasan kita dalam mendukung Ukraina, mengurangi ketidakseimbangan global, dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Yang terpenting adalah adanya kemajuan nyata.”

Meski belum tercapai konsensus penuh soal kebijakan terhadap Rusia, para pejabat menyatakan tengah berupaya keras agar pernyataan bersama dapat dikeluarkan sebelum penutupan pertemuan.

Ukraina Jadi Fokus Utama

Meski Ukraina bukan anggota G7, isu dukungan terhadap negara tersebut tetap menjadi prioritas pembahasan. Menteri Keuangan Ukraina, Sergii Marchenko, turut diundang menghadiri pertemuan ini. Uni Eropa sedang menyiapkan paket sanksi baru untuk meningkatkan tekanan terhadap Rusia. Italia mengusulkan agar negara-negara yang terlibat dalam membantu agresi Rusia dilarang ikut dalam proyek rekonstruksi Ukraina. Usulan ini sejalan dengan pernyataan sebelumnya dari Bessent.

Pejabat AS mengungkapkan bahwa Rusia saat ini mengimpor sejumlah besar material berteknologi ganda dari Tiongkok yang bisa digunakan untuk keperluan militer. Oleh karena itu, proposal Italia bisa berdampak langsung pada perusahaan-perusahaan Tiongkok.

Namun, redaksi pernyataan bersama masih memicu perdebatan. Menurut Reuters, AS menginginkan frasa “invasi ilegal Rusia ke Ukraina” dihapus dari naskah, yang membuat hasil akhir pernyataan bersama masih belum pasti. Para delegasi juga sedang membahas kemungkinan penurunan batas harga minyak mentah Rusia dari 60 dolar per barel sebagai langkah memperkuat sanksi. Ekonom Daleep Singh dari Prudential Investment Management mengatakan bahwa isu sanksi minyak akan menjadi ujian nyata bagi kekompakan G7.

Debut Resmi Scott Bessent di G7

Pertemuan ini juga menandai penampilan resmi pertama Scott Bessent sebagai Menteri Keuangan AS dalam forum G7. Sebelumnya, dia sempat hadir secara singkat dalam pertemuan G7 di sela-sela rapat IMF dan Bank Dunia bulan lalu di Washington, di mana dia disebut oleh para pejabat Eropa sebagai sosok yang “terbuka dan tidak kaku.”

Di Banff, Bessent mengadakan sejumlah pertemuan bilateral dengan Menteri Keuangan Prancis, Eric Lombard, Menteri Keuangan Kanada, François-Philippe Champagne, dan Menteri Keuangan Jerman yang baru, Lars Klingbeil. Pejabat Jerman mengungkapkan bahwa diskusi dengan Bessent berlangsung konstruktif dan bahkan melebihi waktu yang dijadwalkan. Kedua pihak sepakat untuk melanjutkan pembicaraan di Washington dalam waktu dekat.

Membuka Jalan Menuju KTT G7 di Kananaskis

Menurut pejabat G7, hasil dari pertemuan di Banff ini akan menjadi fondasi penting bagi pertemuan tingkat tinggi G7 yang akan digelar di Kananaskis pada bulan Juni. Pernyataan bersama diperkirakan akan menegaskan dukungan luas terhadap perlawanan Ukraina atas invasi Rusia, meskipun komitmen finansial kali ini mungkin tidak akan sejelas pengumuman pinjaman 50 miliar dolar dalam KTT G7 Oktober 2024 lalu.

Tantangan utama dalam penyusunan pernyataan adalah bagaimana menyampaikan ketidakpastian ekonomi dan perlambatan investasi akibat kebijakan tarif Trump, tanpa secara langsung menyalahkan kebijakan tersebut.

Menteri Keuangan Kanada, François-Philippe Champagne menyatakan:“Melalui pertemuan ini, kami ingin mengirim pesan kuat kepada dunia bahwa G7 tetap mampu bekerja sama menghadapi tantangan geopolitik dan ekonomi.” (jhn/yn)

“Membongkar Dunia Mobil Listrik”: Dokumenter Mengungkap Fakta di Balik Revolusi EV

EtIndonesia. Di tengah dorongan global untuk mempercepat transisi energi dan seruan dari berbagai negara untuk melarang penjualan mobil berbahan bakar fosil, sebuah film dokumenter investigatif berjudul “Membongkar Dunia Mobil Listrik” (The Real EV Story) yang akan tayang perdana pada 23 Mei di platform GJW+ milik Clean World TV. Film ini mengupas secara menyeluruh peluang dan risiko yang tersembunyi di balik industri kendaraan listrik (EV).

Pendekatan Jujur dan Berimbang

Menurut laporan dari The Epoch Times, dokumenter ini dipandu oleh Larry Elder, tokoh radio nasional Amerika, penulis buku laris New York Times, sutradara dokumenter pemenang penghargaan, dan kandidat Presiden AS 2024. Film ini diproduksi bersama Impactful Pictures, sebuah rumah produksi nirlaba yang telah meraih berbagai penghargaan internasional.

Melalui wawancara mendalam dengan 27 pakar dari berbagai bidang, film ini mengkaji kendaraan listrik dari sudut pandang lingkungan, etika, hingga keamanan nasional. Berbeda dari film yang menyuarakan satu sisi narasi saja, dokumenter ini justru mengedepankan dialog yang jujur, terbuka, dan seimbang.

Dalam film ini, Elder mengendarai mobil klasik Mercedes miliknya, berkeliling ke kawasan pegunungan Hollywood, Pameran Mobil Los Angeles, dan ajang Electrify Expo, sembari mengajukan pertanyaan-pertanyaan tajam untuk menguak sisi tersembunyi dari industri EV.

“Film ini bukan sekadar tentang mobil,” kata Elder, “tapi tentang bagaimana kita menentukan bentuk masa depan kita. Sebelum membeli kendaraan listrik, kita harus memahami dampak dan tanggung jawab yang menyertainya.”

Di Balik Produksi: Tim dan Kredibilitas

·        Larry Elder dikenal luas di Amerika Serikat melalui acara radio The Larry Elder Show, yang disiarkan di lebih dari 300 stasiun radio di seluruh negeri. Dia juga dikenal sebagai figur yang berpengaruh dalam isu kebijakan publik dan sosial.

·        Mathias Magnason, sang sutradara, adalah pembuat film dokumenter berpengalaman dengan lebih dari 30 tahun kiprah di dunia sinema. Karyanya yang terkenal, The Origin of the Wuhan Virus, telah ditonton lebih dari 100 juta kali.

·        Impactful Pictures, rumah produksi film ini, berbasis di California dan berfokus pada pembuatan film-film yang bersifat edukatif dan menginspirasi, ramah keluarga, serta mendorong perubahan sosial yang positif. Tim ini telah memenangkan berbagai penghargaan internasional, dan karya-karyanya telah ditayangkan di seluruh dunia.

Mimpi Energi Hijau dan Tantangan Realitas

Mobil listrik telah menjadi simbol utama dalam visi transportasi masa depan. Banyak pemimpin kebijakan, termasuk Gubernur California, Gavin Newsom, telah mencanangkan larangan penjualan mobil berbahan bakar fosil pada tahun 2035.

Namun, “Membongkar Dunia Mobil Listrik” memperingatkan bahwa di balik transisi menuju mobil listrik yang tampak ideal, terdapat sejumlah tantangan serius yang belum banyak disadari oleh publik:

1. Dampak Lingkungan

·        Proses ekstraksi bahan tambang seperti lithium, kobalt, dan nikel dalam jumlah besar menimbulkan kerusakan ekosistem yang signifikan.

·        Limbah baterai EV juga berkontribusi pada krisis limbah elektronik yang mengancam lingkungan global.

2. Isu Etika

·        Praktik eksploitasi tenaga kerja anak di negara-negara seperti Republik Demokratik Kongo, tempat tambang kobalt berada, menjadi sorotan utama.

·        Film ini mengajak penonton merenungkan harga manusiawi di balik teknologi hijau.

3. Risiko Keamanan Nasional

·        Mobil listrik modern sangat tergantung pada sistem digital, yang membuatnya rentan terhadap serangan siber.

·        Ketergantungan pada Tiongkok untuk pasokan bahan mentah dan komponen teknologi juga dinilai sebagai ancaman strategis bagi kedaulatan negara-negara produsen EV.

Penutup: Film yang Mengajak Kita Bertanya, Bukan Menyimpulkan

Alih-alih menjadi propaganda anti-EV atau kampanye industri otomotif tradisional, “Membongkar Dunia Mobil Listrik” justru mengajak masyarakat untuk berpikir lebih dalam dan kritis terhadap revolusi kendaraan listrik.

Dengan menghadirkan fakta dari berbagai perspektif, dokumenter ini mengajak kita meninjau kembali keyakinan yang selama ini kita pegang mengenai keberlanjutan, teknologi, dan pilihan hidup kita sebagai konsumen dan warga dunia.

Film ini akan tayang perdana secara eksklusif pada 23 Mei di GJW+ Clean World TV, dan diharapkan menjadi perbincangan hangat di tengah meningkatnya perhatian terhadap energi hijau dan kebijakan lingkungan global. (jhn/yn)

Pria Tiongkok Setinggi 1,68 Meter Berkencan dengan Wanita Setinggi 2,2 Meter Meskipun Keluarganya Tidak Menyetujuinya, Pasangan Itu Mengharapkan Anak Segera

EtIndonesia. Sepasang suami istri di Tiongkok barat daya telah memicu diskusi panas tentang perbedaan tinggi badan di media sosial karena pria itu tingginya 1,68 meter dan wanitanya tingginya 2,2 meter.

Pasangan dari Chongqing itu adalah seorang pria, yang menggunakan alias Zihao, dan pacarnya, yang dijuluki Xiaoyue, telah terlibat asmara selama lebih dari dua tahun, Haibao News melaporkan.

Kisah mereka menarik perhatian ketika Xiaoyue merilis sebuah video di media sosial pada awal Mei yang mengumumkan bahwa dia hamil tiga bulan.

Mereka saling mengenal tiga tahun lalu ketika Xiaoyue melakukan streaming langsung dan Zihao meninggalkan komentar saat mengobrol dengannya.

“Kami saling tertarik. Kami mulai berkencan tidak lama setelah itu,” kata Zihao.

Zihao mengatakan perbedaan tinggi badan mereka yang mencolok “bukan hambatan besar” dalam kehidupan sehari-hari mereka. Usia mereka tidak disebutkan dalam laporan tersebut.

Pria itu mengatakan mereka menghadapi skeptisisme sejak awal hubungan mereka, dengan banyak orang percaya mereka tidak cocok satu sama lain.

“Semua anggota keluarga yang lebih tua keberatan saya berkencan dengannya karena tinggi badannya. Namun, kami berdua berpegang teguh pada komitmen kami bahwa kami akan bersama seumur hidup,” kata Zihao.

“Sekarang dia hamil. Saya akan merawatnya dengan baik,” tambahnya.

Dia mengatakan mereka berencana untuk mendaftarkan pernikahan mereka pada bulan Juni, tetapi belum banyak memikirkan upacara pernikahan.

“Pacar saya mengatakan pernikahan itu tidak penting. Dia mengatakan tidak apa-apa jika kita tidak mengadakan acara pernikahan,” kata Zihao.

Dalam klip video lain yang dirilis pada awal Mei, Xiaoyue mengatakan dia gugup bertemu dengan orangtua pacarnya.

“Zihao mengatakan dia ingin mengajak saya bertemu dengan orangtuanya. Saya belum pernah bertemu mereka sebelumnya. Saya tahu mereka selalu tidak menyukai saya,” katanya dalam klip tersebut.

Xiaoyue, yang berasal dari keluarga pedesaan, mengatakan dia dibesarkan oleh kakek-neneknya.

“Saya tidak tahu apa itu cinta orangtua. Saya mengandung bayi saya sendiri, dan saya berharap dapat memberikan cinta terbaik untuknya,” kata Xiaoyue.

Selama pemeriksaan pranatal, dokter mengatakan janinnya berkembang secara normal. Dokter mengatakan kepada Xiaoyue bahwa janinnya mungkin akan tumbuh hingga dua meter di masa mendatang.

Berita tersebut telah menarik perhatian media sosial di Tiongkok daratan.

“Bagus sekali mereka saling mencintai. Saya berharap mereka hidup bahagia dan harmonis seumur hidup,” kata seorang netizen.(yn)

Sumber: scmp

Pria Cacat di Tiongkok Menginspirasi Banyak Orang dengan Memulai Sekolah Dasar di Usia 16 Tahun, Sekolah Kedokteran di Usia 25 Tahun

EtIndonesia. Seorang pria Tiongkok dengan cerebral palsy telah menginspirasi banyak orang dengan mengejar mimpinya dengan tekun, menjadi siswa sekolah dasar di usia 16 tahun, dan kemudian masuk sekolah kedokteran di usia 25 tahun.

Sekarang berusia 37 tahun, Li Chuangye, dari Provinsi Henan di Tiongkok tengah, telah membuka klinik kecil di Provinsi Yunnan di Tiongkok barat daya, memenuhi mimpinya untuk menjadi seorang dokter.

Li mengidap cerebral palsy di usia satu tahun. Sayangnya, karena kurangnya perawatan yang tepat waktu, dia harus berjalan dengan gaya jongkok sepanjang hidupnya.

Orangtua Li menghabiskan tabungan keluarga untuk perawatannya. Setelah operasi yang gagal di usia sembilan tahun, Li memutuskan bahwa dia tidak ingin membebani keluarganya lagi dan mencari seorang pria yang berjanji untuk memberinya pekerjaan.

Sayangnya, dia ditipu oleh pria ini, yang mengeksploitasi anak-anak cacat untuk mengemis, mengambil untung dari penderitaan mereka.

Sejak usia sembilan hingga 16 tahun, Li dipaksa mengemis di jalanan, dengan penghasilan hanya 100 yuan (sekitar Rp 210 ribu) per bulan.

Dia dibebaskan pada usia 16 tahun karena pria itu menganggapnya terlalu tua untuk menarik simpati.

Suatu hari, Li menyadari bahwa dia sama sekali buta huruf; dia bahkan tidak bisa membaca koran. Dia bertekad untuk mengubah hidupnya melalui pendidikan.

Li mendaftar di Kelas 2 di sekolah dasar dan dengan cepat masuk ke perguruan tinggi kedokteran pada usia 25 tahun pada tahun 2013. Dia belajar dengan tekun dan diterima di program klinis di sebuah universitas pada tahun 2016.

Berdedikasi pada bidang kedokteran, Li menjadikan dirinya sebagai studi kasus tentang cerebral palsy bagi teman-teman sekelasnya. Pada tahun 2014, pada hari ulang tahunnya, dia berjanji untuk menyumbangkan tubuhnya untuk penelitian medis setelah kematiannya.

Lulus pada usia 31 tahun pada tahun 2019, Li mulai bekerja sebagai editor untuk sebuah perusahaan medis, yang didukung oleh universitasnya.

Namun, dia mengundurkan diri beberapa bulan kemudian, menyadari bahwa cita-citanya yang sebenarnya adalah menjadi seorang dokter.

Meskipun menghadapi tantangan akibat disabilitasnya, Li berhasil mendapatkan magang di sebuah klinik komunitas di Henan sambil mempersiapkan diri untuk ujian lisensi medisnya.

Li menyebutkan bahwa dia tidak berharap untuk bekerja di rumah sakit besar tetapi merasa puas melayani tetangganya di sebuah klinik kecil.

Dia pindah ke Provinsi Yunnan, yang iklimnya menyenangkan sepanjang tahun, untuk menjalankan kliniknya sendiri.

Li juga sangat menyukai panjat gunung. Pada tahun 2016, dia mendaki Lima Gunung Suci (Wuyue) dan Gunung Huang di Tiongkok, menyelesaikan perjalanan itu sendirian.

Selama upaya ini, dia menghabiskan enam pasang sepatu, 12 pasang celana panjang, dan 16 pasang sarung tangan, sehingga dia membutuhkan total 17 hari untuk menaklukkan keenam puncak tersebut.

Dia membutuhkan waktu lima hari empat malam untuk mendaki Gunung Tai, gunung paling timur di Wuyue, yang tingginya mencapai 1.545 meter.

Li, yang tingginya tetap 80 cm saat dewasa, mengungkapkan bahwa dia mendaki gunung untuk menikmati pemandangan dari sudut pandang yang lebih tinggi.

Dia terus mendaki gunung dan menyiarkan langsung perjalanannya untuk menginspirasi penyandang disabilitas lainnya.

Selain itu, dia bertemu dengan pacarnya secara daring. Yu, yang satu tahun lebih tua darinya, tersentuh oleh semangatnya dan menjalin hubungan dengannya.

Oktober lalu, Yu mendaki ke puncak Gunung Tai sambil menggendong Li di punggungnya, menunjukkan komitmennya untuk selalu berada di sisinya terlepas dari kesehatannya.

“Musuh terbesar seseorang adalah dirinya sendiri. Kegagalan dan kesulitan adalah anak tangga di jalan kita. Teruslah maju, dan Anda akan melihat impian Anda menjadi kenyataan,” kata Li.

“Sungguh karakter yang hebat!” komentar seorang pengamat daring.

“Musuh terbesar seseorang adalah dirinya sendiri. Sahabat terbaik seseorang juga adalah dirinya sendiri,” komentar yang lain.(yn)

Sumber: scmp

Anugerah Penghargaan Misi Kemanusiaan Pascabencana Vanuatu dan Myanmar

0

EtIndonesia– Pemerintah Indonesia melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memberikan apresiasi dan penghargaan kepada para personel yang bertugas di panggung internasional, tepatnya pascabencana yang menerjang negara Vanuatu dan Myanmar beberapa waktu lalu. 

Anugerah piagam penghargaan disematkan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Prof. Dr. Pratikno di Graha BNPB, Jakarta, Selasa (20/5/2025). 

Secara simbolis, Pratikno memberikan piagam kepada Ketua Tim Kemanusiaan Indonesia Brigjen Pol (Purn) Ary Laksmana, perwakilan INASAR dan Tim Cadangan Kesehatan Emergency Medical Team (TCK-EMT) yang menyelesaikan misi kemanusiaan pascagempa M7,7 Myanmar. 

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.Sc., menyampaikan pidatonya, di Graha BNPB, Jakarta, Selasa (20/5)

Di samping itu, penghargaan juga diterima perwakilan TCK-EMT yang bertugas pascabencana gempa di Vanuatu. 

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan menyampaikan, “Atas nama Pemeritah kami mengucapkan terima kasih kepada bapak-ibu semuanya yang bekerja keras untuk kemanusiaan.”

Kepala BNPB Letjen TNI Dr. Suharyanto, S.Sos., M.M.,menyampaikan pidatonya di Graha BNPB, Jakarta, Selasa (20/5)

Pratikno menambahkan, hal tersebut tentu berkontribusi besar untuk Indonesia. Ia mencontohkan bantuan kemanusiaan in dapat meningkatkan hubungan dua negara, baik Vanuatu dan Myanmar. Di sisi lain, Pratikno meyakini para korban bencana di dua negara tersebut tentu berterima kasih atas pengabdian dan ketulisan dari tim INASAR dan TCK-EMT.  

“Bisa dibayangkan seorang korban yang tertimbun di reruntuhan gempa, misalnya, pasti dia mengharapkan adanya pertolongan. Bapak-ibu adalah tangan Tuhan yang datang untuk menolong mereka,” tambahnya dalam siaran pers BNPB. 

Menurutnya, misi kemanusiaan ini dapat meningkatkan reputasi Indonesia di mata internasional. Terlebih dengan dukungan tim INASAR dan TCK-EMT, reputasi itu semakin baik.  

Sementara itu, Kepala BNPB Letjen TNI Dr. Suharyanto menyampaikan bantuan kemanusiaan ke Myanmar merupakan bantuan terbesar kedua yang pernah dikirimkan Pemerintah Indonesia. 

“Bantuan kemanusiaan Indonesia ke Myanmar ini merupakan bantuan yang terbesar kedua yang pernah Indonesia berikan ke luar negeri sejak Indonesia merdeka,” ungkap Kepala BNPB. 

Kepala BNPB Letjen TNI Dr. Suharyanto, S.Sos., M.M., mendampingi Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.Sc., menyerahkan piagam penghargaan kepada perwakilan personel Tim Delegasi Bantuan Kemanusiaan Vanuatu dan Myanmar, di Graha BNPB, Jakarta, Selasa (20/5)

Suharyanto mengatakan, bantuan besar ini tidak hanya dari segi jumlah personel tetapi juga peralatan dan barang bantuan, yang diberikan dari unsur pemerintah dan swasta. Kepala BNPB juga  mengungkapkan, Presiden Prabowo Subianto turut mengapresiasi kinerja seluruh tim yang terlibat dalam misi kemanusiaan. 

“Terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada seluruh personel yang bergabung dalam misi kemanusiaan ini (Vanuatu dan Myanmar),” tutupnya. 

INASAR merupakan tim yang memiliki kualifikasi sebagai urban search and rescue di bawah komando Basarnas. Pascabencana gempa M7,7 Myanmar yang terjadi pada 28 Maret 2025 lalu, Pemerintah Indonesia mengerahkan 61 personel dan dua satwa. 

Sedangkan TCK-EMT merupakan tim medis yang terdiri dari berbagai organisasi di bawah koordinasi Kementerian Kesehatan. Sebanyak 15 personel TCK-EMT dikerahkan untuk memberikan pelayanan kesehatan pasca bencana gempa M7,3 pada 17 Desember 2024 silam dan 35 personel medis untuk gempa Myanmar.  (asr)

Wanita Prancis Terjebak dalam Aksen Inggris Setelah Operasi Amandel

EtIndonesia. Seorang wanita berusia 47 tahun dari Prancis Barat telah berbicara dengan aksen Inggris yang khas sejak dia menjalani operasi pengangkatan amandel 14 tahun yang lalu.

Laetitia, seorang kasir dari Montval-sur-Loir, di Departemen Sarthe Prancis, tidak berbicara bahasa Inggris. Dia hanya tahu beberapa kata dasar yang dipelajarinya di sekolah beberapa dekade yang lalu, tetapi mendengarnya berbicara dalam bahasa ibunya akan membuat Anda percaya bahwa dia lahir di Inggris.

Selama 14 tahun, Laetitia telah berbicara dengan aksen Inggris yang membuat kebanyakan orang mengira dia adalah orang Anglo-Saxon. Namun kenyataannya jauh lebih aneh – wanita berusia 47 tahun itu telah terjebak dalam aksen Inggrisnya sejak dia bangun dari operasi pengangkatan amandel.

Anak-anaknya telah menjalani prosedur yang sama sebelumnya, dan mereka berbicara dengan suara sengau, tetapi hilang setelah beberapa hari, jadi dia tidak terlalu khawatir pada awalnya, tetapi seiring berlalunya minggu, aksennya yang aneh tetap terasa kuat.

“Ketika saya bangun, saya memiliki aksen ini,” Laetitia baru-baru ini memberi tahu Le Petit Courrier. “Saya menemui dokter bedah di sana setelah operasi. Dia tidak menyebutkan masalah tertentu, jadi saya tidak khawatir. Saya kemudian pergi ke janji temu pascaoperasi tiga minggu kemudian. Dia mengatakan kepada saya, ‘Semuanya baik-baik saja, semuanya baik-baik saja.’ Saya bertanya kepadanya kapan saya akan mendapatkan suara saya kembali. Ia menjawab, ‘Anda harus bersabar.'”

Tiga bulan kemudian, dia pergi menemui dokter lagi dan mengatakan kepadanya bahwa dia sudah cukup sabar, tetapi dia ingin suaranya yang lama kembali.

Awalnya, dokter tidak mengerti apa yang dikatakannya, dan ketika dia memberi tahu kepadanya tentang aksen Inggrisnya, dokter bertanya kepadanya, ‘Bukankah Anda orang Anglo-Saxon?’ Bahkan dokter itu tidak percaya bahwa dia tidak berbicara bahasa Inggris dengan baik, tetapi hanya memiliki aksen yang aneh ini.

“Saat diperiksa, semuanya normal. Saya tidak tahu harus berkata apa; Anda adalah misteri bagi sains,” kata dokter kepada Laetitia.

Selama bertahun-tahun, Laetitia menemui beberapa dokter, termasuk dokter spesialis THT, tetapi tidak seorang pun dapat memberi tahu dia mengapa dia memiliki aksen Inggris atau apakah ada cara untuk menghilangkannya.

Dia akhirnya didiagnosis dengan Sindrom Aksen Asing, suatu kondisi yang sangat langka yang dapat disebabkan oleh kecelakaan, stroke, atau operasi. Catatan medis Laetita menunjukkan bahwa selama operasi amandelnya, suatu area otak kurang mendapat irigasi, yang mungkin menyebabkan aksen Inggrisnya.

Meskipun dia masih menginginkan kembali suaranya yang lama, dan beberapa orang mengira dia mempermainkan mereka, terutama anggota keluarga yang sudah lama tidak berbicara dengannya, Laetitia sudah terbiasa dengan aksennya yang tidak biasa. Itu adalah bagian dari dirinya sekarang, jadi dia sudah mulai menerimanya. (yn)

Sumber: odditycentral

Studi : Kurang Tidur Tiga Malam Saja Dapat Membahayakan Jantung Anda

EtIndonesia. Meskipun Anda dalam kondisi prima, kurang tidur selama beberapa malam saja dapat meningkatkan risiko serangan jantung atau stroke, menurut penelitian baru dari Swedia.

Sebuah tim di Universitas Uppsala menemukan bahwa kurang tidur dalam jangka pendek pun dapat memicu perubahan dalam tubuh yang terkait dengan penyakit jantung. Tidak perlu banyak usaha — kurang tidur selama beberapa malam saja dapat memicu perubahan tersebut.

Dr. Jonathan Cedernaes, yang memimpin penelitian tersebut, menjelaskan: “Sayangnya, hampir setengah dari seluruh warga Swedia secara teratur mengalami gangguan tidur, dan ini khususnya umum terjadi di kalangan pekerja shift. Itulah sebabnya kami ingin mencoba mengidentifikasi mekanisme yang memengaruhi bagaimana kurang tidur dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular. Tujuan akhirnya adalah untuk mengidentifikasi peluang untuk mengatasi masalah ini.”

Masalah tidur menjadi perhatian yang berkembang di seluruh dunia. Penelitian besar telah menunjukkan bahwa orang yang kurang tidur lebih mungkin menderita serangan jantung, stroke, dan detak jantung tidak teratur.

Untuk menggali lebih dalam, dr. Cedernaes dan timnya mempelajari bagaimana kurang tidur memengaruhi protein tertentu dalam darah yang terkait dengan penyakit jantung. Penelitian ini melibatkan 16 pria muda yang sehat dengan berat badan normal dan tidak memiliki masalah tidur.

Mereka tinggal di laboratorium tidur dalam kondisi yang dikontrol dengan cermat — makanan, gerakan, dan bahkan tingkat aktivitas semuanya dipantau. Dalam satu bagian penelitian, para pria tidur selama 8,5 jam setiap malam selama tiga malam. Di bagian lain, mereka hanya tidur sekitar 4 jam per malam.

Tes darah mengungkapkan bahwa peserta yang kurang tidur menunjukkan tanda-tanda peningkatan peradangan dan perubahan pada hampir 90 protein — meskipun mereka, seperti yang dikatakan para peneliti, “sebelumnya sangat sehat.”

Para peneliti menulis: “Temuan kami berdasarkan kondisi laboratorium yang sangat terstandarisasi, menunjukkan bahwa bahkan pembatasan tidur jangka pendek dapat menghasilkan profil biomarker yang terkait dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular.”

Banyak protein yang mereka identifikasi telah dikaitkan dengan masalah jantung seperti gagal jantung dan penyakit arteri koroner.

Dr. Cedernaes menambahkan: “Banyak penelitian besar yang telah dilakukan mengenai hubungan antara kurang tidur dan risiko penyakit kardiovaskular umumnya berfokus pada individu yang sedikit lebih tua yang sudah memiliki peningkatan risiko penyakit tersebut. Itulah sebabnya menarik bahwa kadar protein ini meningkat dengan cara yang sama pada individu yang lebih muda dan sebelumnya sangat sehat setelah hanya beberapa malam kurang tidur. Ini berarti penting untuk menekankan pentingnya tidur bagi kesehatan kardiovaskular, bahkan di awal kehidupan.”

Para peneliti juga mengamati bagaimana kurang tidur dapat memengaruhi manfaat olahraga. Beberapa perubahan positif dari aktivitas fisik masih terjadi — bahkan dengan kurang tidur — tetapi yang lainnya tidak.

Mereka sebelumnya menemukan bahwa berolahraga dengan sedikit tidur dapat memberi tekanan ekstra pada sel-sel otot jantung.

Namun, dr. Cedernaes menegaskan: “Dengan penelitian ini, kami telah meningkatkan pemahaman kami tentang peran jumlah tidur yang kita dapatkan dalam kesehatan kardiovaskular. Penting untuk dicatat bahwa penelitian juga menunjukkan bahwa latihan fisik dapat mengimbangi setidaknya beberapa efek negatif yang dapat disebabkan oleh kurang tidur. Namun, penting juga untuk dicatat bahwa olahraga tidak dapat menggantikan fungsi penting tidur.”

Dia juga mencatat bahwa diperlukan lebih banyak penelitian: “Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menyelidiki bagaimana efek ini mungkin berbeda pada wanita, orang lanjut usia, pasien dengan penyakit jantung, atau mereka yang memiliki pola tidur yang berbeda. Penelitian kami yang sedang berlangsung diharapkan dapat membantu mengembangkan pedoman yang lebih baik tentang bagaimana tidur, olahraga, dan faktor gaya hidup lainnya dapat dimanfaatkan untuk mencegah penyakit kardiovaskular dengan lebih baik.” (yn)

Sumber: thoughtnova

2 Staf Kedutaan Israel Tewas dalam Penembakan di Washington Dekat Museum Yahudi

 FBI Menyatakan Serangan Ini Sedang Diselidiki sebagai Dugaan Kejahatan Ujaran Kebencian 

EtIndonesia. Dua anggota staf Kedutaan Besar Israel di Washington ditembak dan tewas pada Rabu, 21 Mei 2025  di dekat sebuah museum Yahudi, demikian yang disampaikan oleh Menteri Keamanan Dalam Negeri AS, Kristi Noem.

“Dua staf Kedutaan Besar Israel secara tidak masuk akal dibunuh malam ini di dekat Museum Yahudi di Washington DC. Kami sedang menyelidiki secara aktif dan berupaya mendapatkan lebih banyak informasi untuk dibagikan,” kata Noem dalam sebuah unggahan di X. “Mohon doanya untuk keluarga para korban.”

“Kami akan membawa pelaku biadab ini ke pengadilan,” tambah Noem.

Dalam konferensi pers yang diadakan oleh Kepolisian Metropolitan D.C., seorang agen FBI yang menangani kasus ini mengumumkan bahwa FBI sedang menyelidiki kemungkinan adanya kejahatan ujaran kebencian.

Ia mengatakan bahwa seorang tersangka telah ditahan, namun tidak memberikan rincian lebih lanjut.

Jaksa Agung Amerika Serikat Pam Bondi menyatakan dalam sebuah unggahan di X bahwa ia berada di lokasi kejadian bersama Jaksa AS Jeanine Pirro, jaksa tertinggi di Distrik Columbia.

Danny Danon, Duta Besar Israel untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, menyebut penembakan ini sebagai “tindakan terorisme anti-Semit yang biadab.”

“Melukai komunitas Yahudi berarti telah melewati garis merah. Kami yakin bahwa otoritas AS akan mengambil tindakan tegas terhadap pihak yang bertanggung jawab atas tindakan kriminal ini,” ujar Danon dalam sebuah unggahan di X. “Israel akan terus bertindak tegas untuk melindungi warga dan perwakilannya—di mana pun di dunia.”

Presiden Donald Trump menyampaikan belasungkawanya kepada keluarga para korban.

“Pembunuhan mengerikan di D.C. ini, yang jelas-jelas bermotif antisemitisme, harus dihentikan, SEKARANG! Kebencian dan radikalisme tidak punya tempat di AS,” tulisnya dalam sebuah unggahan di Truth Social. (asr)

Perut Burung-burung di Pulau di Australia Begitu Penuh dengan Plastik Hingga Berderak Saat Ditekan

EtIndonesia. Ilmuwan Australia telah menemukan bahwa burung-burung berkantung di Pulau Lord Howe memiliki begitu banyak plastik di perut mereka sehingga mereka berderak dan berderak saat ditekan.

Lord Howe, sebuah pulau vulkanik kecil di pantai timur Australia, adalah rumah bagi sekitar 500 manusia dan lebih dari 44.000 burung puffin, alias burung berkantung, spesies burung laut bersayap panjang. Itu adalah salah satu tempat terakhir yang Anda duga akan terdampak oleh sampah plastik, tetapi para ilmuwan Australia telah membuat penemuan yang mengejutkan – burung-burung di Pulau Lord Howe begitu penuh dengan plastik sehingga perut kecil mereka mengeluarkan suara berderak saat ditekan.

Bulan lalu, sebuah tim mengarahkan seekor burung berkantung dan menemukan bahwa hampir seperlima dari seluruh berat tubuhnya adalah plastik. Hingga saat itu, jumlah plastik terbanyak yang pernah mereka temukan pada seekor burung adalah 403 buah pada tahun 2024, tetapi rekor itu terpecahkan pada kunjungan terakhir mereka ke pulau itu.

“Dengan berat hati saya sampaikan bahwa baru kemarin kita memecahkan [rekor] itu, dan pemegang rekor baru kita adalah 778 potongan plastik di dalam tubuh anak burung laut berusia 80 hari, di salah satu sudut paling asri di planet kita,” kata Dr. Jen Lavers, yang telah mempelajari burung-burung di Pulau Lord Howe selama 18 tahun.

“Menyaksikannya secara langsung, sungguh luar biasa,” imbuh Lavers. “Kini ada begitu banyak plastik di dalam tubuh burung sehingga Anda dapat merasakannya di bagian luar hewan tersebut saat masih hidup. Saat Anda menekan perutnya… Anda mendengar potongan-potongan plastik saling bergesekan.”

Para ilmuwan berusaha meningkatkan kesadaran tentang bahaya yang ditimbulkan plastik tidak hanya bagi burung-burung di Pulau Lord Howe, tetapi juga bagi semua burung di planet ini, tetapi mereka tidak melebih-lebihkan sedikit pun. Untuk membuktikan bahwa Anda benar-benar dapat mendengar plastik di dalam burung puffin, mereka merekam suara perut salah satu burung tersebut saat ditekan.

“Burung-burung ini punya cerita yang sangat penting untuk diceritakan, dan apa yang mereka ceritakan kepada kita adalah bahwa populasi mereka sedang menurun, dan jumlah plastik yang mereka konsumsi semakin meningkat,” Dr. Lavers memperingatkan.(yn)

Sumber: odditycentral