Home Blog Page 23

Banyak Tokoh Politik Dunia Memberikan Penghargaan kepada Master Li Hongzhi dan Falun Gong

 Tanggal 13 Mei tahun ini menandai Hari Falun Dafa Sedunia ke-26 dan peringatan 33 tahun penyebaran Falun Dafa ke seluruh dunia. Banyak tokoh politik dari berbagai negara mengirimkan penghargaan dan surat ucapan selamat sebagai bentuk dukungan mereka. Mereka menyatakan kekaguman yang mendalam terhadap pendiri Falun Gong, Li Hongzhi, atas kontribusinya yang luar biasa bagi umat manusia dan menyatakan dukungan kuat terhadap perjuangan damai para praktisi Falun Gong.

ETIndonesia. Pada 13 Mei, bendera Amerika Serikat berkibar di atas Gedung Kongres di Washington, DC, sebagai penghormatan kepada Li Hongzhi dan untuk merayakan Hari Falun Dafa Sedunia. Ini adalah keempat kalinya bendera dikibarkan di lokasi tersebut untuk menghormati pendiri Falun Gong.

Pada hari yang sama, gedung parlemen negara bagian Pennsylvania juga mengibarkan bendera AS sebagai bentuk penghormatan kepada Li Hongzhi.

Kongres Amerika Serikat secara khusus mengeluarkan sertifikat penghargaan untuk memperingati Hari Falun Dafa Sedunia ke-26 dan perjuangan para praktisi Falun Gong yang telah bertahan selama 26 tahun di tengah penindasan Partai Komunis Tiongkok (PKT).

Kongres juga mengeluarkan sertifikat pengakuan dan pencapaian, mengapresiasi kontribusi Himpunan Falun Dafa dalam mempromosikan nilai-nilai inti “Sejati, Baik, Sabar” serta budaya Buddha tradisional.

Beberapa parlemen negara bagian di AS seperti legislatif Texas (senat dan DPR), senat negara bagian New York, legislatif Missouri, DPR negara bagian Maryland, dan DPR negara bagian New York juga mengeluarkan resolusi atau surat penghargaan yang menetapkan 13 Mei 2025 sebagai Hari Falun Dafa, atau menyampaikan apresiasi atas dampak positif Falun Dafa bagi komunitas dan dunia.

Chris Smith, anggota Kongres AS mengatakan: “Selamat Hari Falun Dafa! Di tengah penindasan kejam oleh PKT, kalian tetap teguh dan tidak menyerah. Kami mendukung hak kalian untuk berlatih sesuai hati nurani, dan kami memberikan tepuk tangan untuk ketabahan dan kebaikan kalian.”

Selain banyak anggota parlemen AS, tokoh-tokoh politik dari Kanada, Inggris, Irlandia, Jerman, Swedia, Australia, Selandia Baru, dan Taiwan juga mengirimkan pesan ucapan selamat untuk memperingati Hari Falun Dafa Sedunia ke-26.

Anggota parlemen dari Partai CDU di Parlemen Negara Bagian Hesse, Jerman, Nessa Cosgrove, mengatakan: “Hari ini adalah pengingat bahwa meskipun dalam kesulitan dan penindasan, cahaya kebenaran tidak akan pernah padam.”

Anggota Parlemen Inggris, Jim Shannon, menyatakan: “Kami berdiri bersama kalian, melawan tirani.”

Di Kanada, setidaknya 10 kota mengibarkan bendera dan menyalakan lampu sebagai bentuk perayaan Hari Falun Dafa Sedunia.

Wang He, kolumnis dari The Epoch Times, mengatakan bahwa dari berbagai penghargaan dan ucapan yang diberikan para tokoh politik, terlihat bahwa komunitas internasional semakin mengakui dan menghormati Master Li Hongzhi serta ajaran Falun Dafa.

Wang He menyatakan: “Banyaknya penghargaan ini pertama-tama adalah hasil dari dedikasi yang tulus dan penuh kasih dari para praktisi Falun Gong. Kedua, selama bertahun-tahun ketika PKT menyebarkan fitnah dan penindasan terhadap Falun Gong, para praktisi terus menyuarakan kebenaran, dan ini menggugah para tokoh dunia. Mereka menyadari bahwa Falun Gong sangat berbeda dari gambaran negatif yang disebarkan PKT. Dari interaksi langsung dengan para praktisi, mereka merasakan kekuatan positif Falun Dafa, dan karena itu mereka memberikan dukungan dengan tulus.”

Wang He menambahkan, Falun Dafa mempromosikan kebenaran universal dan esensi kehidupan. Orang-orang baik dapat mendapatkan inspirasi darinya. Dalam menghadapi bujukan dan tekanan dari PKT, para tokoh politik ini tetap teguh — hal yang sangat langka dan berharga.

‘Mereka mengikuti suara hati mereka dan merasakan keindahan serta keagungan prinsip Falun Dafa. Dengan senang hati mereka menulis banyak penghargaan dan ucapan ulang tahun kepada pendiri Falun Gong. Kesimpulannya adalah: dunia membutuhkan Sejati, Baik, dan Sabar — Falun Gong adalah milik dunia.”

Pada 13 Mei 1992, Li Hongzhi pertama kali memperkenalkan Falun Dafa kepada publik di Changchun, Tiongkok. Praktik spiritual ini berakar pada tradisi Tiongkok dan bertujuan untuk meningkatkan kesehatan fisik, mental, dan moral. Kini, Falun Dafa telah menyebar ke lebih dari 100 negara.

Namun demikian, penindasan brutal oleh PKT terhadap Falun Gong telah berlangsung lebih dari 25 tahun. Kongres AS telah mengeluarkan lima resolusi yang menyerukan agar PKT menghentikan penindasan tersebut.

Pada 3 Maret tahun ini, Kongres AS ke-119 kembali mengajukan Undang-Undang Perlindungan Falun Gong (Falun Gong Protection Act). Pada 5 Mei, DPR AS meloloskan undang-undang ini secara aklamasi.

Anggota Kongres AS Pat Ryan menyatakan: “Saya berharap kalian merayakan Hari Falun Dafa yang penuh makna dan sukacita! Tak ada momen yang lebih tepat dari sekarang untuk mengumumkan bahwa kami baru saja mengesahkan undang-undang penting, yaitu Undang-Undang Perlindungan Falun Gong, yang bertujuan meminta pertanggungjawaban PKT atas kejahatan keji seperti pengambilan organ secara paksa dan pelanggaran HAM lainnya. Saya akan terus mendorong agar RUU ini juga disahkan oleh Senat dan ditandatangani oleh Presiden agar menjadi undang-undang.”

Eleanor Holmes Norton, anggota DPR AS dari Washington, DC, juga menyatakan akan terus bekerja sama dengan rekan-rekannya di DPR dan Senat untuk mewujudkan legislasi tersebut dan melindungi para praktisi Falun Dafa di seluruh dunia. (Hui)

Penyunting: Wang Ziqi | Reporter: Yi Ru | Pascaproduksi: Wu Ming

Diduga Gagal Menagih Gaji, Pegawai Membakar Pabrik Tekstil di Sichuan, Tiongkok Hingga Terbakar 37 Jam 

0

Pada 20 Mei, terjadi kebakaran besar di sebuah pabrik tekstil di Pingshan, Kota Yibin, Sichuan, Tiongkok. Api terus menyala selama 37 jam dan belum juga berhasil dipadamkan. Asap hitam tebal membumbung tinggi di lokasi kejadian. Beberapa orang yang mengetahui situasi menyatakan bahwa pemilik pabrik menunggak gaji sebesar RMB.800 (mata uang Tiongkok) kepada seorang karyawan. Setelah berulang kali menagih tanpa hasil, karyawan tersebut akhirnya membakar pabrik.

ETIndonesia. Berdasarkan penuturan  warganet daratan Tiongkok, terjadi kebakaran yang dimulai pada  20 Mei 2025 siang di sebuah pabrik tekstil di Pingshan, Kota Yibin, Sichuan, Tiongkok. Kobaran Sempat padam selama beberapa jam, namun api kembali menyala dengan intensitas lebih besar. Hingga 21 Mei malam, asap hitam masih terlihat. Beberapa video menunjukkan asap tebal membumbung hingga puluhan meter di atas gedung, api menyala dengan sangat hebat.

Pada 22 Mei, Kepolisian Kabupaten Pingshan, Kota Yibin merilis pernyataan bahwa sekitar pukul 12 siang tanggal 20 Mei, tersangka bermarga Wen (pria, 27 tahun) membakar sebuah ruang kerja di pabrik tekstil tersebut. Karena banyaknya bahan katun di dalam ruangan, pemadaman api menjadi sangat sulit. Saat ini, api telah berhasil dikendalikan.

Dalam pernyataan tersebut juga disebutkan bahwa Wen telah ditahan oleh pihak kepolisian, dan motif serta kerugian akibat peristiwa ini masih dalam penyelidikan.

Pabrik tempat kejadian adalah milik Sichuan Jinyu Textile Co., Ltd., yang berlokasi di Kawasan Pengembangan Ekonomi Pingshan, Sichuan. Wen adalah karyawan di pabrik tersebut.

Sumber yang mengetahui kejadian ini menyebutkan bahwa demi gaji sebesar RMB.800 , yang tidak diberikan oleh pemilik, sang karyawan sempat menusuk bagian keuangan (akunting), lalu berkata, “Toh akhirnya juga mati,” dan kemudian membakar semuanya.

Ada yang mengatakan, “Ini kisah yang menyedihkan. Bos tidak membayar uang seorang pemuda — hanya RMB.800 . Setelah berkali-kali menagih tanpa hasil, dia memilih membakar pabrik! Kalau ingin tahu lebih lanjut, cari saja di Douyin (TikTok versi Tiongkok)!”

“Ini terjadi tepat di seberang rumah saya. Bukan karena gaji satu bulan, tapi karena dipotong RMB.800 . Pemuda itu lahir tahun 1998, usianya 27 tahun. Hingga kini, lebih dari 80 mobil pemadam kebakaran dari Chengdu dan Mianyang telah dikerahkan, namun api belum padam. Bukan hanya bertengkar, tapi dia menusuk bagian keuangan.”

Peristiwa ini memicu perhatian luas di kalangan masyarakat Tiongkok:

“Hanya karena RMB. 800 , satu pabrik terbakar.”
“Pekerja pabrik tekstil menuntut RMB.800 , menyebabkan asap tebal membumbung. Hampir dua hari dua malam, api belum juga padam. Bos pasti rugi besar kali ini.”

“Pekerja itu menyiram bahan kain di dalam ruang kerja dengan bensin, lalu membakarnya.”

“Pembakaran disengaja — asuransi tidak akan membayar.”
“Pembakaran harus dihukum berat.”

“Bagian keuangan dan bos itu satu pihak. Memberi atau tidak memberi uang tergantung bos. Saat kejadian, bos pun ada di tempat, kemungkinan juga ikut diamankan.”

Kejadian ini juga memicu empati dari para pekerja lainnya. Banyak yang berkata:

“RMB.800 bagi karyawan bisa dipakai untuk biaya hidup anak satu bulan. Tapi bagi bos, bahkan tidak cukup untuk sekali makan di luar. Jangan sampai memojokkan orang kecil seperti ini.”

“RMB.800 mungkin kecil bagi bos, tapi bagi kami pekerja, itu setengah bulan biaya hidup.”
“Yang mengejutkan, komentar-komentar di media sosial malah mendukung si pemuda. Ini menunjukkan suara hati rakyat.”

“Apa yang terjadi pada masyarakat ini? Komentar malah membela tindakan pembakaran. Padahal ini seharusnya dikecam. Bukankah sudah waktunya pemerintah dan para bos merenung? Jangan anggap rakyat kecil bukan manusia — mereka bisa saja membuat kalian tidak melihat matahari esok hari.”

“Apakah kejadian seperti ini akan makin sering terjadi?”
“Seperti percikan api kecil, bisa menyebar luas.” (Hui)

Laporan oleh jurnalis Li Enzhen / Editor penanggung jawab: Li Quan – NTD

Diburu Israel: Komandan Inti Hamas Tewas, dan Dunia Terkejut Insiden Salah Tembak Diplomatik!

EtIndonesia. Situasi di Jalur Gaza kembali memanas usai Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengumumkan bahwa militer Israel diduga telah berhasil menewaskan salah satu tokoh paling penting dalam struktur Hamas, Muhammad Sinwar. Muhammad adalah adik kandung dari Yahya Sinwar, pemimpin tertinggi Hamas yang juga tewas dalam operasi militer Israel pada tahun lalu. Kematian Muhammad Sinwar menandai salah satu pukulan terberat bagi jaringan kepemimpinan Hamas dalam beberapa tahun terakhir.

Serangan Udara Masif Sasar Rumah Sakit, Puluhan Tewas

Operasi militer besar-besaran yang digelar Israel kali ini menargetkan sejumlah titik strategis di Gaza Selatan, dengan fokus utama di sekitar Rumah Sakit Eropa di Kota Khan Younis. Berdasarkan pernyataan resmi Kementerian Kesehatan Palestina, serangan udara tersebut menewaskan sedikitnya 28 orang dan melukai lebih dari 50 warga sipil, termasuk pasien dan tenaga medis yang berada di lokasi. Muhammad Sinwar diyakini tengah bersembunyi di kawasan tersebut saat serangan terjadi.

Pihak militer Israel belum memberikan konfirmasi visual atas tewasnya Muhammad Sinwar, namun berbagai sumber intelijen menyatakan bahwa peluang selamatnya sangat kecil. Netanyahu dalam konferensi pers menyebutkan bahwa operasi masih akan terus berlanjut hingga seluruh jaringan komando Hamas “dibersihkan”.

“Setiap jengkal tanah di Gaza, pada akhirnya, akan berada di bawah kendali penuh Israel,” tegas Netanyahu di hadapan wartawan. 

“Seluruh pemimpin Hamas yang masih tersisa kini sedang diburu. Kami telah mengidentifikasi posisi kepala militer, Deif, serta pemimpin politik Haniyeh, yang akan menjadi target berikutnya,” tambahnya.

Sikap Keras Israel Ditengah Tekanan Dunia

Deklarasi Netanyahu menuai reaksi keras dari komunitas internasional, terutama karena meningkatnya korban sipil dan hancurnya infrastruktur sipil, termasuk fasilitas kesehatan. Meski desakan untuk melakukan gencatan senjata datang dari berbagai negara—termasuk AS, Uni Eropa, dan negara-negara Arab—Netanyahu menegaskan bahwa jeda pertempuran hanya mungkin terjadi apabila para sandera yang masih ditahan Hamas dibebaskan.

“Tidak akan ada perdamaian permanen sampai Hamas benar-benar dilucuti dan rezim mereka tumbang,” tegasnya lagi. “Siapa pun yang meminta gencatan senjata sebelum tujuan ini tercapai, berarti sama saja membiarkan Hamas tetap berkuasa.”

Israel juga mengangkat isu rencana “migrasi sukarela” bagi warga Gaza, mengikuti usulan AS yang telah menimbulkan perdebatan di berbagai forum internasional. Namun, banyak pihak memandang langkah ini sebagai bentuk pengusiran terselubung yang melanggar hak asasi manusia.

Insiden Salah Tembak: Israel Panen Kecaman Dunia

Sementara operasi militer berlangsung di Gaza, insiden kontroversial terjadi di Tepi Barat, tepatnya di dekat kamp pengungsi Jenin. Pada hari yang sama, rombongan diplomat dari lebih dari 30 negara tengah melakukan kunjungan lapangan untuk memantau dampak operasi militer Israel terhadap warga sipil Palestina.

Secara tiba-tiba, seorang tentara Israel melepaskan tembakan peringatan ke udara saat rombongan melintasi area dekat operasi militer aktif. Tindakan ini sontak menimbulkan kepanikan di antara para diplomat, yang langsung berlarian mencari perlindungan. Rekaman video kejadian tersebut beredar luas di media sosial, menuai kecaman dan kritik dari berbagai negara.

Dalam rombongan tersebut, terdapat diplomat dari Uni Eropa, Prancis, Inggris, Tiongkok, Rusia, Turki, Mesir, Irlandia, Italia, Spanyol, dan sejumlah negara lain. Mereka saat itu sedang mendengarkan penjelasan dari otoritas Palestina terkait situasi keamanan dan kemanusiaan di kawasan Jenin.

Respons Israel dan Protes Internasional

Militer Israel kemudian mengeluarkan pernyataan resmi, menyatakan bahwa tembakan peringatan tersebut dilakukan karena rombongan diplomat “melenceng dari jalur yang sudah ditetapkan” dan tanpa sengaja masuk ke zona operasi berisiko tinggi. Menurut pihak militer, tindakan tersebut hanya dimaksudkan sebagai peringatan untuk menghindari potensi bahaya dan bukan sebagai serangan langsung.

“Kami meminta maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi, dan tidak ada niat jahat dalam tindakan tersebut,” ujar perwakilan militer Israel.

Namun, klarifikasi ini tidak cukup meredam kemarahan internasional. Menteri Luar Negeri Prancis, Stéphane Séjourné, menyebut tindakan itu “tidak dapat diterima” dan menuntut penjelasan resmi dari Israel. Pemerintah Spanyol dan Italia juga mengeluarkan kecaman keras, sementara Uni Eropa menuntut penyelidikan penuh atas insiden ini.

Otoritas Palestina sendiri menuduh militer Israel melakukan tembakan secara sengaja terhadap rombongan diplomat yang telah memperoleh izin resmi untuk melakukan kunjungan. Mereka menegaskan bahwa insiden ini membuktikan “rendahnya penghormatan Israel terhadap hukum internasional dan diplomasi”.

Dampak Diplomatik dan Humaniter

Serangkaian peristiwa ini tidak hanya memperburuk citra Israel di mata dunia, tetapi juga meningkatkan tekanan terhadap pemerintahan Netanyahu baik dari dalam negeri maupun komunitas internasional. Para pengamat menilai, insiden salah tembak terhadap diplomat asing bisa menjadi pemicu krisis diplomatik baru di tengah konflik yang sudah sangat kompleks dan berkepanjangan.

Sementara itu, situasi di Gaza semakin memburuk, dengan jumlah korban sipil terus bertambah dan bantuan kemanusiaan yang sulit masuk ke wilayah konflik. Komunitas internasional terus menyerukan penghentian kekerasan, pembukaan jalur bantuan, dan perlindungan maksimal terhadap warga sipil serta pekerja kemanusiaan.

Kesimpulan

Ketegangan antara Israel dan Hamas belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Dengan tewasnya Muhammad Sinwar, Israel berharap dapat memutus rantai komando militer Hamas, namun balasan dan aksi protes dari kelompok perlawanan diyakini akan semakin meningkat. Di sisi lain, insiden salah tembak ke rombongan diplomatik menunjukkan betapa rawan dan tidak terduganya situasi di lapangan, sekaligus memperbesar risiko krisis internasional yang lebih luas.

Peretasan Komunikasi: Aplikasi yang Pernah Dipakai Staf Trump Dibobol, Data 60 Pejabat Pemerintah AS Bocor

EtIndonesia. Menurut laporan Reuters pada 21 Mei, platform komunikasi TeleMessage mengalami serangan siber besar-besaran pada bulan ini. Akibatnya, pesan-pesan dari lebih dari 60 pejabat Pemerintah AS diketahui telah bocor. Beberapa media menyebut bahwa mantan Penasihat Keamanan Nasional AS, Mike Waltz juga pernah menggunakan aplikasi ini.

Data hasil kebocoran tersebut dibagikan oleh organisasi nirlaba asal AS, Distributed Denial of Secrets (DDoSecrets), yang dikenal mengarsipkan dokumen-dokumen yang bocor akibat peretasan atas nama kepentingan publik.

Dari hasil analisis terhadap data yang dibocorkan, diketahui bahwa lebih dari 60 pengguna berasal dari instansi pemerintah. Di antara mereka terdapat petugas penanganan bencana, pejabat bea cukai, diplomat, staf Gedung Putih, hingga anggota Dinas Rahasia (Secret Service).

Reuters telah memverifikasi bahwa sebagian pesan yang bocor memang otentik. Meskipun tidak ditemukan percakapan langsung dari Waltz maupun pejabat lain di pemerintahan Trump, namun beberapa pesan yang bocor memuat informasi sensitif mengenai aktivitas dan rencana perjalanan pejabat tinggi, termasuk kunjungan ke Vatikan dan Yordania.

TeleMessage, Aplikasi yang Tiba-Tiba Menjadi Sorotan

Sebelum kejadian ini, TeleMessage adalah aplikasi yang nyaris tidak dikenal di luar lingkup lembaga pemerintah dan keuangan. Namun, pada 30 April, sebuah foto dari Reuters memperlihatkan Mike Waltz tengah memeriksa aplikasi tersebut—yang merupakan versi modifikasi dari aplikasi terenkripsi Signal—saat berada dalam rapat kabinet. Momen tersebut sontak menarik perhatian media.

TeleMessage diketahui mengembangkan versi modifikasi dari Signal, WhatsApp, Telegram, dan WeChat, yang dirancang untuk mengarsipkan pesan secara terpusat, umumnya digunakan oleh institusi resmi.

Awalnya berbasis di Israel, TeleMessage diakuisisi pada Februari 2024 oleh perusahaan teknologi Smarsh, yang berbasis di Portland, negara bagian Oregon, AS.

Serangan Siber: Cuma Butuh 20 Menit

Peretasan terhadap server TeleMessage terjadi sebanyak dua kali pada tanggal 4 Mei, dilakukan oleh lima peretas berbeda. Salah satu hacker bahkan membanggakan diri karena hanya membutuhkan waktu kurang dari 20 menit untuk menembus sistem.

Selanjutnya, seorang pakar keamanan siber melakukan investigasi terhadap kode sumber versi modifikasi aplikasi Signal yang dikembangkan TeleMessage. Pada 6 Mei, dia menyimpulkan bahwa aplikasi tersebut tidak menerapkan enkripsi end-to-end, sehingga rawan dibobol.

Menanggapi kejadian ini, pada 6 Mei, Smarsh selaku pemilik TeleMessage mengumumkan telah menutup seluruh layanan TeleMessage untuk sementara waktu guna menghindari risiko lebih lanjut dan melakukan evaluasi keamanan secara menyeluruh.

Kesimpulan: Ancaman Siber Kembali Mengguncang Dunia Pemerintahan

Insiden ini menunjukkan betapa rentannya sistem komunikasi bahkan di lingkungan pemerintahan tertinggi terhadap serangan siber. Dengan melibatkan data pejabat Gedung Putih, diplomat, dan badan keamanan, peretasan terhadap TeleMessage menjadi peringatan serius akan pentingnya keamanan data dan transparansi teknologi dalam komunikasi resmi.(jhn/yn)

Pengalaman Mati Suri: Bertemu “Dewi” yang Mengubah Hidup Seorang Ateis

EtIndonesia. Nancy Rynes dulunya adalah seorang ateis sejati. Dia mengedepankan logika dan percaya bahwa sains mampu menjelaskan segalanya. Namun, hanya dalam beberapa menit menjelang kematiannya, pandangannya tentang hidup dan keberadaan Tuhan berubah total.

Wanita asal negara bagian Colorado, Amerika Serikat, ini adalah seorang penulis sains sekaligus pelatih korporat. Dia tidak pernah tertarik pada hal-hal spiritual atau agama. Padahal sejak kecil, Nancy cukup memiliki sisi spiritual, dibesarkan dalam keluarga Katolik. Tapi saat dia berusia 15 tahun, sejumlah berita tentang pelecehan anak yang dilakukan oleh pendeta menghancurkan kepercayaannya. Dia mulai meragukan keyakinannya dan bahkan menganggap bahwa semua yang dia lihat dan alami tentang Tuhan dan roh semasa kecil hanyalah ilusi.

Setelah lulus dari universitas dan bekerja di Departemen Energi AS, Nancy tumbuh menjadi seorang ilmuwan yang sangat rasional dan berpijak pada realitas material. Dia memeluk ateisme sepenuhnya. Namun takdir mempertemukannya dengan sebuah “pintu tak terlihat” yang membawanya masuk ke dunia yang selama ini dia pandang sebelah mata.

Kecelakaan Sepeda yang Mengubah Segalanya

Pada usia 46 tahun, Nancy tengah berada di titik terendah dalam hidupnya. Dia baru bercerai, pekerjaannya tidak berjalan baik, dan dia memutuskan pindah ke Boulder, Colorado untuk memulai lembaran baru. 

Suatu hari, saat bersepeda, dia ditabrak oleh sebuah SUV dan terlempar jauh. Dia dilarikan ke ruang gawat darurat dengan luka serius dan dijadwalkan menjalani operasi besar tiga hari kemudian.

Hasil pemeriksaan menunjukkan cedera parah di bagian kepala, tulang selangka, tulang rusuk, tulang leher, tulang belakang, serta paru-paru. 

Sebagai seorang ateis, ketakutan terbesar Nancy adalah kematian. Ketika obat bius mulai bekerja dan dia tertidur di meja operasi, dia justru “terbangun” di sebuah dunia lain—sebuah lereng bukit yang indah, dipenuhi bunga dan rumput hijau. Dunia itu tidak mengikuti hukum fisika yang dikenalnya di dunia nyata.

Nancy mulai menyadari bahwa dia telah mati. Dia teringat akan perkataan orangtuanya di masa kecil, bahwa ateis akan masuk neraka. Namun, yang dia lihat sangat bertolak belakang. Sebuah suara lembut menyambutnya, berkata: “Selamat datang di rumah.” Suara itu berasal dari sosok perempuan yang samar namun memancarkan kasih dan kebijaksanaan. Nancy menyebut sosok itu sebagai “dewi”.

Pelajaran dari Dunia Lain: Energi, Peta Kehidupan, dan Pertobatan Jiwa

Dewi itu mulai mengajarkan Nancy berbagai pengetahuan tentang alam spiritual. Dia menjelaskan bahwa segalanya di alam semesta ini dibangun di atas dasar energi. Nancy menyerap ilmu itu dengan kecepatan luar biasa, jauh melebihi kecepatan belajar di dunia manusia. Hal-hal yang biasanya membutuhkan waktu tiga bulan untuk dipahami di bumi, di sana hanya membutuhkan beberapa menit.

Nancy juga ditunjukkan sebuah “peta kehidupan”, semacam peta energi yang menggambarkan seluruh pilihan hidupnya—jalur mana yang dia pilih, mana yang dia tinggalkan, dan bagaimana semuanya saling terhubung. 

“Aku berdiri di sana, memandangi peta itu, dan menyadari: itulah hidupku,” kenangnya.

Dia juga menjalani momen yang disebut “tinjauan jiwa”, di mana dia melihat kembali seluruh kejadian dalam hidupnya, tak hanya dari sudut pandangnya sendiri, tapi juga dari sudut pandang orang lain. Salah satu momen yang membekas adalah ketika dia berusia 17 tahun dan berkata kasar pada adiknya. Dari perspektifnya dulu, hal itu tampak sepele. Namun ketika dia melihatnya dari sudut pandang sang adik, dia merasakan betapa sakit dan terpukulnya hati sang adik.

Ingin Tinggal, Namun Sudah Ada Perjanjian Jiwa

Dalam pengalaman itu, Nancy memohon kepada dewi agar diperbolehkan untuk tetap tinggal di dunia tersebut. 

“Aku tidak ingin kembali,” pintanya. 

Namun, sang dewi menjawab dengan lembut: “Kamu sudah menyetujui untuk kembali.” 

Nancy lalu diperlihatkan bahwa sebelum lahir ke dunia, dia sebenarnya telah menyepakati untuk mengalami kecelakaan itu, serta segala penderitaan dan pelajaran yang menyertainya.

Sang dewi akhirnya mengantar Nancy kembali ke dunia nyata. Ketika Namcy membuka mata, dia masih terbaring di meja operasi. Rasa sakit langsung menyeruak, namun kenangan dan pengalaman yang baru saja dialaminya tetap terasa sangat nyata, bahkan lebih nyata dibanding dunia fisik.

Kebangkitan Jiwa dan Misi Baru

Sejak kembali dari pengalaman itu, Nancy menjalani hidup dengan cara yang sama sekali berbeda. Dia setiap hari mengingat apa yang dialaminya di “dunia seberang”, dan hal itu mengubah cara dia berinteraksi dengan sesama manusia. Dia yang dulu menolak semua bentuk kepercayaan spiritual, kini menjadi seorang penyampai pesan-pesan spiritual. Namun yang dia bawa bukanlah ajaran agama tertentu, melainkan pengalaman langsung dari dunia misterius yang pernah dia masuki.

Nancy kini meyakini bahwa dunia spiritual bukan ilusi atau mitos, melainkan sebuah kenyataan yang sangat dalam dan penuh kasih. Dia mengajak orang untuk berpikir ulang: mungkinkah “pintu pulang” itu tidak hanya terbuka di akhir hayat, tetapi juga bisa disadari lebih awal dalam kehidupan kita?(jhn/yn)

Pembicaraan Putin dan Trump Lewat Telepon Terkuak! Rusia Gagalkan Rencana Serangan Ukraina Menjelang “Hari Kemenangan”

EtIndonesia. Pada hari Senin (19/5), Presiden Amerika Serikat, Donald Trump melakukan percakapan telepon selama dua jam dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin. Isi percakapan mereka bocor ke publik melalui berbagai media asing dari berbagai saluran. Yuri Ushakov, penasihat kebijakan luar negeri Putin, mengungkapkan bahwa dalam pembicaraan tersebut, Putin memberi tahu Trump bahwa menjelang perayaan “Hari Kemenangan” pada 9 Mei, Moskow berhasil menggagalkan beberapa rencana serangan teroris besar-besaran yang didalangi oleh Ukraina.

Putin Sebut Ukraina Gagal Lakukan Serangan Teroris ke Moskow

Menurut laporan media Pemerintah Rusia, RT, dalam wawancara pada 20 Mei, Ushakov menjelaskan bahwa pada 19 Mei, Putin memberi tahu Trump bahwa sebelum dimulainya perayaan Hari Kemenangan dan deklarasi sepihak gencatan senjata selama tiga hari oleh Moskow, militer Ukraina pada dini hari 7 Mei meluncurkan lebih dari 500 drone bunuh diri serta rudal jelajah “Storm Shadow” buatan Inggris. Sebagian besar sasaran serangan adalah wilayah Moskow, namun hampir seluruhnya berhasil dicegat oleh sistem pertahanan Rusia.

Ushakov menambahkan bahwa Putin mengatakan kepada Trump: “Selain itu, terdapat pula ancaman serangan teror yang menargetkan pusat Kota Moskow, termasuk wilayah Kremlin dan Lapangan Merah. Untungnya, serangan ini berhasil digagalkan tepat sebelum perayaan dimulai.”

Putin juga menegaskan bahwa : “Pihak Ukraina secara langsung mengancam keselamatan tamu-tamu asing yang hendak menghadiri perayaan Hari Kemenangan, dan bahkan berupaya mencegah mereka datang ke Moskow.” 

Ushakov menambahkan bahwa Putin menyebut “dalang di balik ancaman-ancaman ini adalah pihak-pihak yang mengagungkan penjahat perang Nazi.”

Zelenskyy Lepas Tangan, Namun 28 Pemimpin Tetap Hadir

Sebelumnya, menjelang parade Hari Kemenangan yang menandai 80 tahun berakhirnya Perang Dunia II, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy menyatakan bahwa Kiev “tidak bertanggung jawab atas apa yang terjadi di wilayah Rusia.” Pernyataan ini disinyalir sebagai sindiran terhadap kehadiran sejumlah pemimpin dunia, termasuk Ketua Partai Komunis Tiongkok, Xi Jinping. Meski ada ancaman, sebanyak 28 pemimpin dunia tetap menghadiri acara tersebut.

Trump Serahkan Peran Mediasi Perang ke Vatikan

Pada 19 Mei, setelah berbicara selama lebih dari dua jam dengan Putin, Trump menyatakan kepada publik bahwa pembicaraan berjalan sangat lancar dan mengumumkan bahwa “Rusia dan Ukraina akan segera memulai negosiasi gencatan senjata.” 

Dunia, khususnya negara-negara Eropa, menganggap momen ini sebagai titik balik penting dalam perang Rusia-Ukraina yang telah berlangsung selama tiga tahun.

Namun, menurut laporan Axios, setelah berbicara dengan Putin, Trump melanjutkan komunikasi dengan Presiden Zelenskyy dan sejumlah pemimpin Eropa. Anehnya, dalam pembicaraan ini, Trump tidak menyebutkan rencana gencatan senjata sama sekali. Justru, para pemimpin Eropa dikejutkan ketika mendengar bahwa Trump menyatakan Putin bersedia berunding, namun Amerika Serikat tidak akan ikut serta dan bahkan menolak menerapkan sanksi terhadap Rusia.

Sumber yang terlibat dalam pembicaraan tersebut menyebutkan bahwa setelah Trump berbicara, para peserta terdiam selama beberapa detik, dan sebagian dari mereka mengaku “terkejut.” Sikap Trump dinilai sebagai tanda bahwa dia ingin menarik diri dari proses mediasi konflik Rusia-Ukraina.

Trump kemudian menulis pernyataan bahwa mekanisme negosiasi dan detail kesepakatan akan diserahkan sepenuhnya kepada Rusia dan Ukraina, “karena hanya mereka yang benar-benar memahami rincian yang tidak bisa dipahami oleh pihak luar.” 

Trump juga mengatakan kepada wartawan bahwa selama proses negosiasi berjalan, dia tidak akan menambah sanksi terhadap Rusia, karena menurutnya “masih ada kemungkinan kemajuan menuju gencatan senjata.” 

Dia menambahkan: “Saya pikir masih ada peluang untuk mencapai sesuatu. Namun jika kita memberi tekanan sekarang, bisa jadi justru memperburuk keadaan.”

Trump juga secara resmi menyerahkan peran mediator perdamaian kepada pihak Vatikan.

Putin Kunjungi Pembangkit Nuklir di Kursk, Kunjungan Pertama Sejak Wilayah Direbut Kembali

Pada 22 Mei, Kremlin mengumumkan bahwa Presiden Putin telah mengunjungi wilayah Kursk, yang merupakan kunjungan pertamanya sejak pasukan Rusia berhasil merebut kembali wilayah tersebut dari tangan Ukraina bulan lalu.

Wilayah Kursk sempat diduduki oleh pasukan Ukraina sejak Agustus 2024 dalam sebuah serangan balik yang disokong oleh drone dan senjata berat dari Barat. Serangan Ukraina saat itu berhasil menguasai hampir 1.400 kilometer persegi wilayah Kursk. Namun pada akhir April, dengan bantuan pasukan Korea Utara, Rusia mengklaim telah berhasil memukul mundur militer Ukraina dan kembali menguasai wilayah tersebut.

Militer Rusia menyatakan bahwa keberhasilan merebut kembali Kursk mengakhiri bentuk invasi terbesar ke wilayah Rusia sejak Perang Dunia II. (jhn/yn)

Bagaimana Alkohol Berkaitan dengan Penyakit Kanker

Manfaat hidup tanpa alkohol jauh melampaui teori lama bahwa konsumsi alkohol ringan baik untuk kesehatan kita

 Zena le Roux

Selama bertahun-tahun, Sarah van Niekerk percaya bahwa segelas anggur merah setiap malam bermanfaat bagi jantungnya. Namun, keyakinan itu runtuh setelah ia didiagnosis menderita kanker payudara—dan mendengar komentar pelan dari onkologisnya—bahwa bahkan konsumsi alkohol dalam jumlah rendah pun dapat meningkatkan risiko kanker.

“Saya merasa dikhianati,” katanya. “Tidak ada yang pernah memperingatkan saya.”

Menyalakan rokok di ruangan yang ramai mungkin akan membuatmu dilirik tajam, tapi menuangkan segelas anggur? Itu masih dianggap cukup aman—bahkan sehat oleh sebagian orang. Namun, sedikit orang yang menyadari bahwa alkohol adalah karsinogen Kategori 1, dalam kelompok yang sama dengan tembakau dan asbes. Menurut Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC), karsinogen Kategori 1 dapat menyebabkan kanker pada manusia.


Hubungan Alkohol dan Kanker

Gagasan bahwa alkohol dapat menyebabkan kanker bukanlah hal baru dan telah diakui sejak hampir 40 tahun yang lalu.

Saat ini, alkohol dikaitkan dengan setidaknya tujuh jenis kanker: rongga mulut, faring, laring, esofagus, kolorektal, hati, dan payudara wanita. Secara global, konsumsi alkohol terkait dengan sekitar 740.000 kasus kanker baru setiap tahun. Kanker payudara, esofagus (kerongkongan), dan hati adalah tiga yang paling kuat dikaitkan dengan penggunaan alkohol.

Penyebab utamanya adalah etanol—bentuk murni dari alkohol yang ditemukan dalam semua minuman beralkohol. Ketika tubuh memecah etanol, ia menghasilkan asetaldehida, suatu zat beracun yang dapat merusak DNA.

Efek etanol dan asetaldehida pada sel dan DNA kita dapat mengubah cara sel berkembang biak dan menghambat kemampuan tubuh untuk memperbaiki kerusakan.

“Semua jenis minuman beralkohol mengandung etanol—bir, anggur, dan minuman keras semuanya menimbulkan risiko,” kata Carina Ferreira-Borges, pakar kesehatan masyarakat dan penasihat regional WHO untuk alkohol, kepada The Epoch Times.

Alkohol juga mendorong stres oksidatif dan peradangan, yang dapat semakin merusak DNA. Selain itu, alkohol bisa memengaruhi kadar hormon, terutama estrogen, yang dapat meningkatkan risiko kanker payudara.

Meskipun sudah ada indikasi yang jelas, banyak orang—seperti Sarah van Niekerk—masih percaya bahwa satu minuman per hari itu tidak berbahaya, atau bahkan bermanfaat.


Tidak Ada Tingkat Aman

Penelitian telah menetapkan bahwa alkohol merupakan penyebab kanker, bahkan pada tingkat konsumsi yang rendah.

Misalnya, telah terbukti bahwa wanita yang mengonsumsi kurang dari satu gelas minuman per hari tetap memiliki risiko kanker payudara yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak minum sama sekali.

Minum ringan hingga sedang—didefinisikan sebagai kurang dari 20 gram alkohol murni per hari—dikaitkan dengan sekitar 23.000 kasus kanker baru di Uni Eropa pada tahun 2017. Jumlah itu kira-kira setara dengan kurang dari 1,5 liter anggur, 3,5 liter bir, atau 450 ml minuman keras per minggu.

Lebih dari sepertiga dari kasus tersebut terkait dengan konsumsi ringan, yaitu kurang dari 10 gram per hari.


Kesadaran Publik Masih Rendah

Terlepas dari bukti ilmiah yang kuat, kesadaran publik tentang hubungan antara alkohol dan kanker masih rendah.

Di Amerika Serikat, kesadaran bahwa alkohol meningkatkan risiko kanker paling tinggi untuk minuman keras (sekitar 31 persen), diikuti oleh bir dan anggur. Beberapa orang bahkan percaya bahwa alkohol mungkin memberikan perlindungan—atau setidaknya tidak berbahaya.

Untuk mengatasi kesenjangan kritis dalam kesadaran publik ini, salah satu strategi utama, menurut Ferreira-Borges, adalah membuat peringatan kesehatan pada produk beralkohol lebih terlihat dan eksplisit, mirip dengan label pada produk tembakau.

“Label harus secara jelas menyatakan risiko kanker dan bahaya kesehatan lain yang terkait dengan konsumsi alkohol,” kata Ferreira-Borges.

Ia juga menekankan perlunya regulasi yang lebih kuat untuk membatasi pengaruh industri alkohol terhadap kebijakan dan penelitian.

“Pemerintah harus memprioritaskan kesehatan masyarakat daripada keuntungan,” ujarnya.

Akhirnya, para profesional kesehatan harus mengedukasi pasien tentang bahaya konsumsi alkohol, bahkan dalam jumlah sedang. Namun, mereka memerlukan panduan dan dukungan yang jelas agar dapat melakukannya secara efektif, tambahnya.


Meningkatnya Alternatif Non-Alkohol

Seiring meningkatnya kesadaran tentang risiko kesehatan alkohol, semakin banyak orang beralih ke alternatif tanpa alkohol.

“Kita melihat semakin banyak variasi minuman bebas alkohol di pasaran,” kata Ferreira-Borges.

Pilihan yang lebih sehat umumnya rendah gula dan bisa berupa air infus, teh herbal, air soda beraroma, jus alami 100 persen, teh atau kopi tanpa pemanis, serta mocktail (minuman non-alkohol) segar, tambahnya.

“Saya sudah melihat beragam produk non-alkohol atau mocktail di toko swalayan dan minimarket—dan banyak teman saya memilih opsi ini saat berkumpul,” kata Amy Bragagnini, ahli gizi onkologi klinis dan juru bicara Academy of Nutrition and Dietetics, kepada The Epoch Times.

Teman-teman Bragagnini benar-benar menikmati rasa minuman non-alkohol, dan mereka juga senang karena terhindar dari efek samping seperti kabut otak, tidur yang buruk, dan gangguan pencernaan yang bisa ditimbulkan oleh alkohol.

Ia membagikan beberapa pengganti favoritnya:

“Saya suka soda cranberry dengan perasan jeruk nipis, atau segelas anggur bebas alkohol atau jus berkarbonasi. Teh matcha atau bir jahe juga jadi alternatif yang bagus.”


Tips untuk Mempermudah Transisi

Berhenti mengonsumsi alkohol bisa menjadi tantangan—meskipun tersedia banyak alternatif tanpa alkohol.

“Saya menyarankan untuk mengubah rutinitas Anda,” saran Bragagnini.

Jika biasanya Anda bertemu teman di bar setelah bekerja, ia menyarankan mencoba kegiatan baru yang tidak berfokus pada minuman. Itu bisa berupa kelas yoga, menonton film, atau jalan kaki atau hiking.

Jika segelas anggur biasanya menjadi cara Anda bersantai di akhir hari, Anda bisa mencoba menggantinya dengan mandi air hangat, secangkir teh herbal, atau meditasi singkat.

Bragagnini juga menunjukkan bahwa tekanan sosial, terutama di kalangan anak muda, bisa membuat transisi semakin sulit.

“Banyak lingkungan sosial masih berpusat pada alkohol, dan sering kali ada tekanan untuk minum agar bisa diterima,” katanya. “Akan sangat membantu jika Anda dikelilingi oleh orang-orang yang memiliki nilai yang sama.”

Ketika seseorang menekan Anda untuk minum, ia menyarankan untuk bersikap tegas dan mengakui alasan mengapa Anda memilih untuk tidak minum.

“Tidak semua orang akan memahami pilihan Anda, tapi itu bukan urusan Anda—dan semoga Anda merasa kuat dalam keyakinan untuk tetap jernih dan sehat.” (asr)

Ancaman Gagal Bayar Perusahaan Pialang Obligasi di Xi’an, Tiongkok, Mengancam Tabungan Bernilai Miliaran dan Ungkap Krisis Utang Pemerintah Daerah

0

Gagal bayar yang dialami sebuah perusahaan pialang kota berusia 30 tahun mengancam lebih dari 6.000 pensiunan dan menyoroti utang pemerintah daerah Tiongkok sebesar Rp 160.000 triliun  yang berusaha disembunyikan oleh Beijing

Sean Tseng

Jika sebuah perusahaan pialang di AS bangkrut, obligasi pemerintah AS yang dimiliki individu tetap ada; pemerintah federal—bukan pialangnya—yang berutang. Namun, jaring pengaman semacam itu tidak ada di Tiongkok.

Ketika Jingwei Treasury Bond Service—perusahaan pialang milik kota di Xi’an yang telah beroperasi hampir 30 tahun—berhenti menebus apa yang oleh masyarakat lokal diyakini sebagai obligasi pemerintah, kwitansi yang dicap dan dimiliki oleh lebih dari 6.000 investor tiba-tiba berubah menjadi selembar kertas tak bernilai.

Selama berbulan-bulan, banyak investor tersebut berkumpul di depan balai kota Xi’an, ibu kota Provinsi Shaanxi, untuk menuntut pengembalian dana investasi mereka, namun tidak membuahkan hasil.

Kasus ini membuka masalah besar secara nasional yang terkait dengan kendaraan pembiayaan pemerintah daerah—perusahaan cangkang yang digunakan oleh provinsi dan kota-kota di Tiongkok untuk meminjam uang di luar pembukuan resmi.

Pemerintah kota mendirikan Jingwei Treasury Bond Service untuk mengumpulkan dana lokal. Selama bertahun-tahun, mereka menjual obligasi dan mengambil pinjaman bank guna membiayai pembangunan jalan, jalur kereta bawah tanah, dan kawasan industri, dengan harapan pendapatan dari penjualan lahan serta pasar properti yang berkembang pesat akan mampu menutup biaya tersebut.

Gagal bayarnya Jingwei pada Maret lalu mengancam akan menghapus lebih dari 10 miliar yuan (sekitar Rp22,7 triliun.) tabungan keluarga yang diperuntukkan untuk pensiun, biaya pengobatan, dan pendidikan cucu mereka, menurut para investor lokal.

Ketika penjualan properti dan penerimaan pajak merosot, kendaraan pembiayaan pemerintah daerah kini kesulitan untuk membayar kembali kewajiban mereka, yang oleh para analis diperkirakan mencapai sekitar 78 triliun yuan (sekitar $10 triliun)—lebih dari separuh ukuran ekonomi Tiongkok.

Setiap kuartal, setidaknya 1 triliun yuan (sekitar $137 miliar) obligasi kendaraan pembiayaan pemerintah daerah jatuh tempo, memicu perburuan dana segar yang tiada henti.

Beijing telah meluncurkan program tukar utang sekali pakai sebesar 10 triliun yuan  yang memungkinkan provinsi mengonversi sebagian dari pinjaman “tersembunyi” ini menjadi obligasi yang dijamin negara dengan jangka waktu lebih panjang, namun program ini hanya mencakup sebagian kecil dari total kewajiban dan hanya menunda pembayaran ke masa depan.

Kericuhan di Xi’an ini terjadi saat para penabung Tiongkok masih trauma akibat pembekuan rekening bank pedesaan di Henan pada 2022 dan hampir bangkrutnya Zhongrong Trust bulan lalu.

“Kami pikir obligasi pemerintah lebih aman daripada deposito bank,” kata Nyonya Fang, yang menghabiskan 20 tahun mengumpulkan 400.000 yuan dari pekerjaannya di toko dan berjualan di kaki lima, kepada The Epoch Times. “[Ini adalah] uang pensiun kami—uang hidup dan mati kami.”

Kantor Obligasi Jingwei

Dokumen yang ditinjau oleh The Epoch Times menunjukkan bahwa Jingwei dijalankan oleh Xi’an Industrial Investment Group Co., sebuah perusahaan milik negara sepenuhnya yang dibentuk oleh pemerintah kota Xi’an.

Kantor tersebut dibuka pada 1996 dengan lisensi dari Biro Keuangan Xi’an, Departemen Keuangan Provinsi Shaanxi, dan Kementerian Keuangan Tiongkok.

Ketika provinsi memerintahkan penutupan pialang obligasi pada Desember 1999, 13 dari 14 kantor di kota ditutup. Hanya Jingwei yang tetap beroperasi—dengan alamat, papan nama, staf, kwitansi, dan nomor telepon yang sama—di bawah pengawasan Biro Keuangan Distrik Beilin.

Selama hampir tiga dekade, Jingwei menjual produk yang tampak seperti obligasi pemerintah biasa, tanpa pernah gagal membayar, kecuali insiden kekurangan likuiditas singkat pada 2003 yang diselesaikan pejabat dalam waktu enam minggu.

“Dengan kantor sebesar itu, mana mungkin bisa bertahan 30 tahun tanpa dukungan pemerintah?” kata Nyonya Li kepada The Epoch Times, yang menaruh 100.000 yuan (sekitar $13.500) dalam obligasi tersebut untuk biaya sekolah cucunya setelah suaminya melihat “orang-orang mengantre membawa uang tunai” di sana pada 2023.

Uang Tiba-tiba Terhenti

Pada 24 Maret, Jingwei gagal menebus obligasi yang jatuh tempo, menurut para investor lokal. Seminggu kemudian, kantor perusahaan disegel polisi dan penyelidikan pidana diumumkan. Para korban yang membuat laporan diminta memindai kode QR polisi—dan segera menyadari bahwa ponsel mereka dilacak.

“Kalau kami sekadar bicara soal mengadu ke Beijing, kami langsung ditelepon [oleh polisi],” kata Li.

Hingga 10 Mei, sebanyak 300 hingga 400 investor berkumpul setiap hari di depan balai kota Xi’an, menurut Li.

Video yang diposting di media sosial Tiongkok menunjukkan spanduk tuntutan pengembalian dana dan petugas berseragam mengepung para demonstran.

Li mengatakan beberapa pengadu ditahan selama seminggu, sementara seorang pengacara yang mencoba mewakili mereka dipenjara, mogok makan, dan dibebaskan setelah lima hari.

Para investor lokal mengatakan kepada The Epoch Times bahwa sekitar 6.000 hingga 7.000 orang—kebanyakan berusia 60 hingga 80 tahun—membeli obligasi senilai lebih dari 10 miliar yuan (sekitar $1,4 miliar) di Jingwei selama beberapa dekade terakhir, sering kali mengumpulkan tabungan dari beberapa generasi.

Seorang mantan warga desa menjual lima apartemen yang didapat dari kompensasi redevelopmen dan memasukkan semua hasilnya ke dalam obligasi yang ia yakini sangat aman. Seorang buruh migran yang menjual tanah pertanian dan menyimpan gaji dari pabrik menangis di sebuah aksi dan mengancam akan terjun ke parit kota Xi’an.

Seorang pria berusia 90 tahun yang mengumpulkan 190.000 yuan (sekitar $26.000) dari mengumpulkan botol kini mengemis di luar pos pengaduan; pejabat pernah memberinya 200 yuan (sekitar $27) agar ia pergi.

Nyonya Zhang mengatakan dia tidak bisa mengambil kembali 700.000 yuan (sekitar $97.000) dari hasil kerja kerasnya. “Pemerintah tidak memberi penjelasan apa pun,” katanya kepada The Epoch Times.

Sikap Diam dari Balai Kota

Pejabat Xi’an mendirikan meja pengaduan darurat di halaman hotel lokal, tempat para petugas—salah satunya disebut Li adalah pensiunan perwira militer—mengulang naskah yang sama: “Pulang saja dan tunggu; polisi sedang menangani.”

Ketika The Epoch Times menelepon Biro Keuangan Distrik Beilin, lembaga pemerintah yang mengawasi kantor penerbit obligasi Jingwei, staf menyangkal tahu apa-apa, merujuk pertanyaan ke meja pengaduan, dan menolak menyebutkan nama siapa pun yang bertanggung jawab.

Hampir dua bulan setelah gagal bayar, pihak berwenang belum mengumumkan temuan apa pun atau menawarkan rencana pengembalian dana, menurut Li.

“Setiap lembar obligasi yang kami pegang memiliki cap resmi pemerintah. Kami percaya pada itu. Sekarang mereka harus menepatinya,” kata Li, seraya menambahkan bahwa protes harian akan terus berlangsung.

Apa yang terjadi di Xi’an mencerminkan gejolak yang lebih dalam. Protes bank pedesaan di Henan pada 2022 berubah menjadi kekerasan setelah aplikasi kode kesehatan nasabah tiba-tiba berubah menjadi merah untuk mencegah mereka bepergian.

Tahun lalu, Sichuan Trust menawarkan pengembalian dengan potongan besar kepada lebih dari 8.000 investor lanjut usia setelah mengalami kekurangan dana hingga 30 miliar yuan.

Pada April, regulator memulai proses likuidasi Zhongrong International Trust, yang pernah mengelola produk investasi dengan imbal hasil tinggi senilai $108 miliar.

Para ekonom mengaitkan kegagalan-kegagalan ini dengan kendaraan pembiayaan pemerintah daerah yang memiliki utang gabungan sebesar 78 triliun yuan ($10–11 triliun)—lebih dari setengah PDB Tiongkok—yang kini sedang di-refinancing oleh Beijing melalui obligasi negara jangka sangat panjang.

Karena investor selama ini berasumsi bahwa Beijing tidak akan membiarkan kendaraan pembiayaan pemerintah daerah gagal bayar, setiap risiko gagal bayar menimbulkan krisis kepercayaan publik terhadap sistem keuangan yang lebih luas.

Laporan ini turut disumbangkan oleh Gu Xiaohua.

Menteri Keuangan G7 Berkumpul di Kanada, Fokus Bahas Isu Non-Tarif

EtIndonesia. Dari tanggal 20 hingga 22 Mei 2025, para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral dari negara-negara Kelompok Tujuh (G7) mengadakan pertemuan tahunan di Banff, Provinsi Alberta, Kanada. Pertemuan ini diselenggarakan di tengah polemik global terkait kebijakan tarif baru Presiden AS, Donald Trump, dengan tujuan untuk mengalihkan perhatian ke isu-isu non-tarif dan menunjukkan semangat kebersamaan. Fokus utama pertemuan ini adalah memperkuat dukungan terhadap Ukraina, menghadapi kebijakan ekonomi non-pasar, serta bekerja sama dalam memerangi kejahatan keuangan lintas negara dan penyelundupan narkoba. Pertemuan ini juga menjadi langkah persiapan menuju KTT Pemimpin G7 yang akan berlangsung di Kananaskis pada bulan Juni mendatang.

Kebijakan Tarif Trump Picu Kontroversi

Kebijakan tarif baru Presiden Trump menjadi isu utama yang mendominasi pertemuan. Jepang, Jerman, Italia, dan Prancis menghadapi kenaikan tarif “resiprokal” hingga lebih dari 20% mulai Juli. Inggris terkena dampak tarif sebesar 10%, sementara Kanada menghadapi tekanan dari tarif ekspor sebesar 25%. 

Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyatakan bahwa kebijakan tarif ini bertujuan untuk memperbaiki ketidakseimbangan perdagangan global, dengan fokus utama pada subsidi dan kelebihan kapasitas produksi Tiongkok. Dia memperingatkan bahwa jika dalam masa tenggang 90 hari tidak tercapai kesepakatan dagang, maka tarif akan kembali diberlakukan secara penuh.

Bessent dipandang sebagai sosok moderat dalam agenda perdagangan Trump. Mantan pejabat Departemen Keuangan AS, Mark Sobel, mengatakan bahwa para Menkeu G7 akan mendorong Bessent untuk mendorong kebijakan dagang yang lebih fleksibel. 

Dalam wawancara dengan CNN, Bessent menegaskan bahwa AS bersedia bernegosiasi untuk menurunkan tarif dengan negara-negara seperti Jepang, namun akan menerapkan tarif lebih tinggi terhadap negara-negara yang dinilai tidak bernegosiasi dengan itikad baik. 

Meski isu tarif menimbulkan perbedaan pandangan, Kanada sebagai tuan rumah bertekad mendorong lahirnya pernyataan bersama yang menekankan semangat kerja sama G7.

Alih Fokus ke Isu Non-Tarif

Untuk menghindari terulangnya ketegangan seperti dalam pertemuan G7 tahun 2018 yang diwarnai kontroversi tarif baja dan aluminium (dijuluki “G6+1”), fokus diskusi dialihkan ke isu-isu non-tarif. Draf pernyataan bersama diperkirakan akan mencakup tiga target utama:

1. Memperkuat dukungan keuangan dan institusional terhadap Ukraina,

2. Menghadapi kebijakan ekonomi non-pasar seperti yang diterapkan Tiongkok,

3. Meningkatkan kerja sama dalam memerangi kejahatan keuangan lintas negara dan penyelundupan narkoba.

Menteri Keuangan Italia, Giancarlo Giorgetti, melalui media sosial menyebut bahwa tercapainya kesepakatan bersama merupakan “langkah yang sangat penting.”

Sementara itu, Menteri Keuangan Prancis, Eric Lombard, mengatakan: “Pertemuan G7 ini memperkuat keselarasan kita dalam mendukung Ukraina, mengurangi ketidakseimbangan global, dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Yang terpenting adalah adanya kemajuan nyata.”

Meski belum tercapai konsensus penuh soal kebijakan terhadap Rusia, para pejabat menyatakan tengah berupaya keras agar pernyataan bersama dapat dikeluarkan sebelum penutupan pertemuan.

Ukraina Jadi Fokus Utama

Meski Ukraina bukan anggota G7, isu dukungan terhadap negara tersebut tetap menjadi prioritas pembahasan. Menteri Keuangan Ukraina, Sergii Marchenko, turut diundang menghadiri pertemuan ini. Uni Eropa sedang menyiapkan paket sanksi baru untuk meningkatkan tekanan terhadap Rusia. Italia mengusulkan agar negara-negara yang terlibat dalam membantu agresi Rusia dilarang ikut dalam proyek rekonstruksi Ukraina. Usulan ini sejalan dengan pernyataan sebelumnya dari Bessent.

Pejabat AS mengungkapkan bahwa Rusia saat ini mengimpor sejumlah besar material berteknologi ganda dari Tiongkok yang bisa digunakan untuk keperluan militer. Oleh karena itu, proposal Italia bisa berdampak langsung pada perusahaan-perusahaan Tiongkok.

Namun, redaksi pernyataan bersama masih memicu perdebatan. Menurut Reuters, AS menginginkan frasa “invasi ilegal Rusia ke Ukraina” dihapus dari naskah, yang membuat hasil akhir pernyataan bersama masih belum pasti. Para delegasi juga sedang membahas kemungkinan penurunan batas harga minyak mentah Rusia dari 60 dolar per barel sebagai langkah memperkuat sanksi. Ekonom Daleep Singh dari Prudential Investment Management mengatakan bahwa isu sanksi minyak akan menjadi ujian nyata bagi kekompakan G7.

Debut Resmi Scott Bessent di G7

Pertemuan ini juga menandai penampilan resmi pertama Scott Bessent sebagai Menteri Keuangan AS dalam forum G7. Sebelumnya, dia sempat hadir secara singkat dalam pertemuan G7 di sela-sela rapat IMF dan Bank Dunia bulan lalu di Washington, di mana dia disebut oleh para pejabat Eropa sebagai sosok yang “terbuka dan tidak kaku.”

Di Banff, Bessent mengadakan sejumlah pertemuan bilateral dengan Menteri Keuangan Prancis, Eric Lombard, Menteri Keuangan Kanada, François-Philippe Champagne, dan Menteri Keuangan Jerman yang baru, Lars Klingbeil. Pejabat Jerman mengungkapkan bahwa diskusi dengan Bessent berlangsung konstruktif dan bahkan melebihi waktu yang dijadwalkan. Kedua pihak sepakat untuk melanjutkan pembicaraan di Washington dalam waktu dekat.

Membuka Jalan Menuju KTT G7 di Kananaskis

Menurut pejabat G7, hasil dari pertemuan di Banff ini akan menjadi fondasi penting bagi pertemuan tingkat tinggi G7 yang akan digelar di Kananaskis pada bulan Juni. Pernyataan bersama diperkirakan akan menegaskan dukungan luas terhadap perlawanan Ukraina atas invasi Rusia, meskipun komitmen finansial kali ini mungkin tidak akan sejelas pengumuman pinjaman 50 miliar dolar dalam KTT G7 Oktober 2024 lalu.

Tantangan utama dalam penyusunan pernyataan adalah bagaimana menyampaikan ketidakpastian ekonomi dan perlambatan investasi akibat kebijakan tarif Trump, tanpa secara langsung menyalahkan kebijakan tersebut.

Menteri Keuangan Kanada, François-Philippe Champagne menyatakan:“Melalui pertemuan ini, kami ingin mengirim pesan kuat kepada dunia bahwa G7 tetap mampu bekerja sama menghadapi tantangan geopolitik dan ekonomi.” (jhn/yn)

“Membongkar Dunia Mobil Listrik”: Dokumenter Mengungkap Fakta di Balik Revolusi EV

EtIndonesia. Di tengah dorongan global untuk mempercepat transisi energi dan seruan dari berbagai negara untuk melarang penjualan mobil berbahan bakar fosil, sebuah film dokumenter investigatif berjudul “Membongkar Dunia Mobil Listrik” (The Real EV Story) yang akan tayang perdana pada 23 Mei di platform GJW+ milik Clean World TV. Film ini mengupas secara menyeluruh peluang dan risiko yang tersembunyi di balik industri kendaraan listrik (EV).

Pendekatan Jujur dan Berimbang

Menurut laporan dari The Epoch Times, dokumenter ini dipandu oleh Larry Elder, tokoh radio nasional Amerika, penulis buku laris New York Times, sutradara dokumenter pemenang penghargaan, dan kandidat Presiden AS 2024. Film ini diproduksi bersama Impactful Pictures, sebuah rumah produksi nirlaba yang telah meraih berbagai penghargaan internasional.

Melalui wawancara mendalam dengan 27 pakar dari berbagai bidang, film ini mengkaji kendaraan listrik dari sudut pandang lingkungan, etika, hingga keamanan nasional. Berbeda dari film yang menyuarakan satu sisi narasi saja, dokumenter ini justru mengedepankan dialog yang jujur, terbuka, dan seimbang.

Dalam film ini, Elder mengendarai mobil klasik Mercedes miliknya, berkeliling ke kawasan pegunungan Hollywood, Pameran Mobil Los Angeles, dan ajang Electrify Expo, sembari mengajukan pertanyaan-pertanyaan tajam untuk menguak sisi tersembunyi dari industri EV.

“Film ini bukan sekadar tentang mobil,” kata Elder, “tapi tentang bagaimana kita menentukan bentuk masa depan kita. Sebelum membeli kendaraan listrik, kita harus memahami dampak dan tanggung jawab yang menyertainya.”

Di Balik Produksi: Tim dan Kredibilitas

·        Larry Elder dikenal luas di Amerika Serikat melalui acara radio The Larry Elder Show, yang disiarkan di lebih dari 300 stasiun radio di seluruh negeri. Dia juga dikenal sebagai figur yang berpengaruh dalam isu kebijakan publik dan sosial.

·        Mathias Magnason, sang sutradara, adalah pembuat film dokumenter berpengalaman dengan lebih dari 30 tahun kiprah di dunia sinema. Karyanya yang terkenal, The Origin of the Wuhan Virus, telah ditonton lebih dari 100 juta kali.

·        Impactful Pictures, rumah produksi film ini, berbasis di California dan berfokus pada pembuatan film-film yang bersifat edukatif dan menginspirasi, ramah keluarga, serta mendorong perubahan sosial yang positif. Tim ini telah memenangkan berbagai penghargaan internasional, dan karya-karyanya telah ditayangkan di seluruh dunia.

Mimpi Energi Hijau dan Tantangan Realitas

Mobil listrik telah menjadi simbol utama dalam visi transportasi masa depan. Banyak pemimpin kebijakan, termasuk Gubernur California, Gavin Newsom, telah mencanangkan larangan penjualan mobil berbahan bakar fosil pada tahun 2035.

Namun, “Membongkar Dunia Mobil Listrik” memperingatkan bahwa di balik transisi menuju mobil listrik yang tampak ideal, terdapat sejumlah tantangan serius yang belum banyak disadari oleh publik:

1. Dampak Lingkungan

·        Proses ekstraksi bahan tambang seperti lithium, kobalt, dan nikel dalam jumlah besar menimbulkan kerusakan ekosistem yang signifikan.

·        Limbah baterai EV juga berkontribusi pada krisis limbah elektronik yang mengancam lingkungan global.

2. Isu Etika

·        Praktik eksploitasi tenaga kerja anak di negara-negara seperti Republik Demokratik Kongo, tempat tambang kobalt berada, menjadi sorotan utama.

·        Film ini mengajak penonton merenungkan harga manusiawi di balik teknologi hijau.

3. Risiko Keamanan Nasional

·        Mobil listrik modern sangat tergantung pada sistem digital, yang membuatnya rentan terhadap serangan siber.

·        Ketergantungan pada Tiongkok untuk pasokan bahan mentah dan komponen teknologi juga dinilai sebagai ancaman strategis bagi kedaulatan negara-negara produsen EV.

Penutup: Film yang Mengajak Kita Bertanya, Bukan Menyimpulkan

Alih-alih menjadi propaganda anti-EV atau kampanye industri otomotif tradisional, “Membongkar Dunia Mobil Listrik” justru mengajak masyarakat untuk berpikir lebih dalam dan kritis terhadap revolusi kendaraan listrik.

Dengan menghadirkan fakta dari berbagai perspektif, dokumenter ini mengajak kita meninjau kembali keyakinan yang selama ini kita pegang mengenai keberlanjutan, teknologi, dan pilihan hidup kita sebagai konsumen dan warga dunia.

Film ini akan tayang perdana secara eksklusif pada 23 Mei di GJW+ Clean World TV, dan diharapkan menjadi perbincangan hangat di tengah meningkatnya perhatian terhadap energi hijau dan kebijakan lingkungan global. (jhn/yn)

Pria Tiongkok Setinggi 1,68 Meter Berkencan dengan Wanita Setinggi 2,2 Meter Meskipun Keluarganya Tidak Menyetujuinya, Pasangan Itu Mengharapkan Anak Segera

EtIndonesia. Sepasang suami istri di Tiongkok barat daya telah memicu diskusi panas tentang perbedaan tinggi badan di media sosial karena pria itu tingginya 1,68 meter dan wanitanya tingginya 2,2 meter.

Pasangan dari Chongqing itu adalah seorang pria, yang menggunakan alias Zihao, dan pacarnya, yang dijuluki Xiaoyue, telah terlibat asmara selama lebih dari dua tahun, Haibao News melaporkan.

Kisah mereka menarik perhatian ketika Xiaoyue merilis sebuah video di media sosial pada awal Mei yang mengumumkan bahwa dia hamil tiga bulan.

Mereka saling mengenal tiga tahun lalu ketika Xiaoyue melakukan streaming langsung dan Zihao meninggalkan komentar saat mengobrol dengannya.

“Kami saling tertarik. Kami mulai berkencan tidak lama setelah itu,” kata Zihao.

Zihao mengatakan perbedaan tinggi badan mereka yang mencolok “bukan hambatan besar” dalam kehidupan sehari-hari mereka. Usia mereka tidak disebutkan dalam laporan tersebut.

Pria itu mengatakan mereka menghadapi skeptisisme sejak awal hubungan mereka, dengan banyak orang percaya mereka tidak cocok satu sama lain.

“Semua anggota keluarga yang lebih tua keberatan saya berkencan dengannya karena tinggi badannya. Namun, kami berdua berpegang teguh pada komitmen kami bahwa kami akan bersama seumur hidup,” kata Zihao.

“Sekarang dia hamil. Saya akan merawatnya dengan baik,” tambahnya.

Dia mengatakan mereka berencana untuk mendaftarkan pernikahan mereka pada bulan Juni, tetapi belum banyak memikirkan upacara pernikahan.

“Pacar saya mengatakan pernikahan itu tidak penting. Dia mengatakan tidak apa-apa jika kita tidak mengadakan acara pernikahan,” kata Zihao.

Dalam klip video lain yang dirilis pada awal Mei, Xiaoyue mengatakan dia gugup bertemu dengan orangtua pacarnya.

“Zihao mengatakan dia ingin mengajak saya bertemu dengan orangtuanya. Saya belum pernah bertemu mereka sebelumnya. Saya tahu mereka selalu tidak menyukai saya,” katanya dalam klip tersebut.

Xiaoyue, yang berasal dari keluarga pedesaan, mengatakan dia dibesarkan oleh kakek-neneknya.

“Saya tidak tahu apa itu cinta orangtua. Saya mengandung bayi saya sendiri, dan saya berharap dapat memberikan cinta terbaik untuknya,” kata Xiaoyue.

Selama pemeriksaan pranatal, dokter mengatakan janinnya berkembang secara normal. Dokter mengatakan kepada Xiaoyue bahwa janinnya mungkin akan tumbuh hingga dua meter di masa mendatang.

Berita tersebut telah menarik perhatian media sosial di Tiongkok daratan.

“Bagus sekali mereka saling mencintai. Saya berharap mereka hidup bahagia dan harmonis seumur hidup,” kata seorang netizen.(yn)

Sumber: scmp

Pria Cacat di Tiongkok Menginspirasi Banyak Orang dengan Memulai Sekolah Dasar di Usia 16 Tahun, Sekolah Kedokteran di Usia 25 Tahun

EtIndonesia. Seorang pria Tiongkok dengan cerebral palsy telah menginspirasi banyak orang dengan mengejar mimpinya dengan tekun, menjadi siswa sekolah dasar di usia 16 tahun, dan kemudian masuk sekolah kedokteran di usia 25 tahun.

Sekarang berusia 37 tahun, Li Chuangye, dari Provinsi Henan di Tiongkok tengah, telah membuka klinik kecil di Provinsi Yunnan di Tiongkok barat daya, memenuhi mimpinya untuk menjadi seorang dokter.

Li mengidap cerebral palsy di usia satu tahun. Sayangnya, karena kurangnya perawatan yang tepat waktu, dia harus berjalan dengan gaya jongkok sepanjang hidupnya.

Orangtua Li menghabiskan tabungan keluarga untuk perawatannya. Setelah operasi yang gagal di usia sembilan tahun, Li memutuskan bahwa dia tidak ingin membebani keluarganya lagi dan mencari seorang pria yang berjanji untuk memberinya pekerjaan.

Sayangnya, dia ditipu oleh pria ini, yang mengeksploitasi anak-anak cacat untuk mengemis, mengambil untung dari penderitaan mereka.

Sejak usia sembilan hingga 16 tahun, Li dipaksa mengemis di jalanan, dengan penghasilan hanya 100 yuan (sekitar Rp 210 ribu) per bulan.

Dia dibebaskan pada usia 16 tahun karena pria itu menganggapnya terlalu tua untuk menarik simpati.

Suatu hari, Li menyadari bahwa dia sama sekali buta huruf; dia bahkan tidak bisa membaca koran. Dia bertekad untuk mengubah hidupnya melalui pendidikan.

Li mendaftar di Kelas 2 di sekolah dasar dan dengan cepat masuk ke perguruan tinggi kedokteran pada usia 25 tahun pada tahun 2013. Dia belajar dengan tekun dan diterima di program klinis di sebuah universitas pada tahun 2016.

Berdedikasi pada bidang kedokteran, Li menjadikan dirinya sebagai studi kasus tentang cerebral palsy bagi teman-teman sekelasnya. Pada tahun 2014, pada hari ulang tahunnya, dia berjanji untuk menyumbangkan tubuhnya untuk penelitian medis setelah kematiannya.

Lulus pada usia 31 tahun pada tahun 2019, Li mulai bekerja sebagai editor untuk sebuah perusahaan medis, yang didukung oleh universitasnya.

Namun, dia mengundurkan diri beberapa bulan kemudian, menyadari bahwa cita-citanya yang sebenarnya adalah menjadi seorang dokter.

Meskipun menghadapi tantangan akibat disabilitasnya, Li berhasil mendapatkan magang di sebuah klinik komunitas di Henan sambil mempersiapkan diri untuk ujian lisensi medisnya.

Li menyebutkan bahwa dia tidak berharap untuk bekerja di rumah sakit besar tetapi merasa puas melayani tetangganya di sebuah klinik kecil.

Dia pindah ke Provinsi Yunnan, yang iklimnya menyenangkan sepanjang tahun, untuk menjalankan kliniknya sendiri.

Li juga sangat menyukai panjat gunung. Pada tahun 2016, dia mendaki Lima Gunung Suci (Wuyue) dan Gunung Huang di Tiongkok, menyelesaikan perjalanan itu sendirian.

Selama upaya ini, dia menghabiskan enam pasang sepatu, 12 pasang celana panjang, dan 16 pasang sarung tangan, sehingga dia membutuhkan total 17 hari untuk menaklukkan keenam puncak tersebut.

Dia membutuhkan waktu lima hari empat malam untuk mendaki Gunung Tai, gunung paling timur di Wuyue, yang tingginya mencapai 1.545 meter.

Li, yang tingginya tetap 80 cm saat dewasa, mengungkapkan bahwa dia mendaki gunung untuk menikmati pemandangan dari sudut pandang yang lebih tinggi.

Dia terus mendaki gunung dan menyiarkan langsung perjalanannya untuk menginspirasi penyandang disabilitas lainnya.

Selain itu, dia bertemu dengan pacarnya secara daring. Yu, yang satu tahun lebih tua darinya, tersentuh oleh semangatnya dan menjalin hubungan dengannya.

Oktober lalu, Yu mendaki ke puncak Gunung Tai sambil menggendong Li di punggungnya, menunjukkan komitmennya untuk selalu berada di sisinya terlepas dari kesehatannya.

“Musuh terbesar seseorang adalah dirinya sendiri. Kegagalan dan kesulitan adalah anak tangga di jalan kita. Teruslah maju, dan Anda akan melihat impian Anda menjadi kenyataan,” kata Li.

“Sungguh karakter yang hebat!” komentar seorang pengamat daring.

“Musuh terbesar seseorang adalah dirinya sendiri. Sahabat terbaik seseorang juga adalah dirinya sendiri,” komentar yang lain.(yn)

Sumber: scmp

Anugerah Penghargaan Misi Kemanusiaan Pascabencana Vanuatu dan Myanmar

0

EtIndonesia– Pemerintah Indonesia melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memberikan apresiasi dan penghargaan kepada para personel yang bertugas di panggung internasional, tepatnya pascabencana yang menerjang negara Vanuatu dan Myanmar beberapa waktu lalu. 

Anugerah piagam penghargaan disematkan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Prof. Dr. Pratikno di Graha BNPB, Jakarta, Selasa (20/5/2025). 

Secara simbolis, Pratikno memberikan piagam kepada Ketua Tim Kemanusiaan Indonesia Brigjen Pol (Purn) Ary Laksmana, perwakilan INASAR dan Tim Cadangan Kesehatan Emergency Medical Team (TCK-EMT) yang menyelesaikan misi kemanusiaan pascagempa M7,7 Myanmar. 

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.Sc., menyampaikan pidatonya, di Graha BNPB, Jakarta, Selasa (20/5)

Di samping itu, penghargaan juga diterima perwakilan TCK-EMT yang bertugas pascabencana gempa di Vanuatu. 

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan menyampaikan, “Atas nama Pemeritah kami mengucapkan terima kasih kepada bapak-ibu semuanya yang bekerja keras untuk kemanusiaan.”

Kepala BNPB Letjen TNI Dr. Suharyanto, S.Sos., M.M.,menyampaikan pidatonya di Graha BNPB, Jakarta, Selasa (20/5)

Pratikno menambahkan, hal tersebut tentu berkontribusi besar untuk Indonesia. Ia mencontohkan bantuan kemanusiaan in dapat meningkatkan hubungan dua negara, baik Vanuatu dan Myanmar. Di sisi lain, Pratikno meyakini para korban bencana di dua negara tersebut tentu berterima kasih atas pengabdian dan ketulisan dari tim INASAR dan TCK-EMT.  

“Bisa dibayangkan seorang korban yang tertimbun di reruntuhan gempa, misalnya, pasti dia mengharapkan adanya pertolongan. Bapak-ibu adalah tangan Tuhan yang datang untuk menolong mereka,” tambahnya dalam siaran pers BNPB. 

Menurutnya, misi kemanusiaan ini dapat meningkatkan reputasi Indonesia di mata internasional. Terlebih dengan dukungan tim INASAR dan TCK-EMT, reputasi itu semakin baik.  

Sementara itu, Kepala BNPB Letjen TNI Dr. Suharyanto menyampaikan bantuan kemanusiaan ke Myanmar merupakan bantuan terbesar kedua yang pernah dikirimkan Pemerintah Indonesia. 

“Bantuan kemanusiaan Indonesia ke Myanmar ini merupakan bantuan yang terbesar kedua yang pernah Indonesia berikan ke luar negeri sejak Indonesia merdeka,” ungkap Kepala BNPB. 

Kepala BNPB Letjen TNI Dr. Suharyanto, S.Sos., M.M., mendampingi Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.Sc., menyerahkan piagam penghargaan kepada perwakilan personel Tim Delegasi Bantuan Kemanusiaan Vanuatu dan Myanmar, di Graha BNPB, Jakarta, Selasa (20/5)

Suharyanto mengatakan, bantuan besar ini tidak hanya dari segi jumlah personel tetapi juga peralatan dan barang bantuan, yang diberikan dari unsur pemerintah dan swasta. Kepala BNPB juga  mengungkapkan, Presiden Prabowo Subianto turut mengapresiasi kinerja seluruh tim yang terlibat dalam misi kemanusiaan. 

“Terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada seluruh personel yang bergabung dalam misi kemanusiaan ini (Vanuatu dan Myanmar),” tutupnya. 

INASAR merupakan tim yang memiliki kualifikasi sebagai urban search and rescue di bawah komando Basarnas. Pascabencana gempa M7,7 Myanmar yang terjadi pada 28 Maret 2025 lalu, Pemerintah Indonesia mengerahkan 61 personel dan dua satwa. 

Sedangkan TCK-EMT merupakan tim medis yang terdiri dari berbagai organisasi di bawah koordinasi Kementerian Kesehatan. Sebanyak 15 personel TCK-EMT dikerahkan untuk memberikan pelayanan kesehatan pasca bencana gempa M7,3 pada 17 Desember 2024 silam dan 35 personel medis untuk gempa Myanmar.  (asr)