Tahun Depan AS Keluar dari WHO, WHO Terpaksa Pangkas Skala Operasional
EtIndonesia. Pada Selasa (20/5), Majelis Kesehatan Dunia (WHA) akan digelar di Jenewa, Swiss, dengan dihadiri ratusan pejabat dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), para donor, serta diplomat dari berbagai negara. Agenda utama tahun ini adalah membahas bagaimana WHO akan menghadapi krisis kesehatan masyarakat global, seperti cacar monyet (Mpox) dan kolera, setelah Amerika Serikat keluar dari keanggotaan WHO pada tahun depan.
Menurut laporan Reuters, pertemuan tahunan yang berlangsung selama beberapa hari ini mencakup sesi rapat, pemungutan suara, dan pengambilan keputusan, serta biasanya merefleksikan skala dan jangkauan operasi WHO. Sebagaimana diketahui, WHO didirikan dengan misi utama untuk menangani wabah penyakit, menyetujui penggunaan vaksin, serta memperkuat sistem kesehatan global.
Namun, setelah Presiden AS, Donald Trump kembali menjabat pada 20 Januari tahun ini dan langsung menandatangani perintah eksekutif untuk menarik Amerika Serikat dari WHO pada 22 Januari tahun depan, diskusi dalam sidang WHO tahun ini berfokus pada satu hal penting: pemangkasan skala organisasi.
WHO Fokus pada Program “Bernilai Tinggi”
Daniel Thornton, Kepala Departemen Koordinasi Sumber Daya WHO, mengatakan kepada Reuters: “Tujuan kami sekarang adalah fokus pada hal-hal yang benar-benar bernilai tinggi.”
Namun, definisi tentang apa yang dimaksud dengan “hal-hal bernilai tinggi” masih dalam perdebatan. Sejumlah pejabat WHO menyatakan bahwa organisasi ini akan tetap memprioritaskan pemberian panduan kepada negara-negara terkait penggunaan vaksin baru, serta metode pengobatan penyakit dari obesitas hingga HIV/AIDS.
Menurut dokumen pengarahan yang diperoleh Reuters—yang juga telah dibagikan kepada para donor WHO—ditegaskan bahwa kegiatan seperti persetujuan obat baru dan penanganan wabah penyakit akan tetap menjadi prioritas, namun program pelatihan dan kantor-kantor di negara maju kemungkinan akan ditutup.
AS Adalah Pendonor Terbesar Kedua WHO
Selama ini, Amerika Serikat menyumbang sekitar 18% dari total dana operasional WHO, menjadikannya salah satu donor terbesar.
Seorang diplomat Barat yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan: “Kita harus bertindak sesuai dengan kapasitas yang ada.”
Sejak menjabat kembali, Presiden Trump telah mengumumkan sejumlah kebijakan pemangkasan bantuan luar negeri, serta menarik AS dari berbagai perjanjian multilateral dan inisiatif global. Langkah ini menyebabkan WHO bersiap-siap menghadapi pengurangan anggaran dan pemangkasan staf dalam skala besar.
Pembahasan Lain: Perjanjian Pandemi dan Dana Tambahan
Selain membahas penyesuaian pasca keluarnya AS, agenda lain dalam Majelis Kesehatan Dunia tahun ini mencakup pengesahan perjanjian global bersejarah mengenai penanganan pandemi di masa depan, serta upaya penggalangan dana tambahan untuk memperkuat kesiapsiagaan global terhadap ancaman kesehatan.(jhn/yn)
Arah Politik Eropa Berubah: Pemilu Parlemen Portugal Dikuasai Tiga Kubu, Kelompok Konservatif Jadi Pemenang Terbesar
EtIndonesia. Pada 18 Mei, Portugal menggelar pemilu legislatif lebih awal. Hasilnya, partai tengah-kanan yang tengah berkuasa meraih jumlah kursi terbanyak, namun kembali gagal memperoleh mayoritas di parlemen. Sementara itu, partai Chega—yang oleh banyak pihak dikategorikan sebagai kelompok sayap kanan ekstrem—menjadi kejutan besar dan disebut sebagai pemenang sejati dalam pemilu ini.
Ini adalah pemilu ketiga yang digelar Portugal dalam tiga tahun terakhir. Hasilnya berpotensi memperburuk ketidakstabilan politik di negara anggota NATO dan Uni Eropa ini, terutama di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan global dan upaya Uni Eropa memperkuat pertahanan kolektif.
Berdasarkan hasil penghitungan resmi yang hampir selesai, Partai Aliansi Demokratik (Democratic Alliance, AD) yang dipimpin Perdana Menteri Luís Montenegro meraih 32,7% suara. Sementara Partai Sosialis (PS) dan partai Chega bersaing ketat untuk posisi kedua.
Dari total 230 kursi parlemen Portugal, AD memperoleh 89 kursi—bertambah 9 kursi dibandingkan pemilu sebelumnya. Chega berhasil mendapatkan 58 kursi, naik 8 kursi dari sebelumnya. Partai Sosialis juga memperoleh 58 kursi, namun kehilangan 20 kursi dari pemilu lalu, menjadikannya hasil terburuk dalam beberapa dekade terakhir. Akibat kekalahan ini, ketua Partai Sosialis mengundurkan diri sebagai bentuk tanggung jawab.
Partai “Inisiatif Liberal” (Initiative Liberal, IL), sebuah partai baru yang pro-bisnis, berhasil memperoleh 9 kursi. Namun, bahkan dengan dukungan partai ini, kubu pemerintah tetap memerlukan dukungan Chega untuk membentuk mayoritas agar dapat meloloskan undang-undang secara efektif di parlemen.
Marina Costa Lobo, pakar ilmu politik dari Universitas Lisbon, mengatakan kepada AFP : “Belum jelas apakah hasil ini akan meningkatkan kemampuan pemerintah untuk memerintah.” Ia menambahkan bahwa Chega adalah “pemenang terbesar malam ini.”
Arah Politik Eropa Berubah
Tak hanya Portugal, beberapa negara Eropa juga menggelar pemilu pada bulan Mei ini. Di Rumania, kandidat dari kubu tengah pro-Uni Eropa, Mircea Dănă, memenangkan putaran kedua pemilu presiden dengan perolehan suara lebih dari 55%. Sementara itu, Polandia juga akan menggelar putaran pertama pemilu presiden, dan hasil jajak pendapat menunjukkan kandidat pro-Uni Eropa dari kubu tengah, Radosław Sikorski, unggul tipis dengan 30,8% suara.
Di ujung barat Eropa, partai Aliansi Demokratik (AD) yang dipimpin Luís Montenegro memang berhasil keluar sebagai pemenang dalam pemilu Portugal, namun tetap gagal meraih mayoritas absolut. Montenegro sendiri menolak untuk membentuk koalisi dengan Chega, dengan alasan bahwa partai tersebut “tidak dapat dipercaya” dan “tidak cocok untuk memerintah.”
Pengamat di Barat menilai bahwa meskipun secara teknis kubu tengah-kanan masih mendominasi, kenyataan bahwa partai kiri-tengah dan sayap kanan ekstrem hampir menyamai mereka dalam jumlah kursi menunjukkan bahwa arah angin politik di Portugal telah berubah secara signifikan.(jhn/yn)
Mantan Presiden AS Joe Biden Didiagnosis Menderita Kanker Prostat, Telah Menyebar ke Tulang
Pada 18 Mei 2025 waktu setempat, kantor mantan Presiden Amerika Serikat Joe Biden merilis sebuah pernyataan yang menyebutkan bahwa Biden telah didiagnosis menderita kanker prostat ganas dan sel kanker tersebut telah menyebar ke tulang.
EtIndonesia. Pernyataan yang dikeluarkan kantor Mantan Presiden AS Joe Biden, disebutkan ia menjalani pemeriksaan medis pekan lalu karena gejala sistem urin yang memburuk. Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya benjolan pada prostat. Pada Jumat (16 Mei), ia didiagnosis menderita kanker prostat dengan skor Gleason 9 (tingkat 5), dan kanker tersebut telah menyebar ke tulang.
Pernyataan tersebut menyebutkan bahwa meskipun ini merupakan jenis kanker yang lebih agresif, kanker ini tampaknya responsif terhadap terapi hormon, sehingga masih memungkinkan untuk dilakukan pengobatan yang efektif. Biden dan keluarganya saat ini sedang berdiskusi dengan dokternya mengenai rencana pengobatan.
Disebutkan juga bahwa Biden, yang kini berusia 82 tahun, bersama keluarganya sedang menjajaki berbagai pilihan pengobatan bersama tim medisnya.
Menurut sumber yang mengetahui situasi tersebut kepada CNN, Biden saat akhir pekan ini berada di rumahnya di Wilmington, Delaware. CNN juga menanyakan lokasi tempat Biden akan menjalani pengobatan.
Setelah kantor Biden mengumumkan kondisi kesehatannya, berbagai tokoh politik menyampaikan keprihatinan dan doa untuk kesembuhannya.
Pada 18 Mei waktu setempat, Presiden AS Donald Trump menulis di platform media sosial “Truth Social” bahwa ia dan istrinya merasa sedih atas diagnosis penyakit Biden, dan menyampaikan doa serta harapan tulus kepada Biden dan keluarganya, sembari mendoakan kesembuhan yang cepat dan sukses.
Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio juga menyampaikan melalui platform X bahwa ia dan istrinya turut mendoakan keluarga Biden.
Joe Biden menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat dari Januari 2021 hingga Januari 2025. Pada Juni 2024, ia tampil kurang meyakinkan dalam debat dengan kandidat presiden dari Partai Republik, Donald Trump, yang menyebabkan kepanikan di kalangan rekan separtainya dari Partai Demokrat.
Beberapa minggu kemudian, Biden secara tiba-tiba mengumumkan pengunduran dirinya dari pencalonan untuk masa jabatan kedua. Wakil Presiden saat itu, Kamala Harris, kemudian menjadi kandidat presiden dari Partai Demokrat, namun kalah dalam pemilu presiden November 2024 dari Trump.
Sejak meninggalkan Gedung Putih pada Januari, Biden relatif tidak banyak muncul di depan publik, namun belakangan ini ia perlahan mulai kembali ke hadapan publik, termasuk tampil dalam program “The View” di ABC awal bulan ini. Ia juga menghadiri pemakaman Paus Fransiskus. (Hui/asr)
Sumber : NTDTV.com
30 Tahun Hilangnya Panchen Lama, Masih Tak Diketahui Hidup atau Mati – Marco Rubio: Hentikan Penindasan!
EtIndonesia. Tepat pada 17 Mei 1995, seorang anak berusia 6 tahun yang juga merupakan tokoh spiritual Tibet, Panchen Lama ke-11 Gedhun Choekyi Nyima, diculik oleh otoritas Partai Komunis Tiongkok (PKT). Sejak saat itu, dia dan keluarganya menghilang tanpa jejak. Hari ini menandai 30 tahun penculikan tersebut, dan seruan internasional kembali menggema agar pemerintah Tiongkok mengungkap keberadaan Panchen Lama serta membebaskan dia dan keluarganya.
Pada 18 Mei 2025, Departemen Luar Negeri AS mengeluarkan pernyataan resmi, menyatakan bahwa Panchen Lama telah “menghilang selama tiga dekade”, dan mendesak Beijing untuk menghadapi fakta serta bertanggung jawab atas pelanggaran tersebut.
Rubio: Panchen Lama Harus Dibebaskan, Tiongkok Harus Hentikan Penindasan
Dalam pernyataannya, Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio menegaskan bahwa penculikan itu terjadi hanya tiga hari setelah Dalai Lama ke-14 mengumumkan pengakuannya terhadap Gedhun Choekyi Nyima sebagai inkarnasi sah Panchen Lama ke-11. Namun, bocah itu langsung disapu bersih dari publik, dan hingga hari ini tidak ada satu pun kabar resmi mengenai keberadaannya.
Rubio menyerukan agar Pemerintah Tiongkok segera membebaskan Gedhun Choekyi Nyima dan menghentikan penindasan terhadap kebebasan beragama rakyat Tibet.
Dua Pemimpin Spiritual Utama dalam Buddhisme Tibet
Dalam ajaran Buddhisme Tibet, Dalai Lama dan Panchen Lama adalah dua pemimpin spiritual tertinggi yang saling mengakui reinkarnasi satu sama lain. Pada 14 Mei 1995, Dalai Lama mengumumkan secara resmi bahwa bocah berusia 6 tahun tersebut adalah reinkarnasi sah Panchen Lama.
Namun, pada 17 Mei, hanya tiga hari kemudian, bocah itu dan keluarganya diculik oleh rezim Komunis Tiongkok.
Aksi Protes dan Kekhawatiran akan Masa Depan Dalai Lama
Pada hari peringatan 30 tahun penculikan tersebut, warga Tibet di pengasingan menggelar aksi protes di Dharamsala, India, mengecam Tiongkok atas penahanan terhadap pemimpin spiritual mereka dan menuntut pembebasan.
Di saat yang sama, menjelang ulang tahun ke-90 Dalai Lama yang akan jatuh pada 6 Juli, kekhawatiran dunia meningkat mengenai suksesi dan manipulasi reinkarnasi Dalai Lama oleh Pemerintah Tiongkok.
Tuntutan Global: Di Mana Panchen Lama?
Organisasi Christian Solidarity Worldwide (CSW) melalui pejabat urusan publiknya Ellis Heasley menyampaikan peringatan bahwa Panchen Lama ke-11 menjadi tahanan politik termuda di dunia. Sejak 1996, Komite Hak Anak PBB telah menyerukan Tiongkok untuk memberikan informasi tentang bocah tersebut, namun tidak pernah mendapat jawaban yang dapat dipercaya.
Heasley juga mengungkap bahwa pada Mei 2020, Pemerintah Tiongkok sempat mengklaim bahwa Nyima telah menerima pendidikan gratis, lulus ujian nasional, dan kini memiliki pekerjaan, serta tidak ingin “kehidupan normalnya terganggu”. Namun, pernyataan tersebut tidak disertai bukti apa pun dan tidak dipercayai komunitas internasional.
Kecurigaan Manipulasi Reinkarnasi Dalai Lama
Dalam wawancara pada 16 Mei dengan Radio Free Asia, Geszang Jiansan, perwakilan Pemerintah Tibet di Pengasingan di Taiwan, menegaskan bahwa mereka sama sekali tidak mempercayai narasi Tiongkok. Dia menuding bahwa rezim Komunis tengah mempersiapkan skenario untuk mengendalikan proses reinkarnasi Dalai Lama ke-15.
Menurutnya, ada kekhawatiran bahwa Pemerintah Tiongkok akan memaksa Gedhun Choekyi Nyima—jika masih hidup—untuk mengesahkan reinkarnasi Dalai Lama yang dipilih oleh Beijing, demi memperkuat kontrol politik mereka atas Tibet. Geszang mengatakan, jika skenario ini benar terjadi, maka dunia agama akan menolaknya dengan tegas.
Catatan Sejarah: Rezim Tiongkok Pernah Gunakan Panchen Lama sebagai Alat Politik
Geszang menjelaskan bahwa setelah Tiongkok mencaplok Tibet pada 1951, Partai Komunis berupaya mengadu domba Panchen Lama melawan Dalai Lama, dengan memberikan posisi tinggi dalam lembaga-lembaga resmi negara.
Namun, Panchen Lama ke-10, Choekyi Gyaltsen, akhirnya menulis petisi panjang 70.000 kata pada 1962 yang mengecam kebrutalan Pemerintah Tiongkok terhadap rakyat Tibet. Akibatnya, dia dipenjara selama 10 tahun di penjara Qin Cheng di Beijing, dan setelah dibebaskan pun masih dikenai tahanan rumah.
Kematian Mencurigakan Panchen Lama ke-10
Setelah keluar dari tahanan, Panchen Lama ke-10 kembali menjabat dan aktif memperjuangkan pelestarian budaya, pendidikan, dan agama Tibet, yang menjadikan era 1980-an sebagai masa keemasan bagi budaya Tibet di bawah penjajahan Tiongkok.
Namun, pada 23 Januari 1989, dia memberikan pidato penting di Biara Tashilhunpo dan secara terbuka menyatakan bahwa “harga yang dibayar rakyat Tibet jauh lebih besar dari hasil yang didapat” selama pemerintahan Tiongkok. Lima hari kemudian, dia meninggal dunia secara mendadak.
Pemerintah menyatakan penyebab kematiannya adalah serangan jantung, namun banyak orang Tibet mencurigai dia telah diracun oleh Pemerintah Tiongkok. Setelah kematiannya, Beijing menyelenggarakan pemakaman megah, lalu menolak pengakuan Dalai Lama terhadap reinkarnasi Panchen Lama, dan sebaliknya menunjuk versi “resmi” buatan pemerintah melalui metode undian dari “vaskom emas”—sebuah praktik yang banyak dianggap palsu dan mencederai tradisi spiritual Tibet. (jhn/yn)
Israel Luncurkan Serangan Hebat, Hamas Umumkan Siap Berunding Tanpa Syarat
Pada Sabtu 17 Mei, baik Israel maupun Hamas menyatakan bahwa perundingan gencatan senjata telah dilanjutkan di Doha, ibu kota Qatar. Sebelumnya, setelah Presiden AS Donald Trump menyelesaikan kunjungannya ke Timur Tengah, militer Israel meningkatkan serangan udara selama tiga hari dan bersiap meluncurkan serangan darat besar-besaran.
EtIndonesia. Peningkatan militer dari pihak Israel termasuk pengerahan pasukan lapis baja di perbatasan, sebagai tahap awal dari “Operasi Tank Gideon” yang bertujuan untuk mengalahkan Hamas dan menyelamatkan para sandera.
Sementara itu, pihak Hamas menyatakan bahwa mereka akan membahas semua isu dalam putaran baru perundingan tidak langsung ini, dan “tanpa prasyarat apa pun.”
Pada hari yang sama (17 Mei), para pemimpin negara-negara Arab mengadakan KTT aliansi di Baghdad. Mereka menyerukan agar perang di Gaza segera diakhiri, dan setelah perang usai, Jalur Gaza dikembalikan di bawah kendali Otoritas Palestina. Negara-negara Arab juga berencana mendirikan dana rekonstruksi Gaza, dengan anggaran sebesar 53 miliar dolar AS dalam lima tahun ke depan.
Beberapa pemimpin dari wilayah Teluk tidak hadir dalam KTT ini, namun hadir di antaranya adalah Sekretaris Jenderal PBB António Guterres dan Perdana Menteri Spanyol Pedro Sánchez. (Hui)
Laporan wartawan NTD: Yi Xin
Tornado Dahsyat Melanda Missouri dan Kentucky, AS, Menewaskan Lebih dari 20 Orang
Pejabat pemerintah Amerika Serikat dan media melaporkan pada Sabtu (17 Mei) bahwa tornado, hujan es, dan badai hebat melanda wilayah tengah negara itu, khususnya negara bagian Missouri dan Kentucky, mengakibatkan lebih dari 20 orang tewas.
EtIndonesia. Menurut laporan AFP, Gubernur Kentucky Andy Beshear menulis di platform media sosial X bahwa badai pada Jumat malam (16 Mei) telah menyebabkan setidaknya 14 orang tewas.
Gubernur Beshear juga mengatakan: “Namun sayangnya, seiring dengan masuknya informasi lebih lanjut, angka ini kemungkinan akan terus meningkat.”
Garda Nasional Kentucky telah mengerahkan hampir 70 tentara dan pilot untuk membantu merespons bencana cuaca ini. Di negara bagian tersebut, lebih dari 24 jalan raya negara bagian ditutup karena tanah longsor dan banjir sebelumnya, atau karena puing-puing, kabel yang jatuh, serta banjir yang masih berlangsung.
Beshear telah meminta pemerintah federal untuk mengeluarkan deklarasi bencana dan mendesak masyarakat agar menjauhi daerah terdampak. Ia juga memperingatkan untuk tidak melakukan penjarahan dan menegaskan bahwa siapa pun yang tertangkap akan ditangkap.
Sementara itu, Washington Post melaporkan bahwa setidaknya 7 orang tewas di negara bagian Missouri. (Hui)
Sumber : NTDTV.com