Untuk para pelanggan setia Miracle Aesthetic Clinic untuk pertengahan tahun ini, memberikan promo “Mid Year Festival” di semua cabang di seluruh kota dimana Miracle Aesthetic Clinic berada.

Untuk para pelanggan setia Miracle Aesthetic Clinic untuk pertengahan tahun ini, memberikan promo “Mid Year Festival” di semua cabang di seluruh kota dimana Miracle Aesthetic Clinic berada.
EtIndonesia. Badan mata-mata Israel mengklaim pada hari Jumat (13/4) bahwa mereka mampu menyerang Iran dari dalam setelah serangkaian serangan yang menargetkan inti program nuklir negara itu.
Israel melancarkan puluhan serangan terhadap Iran pada Jumat pagi waktu setempat, menewaskan para pemimpin militer berpangkat tinggi dan beberapa ilmuwan nuklir, menurut pejabat Israel.
Seorang sumber keamanan Israel mengatakan kepada ABC News bahwa Mossad mendirikan pangkalan di Iran untuk pesawat nirawak peledak, yang diperkenalkan ke negara itu jauh sebelum serangan dan diaktifkan selama serangan itu.
Menurut sumber itu, pesawat nirawak peledak itu diluncurkan ke peluncur rudal permukaan-ke-permukaan di pangkalan Asfajabad dekat Teheran, yang mengancam Israel.
Mossad merilis rekaman pada hari Jumat yang katanya menunjukkan dua agen di tanah Iran. Mossad mengatakan para agen itu mengerahkan sistem serangan presisi “yang dirancang untuk menghancurkan sistem pertahanan udara Iran.”
Klip lain menunjukkan serangan terhadap perangkat pertahanan udara dalam “operasi rahasia oleh Mossad,” menurut badan itu.
Video ketiga memperlihatkan sebuah target mendekati apa yang tampak seperti rudal jarak jauh.
Rekaman tersebut dirilis oleh Reuters, yang mengatakan bahwa mereka tidak dapat mengonfirmasi tanggal atau lokasi video tersebut.
Setelah serangan Israel, Iran meluncurkan puluhan rudal balistik ke Israel pada Jumat malam sebagai balasan atas serangan mendadak Israel pada Jumat dini hari.(yn)
EtIndonesia. Pada 10 dan 12 Juni, Rusia dan Ukraina bertukar tahanan, termasuk tentara yang sakit dan terluka serta jenazah. Namun, pertempuran antara kedua negara tetap sengit.
Minggu lalu, Ukraina meluncurkan Operasi Jaring Laba-laba, mengebom Jembatan Krimea, sementara pekan ini Rusia membalas dengan serangan udara besar-besaran ke kota-kota Ukraina. Sebagian dinding luar Katedral Saint Sophia di Kyiv bahkan roboh akibat serangan tersebut. Sirine serangan udara meraung selama berjam-jam.
Presiden AS Donald Trump menyatakan pada 13 Juni: “Saya sangat kecewa dengan Rusia, tapi juga dengan Ukraina. Saya rasa sebenarnya bisa dicapai kesepakatan. Tapi, seperti yang Anda tahu, setiap minggu kita kehilangan 5–6 ribu orang — sebagian besar tentara, tapi juga warga sipil, karena terus-menerus diserang rudal. Saya kecewa perang ini belum berakhir.”
Kementerian Pertahanan Inggris mengumumkan pada 12 Juni bahwa sejak perang dimulai, Rusia telah kehilangan sekitar 1 juta tentara. Media asing juga melaporkan bahwa Rusia akan membantu Korea Utara membangun fasilitas produksi drone bunuh diri “Shahed-136” rancangan Iran.
Putin juga menegaskan bahwa senjata nuklir adalah penjaga kedaulatan Rusia: “Trinitas nuklir selalu menjadi dan akan tetap menjadi jaminan kedaulatan Rusia; ini memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan kekuatan dunia,” ujarnya.
Yang dimaksud trinitas nuklir adalah: kapal selam nuklir, rudal balistik, dan pembom strategis.
Ukraina sendiri, yang beberapa kali menyerang wilayah Rusia, bulan lalu juga menguji rudal balistik buatan dalam negeri, dan menjadikan salah satu pos komando Rusia sebagai target uji coba. Dengan tambahan persenjataan berat dari Uni Eropa, Ukraina tampaknya belum berniat berhenti.
Pada 11 Juni, Presiden Zelensky dalam KTT Ukraina – Eropa Tenggara menyerukan dukungan terus-menerus dari Barat, serta sanksi yang lebih keras terhadap Rusia.
Uni Eropa telah mengumumkan paket sanksi ke-18 terhadap Rusia, mencakup sektor energi, perbankan, dan industri militer.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menyatakan: “Untuk pertama kalinya, kami mengusulkan larangan transaksi terhadap pipa gas Nord Stream 1 dan 2. Kami juga mengusulkan agar larangan akses Rusia terhadap sistem SWIFT ditingkatkan menjadi larangan transaksi penuh.”
Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte mengatakan: “Kita harus memastikan Ukraina berada dalam posisi yang paling menguntungkan dalam konflik ini, dan mampu bertahan terhadap agresi Rusia yang tidak beralasan.”
Senator AS Lindsey Graham juga menyatakan dukungannya terhadap sanksi Uni Eropa, dan mengajukan RUU sanksi baru terhadap Rusia di Kongres AS, bertujuan menghentikan impor minyak murah Rusia oleh Tiongkok.
Sementara itu, Jerman menyatakan akan bekerja sama dengan Ukraina dalam pengembangan dan produksi rudal, serta mengalokasikan €1,9 miliar untuk pengembangan sistem persenjataan jarak jauh.
Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius: “Jerman siap mendanai dan ikut serta dalam produksi sistem tembakan jarak jauh di Ukraina. Sistem pertama akan dikirim dalam beberapa bulan ke depan.”
Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth berkata : “Kami percaya bahwa penyelesaian damai melalui negosiasi adalah demi kepentingan terbaik kedua pihak dan negara kami, terutama di tengah meningkatnya konflik global saat ini.”
Namun tampaknya, AS dan Eropa berbeda pandangan. Kepala Intelijen Nasional AS, Tulsi Gabbard, pada 10 Juni mempublikasikan video di media sosial, memperingatkan bahwa dunia kini berada di ambang kehancuran akibat perang nuklir.
Pada 13 Juni, Inggris mempublikasikan peta terbaru invasi Rusia ke Ukraina, yang menunjukkan pasukan Rusia terus maju di wilayah timur dan selatan Ukraina, serta meningkatkan serangan di wilayah utara, khususnya Sumy.
Terdapat informasi bahwa Putin bersiap melancarkan serangan besar-besaran ke pasukan Ukraina di Donbas musim panas ini.
Minggu depan, Presiden Zelensky akan menghadiri KTT G7, di mana ia berharap dapat berdiskusi langsung dengan Donald Trump mengenai sanksi terhadap Rusia.
Zelenskyy menyatakan: “Pada akhirnya, keputusan ada di Gedung Putih, di tangan Presiden AS. Terkait agenda G7, kita sangat dekat untuk mengambil keputusan penting dalam menjatuhkan sanksi lebih keras terhadap Rusia.”
Perundingan damai jelas bukan pilihan bagi kedua belah pihak saat ini. Apakah Rusia dan Ukraina benar-benar ingin gencatan senjata? Tampaknya hanya mereka sendiri yang mengetahui jawabannya. (Hui)
Laporan Gabungan oleh Yin Chao dan Yu Wei – New Tang Dynasty Television Weekly News
EtIndonesia. Wabah yang terus menyebar di Tiongkok menyebabkan angka kematian terus meningkat. Berdasarkan informasi publik yang tersedia, dalam satu bulan terakhir, setidaknya 14 dosen perguruan tinggi di Tiongkok meninggal dunia, dan mayoritas dari mereka masih tergolong usia muda atau usia produktif, yang memicu keprihatinan publik.
Berikut adalah daftar beberapa kasus meninggalnya dosen:
Selain itu, pada awal Mei juga tercatat kematian dosen-dosen berikut:
Penyebab kematian para dosen ini sebagian besar tidak dijelaskan secara rinci dalam pengumuman resmi atau laporan media pemerintah. Namun, berdasarkan informasi publik, belakangan ini di berbagai wilayah Tiongkok, banyak figur muda, selebritas internet, dan petugas kepolisian yang juga dilaporkan meninggal secara mendadak akibat penyakit.
Contoh lainnya:
Selain itu, dalam 4 hari minggu lalu di Beijing, dua pejabat tinggi setingkat wakil kepala negara (wakil nasional) juga dilaporkan meninggal dunia:
Namun, pihak berwenang tidak mengumumkan secara rinci penyebab kematian mereka, yang menimbulkan kecurigaan publik.
Sejak tahun lalu, kasus kematian mendadak di berbagai wilayah Tiongkok terus meningkat, dan semakin banyak menimpa generasi muda. Namun, pemerintah Tiongkok (Partai Komunis Tiongkok) terus menutupi dan tidak mengungkapkan kebenarannya. (Hui/asr)
Laporan gabungan oleh jurnalis Li Li / Editor Penanggung Jawab: Lin Qing
EtIndonesia. Situasi di Timur Tengah kembali memanas. Pada 13 Juni, Iran mendapat serangan mendadak dari Israel yang menyebabkan kerusakan besar. Seorang pejabat tinggi Iran mengatakan kepada CNN bahwa negaranya akan meningkatkan intensitas serangan terhadap Israel, dan akan menjadikan negara mana pun yang berusaha melindungi Israel sebagai target baru, termasuk markas-markas militer mereka di kawasan tersebut.
Menanggapi ancaman ini, pejabat Departemen Luar Negeri AS, McCoy Pitt, menyampaikan peringatan tegas dalam sidang darurat Dewan Keamanan PBB. Dia menegaskan bahwa jika Iran menyerang warga negara AS, pangkalan militer, atau infrastruktur penting, maka Iran akan menghadapi konsekuensi serius.
Mengutip laporan dari CNN, Reuters, dan media internasional lainnya, Dewan Keamanan PBB mengadakan rapat darurat membahas konflik yang memanas antara Israel dan Iran. Dalam pernyataannya, McCoy Pitt menyampaikan lima poin utama:
1. Israel telah memberitahu AS terlebih dahulu sebelum melakukan serangan ke Iran, dan menyatakan bahwa aksi tersebut merupakan langkah pertahanan diri yang diperlukan.
2. Jika Iran menyerang warga AS, pangkalan, atau fasilitas penting, maka akan ada respon keras dari Amerika Serikat.
3. AS akan terus berupaya menggunakan jalur diplomatik untuk mencegah Iran memperoleh senjata nuklir dan menghindari ancaman terhadap stabilitas kawasan.
4. Pitt menekankan bahwa sekarang adalah waktu yang tepat bagi para pemimpin Iran untuk membuka ruang dialog.
5. Dia juga menyatakan bahwa meskipun AS mengetahui rencana Israel sebelumnya, AS tidak ikut serta dalam pelaksanaan serangan militer tersebut.
McCoy Pitt menambahkan bahwa setiap negara berdaulat, termasuk Israel, memiliki hak untuk membela diri. Dia juga menegaskan kembali peringatan dari Menteri Luar Negeri AS, Rubio, yang sebelumnya menyatakan bahwa jika Iran menyerang personel atau aset yang berkaitan dengan AS, maka balasan dari Amerika akan sangat mengerikan.
Di sisi lain, seorang pejabat tinggi Iran mengatakan kepada CNN pada hari yang sama bahwa Iran akan memperkuat serangan terhadap Israel, dan akan menyerang siapa pun yang mencoba melindungi negara tersebut.
Ia mengatakan: “Berdasarkan hukum internasional, kami berhak memberikan respons tegas terhadap rezim tersebut. Negara mana pun yang mencoba membela aksi Israel terhadap Iran, akan melihat markas dan posisinya di kawasan ini menjadi target baru serangan kami.”
Sebelumnya, sumber-sumber dari Israel dan AS menyatakan bahwa militer AS turut membantu mencegat rudal yang diluncurkan Iran ke wilayah Israel. Laporan dari pihak Israel juga menyebutkan bahwa beberapa negara lain di kawasan turut membantu sistem pertahanan udara Israel.
Mengutip laporan dari AFP, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menyampaikan pidato melalui video yang ditujukan langsung kepada rakyat Iran pada Jumat malam. Dia menyampaikan bahwa dalam 24 jam terakhir, Israel telah:
· Mengeliminasi sejumlah komandan militer utama Iran
· Menewaskan beberapa ilmuwan nuklir senior
· Menghancurkan fasilitas pengayaan uranium yang vital
· Menyerang gudang besar rudal balistik milik Iran
Netanyahu menegaskan bahwa aksi militer Israel belum berakhir, dan gelombang serangan berikutnya akan lebih dahsyat. Dia menyatakan bahwa ini adalah salah satu operasi militer terbesar dalam sejarah Israel terhadap Iran, dengan sasaran utama meliputi:
· Fasilitas nuklir
· Gudang rudal
· Struktur komando tinggi militer Iran
Dalam pidatonya, Netanyahu mengajak rakyat Iran untuk bangkit melawan pemerintah mereka sendiri, yang ia sebut sebagai “rezim jahat dan menindas”. Dia menyerukan agar rakyat Iran bersatu di bawah bendera dan warisan bangsanya, dan berjuang untuk kebebasan.
Dia menutup pidatonya dengan penegasan bahwa Israel akan melakukan segala cara yang dianggap perlu untuk menjamin keamanan negaranya, tanpa kompromi.
Dengan saling ancam yang terus meningkat antara Iran dan Israel, serta keterlibatan tidak langsung Amerika Serikat dan negara-negara lain dalam sistem pertahanan, kawasan Timur Tengah kini berada di ambang eskalasi militer yang lebih luas. Jika Iran benar-benar menyerang aset militer negara lain, bukan tidak mungkin konflik ini berubah menjadi perang regional besar.
Pertanyaannya kini: Akankah diplomasi mampu mencegah kobaran api yang lebih besar, atau akankah dunia menyaksikan babak baru konflik bersenjata yang jauh lebih brutal?(jhn/yn)
EtIndonesia. Israel dan Iran yang sedang terlibat dalam perang, Minggu (15 Juni) memasuki hari ketiga pertempuran. Stasiun televisi pemerintah Iran mengumumkan bahwa Iran telah meluncurkan gelombang baru serangan rudal, memicu alarm serangan udara di puluhan kota dan komunitas di seluruh Israel.
Sebagai balasan, militer Israel mengerahkan 70 jet tempur untuk menyerang gedung Kementerian Pertahanan Iran dan lokasi lain yang terkait dengan program nuklir, serta depot minyak Iran.
Stasiun TV pemerintah Iran melaporkan pukul 03.10 waktu setempat: “Gelombang baru dari operasi ‘Janji Setia 3’ (Operation Honest Promise 3) baru saja dimulai,” seraya menayangkan siaran langsung dari wilayah Israel.
Wartawan AFP melaporkan bahwa pada Minggu (15 Juni), terdengar sirine dan suara ledakan di Yerusalem dan Tel Aviv.
Militer Israel melalui akun media sosial X menyatakan bahwa jutaan warga Israel “berlari menuju tempat perlindungan” saat sirine berbunyi di puluhan kota dan komunitas.
Rekaman televisi Israel menunjukkan bahwa gelombang baru serangan rudal dari Iran ini untuk pertama kalinya menyasar kota pelabuhan Haifa di utara.
Ketegangan antara Israel dan Iran memicu kekhawatiran internasional akan eskalasi konflik. Setelah Israel melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap Iran pada 13 Juni, pertempuran sengit terjadi pada 14 Juni, memaksa penundaan negosiasi nuklir putaran baru antara AS dan Iran yang sedianya digelar pada 15 Juni.
Sebelumnya pada 14 Juni, Israel menyerang ladang gas South Pars di Iran dan menyebabkan kebakaran, memaksa sebagian produksi di ladang gas terbesar di dunia itu dihentikan sementara. Ini merupakan pertama kalinya Israel menyerang sektor minyak dan gas Iran, menunjukkan peningkatan serius dalam eskalasi konflik.
Pada 14 Juni malam, Israel kembali mengerahkan 70 jet tempur untuk membombardir lebih dari 40 target di Teheran. Jet-jet tersebut terbang berputar-putar di atas Teheran selama lebih dari dua jam untuk melaksanakan misi serangan. Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengatakan bahwa “Teheran sedang dilalap api.”
Kementerian Perminyakan Iran menyatakan bahwa 11 depot penyimpanan bahan bakar di depot Shahran mengalami ledakan beruntun. Seorang warga menggambarkan kekuatan ledakan “seperti gempa bumi”; saksi mata lainnya menyebutkan bahwa api terus menyebar dan menerangi pegunungan di sekitar Teheran.
Militer Israel menyatakan bahwa pada 15 Juni dini hari, mereka menyerang gedung Kementerian Pertahanan Iran dan target lainnya, “termasuk markas besar Kementerian Pertahanan Iran, Organisasi Riset dan Inovasi Pertahanan (SPND), markas program nuklir,”
yang disebut terkait langsung dengan program nuklir Teheran. Israel juga menargetkan tangki-tangki penyimpanan minyak Iran.
Iran menyatakan bahwa serangan terhadap depot minyak Shahran oleh Israel telah “berhasil dikendalikan.”
Jenderal Iran, Esmail Kosari, pada 14 Juni mengatakan bahwa Teheran sedang mempertimbangkan opsi untuk menutup Selat Hormuz, jalur penting ekspor minyak dunia, bagi kapal tanker. (Hui)
Sumber : NTDTV.com
EtIndonesia. Menurut laporan The Sun, kebakaran hebat terjadi di salah satu gedung tertinggi Dubai, Tiger Tower, pada larut malam tanggal 13 Juni. Api terlihat menjalar ganas dari lantai bawah ke atas gedung, melahap fasad bangunan hingga ke lantai tinggi dengan cepat. Asap hitam pekat membumbung tinggi ke langit, menciptakan pemandangan yang mengerikan dan menegangkan. Butuh waktu enam jam bagi tim pemadam kebakaran untuk mengendalikan dan memadamkan api, yang berhasil dipadamkan sepenuhnya pada dini hari tanggal 14 Juni.
Saat kejadian, para penghuni menemukan tangga darurat dipenuhi asap, sehingga mereka memutuskan untuk menggunakan lift sebagai jalur evakuasi darurat. Secara luar biasa, seluruh 3.820 penghuni gedung berhasil dievakuasi dengan selamat, tanpa korban luka maupun jiwa.
Gedung Tiger Tower, yang juga dikenal dengan nama Marina Pinnacle, terletak di kawasan elit Dubai Marina. Gedung ini memiliki 67 lantai dengan tinggi struktur mencapai 280 meter dan menampung 764 unit apartemen serta ruang komersial. Dibangun 14 tahun lalu, nama “Tiger Tower” diambil dari perusahaan pengembangnya.
Menurut keterangan Dubai Media Office, sebanyak 3.820 orang penghuni gedung berhasil dievakuasi dengan aman setelah kebakaran. Api berhasil dikendalikan dalam waktu enam jam, dan tidak ada laporan korban jiwa.
Sepasang suami istri yang tinggal di lantai 24 menceritakan kepada Khaleej Times bahwa sekitar pukul 21:45 malam, mereka mencium bau hangus di dalam unit mereka. Setelah memeriksa area apartemen dan tidak menemukan kejanggalan, mereka melihat dari balkon bahwa terdapat petugas pemadam kebakaran dan kerumunan orang di bawah. Mereka pun segera menghubungi petugas keamanan dan diarahkan untuk segera mengungsi.
Sang suami mengaku bahwa saat itu tangga darurat sudah dipenuhi asap tebal, sehingga mereka terpaksa menggunakan lift untuk menyelamatkan diri. Beruntung, lift masih berfungsi dan mereka berhasil keluar tanpa cedera.
Pihak berwenang kini bekerja sama dengan pengembang bangunan untuk menyediakan akomodasi sementara bagi para penghuni yang terdampak, serta memastikan bahwa keselamatan dan kesejahteraan mereka menjadi prioritas utama.(jhn/yn)
EtIndonesia. Di tengah ketegangan geopolitik yang membara, satu pemandangan yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya kini menjadi nyata di Iran: rakyat biasa, yang selama ini dicekam ketakutan oleh rezim otoriter, justru secara terbuka menyatakan dukungan terhadap serangan Israel.
Berbagai video amatir yang viral di media sosial memperlihatkan sejumlah warga Iran bersorak gembira setiap kali rudal Israel melintas di langit kota-kota besar. Bahkan, di beberapa dinding bangunan, muncul coretan yang berbunyi lantang, “Israel, bombardir mereka! Kami, rakyat Iran, mendukungmu!”
Fenomena ini jelas menggambarkan betapa dalamnya krisis kepercayaan dan kebencian rakyat terhadap kepemimpinan rezim saat ini. Dukungan yang dulunya tabu, kini secara terbuka disuarakan, menandakan akumulasi kemarahan dan frustrasi yang selama ini terpendam akibat represi berkepanjangan.
Suara Diaspora: Kesaksian Kehidupan di Bawah Bayang-Bayang Ketakutan
Hooman David Hemmati, seorang pakar biomedis terkemuka asal Iran yang kini menetap di Amerika Serikat, menuliskan kisah pilu kehidupan di bawah rezim Teheran melalui akun media sosialnya di platform X (dulu Twitter). Hemmati memaparkan betapa kehidupan di Iran penuh dengan penderitaan dan tekanan psikologis yang tiada henti.
Menurutnya, di Iran, seorang mahasiswi bisa saja dipukuli hanya karena memakai riasan wajah, sementara seorang wanita yang membiarkan sehelai rambutnya terlihat dari balik hijab dapat berujung pada hukuman penjara selama berminggu-minggu. Bahkan, kasus lebih ekstrem terjadi ketika warga digiring paksa dari rumah mereka di tengah malam hanya karena menolak tunduk kepada pengadilan dan aturan-aturan rezim yang dinilainya tidak manusiawi.
Hemmati menegaskan, kabar mengenai serangan Israel ke fasilitas nuklir Iran tidak melahirkan sukacita semu di hati rakyat Iran. Namun, bagi banyak orang, peristiwa ini justru memunculkan secercah harapan baru. Sebab, menurutnya, fasilitas pengayaan uranium dan pangkalan militer yang menjadi sasaran Israel bukanlah sekadar simbol kekuatan pertahanan negara, melainkan jantung dari mesin tirani yang selama ini menopang kekejaman rezim.
“Hancurnya fasilitas ini diharapkan mampu menggoyang fondasi kekuasaan para Ayatollah yang telah lama membungkam aspirasi rakyat,” tulis Hemmati.
Ia juga mengajak masyarakat Iran di dalam dan luar negeri untuk terus berdoa dan berjuang demi terwujudnya revolusi sejati. Harapannya, keberanian rakyat dalam melawan ketidakadilan akan menjadi awal dari babak baru sejarah Iran—sebuah era yang lebih bebas dan manusiawi, jauh dari tirani yang mengekang setiap aspek kehidupan warganya.
Komparasi Global: Aspirasi Kebebasan Melintasi Batas Negara
Menariknya, fenomena ini juga memicu diskusi luas di jagat maya internasional. Banyak warganet, khususnya dari Tiongkok, secara terbuka membandingkan nasib rakyat Iran dengan rakyat Tiongkok di bawah pemerintahan Partai Komunis Tiongkok (PKT). Dalam berbagai forum dan kolom komentar, muncul harapan agar rakyat Tiongkok suatu saat nanti juga bisa merayakan keruntuhan rezim otoriter seperti halnya warga Iran yang kini berani menyuarakan harapan akan perubahan.
Salah satu unggahan yang viral menyebutkan, “Jika suatu hari nanti PKT runtuh, semoga kami juga bisa berteriak lega dan bersuka cita seperti rakyat Iran saat ini.” Narasi ini memperlihatkan bahwa gelombang aspirasi kebebasan, keadilan, dan perlawanan terhadap penindasan kini telah menjadi isu lintas negara, melampaui sekat geografis dan politik.
Analisis Para Pakar: Gejolak Sosial Menuju Titik Didih
Para analis dan pengamat Timur Tengah menilai, dukungan terbuka rakyat Iran kepada Israel adalah manifestasi nyata dari tingkat frustrasi yang telah mencapai titik didih. Selama bertahun-tahun, masyarakat Iran hidup di bawah sensor ketat, penindasan, serta ancaman hukuman berat atas setiap bentuk perlawanan. Namun, derap langkah perubahan kini terdengar semakin lantang.
“Ketika rakyat mulai memandang musuh negara sebagai harapan baru, itu artinya legitimasi rezim sudah nyaris runtuh,” ujar Dr. Mark Dubowitz, CEO Foundation for Defense of Democracies. Ia menambahkan, tindakan represif yang semakin brutal justru kian mendorong rakyat untuk mencari kebebasan, bahkan dari kekuatan asing sekalipun.
Penutup: Babak Baru Perlawanan Rakyat Iran
Gelombang dukungan rakyat Iran terhadap serangan Israel bukan sekadar ekspresi spontan di tengah gejolak perang, melainkan juga menjadi simbol perlawanan dan harapan kolektif untuk perubahan besar. Seruan dan doa yang dipanjatkan rakyat Iran hari ini bukan lagi tentang kehancuran musuh, melainkan tentang pembebasan dari belenggu tirani dan lahirnya masa depan yang lebih cerah.
Sejarah akan mencatat bahwa di tengah gelegar rudal dan debu peperangan, suara rakyat kecil yang selama ini dibungkam, kini bangkit dan menggema ke seluruh dunia, membawa pesan universal tentang hak untuk hidup merdeka dan bermartabat. (***)
EtIndonesia. Tanggal 13 Juni 2025 menjadi penanda babak baru dalam eskalasi konflik Timur Tengah. Untuk pertama kalinya dalam sejarah operasi militer antara Israel dan Iran, serangan udara Israel dilakukan secara terang-terangan di siang hari, bukan di malam gelap seperti biasanya. Langkah ini memunculkan banyak tanda tanya di kalangan pengamat militer dan politik global: Mengapa Israel begitu percaya diri menyerang Iran di siang bolong?
Serangan Siang Hari, Simbol Perubahan Besar
Menurut laporan eksklusif Al Jazeera yang mengutip Dr. Imad El-Anis—pakar Hubungan Internasional Timur Tengah dan Afrika Utara dari Nottingham Trent University, Inggris—serangan udara biasanya dilakukan pada malam hari atau dini hari untuk memaksimalkan unsur kejutan sekaligus menghindari deteksi radar musuh. Namun, aksi militer Israel pada 13 Juni 2025 yang dilakukan di siang hari justru menandakan kepercayaan diri tinggi dan perubahan besar dalam peta kekuatan militer regional.
“Serangan terbuka di siang hari adalah sinyal kuat bahwa Israel benar-benar tidak khawatir terhadap kemampuan deteksi maupun respons dari sistem pertahanan udara Iran,” ungkapnya dalam wawancaranya dengan media internasional.
“Ini adalah bukti nyata telah terjadi pergeseran besar dalam keseimbangan kekuatan di kawasan,” lanjutnya.
Kebebasan Operasi Udara Israel: Iran Tak Lagi Jadi Ancaman
Lebih lanjut, Dr. Imad menekankan bahwa Israel kini memiliki kebebasan penuh untuk beroperasi di udara Iran tanpa takut dicegat rudal ataupun serangan balasan dari sistem pertahanan udara Iran. Hal ini menunjukkan, dalam beberapa tahun terakhir, kemampuan pertahanan Iran mengalami kemunduran drastis—baik dari segi teknologi, kesiapan personel, maupun koordinasi militer internal.
Keberhasilan serangan siang hari ini juga mengindikasikan bahwa jaringan intelijen Israel mampu melumpuhkan sistem radar dan komunikasi pertahanan udara Iran.
“Kemampuan Israel untuk mengincar bahkan mengeksekusi para jenderal senior Iran secara presisi menunjukkan kualitas intelijen yang sangat tinggi. Ini bukan hanya operasi militer, tapi juga operasi psikologis yang menekan moral militer Iran,” jelasnya.
Strategi Serangan: Bukan Sekadar Unjuk Kekuatan
Serangan Israel pada 13 Juni 2025 tak sekadar dimaksudkan sebagai unjuk kekuatan. Para pengamat menilai, ini adalah bagian dari strategi operasi militer yang lebih luas, dengan target utama melumpuhkan infrastruktur strategis Iran—mulai dari fasilitas nuklir, basis peluncuran rudal, hingga pusat komando militer tingkat tinggi.
Data lapangan menunjukkan bahwa serangan bertubi-tubi Israel kemungkinan akan berlangsung selama beberapa minggu ke depan, dengan intensitas dan cakupan yang terus diperluas.
Sejumlah sumber internasional, termasuk Institute for National Security Studies (INSS) di Tel Aviv, menyebutkan bahwa Israel telah memanfaatkan seluruh keunggulan teknologi canggihnya—mulai dari pesawat tempur siluman, drone serang, hingga perang elektronik—untuk menembus sistem pertahanan Iran. Bahkan, jaringan siber Israel diduga telah melumpuhkan sebagian sistem kendali rudal dan komunikasi militer Iran sesaat sebelum serangan berlangsung.
Respons Iran: Kemampuan Menurun, Moral Terguncang
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, kali ini kemampuan respons Iran dinilai sangat menurun. Sistem pertahanan rudal yang selama ini menjadi andalan, seperti S-300 dan sistem buatan domestik, ternyata gagal menghadang serangan udara Israel. Sejumlah pangkalan militer utama, pusat pengayaan uranium, dan laboratorium riset strategis di Iran dilaporkan mengalami kerusakan berat.
Bahkan, sumber internal Iran menyebutkan, para petinggi militer kini merasa sangat terancam dan dipaksa melakukan relokasi berulang kali dalam waktu singkat. Hal ini juga memicu kepanikan di kalangan elite politik dan militer Iran.
Seorang analis militer dari London, yang meminta identitasnya dirahasiakan, mengatakan bahwa moral militer Iran kini berada di titik terendah. “Jika situasi ini terus berlangsung, kekuatan pertahanan Iran bisa runtuh dari dalam akibat kepanikan, bukan sekadar kekalahan di medan perang,” jelasnya.
Pergeseran Keseimbangan Kekuatan: Babak Baru di Timur Tengah
Langkah Israel menyerang secara terang-terangan di siang hari telah mengirim pesan tegas ke seluruh dunia bahwa kekuatan udara Israel kini jauh di atas Iran. Hal ini sekaligus menandai babak baru dalam konflik berkepanjangan antara kedua negara. Para ahli menilai, operasi ini akan membawa dampak jangka panjang, bukan hanya untuk hubungan Israel-Iran, tetapi juga bagi dinamika keamanan regional Timur Tengah.
Dr. El Anis menutup analisisnya dengan peringatan, “Jika Iran gagal beradaptasi dan memperkuat sistem pertahanannya, mereka akan terus menjadi sasaran operasi militer Israel. Dunia kini menyaksikan pergeseran besar kekuatan yang bisa mengubah sejarah Timur Tengah dalam waktu singkat.”
Kesimpulan:
Keberanian Israel menyerang Iran di siang hari adalah cerminan perubahan dramatis dalam kekuatan militer dan keunggulan teknologi di kawasan. Ini bukan sekadar kemenangan taktis, tetapi juga kemenangan psikologis yang mempertegas posisi Israel sebagai kekuatan dominan di udara, sekaligus mempermalukan sistem pertahanan Iran di mata dunia. (***)
Etindonesia. Timur Tengah kembali diguncang rentetan peristiwa besar yang diprediksi baru memasuki babak paling menegangkan dalam sejarah modernnya. Walau dunia sudah dikejutkan dengan rentetan serangan udara, pertukaran rudal, serta korban jiwa dari kedua pihak, sejumlah analis dan pakar militer menilai: puncak tragedi dan eskalasi terburuk justru masih menanti di depan mata.
Menariknya, konflik yang semula berkutat antara Israel dan Iran kini menyeret masuk Amerika Serikat—bahkan sampai ke jantung elite rezim di Teheran—dan untuk pertama kalinya, isu keterlibatan Partai Komunis Tiongkok (PKT) mulai mencuat di balik dinamika perang.
Amerika Serikat Resmi Terlibat: Sistem Pertahanan Udara Dikerahkan untuk Lindungi Israel
Pada 14 Juni 2025 dini hari waktu setempat, pemerintah Amerika Serikat akhirnya mengumumkan secara resmi keterlibatan militernya dalam konflik. Pejabat AS yang diwawancarai NPR dan sejumlah media internasional mengonfirmasi bahwa sistem pertahanan udara berbasis darat milik militer AS kini telah aktif mencegat gelombang rudal Iran yang diarahkan ke wilayah udara Israel. Langkah ini menjadi sinyal bahwa Washington tak lagi sekadar “mendukung” dari jauh, melainkan benar-benar terjun langsung ke medan tempur guna menjaga eksistensi sekutu utamanya di kawasan.
Kehadiran sistem pertahanan canggih Amerika di langit Israel diyakini akan mempersempit ruang manuver militer Iran, sekaligus memperbesar risiko terjadinya bentrok terbuka antara AS dan Iran.
Isu Pengkhianatan Jenderal Qaani: Efek Domino di Tubuh Rezim Iran
Sementara dunia terpaku pada duel rudal, kabar jauh lebih menggemparkan beredar di lini elit militer Iran. Dalam dua hari terakhir, rumor tewasnya Jenderal Ismail Qaani, komandan Pasukan Quds Garda Revolusi Iran, sempat ramai di media. Namun, pada 14 Juni, peristiwa lebih mencengangkan muncul setelah Eli David, pendiri perusahaan keamanan siber dan pakar AI ternama Israel, menulis di platform X bahwa Qaani justru kini berada di Israel dan menyerahkan diri sebagai agen Mossad.
Disebutkan, Qaani telah membocorkan sejumlah informasi strategis, yang diduga menjadi kunci keberhasilan operasi Israel menghabisi pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, serta dua tokoh Hizbullah paling berpengaruh: Hassan Nasrallah dan Hashim Safieddin. Walau kabar pelarian Qaani ke Israel belum diverifikasi otoritas internasional, isu ini langsung memicu kepanikan dan ketidakpercayaan di lingkungan elite rezim Iran.
Menurut para analis, apabila benar Qaani berkhianat dan membelot, maka jaringan proksi Iran di seluruh Timur Tengah—termasuk Hizbullah di Lebanon, Hamas di Gaza, hingga kelompok milisi di Irak—akan mengalami demoralisasi parah. Kepercayaan pada kepemimpinan militer Iran diprediksi terjun bebas, memperlemah posisi Iran dalam rivalitas kawasan.
Infiltrasi Israel dan Ujian Terbesar bagi Eksistensi Rezim Iran
Jika isu pengkhianatan Qaani terbukti, maka tingkat infiltrasi Israel ke jantung Garda Revolusi—institusi paling sakral sekaligus penopang utama rezim Teheran—bisa dikatakan sudah berada di level yang belum pernah terjadi sebelumnya. Satu pengkhianatan di level jenderal cukup untuk meruntuhkan kepercayaan dan solidaritas di dalam tubuh kekuasaan Iran. Bukan tidak mungkin, rezim yang telah bertahan lebih dari empat dekade itu kini menghadapi ancaman krisis internal paling akut sejak Revolusi 1979.
Peringatan Jenderal Flynn: Pembersihan Strategis dan Ancaman Perang Dunia
Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan kanal “Real America’s Voice”, Jenderal Michael Flynn, mantan Kepala Badan Intelijen Pertahanan AS, menyoroti perkembangan terbaru ini dengan nada serius. Menurutnya, selama bertahun-tahun, kebijakan Amerika Serikat di era Obama cenderung membiarkan Iran mengembangkan teknologi nuklir. Akibatnya, saat ini Teheran diyakini telah memiliki cadangan uranium tingkat tinggi yang cukup untuk merakit bom nuklir dalam waktu sangat singkat.
Flynn menyebut serangan Israel dan operasi intelijen yang mengguncang elite Iran bukan sekadar manuver militer biasa, melainkan sebuah “pembersihan strategis”—tindakan terkoordinasi yang bertujuan mencabut kekuatan Iran dari akarnya sekaligus mendorong perubahan rezim.
“Ini bukan perang konvensional. Ini sudah masuk level ‘regime change’ yang bisa memicu pertumpahan darah terburuk di Timur Tengah sejak Perang Dunia II,” tegas Flynn. Ia memperkirakan, babak paling memilukan dan penuh korban baru akan dimulai, dengan durasi perang setidaknya dua pekan atau bahkan lebih, tergantung respons elite Iran dan mobilisasi jaringan sekutunya.
Kawasan Arab Memilih Diam: Iran Semakin Terisolasi
Di tengah badai konflik, negara-negara Arab di sekeliling Iran tampak masih menahan diri. Tidak ada sinyal kuat bahwa Mesir, Arab Saudi, Yordania, maupun negara Teluk akan turun tangan membantu Iran secara terbuka, baik secara militer maupun politik. Situasi ini semakin mempersempit ruang manuver Iran dan menambah tekanan terhadap rezim yang mulai diguncang oleh isu pengkhianatan dan ketidakstabilan internal.
Isu Keterlibatan Partai Komunis Tiongkok Mulai Mencuat
Menarik untuk dicermati, dalam beberapa hari terakhir, mulai bermunculan kabar dan analisis yang mengaitkan kepentingan dan kemungkinan keterlibatan tidak langsung Partai Komunis Tiongkok (PKT) di balik eskalasi konflik ini.
Banyak pihak menyoroti bagaimana posisi Tiongkok sebagai mitra dagang strategis Iran—terutama dalam hal ekspor minyak mentah—dapat mempengaruhi kebijakan luar negeri Beijing terhadap konflik yang makin liar ini. Namun, sampai berita ini diturunkan, belum ada konfirmasi langsung dari pihak Beijing maupun pernyataan resmi yang membenarkan keterlibatan PKT secara operasional di lapangan.
Timur Tengah di Ambang Krisis Baru
Badai konflik di Timur Tengah kali ini bukan sekadar adu senjata dan saling serang antar negara. Yang terjadi kini adalah duel hidup-mati yang mengancam peta geopolitik kawasan secara menyeluruh, dan bisa menjalar menjadi konflik global jika tidak segera diredam.
Satu hal yang pasti: dunia kini tengah menunggu babak berikutnya, dengan ketegangan yang mana semakin menajam, dan kemungkinan kehancuran yang jauh lebih besar jika “perang dalam bayangan” ini berubah menjadi perang terbuka antar kekuatan utama dunia. (***)