Penebar Isu Kolusi Trump Dengan Rusia Terseret Kasus Suap

EpochTimesId – Mantan pejabat Amerika Serikat (AS) yang menuduh Presiden Donald Trump berkolusi dengan Rusia selama pemilihan Presiden 2016 kini menjadi sorotan. Mereka terseret kasus dugaan suap dan pencucian uang terkait perdagangan nuklir dengan Rusia.

Kasus tersebut juga disebut-sebut menyeret nama Bill Clinton, Hillary Clinton, Robert Mueller, dan mantan Direktur FBI James Comey, serta mantan Jaksa Agung Loretta Lynch.

Seperti dilansir The Hill baru-baru ini, FBI memiliki bukti bahwa Clinton terkait dengan pembelian Uranium One yang memberi Rusia 20 persen pasokan uranium Amerika. Mantan Sekretaris Negara Hillary Clinton bertugas di badan pemerintah yang mengizinkan kesepakatan tersebut.

Ketika kesepakatan tersebut pertama kali disetujui, yayasan Clinton Foundation mendapat kucuran dana sebesar $US 500.000 dari Rusia. Tidak berhenti hingga di sana, Clinton Foundation juga diduga menerima kirian dana hingga $US 2,35 juta antara tahun 2009 dan 2013.

Bill Clinton juga diduga bertemu dengan pejabat nuklir Rusia pada tahun 2010 ketika kesepakatan perdagangan Uranium One telah berakhir dan dia sudah tidak menjabat lagi. Departemen Luar Negeri ini yang dipimpin oleh istrinya, Hillary Clinton, diduga memuluskan pertemuan itu.

Media Citizens United juga baru-baru ini menerbitkan dokumen tambahan pada 20 Oktober 2017 yang diperoleh dari permintaan FOIA Departemen Luar Negeri. Dkumen tersebut menunjukkan bahwa sekitar waktu yang sama Hillary Clinton membahas pertemuan dengan mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev dan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Pada dokumen berupa email itu, tertanggal 1 Maret 2010. Clinton bertanya apakah dia bisa membatalkan sebuah perayaan Gedung Putih di Saint Patrick’s Day, karena harus bertemu dengan para pemimpin Rusia.

Kasus tersebut dikabarkan sempat berlanjut ke FBI, namun di bawah mantan Direktur FBI James Comey, saksi diminta menandatangani sebuah perjanjian pengungkapan non-disclosure (NDA). Saksi bahkan diancam dengan tuntutan pidana oleh Komite Kehakiman yang saat itu berada di bawah Loretta Lynch, jika saksi berbicara dengan Kongres.

Senator Chuck Grassley (Partai Republikan/Iowa) telah meminta informasi tentang saksi ini, dan meminta agar dia dapat memberi kesaksian. Dia merinci permintaannya dalam serangkaian surat pada 18 Oktober 2017, yang dia kirim ke 10 agen federal.

“Pembatasan ini tampaknya secara tidak benar mencegah individu untuk tidak membuat pengungkapan yang kritis dan berguna bagi Kongres karena kesalahan potensial. Mereka juga bermaksud membatasi akses (Komite Kehakiman Kongres) terhadap informasi yang dibutuhkan untuk memenuhi tanggung jawab pengawasan konstitusional,” ungkap Grassley.

Robert Mueller yang sekarang sedang menyelidiki tim kampanye Trump atas dugaan kolusi dengan Rusia, dilaporkan memiliki hubungan dekat dengan Comey. Dia terbang ke Moskow pada tahun 2009 untuk memberi Rusia sampel 10 gram Uranium yang Sangat Berkualitas (Highly Enriched Uranium/HEU).

Menurut kabel diplomatik pemerintah yang dibocorkan oleh situs WikiLeaks, “Kedutaan Besar Moskow diminta untuk memberi tahu di tingkat yang paling tinggi Federasi Rusia bahwa Direktur FBI Mueller berencana untuk mengirimkan sampel HEU begitu dia tiba di Moskow pada tanggal 21 September.”

Dalam sebuah dengar pendapat pada 18 Oktober 2017, Senator Grassley juga mencatat bahwa Wakil Jaksa Agung Rod Rosenstein diduga terlibat. Dia menugaskan Mueller dalam kasus penyelidikan Rusia, juga terkait dengan kampanye suap uranium Rusia.

Rosenstein sedang mengawasi penyelidikan kriminal terhadap kampanye Rusia saat dia menjadi Jaksa A.S. di Maryland.

Grassley mengatakan dalam persidangan, “Saya pikir tidak akan tepat bagi Rosenstein untuk mengawasi penyelidikan Rusia, karena dia juga terlibat dalam kasus uranium Rusia.”

Jaksa Agung Jeff Sessions, yang menanggapi Grassley selama dengar pendapat pada 18 Oktober 2017, mengatakan bahwa jika Rosenstein merasa bahwa dia memiliki ketidakmampuan untuk melanjutkan penyelidikan ini, maka akan menjadi tanggung jawabnya untuk membuat keputusan tersebut. Jaksa Agung akan meminta dia mengundurkan diri untuk mengawasi penyelidikan Rusia, karena dia juga dituduh oleh orang-orang yang mendorong kasus kolusi Rusia-Trump. (waa)