Komunisme Bukan Jalan Keluar Melainkan Jalan Buntu (6)

EDITORIAL

Lebih dari seratus tahun silam, roh-roh paham komunis muncul di atas langit Eropa. Sejak dikeluarkannya The Communist Manifesto, lalu munculnya Paris Commune, sampai berdirinya rezim Uni Soviet, Partai Komunis Tiongkok dan partai komunis lainnya, tren pemikiran komunis sempat merajalela beberapa saat.

Ideologi manusia telah membentuk dua kubu besar yang saling bertentangan yakni otoritarian komunis dan demokrasi liberal.

Sejarah selama lebih dari seabad menunjukkan, di mana pun tren komunis merah bercokol, pasti selalu disertai peperangan dan kekacauan, kelaparan, pembantaian dan teror.

Gerakan komunisme telah menghancurkan peradaban manusia yang berusia ribuan tahun, dan menyebabkan 100 juta orang mati secara tidak wajar, dan lebih banyak dari jumlah itu yang mengalami penderitaan baik secara fisik maupun mental.

Penipuan tentang “surga dunia” telah menyebabkan milyaran jiwa terjerambab ke “neraka dunia”.

Penindasan terhadap agama/kepercayaan, penghancuran terhadap norma moralitas, pengrusakan terhadap lingkungan dan alam, telah menimbulkan dampak yang buruk dan sangat mendalam.

Di tengah proses keruntuhan paham komunis sekarang ini, masih banyak orang berkhayal, bahkan menyangkal kehancurannya, paham komunis masih terus bermunculan di tengah masyarakat liberal dengan wujud yang berbeda.

Oleh karena itu, mengenali sifat dasar ideologi paham komunis, dan menolak bencana yang akan ditimbulkan oleh pikiran komunis, sangatlah penting bagi setiap orang di semua negara.

baca  Komunisme Bukan Jalan Keluar Melainkan Jalan Buntu Bagian Pertama

baca Komunisme Bukan Jalan Keluar Melainkan Jalan Buntu Bagian Kedua

baca Komunisme Bukan Jalan Keluar Melainkan Jalan Buntu Bagian Ketiga

baca Komunisme Bukan Jalan Keluar Melainkan Jalan Buntu Bagian Keempat

baca Komunisme Bukan Jalan Keluar Melainkan Jalan Buntu Bagian Kelima

  1. Sistem Negara Partai dari komunisme

‘Sistem Negara Partai’ yang dipraktekkan oleh sistem komunisme adalah partai berada di atas negara.

Di seluruh sistem kenegaraan partai komunis berada di mana-mana, partai berkuasa di atas seluruh institusi administrasi, kelompok agama dan kekuatan sosial.

Partai merupakan pengambil keputusan yang sebenarnya. Partai mengendalikan segala sumber ekonomi, kesempatan berkembang pribadi bahkan pikiran manusia.

Sifat kepartaian lebih tinggi dari kemanusiaan, kebutuhan partai di atas segalanya, partai yang selalu benar tidak mentolerir tantangan.

Tetapi, para pemimpin partai juga tahu bahwa diri mereka tidak mungkin selamanya benar, itu sebabnya, mereka hanya bisa menggunakan cara pembersihan konstan dan menciptakan teror untuk menghilangkan suara orang-orang yang berani-beraninya menunjukkan kesalahan mereka.

Pada masa awal partai komunis, mereka akan melontarkan tuduhan kepada lawan-lawan mereka sebagai “revisionisme”, “anasir Trotski” dan “kontra-revolusi” serta sekarang seiring dengan “kemajuan zaman” tuduhan berubah menjadi “menghasut subversi kekuasaan negara”.

Mao Zedong sendiri menyadari dengan jelas bahwa program “Lompatan Besar ke Depan” adalah kesalahan politik berhaluan kiri agresif. Namun, ketika Peng Dehuai menunjukkan kesalahan tersebut maka Mao harus menjatuhkan Peng Dehuai.

Kampanye propoganda Mao Zedong (Epoch Times with Wikimedia Commons)

Logika yang terkandung dibaliknya sangat sederhana – Jika Peng Dehuai lebih benar daripada Mao Zedong maka Peng Dehuai lah yang lebih berkualitas dalam memimpin orang-orang bergegas menuju “Surga Komunisme.”

Mao harus merelakan posisi kepemimpinan tertinggi kepada Peng Dehuai. Oleh karena itu, ketika Anda memberikan pendapat yang berbeda dengan pucuk pimpinan maka tuduhan “menyerobot partai merebut kekuasaan” selain Anda tidak ada yang lain.

Ketika “Revolusi Besar Kebudayaan”, Liu Shaoqi (Presiden PKT saat itu) dijatuhkan, juga karena dalam “pertemuan tujuh ribu orang” pada tahun 1962, dia telah membuktikan kepada semua tingkatan kader partai bahwa dirinyalah yang lebih tepat daripada Mao.

Itu sebabnya Mao terpaksa mundur ke baris kedua. Tetapi, ketika Mao bangkit kembali maka Liu harus dieksekusi.

Karena partai komunis dalam proses memerintahnya terus-menerus berbuat kesalahan dan dosa kejahatan menumpuk hingga banyak berhutang darah.

Maka karena rasa tidak aman PKT yang setiap saat bisa kehilangan kekuasaan terutama ketakutan diusut tanggung jawab kejahatannya pasca kehilangan kekuasaan.

“Rasa tidak aman”ini telah menentukan bahwa partai komunis pasti akan memonitor rakyat mereka (seperti ‘Big Brother is watching you’ dalam cerita buku karangan George Orwell yakni ‘1984’), mendirikan sistem propaganda “satu nada” untuk memperindah diri, memberikan alasan bagi tindakan brutal diri sendiri dan melarang rakyat untuk bersuara.

Dalam internal partai menegaskan “sifat kepartaian” untuk menjamin kehendak pemimpin bisa dilaksanakan dengan konsekuen.

Melalui pendidikan cuci otak untuk memperbudak rakyat agar rakyat salah mengira bahwa kecuali “pimpinan partai” tidak ada solusi yang lain.  (lin/whs/asr)

Bersambung