Facebook Ungkap Upaya Rusia Pecah Belah Amerika

EpochTimesId – Pengacara Facebook, Colin Stretch, mengungkap bahwa Rusia kemungkinan besar berusaha memecahbelah Amerika Serikat. Dugaan itu didasari oleh fakta bahwa sebanyak 126 juta penggunanya di Amerika Serikat mungkin telah melihat konten propaganda Rusia.

Sebelumnya Facebook sempat membantah adanya pengaduan terkait penyebaran berita bohong di situsnya. Dia menilai tudingan tersebut sebagai gagasan gila.

Konten sebanyak itu, disebar oleh perusahaan Rusia yang memiliki kaitan dengan Kremlin sebelum dan sesudah pemilihan presiden AS tahun lalu. Situs jejaring sosial itu mengatakan sekitar 80.000 unggahan dibuat antara Juni 2015 hingga Agustus 2017.

Unggahan itu berisi pesan-pesan yang memecah belah, baik dari segi politik maupun sosial. Fakta ini diungkap oleh Facebook menjelang Sidang Senat yang akan mendengarkan penjelasan tentang dampak dari dugaan tindakan Rusia di situs-situs jejaring sosial.

“Tindakan-tindakan ini bertentangan dengan misi Facebook dalam membangun komunitas dan segala sesuatu yang kami perjuangkan. Kami bertekad melakukan apa saja yang dapat kami lakukan untuk menangani ancaman model baru ini,” ujar Colin Stretch, seperti dikutip BBC dari Reuters, Kamis (2/11/2017).

Senat Amerika memanggil Facebook bersama Twitter dan Google. Twitter dan Google juga telah mengaku platformnya digunakan untuk menyebarkan unggahan-unggahan yang asal-usulnya berasal dari Rusia.

Washington Post melaporkan bahwa Google mengklaim kaki tangan Rusia mengunggah lebih dari 1.000 video di YouTube lewat 18 saluran akun. Sedangkan Twitter menemukan dan kemudian menutup 2.752 akun yang setelah dilacak ternyata berasal dari Badan
Penelitian Internet Rusia.

Dalam berbagai kesempatan Pemerintah Rusia telah membantah berusaha mempengaruhi pemilihan presiden Amerika Serikat. Presiden Donald Trump yang mengalahkan pesaingnya dari Demokrat, Hillary Clinton, juga sudah berkali-kali membantah tudingan berkolusi dengan Rusia demi memenangkan pemilihan presiden.

Presiden Trump justru menyerukan agar Hillary Clinton diselidiki oleh FBI karena Yayasan sang suami yang juga mantan Presiden Bill Clinton berulangkali menerima aliran dana dari perusahaan Rusia. (waa)