“KPK” Arab Saudi Menangkap 11 Pangeran, Termasuk si Pangeran Pemegang Saham Terbesar ke-2 di Twitter

Epochtimes.id- Kerajaan Arab Saudi menangkap 11 pangeran dan 38 menteri pada Sabtu, 4 November 2017.

Mereka yang ditangkap termasuk miliarder Pangeran Al-Waleed bin Talal bin Abdulaziz, yang memiliki saham terbesar kedua di Twitter Inc., dan Pangeran Mutaib bin Abdullah, Komandan Garda Saudi. Demikian Middle East Eye melaporkan.

Penangkapan tersebut dalam jumlah besar di Saudi Arabia terjadi menjelang transisi kekuasaan yang direncanakan dari Raja Salman ke Putra Mahkota Mohammed bin Salman, menurut melaporkan Harian Sabah Mideast.

Waleed al-Ibrahim, pendiri MBC Broadcasting, perusahaan media swasta terbesar di timur tengah dan utara Afrika, dan Saleh Kamel, seorang pengusaha miliarder juga ditangkap.

Berita tentang penangkapan tersebut menutup sebuah berita beredar di Arab Saudi. Pada hari Sabtu pagi, Presiden Donald Trump meminta Arab Saudi untuk memulai penawaran perdana saham perdana perusahaan minyak Aramco di New York Stock Exchange.

Beberapa jam kemudian, Arab Saudi mengumumkan bahwa mereka mencegat sebuah rudal balistik di timur laut ibu kota Riyadh. Kemudian, saat matahari terbit di Arab Saudi pada Minggu, pencegatan bom tersebut dilakukan.

Selain Twitter, Pangeran bin Talal adalah pemegang saham utama di Citi dan Newscorp. Pada tahun 2015, dia menentang Presiden Donald Trump saat mencalonkan diri sebagai presiden. Bin Talal menulis dalam pesan Twitter pada bulan Desember 2015, bahwa Trump harus mengundurkan dari pemilu dan yakin dia “tidak akan pernah menang”.

Pada tahun 2016, Trump menuduh bin Talal mencoba mengendalikan politisi A.S.

“Dopey Prince @ Alwaleed_Talal ingin mengendalikan politisi Amerika Serikat kami dengan uang ayah,” tulis Trump. “Dia Tidak bisa melakukannya saat aku terpilih.”

Penangkapan tersebut dilakukan beberapa jam setelah Arab Saudi menunjuk menteri baru, beberapa di antaranya menggantikan mereka yang kemudian ditangkap.

Putra Mahkota Mohammed mengepalai gugus tugas anti-korupsi yang mengkoordinasikan penangkapan tersebut. Satuan tugas dibentuk lebih awal pada Sabtu.

Penangkapan tersebut dilakukan beberapa bulan setelah Raja Salman mengganti keponakannya Pangeran Mohammed bin Nayef dengan putranya Pangeran Mohammed sebagai putra mahkota.

“Sejak Mohammed bin Salman menjadi putra mahkota pada bulan Juni, kami telah melihat banyak pergolakan,” kata Ian Black, dari London School of Economics, mengatakan kepada Al Jazeera.

Dalam gelombang penangkapan sebelumnya dilakukan pada September tahun ini, puluhan orang diciduk termasuk ulama berpengaruh. (asr)

Sumber : The Epochtimes