Trump Bincang Kunjungan ke Asia: Amerika Serikat Paparkan Kekuatan Besar

Reporter Epoch Times, Wu Ying, melaporkan

Epochtimes.id- Pada 14 November lalu Presiden Trump mengakhiri kunjungan 12 harinya ke Asia dan kembali ke Gedung Putih, ini adalah kunjungan Asia yang pertama sejak ia menjabat, juga merupakan kunjungan Presiden AS paling lama ke Asia selama 25 tahun terakhir.

Trump: Warga AS Lebih Percaya Diri, Masa Depan Lebih Cerah

Pada 15 November sore hari di Gedung Putih, kepada wartawan Trump mengatakan, kunjungan ke Asia kali ini adalah kunjungan yang bermakna sejarah, dan telah mendapatkan banyak teman sekutu, keberhasilan terbesar yang diraih adalah meraih kehormatan bagi AS dan seluruh rakyat AS dari berbagai negara Asia.

Selama beberapa tahun terakhir ini, AS belum pernah memaparkan kekuatan besarnya di pentas dunia, “Masa depan kita akan semakin cerah, masyarakat akan semakin percaya diri dan merasa bangga akan Amerika.”

Trump menegaskan, pemerintahan di masa mendatang akan menitikberatkan kepentingan terbesar bagi warga AS sebagai prioritas utama. Ia menambahkan, tiga tujuan utama kunjungannya ke Asia adalah, bersatu dengan negara lain melawan Korut, memperkuat hubungan aliansi dengan negara sekutu dan mempertahankan hubungan perdagangan yang adil dan saling menguntungkan.

Adil dan Saling Menguntungkan Adalah Tiket Untuk Berdagang Dengan AS

“Adil dan saling menguntungkan, adalah undangan terbuka bagi negara-negara yang berniat berbisnis dengan Amerika, sekaligus juga sebagai peringatan bagi negara yang curang, tidak taat aturan dan suka melakukan agresi ekonomi.

Dulu ada sejumlah negara selalu memainkan hal semacam ini, terutama sampai sekarang juga masih melakukan hal yang sama.”

Trump berkata, pada forum APEC ia berupaya keras menekankan betapa pentingnya perdagangan yang adil dan saling menguntungkan, pada peserta forum dikatakan, selama jangka waktu panjang, AS selalu membuka pasar bagi pihak luar, tapi beberapa negara tidak melakukan perdagangan yang adil (seperti subsidi, pencurian kekayaan intelektual dan lain-lain) dan mengendalikan nilai tukar mata uang untuk memanfaatkan AS.

Sekarang AS tidak akan mentolerir “penindasan perdagangan” seperti ini lagi, AS akan membuat kesepakatan dengan negara di wilayah Indo-Pasifik yang bersedia mempraktikkan perdagangan adil dan saling menguntungkan serta tidak akan menandatangani kesepakatan besar dengan terlalu banyak batasan, dan mengorbankan kedaulatan.

Trump berkata, pemikirannya itu mendapat sambutan luar biasa di APEC, pemimpin 21 negara ekonomi menyampaikan pernyataan bersama, “memberantas perilaku dagang yang tidak adil”, “mendukung kesepakatan dagang dua belah pihak”, serta “menyerukan dihentikannya subsidi pasar yang tidak benar” dan lain-lain.

AS Sangat Perhatikan Demokrasi di Indonesia

Dari data terbaru di Wikipedia baru-baru ini terlihat, empat negara dengan penduduk terbanyak di dunia menurut urutan adalah Tiongkok, India, Amerika Serikat dan Indonesia.

Dalam pidato Trump dikatakan India telah melompat menjadi negara demokrasi terbesar di dunia, dan Indonesia naik menjadi negara demokrasi ketiga terbesar dunia, jelas ini adalah sikap meragukan masalah demokrasi di RRT di bawah pemerintahan PKT.

Penilaian Trump terhadap Indonesia pada pidatonya di APEC kali ini juga menunjukkan maksudnya. Trump berkata, selama beberapa dekade ini Indonesia terus membentuk instansi demokrasi untuk menangani lebih dari 13.000 pulau yang ada.

Sejak era tahun 90-an abad lalu, warga Indonesia telah terlepas dari kemiskinan dan menjadi salah satu dari 20 negara yang mengalami pertumbuhan paling cepat. Kini, Indonesia telah menjadi negara demokrasi “ketiga terbesar” dunia.

Di forum APEC Trump berkata, “Seperti yang kita saksikan”, di wilayah (Indo-Pasifik) ini makin lama makin banyak tempat, kedaulatan dan negara merdeka di mana warganya telah sepenuhnya menguasai nasibnya sendiri, kemampuan masyarakat dibebaskan.

Mereka menuntut ‘visi keadilan dan pertanggung jawaban’, mendorong hak kepemilikan pribadi dan negara hukum, serta mendukung sistem yang memperhatikan hasil kerja keras dan perusahaan swasta.

Trump : Xi Jinping Pahami Krisis Nuklir Korut Adalah Ancaman Mematikan

Terhadap masalah nuklir Korut, Trump mengatakan, ia berharap semua negara besar di dunia memperketat sanksi terhadap Korut, prakarsa Trump ini mendapat dukungan luas dari berbagai negara Asia, termasuk Tiongkok, Vietnam, Filipina, Indonesia, Korea Selatan, dan Jepang, semua berjanji akan membantu mengakhiri krisis nuklir Korut ini.

Tanggal 15 November Beijing telah mengumumkan, pada 17 November akan mengirim utusannya Menteri Urusan Internasional yakni Song Tao ke Korea Utara.

Song Tao adalah pejabat PKT yang paling tinggi yang pernah berkunjung ke Korut sejak Oktober 2015 silam. Kementerian Urusan Internasional PKT memiliki tanggung jawab atas segala urusan Beijing dengan partai politik luar negeri, yang saat ini menangani kebijakan diplomatik PKT terhadap Korea Utara.

Trump : Nilai Dagang Akan Naik 4 Kali Lipat, Lampaui USD 1 Triliun

Perjalanan Trump ke Asia telah menandatangani kontrak di Tiongkok dengan total nilai mencapai USD 250 miliar (Rp 3.381 triliun), yang akan menciptakan lapangan kerja bagi pekerja AS, meningkatkan ekspor AS terhadap RRT, serta investasi luar negeri di AS.

Di Korea Selatan, kedua negara mengumumkan 64 proyek baru, dalam 4 tahun mendatang investasi Korea Selatan di AS senilai lebih dari USD 17 miliaar (Rp 230 triliun).

Selain itu juga direncanakan akan membeli produk dan layanan di AS senilai USD 58 miliaar (Rp 785 triliun), termasuk pembelian sumber energi senilai USD 23 milyar (Rp 311 triliun). Di Vietnam, AS dan Vietnam menandatangani banyak kesepakatan, dengan total nilai mencapai USD 12 milyar (Rp 162 triliun).

Dalam perjalanan kembali ke AS, Trump berkata pada wartawan, “Kami telah mencapai kesepakatan dagang sebesar USD 300 milyar dan menurut saya angka ini akan naik 4 kali lipat dalam beberapa tahun mendatang, ini setara dengan transaksi senilai USD 1 triliun.” (SUD/whs/asr)

Epochtimes.com